NIP : 199202172019031006 CPNS GOLONGAN III BATCH 1 KELAS B
ETIKA PUBLIK (Materi ke-2)
Dra Farida Dwi Cahyarini, MM
Pentingnya Etika Dalam Urusan Publik
Etika sangat menentukan perumusan kebijakan maupun pola tindakan yang ada dalam organisasi publik. Jika aparat pemerintah sudah memiliki dasar norma etika yang kuat, ketaatan terhadap norma hukum akan mengikuti dan biasanya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan lain akan dapat dicegah sejak dini. Penggunaan Kekuasaan Legitimasi Kebijakan • Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang pejabat, semakin besar implikasi penggunaan kekuasasan bagi masyarakat. • Maka azas etika publik mensyaraktkan agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika maupun norma hukum. • Etika publik juga mengharsukan agar setiap kekuasaan digunakan dengan tanggung jawab sesuai lingkup. Konflik Kepentingan • Tercampurnya kepentinga pribadi dengan kepentingan organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi. • Pengaruh buruk konflik kepentingan. Antara lain: aji mumpung, menerima suap. Menyalahgunakan pengaruh pribadi, pemanfaatan fasilitas organisasi untuk kepentingan pribadi. Sumber-sumber Kode Etik bagi Aparatur • PP No. 11 Tahun 1999 tentang Sumpah Jabatan PNS dan Anggota Perang. • PP No. 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji PNS • PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS ASPA ( American Society for Publik Administration ) menyebutkan 9 azas Sumber Kode Etik, yaitu : 1. Pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan di atas pelayanan kepada diri sendiri; 2. Rakyat yang berdaulat dan mereka yang bekerja dalam instansi pemerintah dan pada akhirnya bertanggung jawab kepada rakyat; 3. Hukum mengatur semua tindakan dari instansi pemerintah; 4. Manajemen yang efektif dan efisien merupakan dasar bagi birokrasi; 5. Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asas-asas iktikad baik akan didukung, dijalankan dan dikembangkan; 6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat sangat penting, konflik kepentingan, penyuapan, hadiah, atau faviritisme yang merendahkan jabatan publik untuk kepentingan pribadi tidak diterima; 7. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus dengan ciri-ciri sifat keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi dan kasih sayang; 8. Hati nurani memegang peranan penting dalam memilih arah tindakan; 9. Para administrator publik tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang tidak etis, tetapi juga untuk mengusahakan hal yang etis melalui pelaksanaan tanggung jawab dengan penuh semangat dan tepat pada waktunya.
Sumber Kode Etik:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Peran; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil 4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Hukuman Disiplin yang diterima ASN melanggar PP 53 Tahun 2010, yaitu: i. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja; ii. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja; dan iii. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja; Implikasi Kode Etik: • Mewujudkan pola hidup sederhana • Memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun tanpa pamrih • Memberikan pelayanan secara tepat, cepat, terbuka dan adil • Peka terhadap keadaan lingkungan masyarakat • Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat