Anda di halaman 1dari 13

Peran PAK Dalam Membentuk Mental Positif Generasi Kristen Di Era

Millenial

PENDAHULUAN
Tulisan ini dimulai dari observasi penulis terhadap kemajuan zaman saat ini. Ada
banyak masalah yang terjadi akibat kemajuan zaman ini, khususnya bagi kalangan anak –
anak muda Kristen,seperti hamil di luar nikah akibat pacaran yang berlebihan, kencanduan
porno grafi, narkoba, minuman keras, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena mental
mereka tidak siap untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di zaman ini. Maka,
berangkat dari masalah tersebut, penulis merasa bahwa diperlukan upaya untuk mencegah
masalah tersebut.
Untuk menghadapi kemajuan zaman dan teknologi saat ini diperlukan mental yang
kuat dan positif dari setiap generasi Kristen supaya generasi ini tidak jatuh dalam
keburukan zaman ini. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen memiliki peran
penting dalam mengupayakan pencegahan atas masalah – masalah ini. Jika masalah ini
terus dibiarkan maka, anak – anak muda Kristen akan mengalami keburukan moral, hidup
yang tidak jelas, serta masa depan yang suram. Oleh karenanya, mental anak – anak muda
saat ini harus diperbaiki dan dibentuk kembali melalui nilai – nilai kebenaran dengan dasar
yang kokoh yaitu Firman Tuhan atau Alkitab.
Dari masalah yang sudah dijelaskan di atas, penulis menemukan beberapa
pertanyaan untuk dibahas dalam tulisan ini, yang pertama adalah sudahkah Pendidikan
Agama Kristen siap menghadapi tantangan Era Millenial? Yang kedua adalah apa peran
Pendidikan Agama Kristen dalam membentuk Mental anak – anak muda Kristiani di era
Millenial? Yang ketiga bagaimana cara Pendidikan Agama Kristen dalam membentuk
Mental Positif generasi Kristen masa kini?
Maka melalui tulisan ini, penulis ingin menjelaskan peran Pendidikan Agama
Kristen dalam Membentuk Mental Positif Generasi Kristen di zaman ini. Dan melalui
tulisan ini, lembaga – lembaga, serta guru – guru Pendidikan Agama Kristen semakin
mengerti panggilan dan perannya di zaman ini, karena ini merupakan masalah yang serius
oleh karenanya harus ditanggapi dengan serius.

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif.
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber literature yang kemudian dianalisis
secara objektif dan disimpulkan dalam bentuk deskriptif. Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah Alkitab, buku, jurnal, serta literature lain yang didapat dari internet.

1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tantangan Pendidikan Agama Kristen Di Era Millenial
Penyalahgunaan Kecanggihan Teknologi
Penyalahgunaan teknologi merupakan salah satu tantangan pendidikan saat ini.
Jika penggunaan teknologi tidak dipakai dengan tepat maka akan berakibat fatal. Putu
Agus dan Gusti Lanang mengatakan bahwa “Resiko kemungkinan penyalahgunaan
teknologi yang dapat mengakibatkan kerugian yang bahkan tidak terbayangkan. Resiko
tersebut dapat berupa ancaman fisik seperti pencurian dan penghacuran aset.”1
Bisa kita bayangkan jika resiko tersebut di atas terjadi pada generasi muda, maka
akan mengakibatkan kerugian besar, bukan hanya orang lain yang dirugikan tetapi juga
dirinya sendiri dan lembaga pendidikan yang mendidiknya. Oleh karena itu, pendidikan
agama Kristen harus bisa menghadapi tantangan ini, supaya generasi muda tidak terlibat
dalam kasus tersebut. Pendidikan agama Kristen harus berperan aktif untuk membentuk
generasi yang berkarakter dan bermoral, sehingga generasi millennial mampu menguasai
diri dalam hal menggunakan atau memanfaatkan kemajuan teknologi ini.

Pergaulan Bebas
Kemajuan zaman saat ini banyak membawa perubahan, baik itu budaya, gaya
hidup, kebutuhan, dan sebagainya. Kemajuan zaman harusnya membawa dampak yang
baik bagi masyarakat. Namun, kenyataan yang kita lihat saat ini ada banyak dampak
negatif yang diakibatkan oleh perkembangan zaman saat ini. Salah satunya adalah
pergaulan bebas. Generasi millennial sangat rentan dengan kondisi ini. Mereka
menjadikan hal ini sebagai budaya dan gaya hidup mereka, seperti pacaran yang
mengakibatkan hamil di luar nikah, narkoba, miras, dan sebagainya.
Menurut data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
tahun 2010, pergaulan bebas di Indonesia sering terjadi di kota–kota besar, seperti
JABODETABEK. Di JABODETABEK sendiri didapatkan bahwa 51% remaja telah
hilang keperawanannya. Sedangkan di kota lain seperti Surabaya 54%, Medan 52%,
Bandung 47%, dan Yogyakarta 42%. Jika dilihat dari data tersebut jelas hal ini
menyedihkan. Muncul pertanyaan bagi kita, mengapa hal ini bisa terjadi dan apa
penyebabnya.
Dari hasi penelitian BKKBN ada beberapa faktor penyebab terjadinya pergaulan
bebas, namun penulis hanya mengambil tiga faktor utama, yaitu
1. kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/Agama
2. Sikap mental yang tidak sehat
3. Pola pikir yang salah
Dari tiga faktor utama tersebut, disitu bisa kita lihat bahwa peran pendidikan iman
dan karakter atau pendidikan agama sangat dibutuhkan. Pendidikan agama khususnya
pendidikan agama Kristen harus membuka mata terhadap masalah yang terjadi dikalangan
generasi millennial saat ini. Pendidikan harus mampu memberi solusi dari ketiga faktor
utama tersebut di atas. Menurut penulis, Jika tidak dilakukan upaya pencegahan dari
masalah tersebut, maka jangan heran jika generasi millennial bangsa kita akan diperbudak
oleh kemajuan zaman itu sendiri.
Oleh karena itu, sudah menjadi tugas dan sekaligus menjadi tantangan bagi
pendidikan agama Kristen untuk membentuk generasi yang memiliki karakter dan
tanggungjawab. Pendidikan agama Kristen harus memberikan perhatian yang serius
terhadap generasi saat ini. Pendidikan agama Kristen harus bisa mendidik generasi
millennial yang memiliki peganngan hidup dan takut akan Tuhan, membentuk mental
positif, serta membentuk pola pikir yang sehat, sehingga generasi millennial kita menjadi
generasi yang bertanggung jawab dan memiliki masa depan yang cerah.

Peran Pendidikan Agama Kristen Di Era Millenial


Membentuk Kerohanian
Salah satu peran pendidikan agama Kristen adalah membentuk kerohanian manusia.
Andar ismail mengatakan “Anak–anak yang akan hidup sebagai orang dewasa di abad ke
21 membutuhkan iman dan kepribadian Kristen yang dapat menghadapi dunia
globalisasi.”2 Oleh karena itu peran pendidikan agama Kristen sangat penting untuk
mendidik generasi millenial supaya tetap hidup dalam kebenaran. Menurut penulis, Iman
dan kepribadian yang takut akan Tuhan merupakan senjata bagi anak millennial dalam
menghadapi perkembangan zaman saat ini. Maka pendidikan agama Kristen harus bisa
mendidik generasi millennial untuk memiliki iman yang teguh kepada Kristus supaya tidak
terpengaruh oleh keburukan zaman saat ini.

Membentuk Karakter
Seiring perkembangan zaman ada banyak generasi muda yang kehilangan moral
atau karakter. Handreas Hartono mengatakan bahwa“melihat perkembangan zaman yang
ditandai dengan berkembangnya teknologi dan gaya hidup, ternyata turut merubah karakter
anak–anak Kristen. Teknologi adalah sesuatu yang positif jika digunakan sesuai dengan
fungsinya, tetapi akan menjadi negative jika digunakan tanpa memperhatikan batasan–
batasan normative. Bayangkan saja pada anak yang berusia satu tahun yang menghabiskan
waktunya sekian jam dalam sehari di depan televisi untuk menonton film kartun
kesukaanya. Anak–anak sekolah dasar lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
bermain game dari pada belajar, bahkan anak–anak ini akan mengalami stress yang tinggi

2
Andra Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan : Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998).132

83
jika akses internet di rumahnya terganggu. Gaya hidup serba instan juga telah merubah
karakter seorang anak. Dia tidak melihat lagi sesuatu berdasarkan proses, tetapi lebih
melihat segala sesuatu dari hasil akhir.”3
Dari penjelasan diatas dapat kita bayangkan betapa bahayanya kemajuan teknologi
jika tidak digunakan dengan baik. Hal ini bisa saja membawa krisis moral bagi generasi
masa kini. Maka dibutuhkan peran dari Pendidikan Agama Kristen untuk membangun
karakter generasi millennial. Oleh karenanya, Arozatulo Telaumbanua menegaskan
peranan guru Pendidikan Agama Kristen dalam membentuk karakter generasi millennial.
Dalam tulisanya mengatakan bahwa“seorang guru Pendidikan Agama Kristen tidak boleh
mengabaikan peranannya sebagai guru yang memiliki tanggungjawab membentuk karakter
siswanya. Artinya, guru Pendidikan Agama Kristen tidak hanya sekedar mengajar,
melainkan memberikan kontribusi yang sangat berharga lebih dari sekedar mengajar, yakni
berusaha membentuk karakter siswa. Dua hal ini tidak dapat dikotak–kotakkan antara
peranan guru dengan karakter. Guru Kristen dapat berarti yang mengajar prinsip dan
praktis iman Kristen, atau guru yang beragama Kristen yang mengajar pelajaran apa saja,
namun fokus utamanya adalah pembentukan karakter.”4
Dari asumsi tersebut di atas memberikan gambaran bagi kita bahwa kemajuan
zaman saat ini berpotensi membawa krisis moral dalam kehidupan generasi millennial.
Oleh karenanya peran Pendidikan Agama Kristen sangat dibutuhkan untuk membentuk
karakter generasi millennial saat ini. Pendidikan Agama Kristen harus membangun
karakter anak muda atas dasar iman kepada Yesus Kristus, sehingga masalah krisis moral
ini bisa diatasi.

Pemuridan
Pendidikan agama Kristen tidak cukup hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi
juga memuridkan. Generasi millennial harus dimuridkan supaya mereka tetap terkontrol
dan memiliki pengenalan yang lebih tentang Allah dan hukuman atas dosa yang
dilakukannya. Dengan adanya pemuridan ini, generasi millennial memiliki pemahaman
yang benar tentang dosa dan mampu menguasai diri untuk menggunakan alat teknologi
dengan benar.
Menurut Doug Hartman, “ketika seorang murid belajar untuk menyandarkan diri
pada Firman Allah dan tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh pengalaman–pengalaman
negative yang ada disekelilingnya, sikapnya secara lambat laun berubah dari negative ke
sikap positif. Ini karena Firman Allah yang bersifat positif.”5

84
Dari pendapat di atas bisa kita ketahui bahwa pemuridan sangat penting bagi
generasi millennial saat ini, karena melalui pemuridan ini generasi millennial bisa
menghadapi pengaruh negative dari kemajuan zaman saat ini. Dan bukan hanya itu saja,
melalui pemuridan ini juga, generasi millennial, dapat mengubah pola pikir dan sikap,
sehingga sikap individual yang terdapat dalam diri generasi millenial dapat terminimalisir.6

Pentingnya PAK dalam Membentuk Mental Positif Generasi Kristen


Di zaman millennial ini, mental positif sangat perlu untuk ditumbuhkan dalam diri
setiap gerenasi muda, khususnya generasi Kristen. Bagaimana tidak, di zaman sekarang ini
ada banyak penyalahgunaan teknologi dikalangan remaja misalnya saja kecanduan game
online. Contoh kasus, ada sepuluh anak di Banyumas yang mengalami kecanduan game
online. Kesepuluh anak tersebut telah didiagnosa mengalami gangguan mental. Menurut
pengakuan Hilma Paramita dokter Spesialis Jiwa RSUD Banyumas, mengatakan rata – rata
pasien sudah tidak bisa mengendalikan diri bermain game online. Akibatnya, mereka
sudah tidak bisa beraktivitas dengan normal.7
Kemudian kasus pornografi semakin merajalela. Contohnya ada salah satu siswa
yang ditangkap oleh Satreskrim Polres di Ponorogo, lantaran diduga menyebarkan video
setengah bugil siswi SLTA di Kabupaten Ponorogo. CAP diketahui merupakan kekasih
siswi yang ada di video tersebut. "Pelaku ditangkap petugas di rumah saudaranya di
Gresik," kata Kapolres Ponorogo, AKBP Radiant saat jumpa pers, Senin (22/7/2019).
Kapolres menuturkan pelaku merupakan kekasih siswi dalam video asusila yang tersebar
melalui aplikasi perpesanan Whatsapp. Siswi itu berinisial TPN, 16, warga Ponorogo. Dari
pengakuannya telah melakulan hubungan suami istri dengan TPN beberapa kali. Pertama
kali berhubungan badan dilakukan di rumah pelaku pada 2017. Selanjutnya kedua sejoli itu
kembali melakukan hubungan suami istri di salah satu hotel kawasan Ngebel pada Februari
dan Juni 2019. Radiant menuturkan video tersebut disebarkan karena TPN tidak mau lagi
diajak berhubungan intim.8
Kemudian menurut penelitian AAP (Amerika Association of Pediatrics), yang
dikutip oleh Gusti Restu Kinanti dalam tulisannya, mengatakan bahwa “kini anak – anak
menghabiskan rata – rata tujuh jam sehari untuk menggunakan media, termasuk televisi,
computer, telepon, dan alat elektronik lain.”9
Dari beberapa kasus di atas, kita dapat mengetahui bahwa perkembangan zaman
juga membawa pengaruh buruk bagi generasi millennial. Oleh karena itu, peran guru
pendidikan agama Kristen sangat berpengaruh bagi kaum millennial saat ini. Talizaro
mengatakan bahwa
‘guru tidak hanya dituntut menjadi guru yang professional dengan segala upaya
dapat menguasai kurikulum, menguasai materi yang diajarkan, terampil menggunakan
multi metode pembelajaran, mempunyai perilaku yang baik, memiliki kedisiplinan dalam
arti yang seluas – luasnya dan mampu berkomunikasi. Tetapi, guru juga dituntut untuk
dapat menangani berbagai perilaku menyimpang di kalangan generasi millennial
tersebut.’10
Dari gagasan tersebut dapat kita ketahui bahwa tugas guru sangat penting di era
millennial ini. Guru tidak hanya sebagai pengajar yang hanya sekedar memberikan ilmu
pengetahuan, tetapi guru juga berperan sebagai pembimbing dan pendidik, Talizaro
mengistilahkannya dengan “orang tua kedua bagi generasi muda.” 11 Melalui bimbingan
guru pendidikan agama Kristen ini diharapkan bisa memberi dampak bagi kehidupan
generasi millennial, yaitu membentuk mental positif generasi millennial supaya bisa
memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk hal – hal yang baik dan berguna bagi masa
depan yang cerah.

Mental Positif untuk Masa Depan yang Sukses


Masa depan tidak terlepas dari yang namanya mental positif. Mental positif artinya
adalah sikap mental psikologis yang membangkitkan rasa ingin berhasil lewat sifat
optimistic.12 Menurut penulis, hal ini jelas bahwa sikap mental yang kuat akan berdampak
pada keberhasilan seseorang. Sikap mental yang positif ini akan diperoleh melalui sifat
opstimistik, artinya memiliki pola pikir yang baik, mau maju, dan mau berhasil.
Menurut data yang diperoleh dari jurnal Mozaik, Vol. X edisi 2 mengatakan bahwa
“Indonesia yang penduduknya tercatat lebih dari 250 juta, diperkirakan sepertiganya yaitu
kira – kira 80 jutaan berusia 17 – 37 tahun yang dapat dikategorikan sebagai generasi
millennial. Melihat begitu besar jumlah generasi muda Indonesia berarti bangsa ini
berpeluang memiliki potensi yang besar untuk membangun negaranya. Namun fakta yang
menyedihkan akibat pengaruh budaya global generasi millennial justru menghabiskan
waktunya dengan menyaksikan tayangan – tanyangan budaya bangsa lain yang tidak
normative, padahal kejayaan Indonesia terletak ditangan mereka para millennial,
sebagaimana masyarakat Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang terbentang di
seluruh Nusantara.”13
Jadi, dari data di atas dapat kita lihat bahwa generasi millennial memegang peranan
penting bagi kemajuan bangsa ini. Menurut Jeane Marie Tulung, dkk mengatakan bahwa
“nasib bangsa ini tergantung pada mereka (millennial)14, namun jika generasi millennial itu
sendiri yang merusak moral bangsa ini, tidak mau maju, dan tidak mau membangun, maka
mau dibawa kemana bangsa ini. Oleh karena itu, setiap generasi muda harus memiliki
mental positif, artinya jangan mau diperbudak oleh kemajuan teknologi, tetapi
manfaatkanlah teknologi itu untuk membangun masa depan yang sukses serta membangun
bangsa dan negara.

KESIMPULAN
Pemerintahan bukan sesuatu yang buruk bila dipahami sebagai anugerah Allah.
Dimana kekuasan yang ada berasal dari Allah dan bertujuan untuk mendatangkan kebaikan
bagi masyarakat. Jabatan dan kekuasaan itu dipandang sebagai kesempatan untuk
mengabdi kepada kepada Tuhan. Setiap orang Kristen semestinya tunduk kepada
pemerintah karena pemerintah merupakan hamba Allah. Pemahaman bahwa pemerintahan
itu ada karena ketetapan Allah dan mereka menjadi hamba Allah untuk menjalankan roda
kepemimpinan yang ada di dunia.
Orang yang percaya kepada Allah melihat keterlibatan dalam politik praktis sebagai
bentuk pelayanan kepada Allah. Adanya panggilan sebagai politikus Kristen dimana
menempatkan dirinya dipakai Allah sebagai penerima kekuasaan. Kehadirannya di
pemerintahan untuk mewujudkan kerinduan Allah dalam menyatakan Injil.
Peran Dan Tantangan Pemuda "Di Era Generasi Millenial"

Banyak kalangan menyebut anak-anak muda zaman now sebagai generasi millennial. Generasi ini
lahir setelah zaman generasi X, atau tepatnya pada kisaran tahun 1980 sampai tahun 2000-an. Jadi
dapat diperkirakan bahwa saat ini generasi millennial memiliki rentang usia 17 hingga 37 tahun. Di
Indonesia sendiri, terdapat sekitar 80 juta orang yang berusia antara 17 hingga 37 tahun. Jumlah
tersebut sangat banyak dan signifikan, mengingat populasi generasi millennial sudah mencakup 30
persen dari total penduduk di Indonesia. Berdasarkan berbagai kajian dan penelitian yang telah
dilakukan terhadap generasi millennial, ditemukan banyak perbedaan antara generasi ini dengan
generasi-generasi yang lebih tua, seperti generasi silent, generasi boomer, maupun generasi X.
Perbedaan tersebut terlihat dalam gambar di bawah ini. 

Diketahui bahwa generasi millenial sangat dekat dengan teknologi. Kehidupan generasi ini tidak
bisa dilepaskan dari teknologi dan internet, berbeda dengan generasi X di mana pengaruh dari
teknologi belum terlalu menonjol seperti saat ini. Generasi millennial lahir ketika handphone dan
media sosial mulai muncul di Indonesia, sehingga wajar apabila generasi ini lebih melek teknologi
dibanding generasi-generasi sebelumnya. Ada pula perbedaan lain yang muncul antara generasi
millennial dengan generasi-generasi sebelumnya, yaitu terkait dengan masalah budaya/ gaya hidup
sehari-hari. Ada kecenderungan bahwa generasi millennial lebih suka mendengarkan musik
dan hang out asik bersama teman-temannya. Maka tak mengherankan bila banyak kafe atau
tempat nongkrong lainnya yang ramai dikunjungi anak muda zaman now, karena itulah kehidupan
sosial mereka.

  

Selain karakteristik yang sudah dijelaskan di atas, generasi millennial juga memiliki sifat yang
lebih toleran terhadap sesamanya. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi yang semakin cepat, di
mana anak muda zaman now dapat berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia. Arus
globalisasi berhasil menciptakan interaksi langsung dan tidak langsung yang lebih luas antar umat
manusia, yang tidak mengenal batas-batas antara negara satu dengan negara yang lain. Oleh sebab
itu, globalisasi membuat generasi millennial menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan, wawasan
mereka terhadap keberagaman pun menjadi lebih luas sehingga timbul sifat toleran yang cukup
tinggi dari generasi ini.

Nah, apabila melihat berbagai karakteristik yang dimiliki generasi millennial, tampaknya
kehidupan dari generasi ini sungguh terjamin dan menyenangkan. Bagaimana tidak, kemajuan
teknologi yang pesat, kehidupan yang super dinamis, dan perkembangan alat telekomunikasi telah
membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sering tidak kita sadari
bahwa dunia ini semakin kejam dan penuh dengan tantangan baru yang harus dihadapi. Tingginya
tingkat mobilitas antar negara sebagai dampak dari globalisasi dan dibentuknya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 menyebabkan persaingan untuk dapat survive di dunia
ini menjadi lebih keras. Belum lagi ditambah dengan naiknya tingkat inflasi yang terus terjadi dari
tahun ke tahun, yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok menjadi lebih mahal dan sulit
dijangkau.
Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, generasi millennial di Indonesia tidak boleh
kalah dalam persaingan dengan anak-anak muda dari negara lain. Pendidikan yang tinggi saja
ternyata tidak cukup, anak muda Indonesia zaman now harus dibekali dengan berbagai pengalaman
dan soft skills yang baik. Nah, menjadi pribadi yang kreatif, aktif, dan inovatif tentu harus dimiliki
dalam jiwa anak muda. Itu adalah syarat utama bagi generasi millennial untuk dapat bersaing dan
menghadapi berbagai tantangan di dunia yang semakin dinamis ini. Lalu, bagaimana sih cara agar
kita bisa menjadi generasi millennial yang kreatif, aktif, dan inovatif di era modern saat ini? Oke,
untuk menjadi anak muda zaman now yang kreatif, aktif, dan inovatif, kita perlu membiasakan diri
untuk melakukan aktivitas-aktivitas/ pola hidup berikut ini di dalam kehidupan kita:

Perbanyak Membaca Buku: Membaca buku secara rutin sangat dianjurkan bagi generasi
millennal saat ini, apalagi minat baca dari anak muda di Indonesia masih sangat rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Most Littered Nation In the World 2016, dari total 61
negara, minat baca di Indonesia berada di peringkat 60. Hal ini tentu menjadi keprihatinan
bersama, padahal dengan membaca buku setiap hari, wawasan yang diperoleh menjadi lebih luas
dan hal tersebut akan merangsang kemampuan untuk berpikir secara kreatif. Apabila sulit untuk
memulai kebiasaan membaca buku, kita bisa memilih buku-buku yang sederhana terlebih dahulu,
seperti novel atau majalah-majalah remaja untuk lebih membiasakan diri.

Menggunakan Internet dan Media Sosial Secara Bijak: Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan teknologi dan internet bisa membawa dampak positif maupun dampak negatif bagi
anak muda. Apabila tidak hati-hati dalam penggunaannya, kita sebagai anak-anak muda dapat
terjerumus ke hal-hal yang negatif, seperti mengunjungi situs-situs pornografi, membuka situs-situs
radikalisme, atau salah dalam memilih teman dan komunitas di internet. Selain itu, generasi
millennial juga harus bijak dalam menggunakan media sosialnya. Jangan sampai media sosial
justru menjadi sarana untuk saling menghujat dan menjatuhkan satu sama lain atau untuk
menyebarkan informasi hoax. Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus
mengambil dampak positifnya saja. Kita bisa menggunakan internet untuk mencari ide-ide kreatif
di Google, mencoba menulis artikel di Kompasiana, melihat tutorial kreatif di Youtube, membuat
foto-foto menarik untuk ditampilkan di Instagram atau Facebook, membagikan info-info yang
bermanfaat di Twitter dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, dampak positif dari kemajuan
teknologi akan kita rasakan ketika kita juga menggunakannya secara positif.

Bersikap Terbuka Terhadap Berbagai Pengalaman Baru: Di dunia yang semakin dinamis dan
modern seperti saat ini, kita sebagai anak muda perlu membiasakan diri untuk terbuka dengan
berbagai pengalaman baru. Kita bisa mengikuti berbagai macam aktivitas yang bermanfaat bagi
kita, seperti bergabung dengan organisasi sosial, menjadi relawan bagi orang-orang miskin, atau
mengikuti ajang-ajang perlombaan. Aktivitas-aktivitas tersebut akan melatih diri kita untuk dapat
berpikir lebih kreatif dan bergerak lebih aktif. Oiya, selain itu kita dapat membiasakan diri untuk
lebih tanggap dan kritis dengan masalah-masalah yang terjadi di sekeliling kita.

Membangun Ide dan Visi ke Depan: Hal berikutnya yang dapat dilakukan oleh anak muda
adalah mencoba mengembangkan ide-ide kreatif yang ada di benaknya. Kita bisa memulai dengan
ide-ide yang sederhana terlebih dahulu. Siapa tahu dari ide yang sederhana tersebut, kita justru
dapat membentuk sebuah startup baru yang dapat memecahkan masalah-masalah yang ada sekitar
kita dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain mencoba mengembangkan
ide-ide yang ada di pikirin kita, generasi millennial juga harus memiliki visi dalam kehidupannya.
Visi ini harus jelas dan realistis. Jangan sampai kita sebagai generasi penerus bangsa tidak
memiliki visi dan cita-cita yang membuat kita hidup tanpa target dan tujuan. 

Rajin Berolahraga dan Membiasakan Diri untuk Bangun Pagi: Kelihatannya memang sepele,
tetapi dua aktivitas tersebut memiliki dampak yang sangat positif untuk membantu kita menjadi
anak muda yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Dengan rajin berolahraga, kita memiliki banyak
energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya kreativitas. Selain itu, kita menjadi lebih
semangat dan terhindar dari rasa mager (malas gerak). Bangun pagi pun demikian, kebiasaan ini
akan membantu otak kita menjadi lebih segar sehingga dapat memunculkan ide-ide yang kreatif.
Dengan bangun lebih pagi, kita memiliki banyak waktu untuk beraktivitas secara positif dan
mengembangkan berbagai ide yang ada di pikiran kita.

Nah, itu tadi aktivitas-aktivitas yang dapat kita lakukan sebagai anak muda zaman now untuk
berlatih menjadi generasi yang kreatif, aktif, dan inovatif. Aku sendiri sama seperti kalian,
termasuk dalam generasi millennial yang dekat dengan teknologi dan suka menghadapi tantangan-
tantangan baru. Menulis artikel di muhammadiyahlamongan.com seperti artikel ini merupakan
salah satu caraku untuk melatih dan meningkatkan daya kreativitas. Oiya, jujur dulu aku sering
mengalami rasa bosan dan mager untuk bangun lebih pagi, membaca buku lebih rutin, lebih rajin
berolahraga, atau malas menulis artikel di mana pun, termasuk di kampusdesa.or.id. Akan tetapi,
berkat motivasi yang diberikan oleh ibuku, sekarang hidupku menjadi lebih bergairah. Aku jadi
merasa ingin terus menulis dan menulis di situs blog ini. Sekarang aku juga lebih rajin berolahraga
dan membaca buku setiap hari.

Kata “pemuda” seringkali identik dengan kelompok anak muda yang masih “bau kencur” alias
belum berpengalaman, belum matang dalam berpikir dan belum stabil secara emosi. Dan
karenanya secara umum orang tidak terlalu memperhitungkan kelompok pemuda ini karena
dianggap pola berpikirnya cenderung idealis tidak realistis dan sering mengambil keputusan
dengan berdasarkan emosi perasaan belaka.
Namun sebenarnya dalam hidup ini yang namanya “idealisme’, suatu pemikiran tentang dunia
utopia, merupakan hal penting yang membuat manusia tetap mempunyai semangat dan harapan
untuk tetap hidup dan berjuang demi dunia yang lebih baik. Dunia utopia memang seperti mimpi.
Tapi saya percaya bahwa mimpi yang terukur dan dikombinasikan dengan pemikiran serta
semangat positif dapat mengubah dunia. Pada saat kita berhenti bermimpi, kita berhenti berusaha,
maka kita akan mati.

Di sinilah peran pemuda, sebagai sosok yang muda, yang dinamis, yang penuh energi, yang
optimis, diharapkan untuk dapat menjadi agen perubahan yang bergerak dan berusaha untuk
sedekat mungkin dengan dunia utopia itu. Pemuda, diharapkan bisa membawa ide-ide segar,
pemikiran-pemikiran kreatif dengan metode thinking out of the box yang inovatif, sehingga dunia
tidak melulu hanya dihadapkan pada hal-hal jaman old yang itu itu saja dan tidak pernah
berkembang. Dengan kata lain pemuda diharapkan menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik
dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk menjadi change agent, yaitu pihak yang
mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan
dan pengembangan.

Pemuda Sebagai Change Agent

Dari hasil baca-baca saya, setidaknya ada lima karakteristik pemimpin yang baik yang harus ada
dalam diri seorang Change Agent. Yang pertama, visi yang jernih. Sebagai pemimpin, seseorang
harus memiliki target yang jelas sehingga program kerja dapat disusun dengan baik dan dengan
tahapan yang berkesinambungan karena arah yang dituju jelas. Pemimpin yang baik harus bisa
menjelaskan ide dan konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih kepada orang lain dan
terutama kepada anggota tim kerjanya.

Saya pikir Albert Einsten benar, “If you can’t explain it simply, you don’t understand it well
enough”. Yang kedua, memiliki kegigihan untuk mencapai target. Yang ketiga, bersikap kritis dan
analitis. Dengan kata lain, pemimpin yang baik harus selalu bernalar dan menggunakan akal
sehatnya. Tidak ada hal yang ditelan bulat-bulat tanpa mengerti substansinya. Yang keempat, sarat
akan pengetahuan dan memimpin dengan memberikan contoh, bukan hanya dengan instruksi. Yang
kelima, membangun hubungan yang kuat dengan orang-orang sekitarnya dengan membangun
kepercayaan. Dengan kata lain, pemimpin yang baik harus memiliki integritas agar dapat
dipercaya.

Pemuda dan semangatnya dibutuhkan sebagai change agent dalam berbagai sektor, termasuk


sektor politik. Selama masih ada yang namanya “negara”, politik juga akan selalu ada. Masalahnya,
politik sudah terlalu lama terasosiasi sebagai suatu hal yang kotor dan karenanya dihindari banyak
orang. Kata “politik” hampir identik dengan “perebutan kekuasaan demi jabatan dan uang”.
Akibatnya, banyak anak muda berpotensi menghindari dan tidak peduli dengan politik. Namun
sikap ini tanpa disadari secara tidak langsung membuat kondisi politik menjadi semakin buruk
karena level of competition, baik dari sisi kemampuan maupun integritas, menjadi rendah untuk
seseorang menduduki posisi strategis dalam lembaga-lembaga negara.

Akibatnya, orang-orang yang memegang kekuasaan dalam negara bukanlah orang-orang terbaik
yang ada di negara tersebut, melainkan orang-orang yang memang dari awal masuk ke dalam
politik dengan niat untuk semata-mata memperoleh jabatan dan kekuasaan demi uang atau
kepentingan pribadi lainnya. Pada saat kancah politik dan lembaga negara dikuasai oleh orang-
orang yang tidak berkualitas ini, semakin orang-orang yang berkualitas menjauhi area tersebut. Hal
ini terjadi terus menerus dan menjadi lingkaran setan.

Generasi milenial harus bisa bertindak sebagai change agent dan memutus lingkaran setan tersebut.
Pemuda harus tetap optimis dan tidak berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan, termasuk
dalam sektor politik. Pemuda harus mau peduli dengan kualitas politik negaranya dan berani terjun
ke dalamnya. Karena perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang baik, profesional
dan berintegritas masuk ke dalam politik.

Tidak dapat disangkal bahwa politik sudah terlalu lama disalahgunakan oleh orang-
orang opportunist demi jabatan, kekuasaan dan uang semata. Tapi sesungguhnya ada dimensi lain
dari politik, yaitu suatu alat dahsyat yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Apabila
kita berpolitik dengan baik dan benar, maka kita dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik.
Seperti yang dikatakan Mahatma Gandi, “Be the change you wish to see in the world “. Jangan
mengandalkan orang lain untuk melakukan perbaikan, tapi kita harus mau turun tangan untuk
melakukan perbaikan yang kita inginkan.

Tantangan Bagi Generasi Milenial

Generasi milenial adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi. Dengan kemampuannya di
dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi ini memiliki banyak peluang untuk bisa berada jauh
di depan dibanding generasi sebelumnya. Namun sayangnya, dari beberapa statistik yang saya
baca, dikatakan bahwa generasi milenial cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial,
termasuk politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih fokus kepada pola hidup kebebasan dan
hedonisme. Mereka cenderung mengingkan hal yang instant dan tidak menghargai proses.

Di era ini segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas, informasi dapat
diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini harus berusaha dan mampu menjadi
bijak terutama dalam penggunaan media sosial. Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung
bagaimana kita menggunakannya. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan
media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa menjadi penyebar hoax dan menjadi bodoh apabila
kita menggunakan media sosial dengan tidak benar.
Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin tinggi. Kualitas
dan kinerja manusia juga dituntut menjadi semakin tinggi. Generasi masa kini harus mampu
beradaptasi dengan cepat, belajar dan menjadi lebih baik dengan cepat serta melakukan navigasi
yang lincah dan tepat untuk dapat memecahkan setiap masalah. Kreatifitas dan Apabila tidak,
dalam beberapa tahun ke depan mungkin posisi kita sudah digantikan oleh robot atau program
komputer.

Di Indonesia, ada sekitar 81 juta penduduk yang termasuk dalam generasi milenial. Berarti sekitar
hampir 32% dari total populasi di Indonesia. Pertanyaannya: Mampukah kelompok 32% ini
menjadi change agent untuk Indonesia? Siapkah mereka untuk membangun dan meneruskan
Indonesia? Ini yang menjadi tantangan terbesar bagi generasi milenial Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai