Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Undang–

Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan persyaratan

umum rumah sakit, dua diantaranya:

a. Rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,

sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.

b. Rumah sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

swasta (Depkes RI, 2009b).

Gambaran umum pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit

pemerintah di Indonesia pada umumnya masih banyak mengalami kekurangan.

Kekurangan yang sangat mencolok antara lain: keterbatasan sumber daya

manusia baik dari aspek jumlah maupun mutu terutama di sebagian besar

rumah sakit di kabupaten/ kota, keterbatasan sumber pendanaan dimana

sebagian kecil saja kebutuhan anggaran obat yang dapat dipenuhi oleh

pemerintah, keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan obat yang dapat

berpengaruh terhadap mutu obat yang diadakan, komitmen dari Pemda untuk

menyediakan anggaran, sarana dan tenaga (Depkes RI, 2008).

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. Kota Surakarta

Kota Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah. Wilayah kota

Surakarta berbatasan dengan kabupaten Karanganyar di sebelah utara, barat

dan timur, kabupaten Boyolali di sebelah utara dan berbatasan dengan

kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan, barat dan timur. Kota surakarta

memiliki luas wilayah 46,01 km2, terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan

dengan jumlah penduduk 528.716 jiwa (Ditjen PUM Kemendagri, 2013). Pada

sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, kota Surakarta

merupakan kota dengan populasi tertinggi di provinsi Jawa Tengah (BPS,

2014).

3. RSUD Dr. Moewardi

Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta (RSDM)

dibangun melalui tiga tahap pembentukan dalam prosesnya yaitu jaman

penjajahan Belanda, jaman pendudukan jepang, dan jaman kemerdekaan. Pada

tahun 1950 terdapat 3 Rumah Sakit di Surakarta. Kemudian berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah No. H.149/2/3

dengan surat dari Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat I

Jawa Tengah pada tanggal 19 Pebruari 1960 menetapkan untuk menyatukan

ketiga rumah sakit tersebut menjadi satu rumah sakit yaitu Rumah Sakit Umum

Surakarta. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 No.

44751/RS dan Gubernur Jateng melalui SK No. 445/29684 pada tanggal 24

Oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM) adalah rumah sakit milik Pemerintah

Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang terletak di kota Surakarta.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan tanggal 6 September 2007

No.1011/MENKES/SK/IX/2007 tentang peningkatan kelas RSUD Dr.

Moewardi Surakarta milik Provinsi Jawa Tengah dari kelas B Pendidikan

menjadi kelas A ISO 9001: 2000, SNI 19-9001-2001/ISO 9001-2000. Juga

sebagai rumah sakit pusat rujukan daerah Jawa Tengah bagian tenggara dan

Jawa Timur bagian barat.

4. RSUD Kota Surakarta

Berdasarkan peraturan Walikota Surakarta Nomor 8 Tahun 2013

tanggal 23 Mei 2013 menyebutkan Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta

adalah Rumah Sakit Umum Kelas D yang beralamat di Jalan Lettu Sumarto

Nomor 1 Surakarta Jawa Tengah. Visi RSUD Kota Surakarta adalah menjadi

rumah sakit kebanggaan Kota Surakarta dengan pelayanan yang bermutu.

RSUD Kota Surakarta memiliki beberapa jenis dokter spesialis, yakni

diantaranya dokter bedah, dokter kandungan, dokter anak, dokter penyakit

dalam, dokter anestesi dan dokter radiologi. Kapasitas tempat tidur pasien lebih

dari 100 unit.

5. Pelayanan Farmasi

Menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197 tahun

2004 disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu

kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pasien,

penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).

Pada saat ini pelayanan farmasi telah mengalami perubahan dari

paradigma lama yaitu drug oriented ke paradigma baru yaitu patient oriented

dengan filosogi Pharmacheutical Care (pelayanan kefarmasian) (Depkes RI,

2004). Pharmacheutical Care adalah filosofi dari praktek yang menitikkan

pasien sebagai penerima keuntungan utama dari kegiatan farmasis.

Pharmacheutical Care berfokus pada sikap, tingkah laku, komitmen, perhatian,

etika, fungsi, pengetahuan, tanggung jawab dan kemampuan dari farmasis

dalam ketentuan terapi obat yang bertujuan memperoleh hasil outcome terapi

nyata pada kesehatan dan kualitas hidup pasien (WHO, 1994).

Berdasarkan hasil kongres WHO di New Delhi (1988), mengakui/

merekomendasi/ menetapkan kemampuan untuk diserahi tanggung jawab

kepada farmasis yang secara garis besar adalah sebagai berikut:

a. Memahami prinsip-prinsip jaminan mutu (quality assurance) obat sehingga

dapat mempertanggung jawabkan dan fungsi kontrol

b. Menguasai masalah-masalah jalur distribusi obat (dan pengawasannya),

serta paham prinsip- prinsip penyediaannya.

c. Mengenal dengan baik struktur harga obat (sediaan obat).

d. Mengelola informasi obat dan siap melaksanakan pelayanan informasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

e. Mampu memberi advice yang informatif kepada pasien tentang penyakit

ringan (minor illnesses), dan tidak jarang kepada pasien dengan penyakit

kronik yang telah ditentukan dengan jelas pengobatannya.

f. Mampu menjaga keharmonisan hubungan antara fungsi pelayanan medik

dengan pelayanan farmasi (Sudjaswadi, 2001).

6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/ unit/ divisi

atau fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan definisi tersebut maka instalasi farmasi rumah sakit secara umum

dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah

sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang

apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.

Pelayanan kefarmasian terdiri pelayanan paripurna yang mencakup

perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan/

sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal

dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan

penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit (Siregar dan Amalia,

2004).

Tugas utama instalasi farmasi rumah sakit adalah pengelolaan mulai

dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan

langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk penderita

rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah

sakit. Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, instalasi farmasi rumah sakit

harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua penderita dan

menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya

minimal (Siregar dan Amalia, 2004).

Untuk dapat mengelola farmasi rumah sakit secara efisien diperlukan

pengetahuan manajemen yang memadai, sehingga diharapkan dengan

dukungan sistem manajemen yang baik pada pengelolaan obat maka akan

dihasilkan pelayanan farmasi yang ideal. Artinya, setiap kali diperlukan obat

selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan harga yang terjangkau, mutu

yang terjamin, dan dalam waktu yang tepat (Pudjaningsih, 1996).

7. Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Gudang Farmasi merupakan pusat tempat penyimpanan dan

pengelolaan kebutuhan farmasi di rumah sakit (Yuliasari, 2008). Manfaat

pergudangan dalam BNPB (2009) adalah untuk:

a. Terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan.

b. Tertatanya perbekalan kesehatan.

c. Peningkatan pelayanan pendistribusian.

d. Tersedianya data dan informasi yang lebih akurat, aktual, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

e. Kemudahan akses dalam pengendalian dan pengawasan.

f. Tertib administrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk

menjamin kondisi penyimpanan yang baik, terutama area tersebut hendaklah

bersih, kering dan mendapat penerangan yang cukup serta dipelihara dalam

batas suhu yang ditetapkan. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah

dari produk selain obat dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang

tidak diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau faktor

eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat dan/atau bahan obat

yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus (BPOM RI, 2012).

8. Perbekalan Farmasi

Menurut SK Menteri Kesehatan RI No.1197 tahun 2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit, perbekalan farmasi adalah sediaan

farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio

farmasi dan gas medis (Depkes RI, 2004). Pengertian obat dan alat kesehatan:

a. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk

manusia (Depkes RI, 2009a).

b. Alat kesehatan ialah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta

pemulihan kesehatan pada manusia dan atau membentuk stuktur dan

memperbaiki fungsi tubuh (Depkes RI, 2009a).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

9. Stabilitas Sediaan Farmasi

Singh dkk dalam Bajaj dkk (2012) mendefinisikan stabilitas produk

farmasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan

dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan,

sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dikemas.

Carstensen dkk dalam Bajaj dkk (2012) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi stabilitas produk farmasi diantarnya adalah stabilitas bahan

aktif, interaksi antara bahan aktif dan eksipien, proses pembuatan, tipe dari

bentuk sediaan obat, wadah/ cara penutupan yang digunakan untuk

pengemasan, cahaya, panas dan kondisi kelembaban selama pengiriman,

penyimpanan dan penanganan. Selain itu, reaksi degradasi seperti oksidasi,

reduksi, hidrolisis atau rasemisasi, yang dapat memainkan peran penting dalam

kestabilan produk farmasi, serta tergantung pada kondisi seperti konsentrasi

reaktan, pH, radiasi, katalis, bahan baku yang digunakan dan jangka waktu

antara pembuatan dan penggunaan produk (Bajaj dkk, 2012).

10. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Pada tahun 1979, Komite Ahli WHO spesifikasi sediaan farmasi,

menyampaikan bahwa bagian yang harus diperhatikan pada pemastian mutu

adalah penyimpanan. Hal ini dijelaskan lebih jauh bahwa penyimpanan yang

tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan fisik dan penguraian kimia, yang

dapat menyebabkan penurunan aktivitas dan bahkan pembentukan produk

degenerasi yang kemungkinan berbahaya (Syahputri, 2006).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang

dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu

obat. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,

menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan

serta memudahkan pencarian dan pengawasan (Depkes RI, 2008).

Kegiatan penyimpanan perbekalan farmasi antara lain adalah

pengaturan tata ruang, penyusunan stok perbekalan farmasi dan pengamatan

mutu perbekalan farmasi:

Tabel I. Standar Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi RS

Kriteria Uraian Sumber


Kondisi Bangunan  Lokasi harus menyatu dengan Depkes RI, 2004
Gudang sistem pelayanan rumah sakit
 Terpenuhinya luas yang cukup
untuk penyelenggaraan asuhan
kefarmasian di rumah sakit.
 Dipisahkan antara fasilitas untuk
penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien,
dispensing serta penanganan
limbah.
 Dipisahkan juga antara jalur
steril, bersih dan daerah abu-
abu, bebas kontaminasi.
 Keamanan baik dari pencuri
maupun binatang pengerat.
 Sanitasi
 Temperatur
 Sinar/ cahaya
 Kelembaban
 Ventilasi
 Kemudahan bergerak Depkes RI, 2008
 Sirkulasi udara yang baik
Kondisi  Obat jadi Depkes RI, 2004
umum  Obat produksi
 Bahan baku obat
commit
 Alat to user
kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Tabel I. Lanjutan ...


Kondisi  Obat termolabil Depkes RI, 2004
khusus  Alat kesehatan dengan suhu
rendah
 Obat mudah terbakar
 Obat/ bahan obat berbahaya
 Barang karantina
Peralatan/ Kondisi  Lemari/ rak yang rapi dan Depkes RI, 2004
Perlengkapan umum terlindungi dari debu,
kelembaban dan cahaya yang
berlebihan.
 Lantai dilengkapi dengan pallet.
 Alarm
 Peralatan kantor untuk
administrasi dan arsip
 Pencegah kebakaran Depkes RI, 2008
Kondisi  Lemari pendingin dan AC untuk Depkes RI, 2004
khusus obat yang termolabil. Fasilitas
peralatan penyimpanan dingin
harus divalidasi secara berkala.
 Lemari penyimpanan khusus
untuk obat narkotika dan obat
psikotropika.
 Peralatan untuk menyimpan
obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitotoksik
dan obat berbahaya harus dibuat
secara khusus untuk menjamin
keamanan petugas, pasien dan
pengunjung
Metode  Menerapkan prinsip FEFO dan Depkes RI, 2008
penyimpanan FIFO
Pengendalian  Pengamatan perbekalan farmasi Depkes RI, 2008
mutu secara secara visual
organoleptis

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan

FIFO dan disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan

perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan

dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan cara ini maka secara

tidak langsung terjadi efisiensi commit


(DepkestoRI,
user
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Penyusunan stok perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan

dan alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In

First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan farmasi

yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus

digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih

awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif lebih tua dan

masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal.

b. Menyusun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara

rapi dan teratur.

c. Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika.

d. Menyimpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur,

udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

e. Menyimpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,

pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk

pemakaian luar.

f. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan

rapi.

g. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka perbekalan

farmasi dibiarkan tetap dalam boks masing-masing dan diambil seperlunya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

h. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu

dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada

dibelakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis.

i. Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun

dari sumber anggaran yang berbeda (Depkes RI, 2008).

Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan baik

karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat diamati secara

visual dan jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat

ditetapkan dengan cara organoleptik, harus dilakukan sampling untuk

pengujian laboratorium (Depkes RI, 2008).

a. Tanda-tanda perubahan mutu obat menurut Depkes RI (2008), antara lain:

1) Tablet

Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa, kerusakan berupa noda,

berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda

asing, jadi bubuk dan lembab, kaleng atau botol rusak, sehingga dapat

mempengaruhi mutu obat.

2) Kapsul

Perubahan warna isi kapsul, kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat

satu dengan lainnya.

3) Tablet salut

Pecah-pecah, terjadi perubahan warna, basah dan lengket satu dengan

yang lainnya, kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan

fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

4) Cairan

Menjadi keruh atau timbul endapan, konsistensi berubah, warna atau rasa

berubah, botol-botol plastik rusak atau bocor.

5) Salep

Warna berubah, konsistensi berubah, pot atau tube rusak atau bocor, bau

berubah.

6) Injeksi

Kebocoran wadah (vial, ampul), terdapat partikel asing pada serbuk

injeksi, larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan,

warna larutan berubah.

Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak adalah:

1) Dikumpulkan dan disimpan terpisah.

2) Dikembalikan atau diklaim sesuai aturan yang berlaku.

3) Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku (Depkes RI, 2008).

b. Pengamatan untuk alat-alat kesehatan

Beberapa aspek yang dapat dijadikan dasar pengamatan mutu alat

kesehatan dalam Depkes RI (2008), antara lain:

1) Masa kadaluwarsa, perlu diperhatikan masa kadaluwarsanya sudah

terlampaui atau belum. Jika sudah lewat masa kadaluwarsa jangan

mengambil resiko untuk menggunakan alat kesehatan tersebut.

2) Waktu produksi, cermati waktu produksi alkes tersebut. Bila lebih dari

masa kadaluwarsa yang umum berlaku sebaiknya berkonsultasi dengan

user.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

3) Kemasan, jika kemasan sudah rusak sekalipun masa kadaluwarsanya

belum terlampaui sebaiknya jangan digunakan.

4) Penampilan fisik, kondisi penampilan fisik yang nampak masih sama

dengan produk alkes yang baru ini dapat dijadikan pertimbangan apakah

produk alkes tersebut masih dapat digunakan atau tidak.

5) Selain itu dapat juga melakukan konsultasi dengan user.

Program pengendalian mutu obat secara organoleptis tidak membutuhkan

biaya dan dapat dilakukan secara periodik oleh IFRS (Depkes RI, 2008).

B. Kerangka Pemikiran

Pelayanan kesehatan

Rumah Sakit Pelayanan optimal

Pelayanan farmasi Pelayanan farmasi

Pharmaceutical Care Perbekalan farmasi


sesuai standar

Farmasis

Pengelolaan perbekalan farmasi


sesuai standar

Penyimpanan perbekalan farmasi

Evaluasi profil penyimpanan perbekalan farmasi di gudang IFRSUD


pemerintah provinsi dan kota di wilayah kota Surakarta dibandingkan
standar Depkes RI (2004) dan Depkes RI (2008).
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

C. Keterangan Empirik

Dalam penelitian Sheina dkk (2010) mengenai penyimpanan obat di

gudang instalasi farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit I memperoleh

hasil sistem penyimpanan obat di gudang IFRS mengacu pada metode FIFO dan

FEFO, jenis dan macam sediaan serta alfabetis, tetapi belum mengacu pada kelas

terapi/ khasiat obat. Bangunan dan ruangan gudang pada RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta unit I telah terdapat pengaturan suhu, sinar serta

kelembaban.

Ruang yang terdapat pada gudang ialah ruang kantor, ruang produksi,

ruang penyimpanan, ruang obat jadi, ruang obat produksi, ruang bahan baku obat,

ruang alat kesehatan, ruang obat termolabil, ruang alat kesehatan dengan suhu

rendah, ruang obat mudah terbakar, ruang obat/ bahan obat berbahaya serta ruang

arsip dokumen. Peralatan yang terdapat gudang pada RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta unit I telah terdapat peralatan untuk penyimpanan, untuk peracikan,

peralatan untuk pembuatan, obat, meja, kursil, lemari buku/ rak, filling cabinet,

komputer, alat tulis kantor, telepon, kepustakaan, lemari penyimpanan khusus

untuk narkotika, lemari pendingin, AC, penerangan, sarana air, ventilasi, sarana

pembuangan limbah, lemari/ rak, pallet, kartu arsip dan lemari arsip.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai