Karena itu, dalam petisinya Niken mengajak para orang tua Indonesia
untuk mendukung penyidikan kasus tersebut dan meminta Polri
mengusut tuntas tindakan pemalsuan vaksin serta menindak tegas
para pelaku.
Tanggung Jawab
Pengungkapan pembuatan vaksin palsu itu pada akhirnya menyeret
Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan
untuk dimintai pertanggungjawaban. Dua lembaga itu dinilai tidak
optimal dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Tenaga Kesehatan
Kasus vaksin palsu itu juga mengarahkan kecurigaan masyarakat
kepada keterlibatan tenaga kesehatan yang masih aktif bertugas di
institusi kesehatan. Apalagi, salah satu tersangka yang pertama kali
ditangkap polisi diketahui pernah bekerja sebagai perawat di salah
satu rumah sakit swasta di Bekasi.
"Komisi IX secara resmi telah meminta Kementerian Kesehatan dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menuntaskan masalah ini
sampai ke akar-akarnya, termasuk proses produksi dan distribusi
vaksin palsu," kata anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay.
Saleh menduga kasus vaksin palsu itu melibatkan pihak lain selain
para tersangka yang sudah ditangkap polisi. Sangat mungkin banyak
orang yang terlibat dalam pembuatan dan penyaluran vaksin palsu.
"Bisa saja sudah ada jaringan khusus yang membantu para pemalsu
menyediakan kemasan vaksin asli bekas," tuturnya.
ANTARA
Referensi Berita 2 resolusi
Liputan6.com, Jakarta - Jajaran Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse
Kriminal (Bareskrim) Polri, menahan 10 orang pemalsu vaksin untuk balita.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri, Komisaris Besar Agung Setya,
mengatakan, mereka terbagi tiga kelompok. Yakni produsen, distributor, dan kurir.
"Kita fokus di pembuatan vaksin (produsen) palsunya dan distributor," ucap Agung saat
dikonfimasi, Jumat (24/6/2016).
Sementara, Kadiv Humas Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan jajarannya juga
akan menyelidiki rumah sakit mana yang telah menggunakan vaksin palsu itu.
Terbukti, vaksin tersebut didapat di apotek AM di Bekasi, Jawa Barat pada Kamis 16 Mei 2016.
Polisi akhirnya menahan J, selaku distributor.
Tak hanya di Bekasi, polisi juga menemukan vaksin palsu di Apotek IS di kawasan Kramatjati,
Jakarta Timur. Penggerebekan ini dilakukan pada 21 Juni 2016 dan menangkap MF.
Selanjutnya, polisi mengembangkan kasus pemalsuan ini ke pembuat vaksin palsu di kawasan
Puri Hijau Bintaro, Tangerang, dengan tersangka P dan istrinya, S.
Tak berhenti di situ, polisi terus melakukan pengembangan. Rumah di Jalan Serma Hasyim dan
Kemang Regency, Bekasi, Jawa Barat pun digerebek.
Ternyata, dua tempat tersebut digunakan untuk memproduksi vaksin palsu oleh tiga tersangka,
yakni HS, R, dan H.
Selain distributor dan produsen, penyidik juga menangkap kurir dan pihak percetakan. Kurir yang
membantu penjualan yakni T, yang ditangkap di Jalan Manunggal Sari dan S di Jalan Dilampiri
Jatibening, Bekasi.
Awalnya menurut Nila, ada kecurigaan karena adanya kelangkaan vaksin tertentu di
pasar yang bukan merupakan vaksin program pemerintah. Kemudian ditemukan vaksin
nonprogram pemerintah dengan harga murah.
Nila berujar, kemudian ditemukan 3 botol bekas dari Rumah Sakit Hermina di Bekasi,
Rumah Sakit Betesda di Jogja, dan Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur. Dua
rumah sakit awal tersebut didistribusikan melalui Sugiyanti sebagai pengumpul botol
bekas.
Sedangkan Rumah Sakit di Jakarta Timur diawali oleh Irna dan Enday sebagai
pengumpul botol bekas. Di situ pula ada percetakan yang dikelola oleh Sutanto.
"Vaksin diperoleh dari pemerintah. Sedangkan rumah sakit atau swasta dapat
memperoleh dari pemerintah, atau dapat melakukan pengadaan sendiri, membeli dari
distributor resmi. Tapi ada vaksin yang berasal dari sumber tidak resmi, bisa asli atau
palsu," ujarnya.
Sedangkan pembuat vaksin palsu ialah Nuriani, Syafrizal, Iin Sulastri, Rita Agustina,
Hidayat, dan Agus Priyanto. Kemudian vaksin didistribusikan kepada Ryan pemilik
Apotek Cahaya Medika. Ada pula Farid melalui Apotek Ibnu Sina. Lalu Mirza, Pius,
Sutarman melalui Apotek Ciledug dan Rawa Bening Jati Negara. Selain itu distributor
lain ialah Thamrin melalui toko obat CV Azka Medical.
Selain Nila, dalam RDP ini hadir juga Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto.
Kemudian ada perwakilan BPOM, PT Bio Farma, IDAI, dan Satgas Penanggulangan
Vaksin Palsu.