Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan yang sangat penting dalam berbangsa dan
bernegara. Dalam sejarah Indonesia sendiri, tercatat perjuangan yang sangat berat mulai dari bangsa
Cina sampai eropa dalam mata sejarah 350 tahun Indonesia dengan penderitaan yang tidak terhingga,
dan yang paling buruk adalah penajajahan negara Matahari Terbit selama 3 tahun itu yang ada pada
catatan sejarah sampai sekarang masih belum ada bukti valid. Dari pengalaman tersebut betapa
ketidakmanusiaan sangat tercermin dan mendasari gerakan kemerdekaan Indonesia. Tidak mudah
negara ini menjadi merdeka begitu saja. Mulai dari sumpah pemuda hingga mata geram yang dibawa
oleh Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Upaya dari Jong Java, Jong Madura dan Jong-Jong lainnya
telah letih mengangkat tombak sakti untuk tegaknya Pancasila. Betapa banyaknya peluh keringat dari
para pahlawan bangsa kita. Jika kita telaah kembali, maka kita akan mengingat betapa besar jasa para
pahlawan.

Masih ingatkah kepada perjuangan-perjuangan dari Bung Tomo, Sultan Hasanuddin, Sultan
Agung, dengan beringasnya melawan para penjajah? Masih ingatkah akan ketajaman lidah dari Bung
Karno untuk mengusir Jepang dan Belanda yang menggerakkan lautan manusia nusantara. Tidak jarang
perselisihan, perpecahan, terjadi. Lihatlah pada kondisi sekarang, masih ada tangan-tangan separatis
yang menggelantungi NKRI. GAM, OPM, DI/TII, dan yang paling brutal, PKI, betapa kejinya suatu ideologi
lain dan pertaruhan ideology Pancasila ini dijudikan.

Sebagai mahasiswa hendaknya kita berusaha untuk mempertahankan ideologi Pancasila


Karena factor-faktor tadi dengan cara kita berdasarkan tridarma perguruan tinggi yaitu, pendidikan,
penelitian dan pengabdian, dengan kata lain kita harus mempelajari pendidikan Pancasila secara utuh,
berfikir kritis, dan mengaplikasikan pada kehidupan kita sehari-hari. Maka dari itu, kita membuat
makalah dan presentasi untuk menunjukkan definisi serta pentingnya Pancasila pada kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki makna dan pengaruh yang sangat
mendalam bagi bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari konsep ideologi Pancasila yang
sangat cocok dengan kepribadian bangsa dan masyarakat Indonesia. Pancasila sendiri tidak
semata-mata sebagai dasar negara Indonesia, tapi juga merupakan cerminan dari perjuangan
pahlawan bangsa Indonesia dalam menegakkan panji-panji kemerdekaan Indonesia selama
bertahun-tahun, bahkan berabad-abad.
“Pancasila” sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana), adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad
Yamin, dalam bahasa Sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti secara leksikal
yaitu “Panca” artinya “lima”, “syila” dengan vokal ‘i’ pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau
“dasar”, '“syiila” dengan vokal ‘i’ panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh”.
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
“susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
“Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah “Panca Syilla” dengan vokal ‘i’ pendek
yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima
unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari ‘i’ bermakna 5 aturan tingkah
laku yang penting.
Hakikat Pancasila sendiri sebagai pandangan hidup bangsa mengacu pada
pembentukan norma dan moral bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila sebagai dasar negara
memiliki hakitkat dalam pembentukan norma hukum negara Indonesia. Indonesia juga memiliki
tujuan yang juga merupakan hakikat dari Pancasila sendiri, yaitu membentuk norma politik
(kebijakan) pembangunan nasional Indonesia yang sesuai dengan kkepribadian dan jati diri
bangsa.

B. Pentingnya Pancasila
Melihat betapa pentingnya posisi Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia maka
sudah seharusnya Pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh warganya sendidi.
Salah satu sarana dalam proses memahami Pamcasila adalah melalui pendidikan formal mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan Pancasila sebagai telah diatur
sedemikian rupa dalam sebuah peraturan. Begitu banyak permasalahan yang sedang bangsa kita
hadapi, mulai dari yang sepele sampai ke persoalan yang vital. Salah satunya adalah masalah pendidikan
dan substansi dalam pendidikan tersebut. Sudah jelas bagi kita bahwa pendidikan yang murah masih
sulit didapatkan bagi masyarakat yang dalam taraf kesejahteraan yang masih “sulit”. Yang kedua adalah
materi pendidikan yang belum memenuhi kebutuhan dunia global. Selain belum sesuai dengan
kebutuhan globalisasi juga belum siap menghadapi globalisasi. Pada dasarnya materi atau kurikulum
yang masih sering berubah-ubah di tiap jenjang pendidikan menyebabkan tidak stabilnya sistem
pendidikan. Permasalahannya belum sempat kurikulum dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh
Indonesia namun sudah dirubah ke kurikulum yang baru. Belum lagi isi materi yang diajarkan berbeda-
beda tiap daerah. Sehinga memunculkan ketidakmerataan pendidikan bukan hanya dari segi akses
namun juga dari segi pemerataan kurikulum. Ada satu lagi yang cukup menjadi perhatian saat ini adalah
materi pendidikan kewarganegaraan khususnya Pancasila. Muncul sebuah fenomena yang saat ini kita
rasa menjadi umum yaitu Pancasila yanga hanya menjadi materi hafalan saja di kalangan para pelajar.
Seperti diketahui bahwa memang pendidikan kewarganegaraan sudah diberikan sejak siswa memasuki
tingkat sekolah dasar. Namun di beberapa daerah tahap pendidikan Pancasila berhenti hanya sampai
tingkat sekolah menengah, jarang ada yang perguruan tinggi yang memberikan mata kuliah Pancasila
secara mendalam sesuai dengan kapasitas tingkat pemikiran dan kegiatan pembelajaran di perkuliahan.
Belum lama ini Dirjen Dikti mengeluarkan Keputusan No. 356/Dikti/ Kep/1995 tentang Kurikulum Inti
Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia.Terhadap Keputusan Dirjen
Dikti itu, beberapa perguruan tinggi mempertanyakan kedudukan Matakuliah Filsafat Pancasila yang ti-
dak lagi bersifat wajib bagi setiap program studi. Posisi mahasiswa adalah sebagai generasi istimewa
yang dikatakan sebagai agent of
change sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa para mahasiswa mempunyai posisi penting
dalam perkembangan bangsa Indonesia di masa mendatang. Hal yang cukup memprihatinkan bahwa di
kalangan mahasiswa pengetahuan tentang Pancasila sedemikian terbatas mulai dari segi akses tentang
pendidikan Pancasila namun juga pemahaman secara mendalam tentang nilai-nilai pancasila yang sesuai
dengan kapsitas seorang mahasiswa. Dari sini muncul persoalan lagi dimana nila-nilai dan esensi dari
Pancasila telah dipolitisr untuk kepentingan pihak tertentu dengan memanfaatkan sifat idealis
mahasiswa yang ditunjang dengan terbatasnya pengetahuan mereka tentang nilai-nilai Pancasila.
Pancasila mempunyai fungsi sebagai pandangan hidup bangsa. Artinya bahwa pandangan hidup sebuah
bangsa lahir dari kristalisasi nilai-nilai yang dimilki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad untuk mewujudkannya. Pandangan hidup merupakan merupakan masalah yang
sangat asasi karena di dalamnya merupakan perwujudan dari watak dan cita-cita moral yang sudah sejak
lama tumbuh dan berkembangg dalam kehidupan bangsa (Indonesia). Sehingga dikatakan bahwa
Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa Indonesia karena merupakan bentuk konkrit dari nilai-nilai
yang sudah turun-temurun dari nenek moyang dan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila
sebagai dasar negara disahkan dalam pembukaan UUD 1945 yang berrati kedudukan pancasila
yuridiskonstitusional1 yaitu bahwa Pncasila sebagai aturan dan norma tertinggi yang harus dan memaksa
semua yang ada dalam wilayah kekuasaan hukum negara RI mematuhinya, mengembangkan dan
melestarikannya. Dengan demikian kedudukan Pancasila sebagai dasar negara juga mempunyai makna
bahwa Pncasila sebagai aturan tertinggi dimana semua aturan wajib dan harus sesuai dengan Pancasila
termasuk perturan perundang-undangan. Melihat betapa pentingnya posisi Pancasila dalam kehidupan
bangsa Indonesia maka sudah seharusnya Pancasila dipahami secara menyeluruh dan mendalam oleh
warganya sendidi. Salah satu sarana dalam proses memahami Pamcasila adalah melalui pendidikan
formal mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pendidikan Pancasila sebagai telah
diatur sedemikian rupa dalam sebuah peraturan. Dasar hukum pelaksanaan pendidikan pancasila di
lembaga pendidikan formal bersumber pada TAP MPR noII/MPR/1998 tentang GBHN yang menetapkan
antara lain: Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan pedoman Penghayatan dan pengamalan
pancasila(P4), pendidikan moral pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa serta unsur-unsur
yang dapat meneruskan dan mengambangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan khususnya nilai-
nilai ’45 pada generasi muda, dilanjutkan dan makin ditingkatkan di semua jenis jenjang pendidikan
mulai dari TK sampi Perguruan Tinggi negeri maupun swasta. Mengingat kedudukan hukum TAP MPR
adalah tertinggi dibawah UUD 45 maka pelaksanaanya bersifat mendasar dan strategis. Karena itu
kelembagaan contohnya depdikbud memkul tanggung jawab langsung unutk melksankannya. Kebijakan
pelaksaan berwujud dengan menetapkan sebagai kurikulum inti atau MKDU bagi semua jenjang
pendidikan. Ketetntuan tersebut ditetapkan dengan SK Dirjen Dikti No 25/DIKTI/KEP/1985 tanggal 21
Mei 1985. Tujuan pendidikan pancasila di perguruan tinggi secara jelas juga telah disebutkan. Secara
jelas tujuan MKDU dalam SK Dikti tersbut meliputi: 1. Bertakwa kepada Tuhan YME, bersikapdan
bertindak sesuai dengang ajaran agamanya, dan memiliki tenggang rasa dengan pemeluk agam lain. 2.
Berjiwa pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan nilai nilai pancasila dan
memilki intregiritas kepribadian yang tinggi yang mendahulukan kepentingan nasional sebagai sarjana
Indonesia. 3. Memilki wawasan sejarah perjuangan bangsa, sehingga dapat memperkuat semngat
kebangsaan, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
mempertingi kebanggan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan. 4. Memiliki
wawasan komprehensif dan pendekatan integral dalam menyikapi permasalahn kehidupan baik sosial
ekonomi politik pertahanan kemanan maupun kebudayaan. 5. Memilki wawasan budaya yang luas
tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersam-sama berperan serta meningkatkan kualitasnya,
maupun tentan lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam pelestariannya.
Uraian menjelaskan bagaimana tujuan pendidikan Pancasila perlu dilaksanakan di setiap jenjang
pendidikan. Lebih jauh karena nilai-nilai Pancasila mengandung berbagai nilai filosofis yang berkaitan
dengan kehidupan individu maupun sosial yaitu pertama, prilaku yang memancarkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, kedua,
prilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradap, ketiga, prilaku yang mendukung persatuan
bangsa dalam masyarakat yang beragam, kebudayaan dan kepentingan, keempat, prilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan perorangan dan
golongan, sehingga perbedaan pemikiran, pendapat maupun kepentingan dapat diatasi melalui
musyawarah serta
kelima, prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perguruan tinggi yang berperan dalam mengembangkan dan memperdalam pengetahuan dan
mengajarkannya pada mahasiswa sudah semestinya memberikan materi tentang Pancasila sebagai
upaya melestarikan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bahkan berbagai masalah yang sedang
terjadi di negara ini bisa diselesaikan dari memperdalam dan menemukan sebuah solusi melalui
pemahaman yang mendalam tentang Pancasila. Melalui pendidikan pancasila, diharapkan juga para
mahasiswa memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat,
bangsa secara berkesinambungan dan konsisten, dengan cita-cita dan tujuan nasional. Disamping itu
mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggungjawab sesuai hati nurani serta
mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan
Indonesia. Untuk kelancaran pengajaran pendidikan pancasila diperguruan tinggi ini maka materi-materi
yang diajaran dituangkan dalam suatu garis besar proses pembelajaran GBPP dan pemberian silabus
pada mahasiswa. Selain itu dengan pengajaran di tingkat perguruan tinggi memungkinkan mahasiswa
menerapkannya sehingga nilai-nilai moral yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mersuk dalam
kepribadian mahasiswa. Sudah sepantasnya karena Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia
dan merupakan kristalisasi nilai-nilai moral kehidupan asli yang berkembang di dalam kehidupan bangsa
Indonesia menjadi kepribadian para generasi muda khususnya para mahasiswa yang menjadi generasi
cendikiawan dan menjadi agent of change. Selain itu fungsi-fungsi pancasila yang fundamental
membuatnya tidak boleh dan tidak seharusnya diabaikan, karena salah satu fungsi Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional. Oleh karenanya dalam rangka pembangunan dan perkembangan
serta kemajuan bangsa Indonesia pendidikan Pancasila hendaknya juga diterpakan pada generasi yang
nantinya menjadi subjek dalam proses tersebut yaitu mahasiswa. Esensi yang cukup penting bahwa
mendalami Pancasila dalam berbagai cara dan berbagai makna tidak akan merubah nilai-nilainya bahkan
akan menambah kekuatan dan kandunagn yang bisa diterapkan termasuk dalam memecahkan berbagai
masalah. Perlu digaris bawahi adalah bahwa Perguruan Tinggi memiliki orientasi ideal yang harus terus
di pupuk dan dikembangkan yaitu membentuk kader yang dibutuhkan oleh negara dan masyarakat bagi
tercapainya tujuan umum bangsa Indonesia yang hendak mencapai terciptanya suatu masyarakat yang
berdiri atas satu corak kepribadian, yaitu kepribadian Indonesia, sebagai jaminan untuk membangun
kultur dan penjaga nilai ideologi bangsa. Tujuan tersebut berarti mendidik masyarakat (civitas
akademika) yang memiliki keseimbangan intelektual yang nasionalis (rasa memiliki terhadap tanah air),
moralis dan spiritual.

PANCASILA UNTUK MASA DEPAN

Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda
dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu negara bangsa karena
kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura, yang menjadi satu bangsa karena
kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-negara di Timur Tengah, yang menjadi satu
negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara bangsa meski terdiri dari banyak
bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu ; nyaris
kesamaan wilayah selama 500 tahun Kerajaan Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan
sama-sama 350 tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang. Negara kebangsaan kita juga
terbentuk atas upaya besar founding fathers, yang tanpa kenal lelah keluar masuk penjara
memantapkan rasa kebangsaan Indonesia yang resminya lahir pada Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928. Negara kebangsaan Indonesia lahir melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945, yang pada bagian pembukaannya
memuat Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila merupakan sublimasi dari pandangan hidup
dan nilai-nilai budaya yang menyatukan masyarakat kita yang beragam suku, ras, bahasa, agama,
pulau, menjadi bangsa yang satu, Indonesia. Dengan hal tersebut dimaksudkan dapat
mengartikulasikan sebagai Negara/bangsa yang merdeka, yaitu : berdaulat dibidang politik,
berdikari dibidang ekonomi, dan berkepribadian dalam hal budaya. oleh karena itu pada era saat
ini sangatlah penting untuk melakukan revitalisasi terhadap Pancasila yang bertujuan guna
mewujudkan kemandirian bangsa.

1. Paradigma fungsi

Sosiolog Talcott Parsons dalam buku Social System menyatakan, jika suatu
masyarakat ingin tetap eksis dan lestari, ada empat paradigma fungsi (function paradigm)
yang harus terus dilaksanakan oleh masyarakat bersangkutan :

 Pertama, pattern maintenance, yaitu kemampuan memelihara sistem nilai budaya


yang dianut karena budaya adalah endapan perilaku manusia. Budaya masyarakat itu
akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke
masyarakat kemudian, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya
luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk masyarakat baru yang lain.

 Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi, karena dunia yang kerapa berubah


dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang
karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia. Masyarakat yang mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan
unggul.

 Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beraneka ragam
secara terus-menerus sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian menyatukan
masyarakat itu. setiap masyarakat bangsa, lebih-lebih yang sangat hydrogen seperti
bangsa kita, senantiasa memiliki entropi bangsa, yaitu unsur-unsur dalam Negara
yang oleh dinamika internalnya berkembang secara desduktrif, menghancurkan
negaranya sendiri. sama seperti sel-sel yang membentuk tubuh kita yang dapat
berubah menjadi kanker yang dapat membinasakan tubuhnya sendiri. berkembangnya
secara ekstrim dan sempit etnosentrisme, primordialisme dan fanatisme golongan,
merosotnya pluralisme dan toleransi, serta merosotnya kemampuan masyarakat untuk
menyelesaikan berbagai friksi secara santun adalah bentuk-bentuk entropi bangsa
yang dapat mencerai-berraikan bangsa yang hydrogen ini. Dari sanalah kemudian
memacu kaum Pancasilasi untuk mencegah entropi didalam bangsa kita.
 Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang dari
masa ke masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya
dan oleh para pemimpinnya. Jika negara kebangsaan Indonesia terbentuk oleh
kesamaan sejarah masa lalu, maka ke depan perlu dimantapkan oleh kesamaan cita-
cita, pandangan, harapan, dan tujuan tentang masa depannya.

2. Pudarnya ideologi Pancasila

Sebuah negara bangsa membutuhkan Weltanschauung atau landasan filosofis.


Atas dasar Weltanschauung itu, disusunlah visi, misi, dan tujuan negara. Tanpa itu,
negara bergerak seperti layangan putus, tanpa pedoman. Dalam perspektif negara bangsa,
four function paradigm yang harus terus dilaksanakan masyarakat Indonesia agar dapat
hidup dan berkembang, kerangka sistemiknya termanifestasikan dalam Pancasila yang
merupakan Weltanschauung bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini, terasa pamor Pancasila
sedang menurun. Pancasila juga dapat dipandang sebagai ideologi negara kebangsaan
Indonesia. Mustafa Rejai dalam buku Political Ideologies menyatakan, ideologi itu tidak
pernah mati, yang terjadi adalah emergence (kemunculan), decline (kemunduran), dan
resurgence of ideologies (kebangkitan kembali suatu ideologi).
Tampaknya, sejak awal orde baru hingga reformasi saat ini sedang terjadi declining
(kemunduran) pamor ideologi Pancasila seiring meningkatnya liberalisasi dan
demokratisasi dunia. salah satu penyebabnya adalah sosialisasi Pancasila di masa lalu
yang difungsikan hanya untuk memperoleh sertifikat dan kemudian menjadi persyaratan
dalam promosi jabatan ; telah menjadikan Pancasila hafalan ; dan tidak mewujud secara
substansial pada perikehidupan sehari-hari masyarakatnya.

3. Membangkitkan kembali ideologi Pancasila

Dalam buku The Meaning of The 20th Century, Kenneth E Boulding menyatakan,
“Kebenaran yang diakui benar oleh semua orang bukan ideologi yang patut
diperjuangkan. Kebenaran yang diakui benar oleh sebagian orang adalah ideologi yang
patut diperjuangkan”. Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai semangat
untuk diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan belum diterimanya Pancasila oleh
semua pihak. Dunia juga tampak belum yakin pada kelangsungan dan kemajuan sebuah
negara bangsa bernama Indonesia. Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh
dunia sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan
mengembangkan dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern.

Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk diterima kebenarannya


melewati batas-batas negara bangsa kita sendiri. Tentu bentuk perjuangan ideologi pada
waktu ini berbeda dengan zaman berbenturannya nasionalisme dengan imperialisme,
sosialisme dengan kapitalisme, dan antara demokrasi dengan totaliterianisme.
Keberhasilan Pancasila sebagai suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemajuan
yang pesat, kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat
Indonesia. Pada prinsip yang paling sederhana, bangsa kita harus berani seperti Amerika
Serikat yang menyebarkan idiologi ‘demokrasi’ nasionalnya yang berintikan liberty
(kebebasan), fraternity (persaudaraan), dan egality (kesetaraan) yang telah menempatkan
AS sebagai Negara terkemuka di dunia, karena bukan saja sebagai legalisasi posisinya
sebagai Negara yang dirujuk dan dihormati, tetapi juga menempatkannya sebagai sumber
inspirasi banyak bangsa.

Kedepan. dengan mencapai kondisi bangsa yang maju, sejahtera, dan bersatu
sajalah Indonesia dapat menjadi salah satu rujukan dunia. Saat itulah Pancasila berpotensi
untuk diterima oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Kondisi itu adalah hal yang mungkin
terjadi yang perlu diwujudkan ; menjadi mission sacre (tugas suci) kita sebagai suatu
bangsa. Dan tugas kita semua untuk mengartikulasikan keinginan rakyat untuk maju
dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan tajam di segala bidang untuk
menjawab tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik
kehidupan yang Pancasilais terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite,
para pemimpin, para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk
menjadi pelajaran masyarakat luas.

4. Pancasila sebagai pandangan hidup

Persaingan idiologis dalam dimensi global telah mengalami perubahan bentuk


berkali-kali, dalam prosesnya dunia sering diisi oleh siasat mensiasati, dan makin lama
upaya mensiasati bangsa yang lemah semakin canggih, hal ini dibuktikan dengan
kerapnya exploitation de l’homme par l’homme dus exploitation de nation par nation.
dari sana maka kita bisa berkaca bahwa letak geografis dan kekayaan alam Negara kita
amatlah memikat untuk dikuasai bangsa-bangsa lain, belum lagi secara analisa ekonomi-
politik bahwa kelompok kuat berusaha mengatur ekonomi kelompok berkembang,
sehingga dapat menjadikan ekonominya tergantung dan mudah dikuasai, belum lagi
dalam konteks kebangsaan bahwa persolan tersebut juga melibatkan lembaga-lembaga
internasional yang dipercaya selama ini akan membantu dari krisis yang berkepanjangan.

Dalam pemahaman awal (yang akan dikupas dalam pertemuan selanjutnya)


bahwa pandangan hidup diartikan dan difungsikan untuk Membangun Wacana dan
Paradigma berpikir masyarakat, agar Negara bisa berhasil membangun kemandiriannya
dalam menumbuhkan kebanggaan pada warganya dan mendorong untuk berprestasi
secara maksimal bagi kemajuan dalam membentuk konstruksi sumber daya manusia
Indonesia, baik bangsa maupun bernegara. karena dengan kemandirian itulah sama
dengan meningkatkan itegritas dan kapabilitas bangsa untuk dapat secara cerdas
menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita membangun Negara modern yang
bertumpu pada kemampuannya sendiri, seraya mewujudkan dirinya sebagai warga dunia
yang terhormat dalam pergaulan internasional. Bung Karno, bapak bangsa dan tokoh
politik dunia, tidak mengajarkan kita untuk menjadi nasionalis yang sempit, chauvinist,
tetapi nasionalis yang Pancasilais. karena internasionalisme tidak dapat hidup subur jika
tidak berakar dibuminya nasionalisme, dan nasionalisme juga tidak dapat hidup subur
jika tidak hidup dalam taman-sarinya internasional, karena dengan Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Perikemanusiaan menjadikan Pancasila sebagai paham yang
anthropocosmic (memandang kehidupan secara menyeluruh), jadi tidak anthroposentric
(memandang kehidupan secara sempit).
KESIMPULAN:

Pendidikan Pancasila sangat perlu dan penting dalam jiwa mahasiswa itu sendiri
Karena Pancasila adalah dasar negara Indonesia,yang merupakan bangsa dan negara
mahasiswa sendiri dengan cinta dengan Indonesia itu sendiri maka akan terwujud suatu
nasionalisme yang dapat menjunjung tinggi bangsa kita sendiri,dalam esensi dan hakikat
sebenarnya singkat bahwa Pancasila adalah dasar negara maka sudah sepatutnya
dipelajari dan Pancasila sangat dipertimbangkan untuk masa depan nantinya Karena
focus dan dasar negara menentukan kemajuan atau bahkan kemunduran bangsa tapi
sebenarnya yang kita perlukan adalah aplikasi dari Pancasila itu sendiri kita sebagai
pemuda juga menjadi tombak kemajuan bangsa sendiri,dan pentingnya Pancasila ini
sendiri adalah pentingnya suatu bangsa untuk berdiri ini adalah hal yang pokok Karena
berdirinya suatu bangsa tidak terlepas dari ideologi bangsa tersebut,Karena
pokok,tujuan,sejarah,pandangan,prinsip atau hal yang berhubungan atas bangsa itu
berada didalam ideologi itu sendiri.
TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa Depan sebagai Dasar
Negara

oleh

Kelompok 15
Anggota:
Airlangga Nala Siswanto 162310101035
Moh.Cahyo Al Mulqi 16231010

UNIVERSITAS JEMBER
2016

Anda mungkin juga menyukai