Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TRANSFORMATOR

II.1 Umum

Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat

memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-

balik dari satu level ke level tegangan yang lain melalui kinerja satu gandengan

magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi

berlapis, dan dua buah kumparan yaitu kumparan perimer dan kumparan sekunder.

Kedua kumparan ini tidak terhubung secara langsung. Satu-satunya hubungan antara

kedua kumparan adalah fluks magnetik bersama yang terdapat dalam inti. Salah satu

dari kedua kumparan transformator tadi dihubungkan ke sumber daya listrik bolak-

balik dan kumparan kedua (serta ketiga jika ada) akan mensuplai daya ke beban.

Kumparan transformator yang terhubung kesumber daya dinamakan kumparan primer

sedangkan yang terhubung ke beban dinamakan kumparan sekunder, jika terdapat

kumparan ketiga dianamakan kumparan tersier.

Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun

elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan

terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya,

kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Penggunaan

transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting

dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus

bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga

listrik. Pada penyaluran tenaga listrik terjadi kerugian sebesar I2R watt, kerugian ini

Universitas Sumatera Utara


akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan. Dengan demikian saluran-saluran

tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi.

Tegangan yang paling tinggi di Indonesia pada saat ini adalah 500 kV. Hal ini

dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi. Dan menaikkan

tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya berkisar antara

6-20 kv pada awal saluran transmisi, dan menurukannya pada ujung saluran itu

ketegangan yang lebih rendah, dilakukan dengan transformator. Transformator yang

dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator tenaga.

Disamping itu, ada jenis – jenis transformator lain yang banyak dipergunakan,

dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.Misalnya

transformator yang dipakai dirumah tangga, yang dipakai pada lampu TL, pesawat

radio, televisi dan berbagai alat elektronika lainnya.

II.2 Konstruksi Transformator

Pada umumnya kontruksi transformator terdiri atas bagian-bagian sebagai

berikut:

Inti (core) yang dilaminasi.

1. Dua buah kumparan, kumparan primer dan sekunder.

2. Tangki.

3. Sistem pendingin.

4. Terminal.

5. Bushing.

Universitas Sumatera Utara


Secara umum transformator dapat dibedakan dua jenis menurut konstruksinya, yaitu:

1. Tipe inti

2. Pada transformator tipe inti, kumparan mengelilingi inti dan kontruksi dari

intinya berbentuk huruf L atau huruf U.

Gambar 2.1 Kontruksi transformator tipe inti.

3. Tipe cangkang

Pada transformator tipe cangkang, kumparan atau belitan transformator dikelilingi

oleh inti dan kontruksi intnya berbentuk huruf E, huruf I, dan huruf F..

Gambar 2.2 Kontruksi transformator tipe cangkang.

Universitas Sumatera Utara


II.3 Klasifikasi Transformator

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi : [7]

a. Transformator daya ( > 500 kVA).

b. Tranformator distribusi ( 3-500 kVA).

c. Transformator instrument, digunakan untuk pengukuran yang terdiri

atas transformator arus dan transformator tegangan.

Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi atas 2 yaitu :[7]

1. Transformator satu fasa.

2. Transformator tiga fasa.

I1.4 Prinsip Kerja Transformator

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan

menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke

rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip

induksi elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang

tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap

keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak

jauh.

Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang

bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan

secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila

kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks

Universitas Sumatera Utara


bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut

membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di

kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction )

dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari

kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang

menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus

sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer

keseluruhan (secara magnetisasi ).

Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]

N = jumlah lilitan


= perubahan fluks magnet
dt

II.4.1 Keadaan Transformator Beban Nol

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid

dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 900 dari V1. Arus

primer Io menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid. Pada

Gambar 2.3 dapat dilihat suatu transformator tanpa beban.

Universitas Sumatera Utara


φ

I1

N1 E2 V2
V1 E1 N2

Gambar 2.3 Transformator dalam keadaan tanpa beban.

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 ( Hukum Faraday )[7]

Dimana :

= gaya gerak listrik induksi

N1 = jumlah belitan di sisi primer

ω = kecepatan sudut putar

Φ = fluks magnetik

Universitas Sumatera Utara


Harga efektifnya

Dimana :

= gaya gerak listrik induksi efektif

f = frekuensi

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor di abaikan akan

terdapat hubungan :[7]

Apabila, a < 1, maka transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan

(step up)

a > 1, maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan

(step down)

Dimana :

= ggl induksi di sisi primer (Volt)

Universitas Sumatera Utara


= ggl induksi di sisi sekunder (Volt)

= tegangan terminal di sisi primer (Volt)

= tegangan terminal di sisi sekunder (Volt)

= jumlah belitan di sisi primer

= jumlah belitan di sisi sekunder

a = faktor transformasi

I1.4.2 Keadaan Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban, seperti pada

Gambar 2.4.

φ1
φ2
φ2’

I1 I2

N1 E2 V2
V1 E1 N2 Z

Gambar 2.4 Transformator dalam keadaan berbeban.

Universitas Sumatera Utara


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet ( ggm ) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks ( Ф ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im.

Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir

arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga

keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :[7]

Bila komponen arus rugi tembaga (Ic) diabaikan, maka Io = Im, sehingga :

Dimana:

I1 = arus pada sisi primer (ampere)

Io = arus penguat (ampere)

Im = arus pemagnetan (ampere)

Ic = arus rugi-rugi tembaga (ampere)

I1.5 Rangkaian Ekivalen Transformator

Tidak semua fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM merupakan

fluks bersama (ΦM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (Φ1) atau

kumparan primer saja (Φ2). Rangkaian ekivalen digunakan untuk menganalisis kerja

suatu transformator, adanya fluks bocor Φ1 dan Φ2 yang dinyatakan sebagai

reaktansi X1 dan X2. Sedangkan untuk rugi tahanan dinyatakan dengan R1 dan R2.

Rangkaian ekivalen suatu transformator seperti Gambar 2.5 [7]

Universitas Sumatera Utara


R1 X1 I1 I2 R2 X2
I0
IC IM
V1 E1 E2 V2 ZL
RC XM

Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen transformator.

Sehingga persamaan (2.10) menjadi :

Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, maka

harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2, sehingga rangkaian

ekivalennya seperti Gambar 2.6.

Universitas Sumatera Utara


R1 X1 I1 I2 ' a2R2 a2X2
I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen transformator dilihat dari sisi primer.

Untuk memudahakan perhitungan, model rangkaian Gambar 2.6 diatas dapat

diubah menjadi seperti Gambar 2.7.

' R1 X1 2 a2X2
I1 I2 a R2
I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.7 Penyederhanaan Rangkaian ekivalen transformator.

Maka dari Gambar 2.7 diperoleh : [7]

Sehingga Gambar 2.7 dapat disederhanakan menjadi seperti Gambar 2.8.

Universitas Sumatera Utara


I1 I2' Rek Xek
I0
IC IM
V1 aV2 a2ZL
RC XM

Gambar 2.8 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator.

I1.6 Diagram Vektor Transformator

Diagram vector adalah penggambaran hubungan antara fluks magnetic,

tegangan dan arus yang mengalir dalam bentuk vector. Hubungan yang terdapat di

antara harga-harga tersebut akan tergantung pada sifat beban, impedansi lilitan

primer, dan sekunder, serta rugi-rugi transformator.

I1.6.1 Transformator Tanpa Beban

Apabila transformator tidak dibebani, arus yang mengalir dalam transformator

hanya arus pemagnetan (Io) saja. Dalam hal ini :[7]

1. Fluks magnet (Φo) sephasa dengan arus primer tanpa beban (Io) dan lagging

90° terhadap tegangan sumber V1.

2. Gaya gerak listrik induksi pada sisi primer (E1) besarnya sama dengan V1,

tetapi berbeda phasa 180° terhadap tegangan sumber V1.

3. Gaya gerak listrik induksi pada sisi sekunder (E2 = aE1), lagging 90° terhadap

fluks magnet (Φo).

Dalam penggambaran, V1 = -E1, dengan menganggap :

Universitas Sumatera Utara


1. Rugi-rugi arus pusar dan rugi-rugi hysteresis di dalam inti tidak ada.

2. Rugi-rugi tahanan kawat tembaga tidak ada.

3. Fluks bocor pada kumparan primer dan kumparan sekunder tidak ada,

maka vector diagramnya seperti Gambar 2.9.

Φo

Io

90° 90°
V1 = -E1 E2 E1
0

Gambar 2.9 Diagram vektor transformator ideal tanpa beban.

Karena transformator tidaklah mungkin ideal, maka rugi-rugi pada

transformator harus diperhitungkan, maka :[9]

1. Arus primer tanpa beban (Io) tidak sephasa dengan fluks magnet (Φo), dimana

arus primer tanpa beban dapat diuraiakan atas dua komponen yaitu :

2. Besarnya ggl induksi E1 tidak sama lagi dengan V1 karena adanya impedansi

kumparan primer Z1, sehingga dipeoleh hubungan :

Universitas Sumatera Utara


Φo

Io Im

I oR
-E1 E2 E1

1
Ic
1
Io X

0
V1
Gambar 2.10 Diagram vektor transformator tak ideal tanpa beban.

I1.6.2 Transformator Berbeban

Bila transformator diberi beban maka pada sisi sekunder terdapat arus (I2)

yang mengalir. I2 yang mengalir akan menyebabkan adanya perubahan pada arus yang

mengalir di sisi primer. Transformator yang berbeban ini dapat dibagi menjadi 3

bagian ditinjau dari bebannya yaitu tahanan murni, beban induktip dan beban

kapasitip.

I1.6.2.1 Beban Tahanan Murni

Apabila pada sisi sekunder transformator ( Gambar 2.5) dihubungkan dengan

tahanan murni (R), maka arus akan mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar

I2. I2 akan berbeda fasa terhadap E2 sebasar θ2.[7]

Universitas Sumatera Utara


Φ

I1
Io Im
I1 R -I2
1
φ 1 θ1 E1 E2
1
I1 X

-E1 Ic 0 θ2
I2 V2

2
V1 I2 (R

I2 X
+R
2)

Gambar 2.11 Diagram vektor transformator berbeban tahanan murni.

I1.6.2.2 Beban Induktif

Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sisi sekunder

transformator (Gambar 2.5) terdapat R2 + jX2 dan RL + jXL. Dengan adanya harga R2

+ jX2 dan RL + jXL, akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2.

Dimana : [7]

Dan dengan adanya harga R2 + jX2 dan RL + jXL, juga akan mengakibatkan

pergeseran phasa antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana :

Universitas Sumatera Utara


Φ

I1
Io Im
I1 R -I2
1
φ 1 θ1 E1 E2
1
I1 X

-E1 Ic 0 θ2
I2 φ2 V2 I
2R

2
I2 X
V1 2
I2 R
I2X
L
L

Gambar 2.12 Diagram vektor transformator berbeban induktif.

I1.6.2.2 Beban Kapasitif

Jika ( Gambar 2.5 ) dihubungkan dengan beban kapasitif, maka arus akan

mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar I2. Beban kapasitif tersebut akan

mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2, dan juga akan

mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana : [7]

Universitas Sumatera Utara


Φ

I2R
L
I2
Io Im

I2X
I1 R I1
θ2

L
1 E1 E2
φ1
I1X1

-E1 Ic 0 φ2

I 2X
2
V1 -I2
I2R
2
V2

Gambar 2.13 Diagram vektor transformator berbeban kapasitif.

I1.7 Transformator Tiga Phasa

II.7.1 Umum

Transformator tiga phasa pada prinsipnya sama dengan transformator satu

phasa, perbedaannya adalah pada transformator tiga phasa mengenal adanya

hubungan bintang, segitiga dan hubungan zig-zag, dan juga system bilangan jam yang

sangat menentukan kerja pararel tiga phasa. Untuk menganalisa transformator tiga

phasa dilakukan dengan cara menganggap bahwa transformator tiga phasa sebagai

transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir

biasanya parameter tertentu (arus, tegangan, dan daya) transformator tiga phasa

dikalikan dengan nilai .

Transformator tiga phasa dikembangkan untuk alasan ekonomis, biaya lebih

murah karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah

Universitas Sumatera Utara


transformator satu phasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah

transformator tiga phasa, penerjaannya lebih cepat.

Transformator tiga fasa adalah trafo yang sering dipakai hal ini dikarenakan :

a. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.

b. Mempunyai nilai ekonomis.

c. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah.

II.7.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa

Untuk mengurangi rugi-rugi yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,

rangkaian magnetik biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis konstuksi

yang biasa digunakan pada transformator tiga phasa seperti pada Gambar 2.14 dan

Gambar 2.15.

Np1 Np2 Np3

Ns1 Ns2 Ns3

Gambar 2.14 Transformator tiga phasa tipe inti.

Universitas Sumatera Utara


Np1 Np2 Np3

Ns2
Ns1 Ns3

Gambar 2.15 Transformator tiga phasa tipe cangkang

II.7.3 Hubungan Transformator Tiga Phasa

Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu : [9]

1. Hubungan Bintang (Y)

Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-

ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-

ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan

yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120°.[9]

A IA

IB
B
ZB

N
A
Z

IN
ZC
C IC

Gambar 2.16 Transformator tiga phasa hubungan bintang.

Dari gambar 2.16 diperoleh bahwa :

Universitas Sumatera Utara


Dimana :

= tegangan line to line (Volt)

= tegangan phasa (Volt)

= arus line (Ampere)

= arus phasa (Ampere)

2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)

Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara

penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung

mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa

ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan

kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda

120°.

Universitas Sumatera Utara


IA
ICA IAB

IC

IB IBC

Gambar 2.17 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.

Dari gambar 2.17 diperoleh bahwa : [9]

Dimana :

= tegangan line to line (Volt)

= tegangan phasa (Volt)

= arus line (Ampere)

= arus phasa (Ampere

3. Hubungan Zigzag

Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah

satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak

memiliki titik netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa

Universitas Sumatera Utara


dibagi menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang

berlainan.

Gambar 2.18 Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.

Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah[7]:

Dimana :

iY = arus pada kumparan yang terhubung Y

ρ = hambatan jenis tembaga

LY = panjang kumparan yang terhubung Y

AY = Luas penampang kumparan yang terhubung Y

AΔ = Luas penampang kumparan yang terhubung Δ

AZZ = Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag

Universitas Sumatera Utara


II.7.4 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa

Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi

sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan

segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu liltan

sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh

kombinasi Δ-Z, dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa,

hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila

dihubungkan secara bintang dengan beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini

pembahasan hubungan transformator tiga phasa secara umum :

1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)

Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada

primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi

pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa

(L-L) pada sisi primer dan sekundernya.

Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban

seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan

sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus

netral yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.

Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.20. Pada

hubungan Y-Y, tegangan masing-masing primer phasa adalah :[7]

Universitas Sumatera Utara


Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan

perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer

dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :

R r

N1R N2r

R s
S s
r
S V2ph
N1S
N1S N2s
V2ph V2L
V1

N1R N2s N2r V1L V1ph


ph

V2L
V1L
N1T N2t
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.19 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y.

2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)

Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai

penaik tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3

kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan

sekunder yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau

trafo Δ-Δ. Hubungan transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar 2.21. Pada

hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa

primer ( ), dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan

Universitas Sumatera Utara


tegangan phasa ( ), sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada

hubungan Y-Δ adalah :[7]

Gambar 2.20 Transformator 3 phasa hubungan Y-Δ.

3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)

Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari

tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat

pada Gambar 2.22. Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama

dengan tegangan phasa primer ( ), dan tegangan sisi sekundernya (

), maka perbandingan tegangan pada hubungan Δ-Y adalah :[7]

R r

V1ph N1R N2r V2ph V2L


V1L
s
R V2L
r S s

V1L
h
1p

N2s N1S N2s


V

N1R N2r
S N1T V2ph
N1S
N2t
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.21 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Y.

Universitas Sumatera Utara


4. Hubungan Delta - delta (Δ-Δ)

Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan

phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN),

maka perbandingan tegangannya adalah : [7]

Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :

Dimana :

IL = arus line to line

IP = arus phasa

R r

V1ph N1R N2r V2ph V2L


V1L

R r s
S
V2ph
V1L V2L
h
1p

N1S N2s
V

N1R N2r
S N1T N2t s
N1S
N2s
T t
T t
N1T N2t

Gambar 2.22 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Δ.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai