2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7756
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STUDI PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN DARI
SUMBER MATA AIR KEBUN TAMBUNAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis, maka pada kesempatan kali ini penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Studi Pengolahan Air Minum Dalam
Kemasan Dari Sumber Mata Air Kebum Tambunan Universitas Sumatera Utara.
Pemilihan judul tersebut dilatarbelakangi oleh adanya potensi mata air di Kebun
Tambuna USU untuk dijadikan air baku AMDK.
Ucapan terima kasih atas bantuan dan motivasi sehingga tugas akhir dapat diselesaikan
dengan baik kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan dorongan, arahan, moril dan materil dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
2. Bapak Ivan Indrawan, S.T., M.T sebagai dosen pembimbing II yang telah
menyisihkan waktu dan kesempatan untuk membimbing penulis di sela-sela
aktivitas beliau.
3. Ibu Ir. Netti Herlina, M.T, selaku ketua Jurusan Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Isra Suryati, S.T., M.Si sebagai koordinator tugas akhir yang telah memberikan
nasehat-nasehat serta bimbingan kepada penulis, juga sebagai dosen pembanding
dalam tugas akhir saya.
5. Bapak Muhammad Faisal S.T, M.T sebagai dosen penguji yang telah memberi
bimbingan dan masukan untuk tugas akhir ini.
6. Bapak/ibu staf pengajar Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
7. Ayahanda Sudarso Edi Prayitno, Ibunda Sri Hartini, Kakek H.Rasikun, Nenek
Hj.Sarmi yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan Nasri, Roby, Rawi, Amry, Dwiki, Febrian, Abraham,
Pinem yang telah setia menemani penulis saat suka maupun duka selama kuliah di
Teknik Lingkungan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun
sistematikanya. Oleh karena itu, terhadap segala kekurangan dengan tangan terbuka
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan pada masa
yang akan datang.
ii
iii
iv
Universitas Sumatera Utara
5.4 Analisa Alternatif Pengolahan V-20
5.5 Pemanfaatan Air Buangan Reverse Osmosis V-21
5.6 Layout Pabrik Air Minum Dalam Kemasan V-22
5.7 Standar Kualitas Produksi Air Minum V-22
5.8 Proses Pengolahan Pada Beberapa Industri AMDK V-24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vi
vii
viii
ix
Kata kunci: Air Minum, Filter, Mata Air, Reverse Osmosis, Ultrafiltrasi.
Air minum harus memenuhi syarat–syarat yang mencakup sifat–sifat fisika, kimia dan
mikrobiologi. Syarat ini harus sesuai dengan standar yang telah dikeluarkan oleh
Depatemen Kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
I-1
Air minum dalam kemasan menurut Standar Nasional Indonesia 01-3553-2006 tentang
air minum dalam kemasan adalah air baku yang telah diproses, dikemas, dan aman
diminum mencakup air mineral dan air demineral. Air minum dalam kemasan harus
memenuhi syarat-syarat standar kualitas air. Syarat tersebut berupa standar fisik, kimia
dan mikrobiologi.
Menurut Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Sumatera Utara Nomor 16 Tahun
2014 tentang statuta usu, pada pasal 23 ayat 2 USU memiliki kewenangan untuk
mengelola keuangan secara mandiri, transparan, dan akuntabel. Mata air di Kebun
Tambunan USU dapat digunakan sebagai sumber baku air minum dalam kemasan dengan
pengolahan yang tepat dan efisien. Sehingga produk air minum dalam kemasan (AMDK)
dapat sesuai dengan kualitas air minum untuk kemudian dipasarkan dan menjadi sumber
pemasukan keuangan bagi Universitas Sumatera Utara.
I-2
I-3
I-4
II-1
Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen
dalam Negeri Republik Indonesia, air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.
a. Suhu
Suhu air maksimum yang diizinkan oleh Kementrian Kesehatan RI
NO.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum adalah
suhu udara ± 30C. Penyimpangan terhadap ketetapan ini akan mengakibatkan
meningkatnya daya/tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemaran dalam
air serta pertumbuhan mikroba dalam air.
b. Warna
Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa rawa
seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk
keperluan rumah tangga maupun keperluan industri, tanpa dilakukannya
pengolahan untuk menghilangkan warna tersebut. Bahan bahan yang
II-2
c. Bau
Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan deteksi
bau pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau yang berasal
dari air minum yang disebabkan oleh pencemar. Apabila air minum memiliki bau
maka dapat dikategorikan sebagai air minum yang tidak memenuhi syarat dan
kurang layak untuk di manfatkan sebagai air minum. Pada persyaratan air bersih
yaitu harus tidak boleh ada bau. Karena bau pada air disebabkan adanya benda asing
yang masuk kedalam air sehingga terlarut dan terurai didalam air lalu dapat
mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi (Soesanto ,1997).
d. Rasa
Biasanya rasa dan bau terjadi bersama-sama, yaitu akibat adanya
dekomposisi bahan organik dalam air. Seperti pada bau, air yang memiliki rasa juga
dapat mengganggu estetika. Rasa pada air dapat ditimbulkan oleh beberapa hal
yaitu adanya gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan
limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk
disinfektan seperti klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar,
sehingga dapat diterima oleh para konsumen air minum (Soesanto,1997)
e. Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi
tanah liat, lumpur, bahan bahan organik yang tersebar dan partikel-partikel
kecil lain yang tersuspensi.
II-3
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang
terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak
menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat
organik terlarut bersifat karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit
kanker. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota
II-4
c. Konduktivitas
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit didalam
air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang
terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air didalam menghantarkan arus
listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik
air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut dengan
demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh
jumlah garam-garam terlarut, konduktivitas juga dipengaruhi oleh nilai temperatur
(Kusnaedi,2006).
d. Zat Organik
Adanya zat organik di dalam air disebabkan karena air buangan dari rumah tangga,
industri, kegiatan pertanian dan pertambangan. Zat organik di dalam air dapat
ditentukan dengan mengukur angka permangantnya (KMnO4). Di dalam standar
kualitas, ditentukan maksimal angka permangantnya 10mg/l (Susilawati, 2011).
e. Kimia Anorganik
Kimia anorganik terdiri atas :
1. Calcium (Ca)
Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas, kalsium
dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara ekonomis
maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunnya efektifitas dari kerja
sabun. Standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan (Depkes) sebesar 75-200
mg/l. Sedangkan WHO interregional water study group adalah sebesar 75-150
mg/l.
II-5
4. Amonia (NH3)
Bahan ini sangat berbau yang sangat menusuk hidung atau baunya sangat tajam
sehingga tidak boleh sama sekali dalam air minum.
5. Magnesium (Mg)
Efek yang ditimbulkan oleh Mg sama dengan kalsium yaitu menyebabkan
terjadinya kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan tulang, sedang dalam jumlah yang lebih besar dari 150 mg/l dapat
meyebabkan rasa mual
6. Besi (Fe)
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam
didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna
(kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan
kekeruhan. Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan hemoglobin.
7. Cadmium (Cd)
Dalam standar kualitas ditetapkan konsentrasi maksimal 0,01 mg/l. Apabila
cadmium melebihi standar, maka cadmium tersebut akan terakumulasi dalam
jaringan tubuh sehingga mengakibatkan penyakit.
8. Mangan (Mn)
Tubuh manusia membutuhkan mangan rata-rata 10 mg/l sehari yang dapat dipenuhi
dari makanan. Tetapi mangan bersifat toxis terhadap alat pernafasan. Standar
kualitas menetapkan: kandaungan mangan di dalam air 0,05-05 mg/l.
II-6
11. Arsen
Arsen dapat diperbolehkan dalam air paling banyak sebesar 0,05 mg/l. Jika dalam
jumlah yang banyak dapat menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan, kanker
kulit, hati dan saluran empedu.
12. NO3
Batas maksimum NO3 dalam air minum adalah sebesar 20mg/l. Jumlah nitrat yang
besar cenderung berubah menjadi nitrit, yang dapat bereaksi langsung dengan
hemoglobine yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh.
13. Sulfat
Kadar yang dianjurkan 200-400 mg/l, apabila jumlahnya besar dapat bereaksi
dengan ion natrium atau magnesium dalam air sehingga membentuk garam natrium
sulfat atau magnesium sulfat yang dapat menimbulkan rasa mual.
II-7
Adapun karakteristik air minum dalam kemasan (AMDK) yang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3553-2006 tentang air minum dalam kemasan
dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Baku Mutu AMDK yang sesuai dengan SNI 01-3553-2006
2.6.1 Filtrasi
Filtrasi merupakan proses pemisahan antara padatan / koloid dengan suatu cairan.
Untuk penyaringan air olahan yang mengandung padatan dengan ukuran seragam
dapat digunakan saringan medium tunggal, sedangkan untuk penyaringan air yang
mengandung padatan dengan ukuran yang berbeda dapat digunakan tipe saringan
multi medium (Hardjasoemantri, 1995).
Media filter merupakan alat filtrasi yang mampu memisahkan campuran solid dan
liquid dengan media atau porous sehingga dapat memisahkan padatan tersuspensi
yang paling halus penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara
padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa dijadikan
sebagai proses awal.
Oleh karena air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung
butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka
bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Apabila air
olahan mempunyai padatan yang ukuran seragam maka saringan yang digunakan
adalah single medium. Jika ukuran beragam maka digunakan saringan dual
medium atau three medium (Hardjasoemantri, 1995).
2.6.2 Membran
Membran merupakan sekat yang bersifat selektif permeable yang bias
memisahkan dua fasa. Pada dasarnya pemisahan membran adalah berdasarkan
ukuran partikelnya. Selain itu membran juga dapat didefinisikan sebagai suatu
media berpori berbentuk seperti tabung atau film tipis, bersifat semipermeabel
(Widianto, 2008).
II-9
A. Karakteristik Membran
Kinerja membran atau efisiensi membran dapat ditentukan oleh beberapa
parameter, yaitu kandungan air, ukuran dan jumlah pori, ketebalan membran, luas
membren fluks dan rejeksi (Mulder, 1996).
1. Kandungan Air
Kandungan air merupakan tingkat kemampuan membran untuk menyerap air,
yang dapat ditentukan dengan persamaan (Mulder, 1996) :
𝑊𝑚𝑏 − 𝑊𝑚𝑘
𝐻 = 𝑥 100%...............................................(2.1)
𝑊𝑚𝑏
Dimana :
Wmb : Berat Membran Basah (gr)
Wmk : Berat Membran Kering (gr)
H : Kandungan Air (%)
II-10
3. Ketebalan Membran
Merupakan salah satu karakteristik membran yang diukur untuk mengetahui
laju permeasi membran (Mulder, 1996).
4. Luas Membran
Dibuat disesuaikan dengan alat yang digunakan, dimana pengukuran
panjang dan lebar membran dapat dengan manual (Mulder, 1996).
𝑉
𝐽𝑣 = 𝐴.𝑡.........................................................................(2.2)
Dimana :
Jv : Fluks Volume
A : Luas Permukaan
V : Volume Permeat
t : Waktu Proses
II-11
𝑐𝑝
𝑅 = (1 − 𝑐𝑓 ) 𝑥 100%..................................................(2.3)
Dimana :
R : Rejeksi (%)
Cp : Konsentrasi Solute dalam Permeat (ppm)
Cf : Konsentrasi Solute dalam Umpan (ppm)
Jika koefisien rejeksi yang diperoleh cukup besar, maka air bersih yang
dihasilkan cukup murni (Mulder, 1996).
1. Ukuran Molekul
Ukuran molekul membran sangat mempengaruhi kinerja membran. Pada
pembuatan mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi mempunyai spesifikasi khusus. Sebagai
contoh untuk membran protein kedele yang dihidrolisis menggunakan
ukuran membran dalam satuan Molecular weight cut-off (MWCO) yaitu 5000
MWCO, 10.000 MWCO dan 50.000 MWCO.
2. Bentuk Molekul
Bentuk dan konfigurasi macromolekul mempunyai efek pada kekuatan
ion, temperature dan interaksi antar komponen. Perbedaan bentuk ini khusus pada
kondisi dibawah permukaan membran. Hal ini dapat terlihat dalam penggunaan
membran pada protein dan dextrin.
II-12
4. Karakteristik Larutan
Pada umumnya berat molekul larutan garam dan gula mempunyai berat molekul
yang kecil dari ukuran pori membran. Karakteristik larutan ini mempunyai efek
pada permeability membran.
5. Parameter operasional
Jenis parameter yang digunakan pada operasional umumnya terdiri dari
tekanan membran, permukaan, temperature dan konsentrasi serta parameter
tambahan adalah : pH, ion strength dan polarisasi. Jenis parameter yang
digunakan pada operasional umumnya terdiri dari tekanan membran, permukaan
membran, temperature dan konsentrasi serta parameter tambahan adalah : pH,
kekuatan ion dan polarisasi.
Ozon merupakan senyawa oksigen yang terbentuk dari tiga atom oksigen (O3) dan
mempunyai sifat sebagai oksidator kuat. Secara alamiah ozon terbentuk melalui dua
cara yaitu melalui bantuan radiasi sinar ultraviolet matahari pada atmosfer bumi
dan kilat yang terjadi di udara. Proses ozonisasi dalam pengolahan air minum
dilakukan berdasarkan prinsip pembentukan ozon secara alamiah. Melalui dua cara
diatas, ikatan atom dari 3 molekul oksigen (O2) akan terpecah dan membentuk 2
molekul ozon (O3). Ikatan atom yang membentuk ozon sangat lemah sehingga ozon
yang terbentuk dapat cepat kembali menjadi oksigen (O2). Hal ini menyebabkan
ozon mempunyai sifat oksidator yang kuat (Reynolds, 1982).
II-14
II-15
Untuk menuju ke lok asi sumber air baku, harus melalui jalan setapak yang curam
±80 m dari bidang yang datar. Area disekitar sumber air baku adalah kebun sawit
milik Universitas Sumatera Utara. Instalasi pengolahan air minum dalam kemasan
direncanakan dibangun pada bidang yang datar tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.2 dan 3.3.
III-1
III-2
III-3
1. Data Sekunder
a. Kondisi eksisting lapangan (Luas wilayah dan Topografi)
Data kondisi eksisting lapangan disekitar mata air, dibutuhkan untuk menentukan
lokasi unit pengolahan air minum.
2. Data Primer
a. Kualitas Air Baku
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi
standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek
umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan
suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk mendapatkan
karakteristik air baku maka dilakukan pengujian secacara In-Situ dan uji
laboratorium. Uji in-situ dilakukan dengan alat Lutron WA-2015 dan Lutron
III-4
Dimana :
Q = Debit (m3/s)
III-5
Q = v . A.......................................................................................(3.2)
1. Turbiditimeter
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu
partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran. Alat akan memancarkan cahaya pada media
atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media
tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer ke dalam
bentuk angka. Sebelum digunakan alat harus dikalibrasi terlebih dahulu. Berikut
adalah cara kalibrasi alat Lutron TU-2016.
a. Siapkan larutan kalibrasi 0 NTU dan 100 NTU.
b. Hidupkan alat dengan menekan tombol PWR.
c. Tekan tombol CAL selama 10 dekit hingga terdapat tulisan 0,00 di layar
d. Masukkan larutan 0 NTU
e. Setelah selesai kalibrasi larutan 0 NTU, di layar akan terdapat tulisan 100.
f. Masukkan larutan 100 NTU
III-6
3.2.3 Perancangan
Seluruh data atau informasi yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis
dan disusun untuk mendapatkan perancangan instalasi air minum dalam kemasan
yang dapat memenuhi baku mutu serta efisien. Gambar 3.5 merupakan gambaran
umum unit yang akan dirancang untuk memenuhi kriteria perancangan instalasi air
minum dalam kemasan.
III-7
Bak Penampung
Tangki Penampung
Sand Filter
Carbon Filter
Membran Filter
Ultraviolet
Tangki Penampung
Mesin Filling
Output
III-8
Perumusan Masalah
Studi literatur
Pengumpulan Data
Perhitungan Desain
Penyusunan Laporan
Selesai
III-9
Rumus yang digunakan untuk menghitung volume wadah adalah sebagai berikut :
1
𝑉= 𝜋 𝑡 (𝑅 2 + 𝑅𝑟 + 𝑟 2 ).............................................................................(4.1)
3
IV-1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : t = tinggi tempat ukur debit (cm)
1
𝑉= 𝜋 𝑡 (𝑅 2 + 𝑅𝑟 + 𝑟 2 )
3
1
𝑉= 3,14 𝑥 23 (292 + (29 𝑥 20) + 202 )
3
Dari 15 kali pengukuran diatas maka didapat debit rata – rata 18,15 Liter/detik
IV-2
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Pengukuran Debit Dengan Metode Kecepatan Aliran
Pengukuran debit dengan metode kecepatan aliran merupakan proses pengukuran
dan perhitungan kecepatan aliran, kedalaman dan lebar aliran serta perhitungan luas
penampang basah untuk menghitung debit dan pengukuran tingggi muka airnya
(Asdak, 1995). Rumus yang digunakan adalah :
𝑄 = ∑ (𝐴 𝑥 𝑉) .......................................................................................(4.2)
Debit diukur menggunakan media tinta, dikarenakan dasar aliran berbatu dan tidak
rata. Hasil pengukuran dengan metode kecepatan aliran dapat dilihat pada Tabel
4.2.
IV-3
Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Uji Kualitas Air Baku Secara In-Situ
Pengujian dilakukan menggunakan alat Lutron WA-2015 dan Lutron TU-2016
yang telah dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil pengujian dibandingkan dengan baku
mutu PERMENKES 492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan
SNI 3552-2006 tentang air minum dalam kemasan. Untuk hasil pengujian In-Situ
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Baku Mutu
No Parameter Hasil Satuan Keterangan
Permenkes SNI 3552-
492/2010 2006
Memenuhi baku
1 pH 6,90 6,5 - 8,5 6,0 - 8,5 - mutu
TDS (Total Memenuhi baku
2 Dissolved Solid) 98 500 500 mg/l mutu
DO ( Dissolved
3 Oxygen) 5,9 - - mg/l -
4 Suhu 25 - 28,3 Suhu udara ±3 - °C -
Memenuhi baku
5 Kekeruhan 0,19 5 1,5 NTU mutu
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
4.3.2 Uji Laboratorium Kualitas Air Baku
Sampel diambil pada tanggal 20 Maret 2018, pengujian sampel dilakukan di
laboratorium BTKLPP Medan. Pengujian sampel di laboratorium dilakukan selama
20 hari kerja. Hasil pengujian dibandingkan dengan baku mutu PERMENKES 492
tahun 2010. Untuk hasil pengujian laboratorium dapat dilihat di Tabel 4.4.
IV-4
Universitas Sumatera Utara
No Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa Keterangan
B Kimia
1 Nitrit mg/l 3 0,0019 Memenuhi baku mutu
2 Klorida mg/l 250 0,6248 Memenuhi baku mutu
3 Kesadahan mg/l 500 68 Memenuhi baku mutu
(CaCO3)
a. Kimia Anorganik
IV-5
Universitas Sumatera Utara
Total
Fakultas
Mahasiswa Dosen Pegawai
FISIP 4.436 113 54
FKM 3.344 59 41
FARMASI 1.488 72 41
F.PSI 1.026 59 30
F.KEP 1.445 40 35
FASILKOM 2.042 34 32
F.KEHUTANAN 806 34 13
TOTAL 52.440 1.504 1.962
Sumber : http://buku-el.usu.ac.id/2018/01/06/buku-panduan-2/#dflip-df_289/1/
Berdasarkan Tabel 4.5, maka dapat disimpulkan bahwa total seluruh mahasiswa
adalah 52.440 orang, total seluruh dosen adalah 1.504 orang, dan total seluruh
pegawai adalah 1.962 orang.
IV-6
Universitas Sumatera Utara
jumlah mahasiwa karena tidak setiap hari dalam seminggu mahasiswa hadir ke
kampus untuk kuliah, mahasiwa juga biasanya tidak banyak menghabiskan waktu
di kampus dalam sehari. Kehadiran pegawai 90% dari seluruh pegawai karena
hampir setiap hari dalam seminggu pegawai wajib hadir untuk memenuhi urusan
administrasi, kebersihan, maupun tugas lain pegawai tersebut, pegawai juga
menghabiskan waktu lebih banyak di kampus jika di bandingkan dengan dosen dan
mahasiwa. Perkiraan kehadiran setiap harinya dapat dilihat pada tabel 4.6.
IV-7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Kebutuhan AMDK Civitas Akademika USU (liter/tahun)
Kategori Jumlah Kebutuhan Air Minum
No.
Konsumen (orang) liter/hr liter/tahun
1. Dosen 1.504 289 69.304
2. Mahasiswa 52.440 17.305 4.153.248
3. Pegawai 1.952 1.476 354.171
Total 55.896 19.070 4.576.723
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
Dalam penelitian ini, produk air minum dalam kemasan yang dipasarkan pada
Kawasan kampus USU berupa galon 19 L, botol 600 mL, dan gelas 240 mL. Maka
setelah dilakukannya survei penjualan air minum dalam kemasan di kawasan
Universitas Sumatera Utara, penjualan masing-masing jenis air minum dalam
kemasa dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Selanjutnya untuk target pemasaran, penulis merencanakan 70% dari kebutuhan air
minum di kawasan Universitas Sumtera Utara terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.10.
IV-8
Universitas Sumatera Utara
direncanakan sebesar 2 kali kebutuhan USU yaitu 4.000 liter/jam. Instalasi
pengolahan AMDK direncanakan akan bekerja selama 8 jam setiap harinya selama
5 hari kerja. Volume yang dhasilkan pengolahan AMDK dapat dilihat pada Tabel
4.11 berikut.
Berdasarkan harga AMDK yang beredar di pasaran dan rata rata biaya produksi.
Maka rencana harga dan laba penjualan AMDK dapat dilihat pada Tabel 4.13.
IV-9
Universitas Sumatera Utara
4.7 Analisa Break Even Point (BEP)
Dalam menganalisa BEP dianggap bahwa biaya operasional telah termasuk dalam
biaya produksi dan produk seluruhnya terjual sesuai target pasar. Analisa BEP di
asumsikan dengan modal awal Rp.3.700.000.000 untuk target pasar Universitas
Sumatera Utara dan Rp.5.000.000.000 untuk target pasar 2 kali Universitas
Sumatera Utara.
Modal digunakan untuk pembangunan pabrik, pembersihan lahan, dan alat alat
operasional untuk kebutuhan produksi AMDK. Penambahan modal untuk target
pasar 2 kali Universitas Sumatera Utara dialokasikan untuk penambahan unit
distribusi, biaya operasional dan peralatan lain yang diperlukan untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Untuk perhitungan laba pertahun dari hasil
produksi adalah sebagai berikut.
AMDK jenis botol 600 ml dalam satu pack berjumlah 24 botol, sedangkan AMDK
jenis botol 330 ml dalam satu pack berjumlah 24 botol. Keuntungan yang diperoleh
dari produksi AMDK berdasarkan tabel 4.14, dapat dilihat pada tabel 4.15.
IV-10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Laba Produksi AMDK untuk Target Pasar USU
Kemasan Produksi
No. Laba Harian Laba Mingguan Laba Tahunan
(unit) Harian
1 Galon 19 L 600 Rp.3.600.000,00 Rp.18.000.000,00 Rp.864.000.000,00
Botol 600
2 93 Rp.463.611,11 Rp.2.318.055,56 Rp.111.266.666,67
mL
Botol 330
3 84 Rp.337.171,72 Rp.1.685.858,59 Rp.80.921.212,12
mL
Sumber: Hasil perhitungan, 2018 Total Laba Tahunan Rp.1.056.187.878,79
Dari laba yang dihasilkan pada tabel 4.15 maka dapat diprakirakan break event
point (BEP) terjadi pada 3,5 tahun produksi dengan target pasar Universitas
Sumatera Utara. Berikut adalah skema break event point (BEP) yang dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
Rupiah
1,01 M 1,01 M 1,01 M 1,01 M 1,01 M
Tahun
0 1 2 3 BEP 4 5
Pada 3,5 Tahun
Keterangan :
: Investasi
: Laba
3,7 M
Gambar 4.2 Skema Break Event Point Untuk Pasar USU
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
IV-11
Universitas Sumatera Utara
2. Target pasar 2 kali Universitas Sumatera Utara
Untuk target pasar Universitas Sumatera Utara target produksi yang direncanakan
adalah sebesar 4.000 liter/ jam. Untuk rencana jenis AMDK yang akan diproduksi
dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Rencana Produksi AMDK untuk Dua Kali Target Pasar USU
Kemasan Persentase Produksi
No. Produksi (liter)
(unit) Kemasan (Unit)
1 Galon 19 L 85% 3.400 179
2 Botol 600 mL 10% 400 667
3 Botol 330 mL 5% 200 606
Total 100% 4.000 1.679
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
AMDK jenis botol 600 ml dalam satu pack berjumlah 24 botol, sedangkan AMDK
jenis botol 330 ml dalam satu pack berjumlah 24 botol. Keuntungan yang diperoleh
dari produksi AMDK berdasarkan tabel 4.16, dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.17 Laba Produksi AMDK untuk Dua Kali Target Pasar USU
Kemasan Produksi
No. Laba Harian Laba Mingguan Laba Tahunan
(unit) Harian
1 Galon 19 L 1432 Rp.8.589.473,68 Rp.42.947.368,42 Rp.2.061.473.684,21
2 Botol 600 mL 222 Rp .1.111.111,11 Rp.5.555.555,56 Rp.266.666.666,67
3 Botol 330 mL 202 Rp.808.080,81 Rp.4.040.404,04 Rp.193.939.393,94
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018 Total Laba Tahunan Rp.2.522.079.744,82
Dari laba yang dihasilkan pada Tabel 4.17 maka dapat diprakirakan break event
point (BEP) terjadi pada 1,9 tahun produksi dengan target pasar dua kali Universitas
Sumatera Utara. Berikut adalah skema break event point (BEP) yang dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
IV-12
Universitas Sumatera Utara
Rupiah
2,43 M 2,43 M 2,43 M 2,43 M 2,43 M
Tahun
0 1 2 3 4 5
BEP
Pada 1,9 Tahun Keterangan :
: Investasi
: Laba
5M
Gambar 4.3 Skema Break Event Point Untuk Dua Kali Pasar USU
Sumber: Hasil Perhitungan, 2018
IV-13
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISA DAN PERHITUNGAN PERANCANGAN
5.1 Rencana Pengolahan Air Minum Dalam Kemasan
Sistem pengolahan air minum harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dalam penyediaan air minum.
Maka dari itu perlu direncanakan sistem perpipaan dari sumber mata air hingga
sampai ke pabrik air minum dalam kemasan.
Setelah itu langkah selanjutnya adalah membuat sketsa jalur pipa dan sketsa bak
penampungan air. Sketsa ini adalah bagian dari proses desain yang penting, dimana
besar diameter pipa dan jenis pipa yang digunakan mempengaruhi headloss yang
dihasilkan. Serta proses perjalanan air di bak penampungan sebelum akhirnya
didistribusikan ke unit pengolahan AMDK untuk diolah menjadi AMDK siap
konsumsi. Terdapat tiga alternatif pengolahan air minum dalam kemasan yaitu
1. Pada alternatif I air baku diproses menggunakan sand filter, carbon filter,
dan unit ultrafiltrasi kemudian air diproses melalui unit reverse osmosis.
Setelah melalui proses tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan
sinar ultraviolet.
2. Pada alternatif II air baku diproses menggunakan sand filter dan carbon
filter, kemudian air diproses melalui unit reverse osmosis. Setelah melalui
proses tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan sinar ultraviolet.
3. Pada alternatif III air baku diproses menggunakan sand filter dan carbon
filter, kemudian air diproses melalui unit ultrafiltrasi. Setelah melalui
proses tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan sinar ultraviolet.
Untuk ilustrasi alur proses pengolahan alternatif I-III, diagram alir alternatif proses
pengolahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1-5.3.
V-1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Air Baku
Air Buangan
V-2
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Air Baku
Air Buangan
V-3
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Air Baku
Air Buangan
V-4
Universitas Sumatera Utara
Air dari sumber mata air ditangkap menggunakan pipa dengan diameter 6” untuk
dialirkan ke bak penampungan, pipa 6” digunakan agar air pada mata air dapat
tertangkap seluruhnya, kemudian secara gravitasi dialirkan menuju ke bak
penampungan. Lalu didalam bak penampungan air ditampung sebelum nantinya
dialirkan ke pabrik AMDK menggunakan pipa dengan diameter 2” menuju proses
pengolahan. Pemilihan diamater pipa 2” berdasarkan perhitungan trial and error,
untuk mendapatkan headloss terkecil. Sketsa perpipaan dan bak penampungan
dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Pipa 2”
Menuju Pabrik
Penyokong pipa
Pipa Intake 6”
Aliran mata air
menuju sungai
V-5
Universitas Sumatera Utara
Pada pengolahan reverse osmosis diperkirakan memiliki recovery rate 40% maka
dibutuhkan air baku sebesar 10 m3 untuk menghasilkan air hasil olahan sebesar 4
m3. Berikut adalah perhitungan bak penampung.
Bak penampung diletakkan dibawah bangunan dengan atap pelindung agar air tidak
terganggu oleh air hujan, sampah organik seperti daun-daun dan ranting pohon.
Sketsa atap pelindung bak penampungan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Untuk gambar desain bak penampung dapat dilihat di Lampiran 2.
V-6
Universitas Sumatera Utara
berjenis galvanis untuk pipa terekspos dengan kekasaran permukaan dapat dilihat
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Nilai kekasaran permukaan pada jenis-jenis pipa
No Material e (mm) e (inch)
1 Beton 0.3 – 3.0 0.012 – 0.12
2 Besi tuang 0.26 0.010
3 Besi galvanis 0.15 0.006
5 Besi komersial 0.045 0.0018
Sumber : Streeter.dkk, 2002
Jumlah gate valve sebanyak 3 buah. Untuk asumsi jumlah total elbow long threaded
900 sebanyak 17 buah. Asumsi elbow berdasarkan pengamatan langsung
dilapangan, gate valve diletakkan pada intake dan outlet pada bak penampung serta
pada pipa outlet sebelum menuju ke proses pengolahan. Dengan Koefisien
kehilangan energi untuk setiap elbow sebesar 0,7 dan gate valve sebesar 0,15.
Pipa yang digunakan dari bak penampungan menuju ke instalasi adalah pipa 2 inci
(60 mm)
𝑄
V=
𝐴
4 . 0,0027 𝑚3 /detik
V= = 1,33 m/detik
3,14 .0,05082 𝑚²
1. Major Losses
Selanjutnya dicari Major Losses dari total pipa dengan data-data sebagai berikut
V-7
Universitas Sumatera Utara
Suhu air T = 20°C ʋ = 1 x 10−6 m²/detik
𝐿 𝑉2
ℎ𝑓 = 𝑓 𝑑 2𝑔
150 1,332
ℎ𝑓 = 0,027 0,0508 2 . 9,81
ℎ𝑓 = 7,21 m
2. Minor Losses
- Elbow
Jumlah elbow (n) = 17
KL = 0,7
Maka frictionloss minor elbow (ℎ𝐿 ) adalah
V-8
Universitas Sumatera Utara
𝑉2
ℎ𝐿 = 𝑛 𝑘𝐿
2𝑔
1,332
ℎ𝐿 = 17 . 0,7 .
2 . 9,81
ℎ𝐿 = 0,362 m
- Gate Valve
Jumlah gate valve (n) = 3
KV = 0,15
Maka frictionloss gate valve (ℎ𝑣 ) adalah
𝑉2
ℎ𝑣 = 𝑛 𝑘𝑣
2𝑔
1,332
ℎ𝑣 = 3 . 0,15 .
2 . 9,81
ℎ𝑣 = 0,014 m
Dari perhitungan frictionloss yang terjadi pada mayor dan minor adalah 7,21 +
0,362 + 0,014 = 7,586 m ≈ 8 m. Elevasi pada bak penampung adalah 0 m, dan
elevasi pada pabrik AMDK adalah 45 m (sesuai dengan beda tinggi elevasi), maka
berdasarkan persamaan Bernouli dapat disimpulkan bahwa.
2 2
V1 P V P
1 h1 2 2 h2 hL
2g 2g
V-9
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Spesifikasi Pompa
Jenis Pompa Multistage Booster Pump
Dimensi 210mm x 199mm x 490mm
Kecepatan pompa untuk debit terpilih 3480 rpm
Sumber : Groundfos.com
V-10
Universitas Sumatera Utara
5.3.1 Sand Filter
Filter multimedia biasanya digunakan jika Silt Density Indeks (SDI) lebih besar
dari 3 atau kekeruhannya lebih besar dari 2 NTU. Biasanya Filter Multimedia ini
dipakai sebagai pre-treatment dari reverse osmosis atau ion exchange untuk
mencegah fouling / kebuntuan (Ohmi, 1993).
Filter dengan multimedia filter dirancang untuk menurunkan kekeruhan dan koloid.
Filter tersebut dapat menghilangkan partikel hingga 10 mikron. Jika ada koagulan
ditambahkan maka kemampuan menghilangkan partikelnya menurun hingga 1 – 2
mikron. Filter ini biasanya dapat mengeliminasi hingga 50% dari partikel 10 – 15
mikron. Kekeruhan maksimal untuk pretreatment ini sampai dengan 10 NTU, jika
lebih dari 10 NTU maka filter akan terlalu sering di backwash (Kucera, 2010).
Debit yang dibutuhkan untuk produksi ialah 10 m3/jam. Maka dipilih tabung filter
ukuran diameter 16 inch yang digunakan untuk menyimpan berbagai media filter
berupa silica sand dan gravel. Tabung filter ini terbuat dari bahan mild steel
berkekuatan tinggi, dapat digunakan untuk kapasitas laju air maksimal 10 m3/jam
pada proses pengolahan air. Untuk gambar tabung filter dapat dilihat pada gambar
5.9. Spesifikasi teknis tangki filter adalah sebagai berikut.
Pada tabung media terdapat satu pipa inlet, satu pipa outlet, serta satu pipa untuk
kebutuhan backwash. Terdapat juga manhole untuk mengganti media filter, serta
satu salurain pembuang dibawah media filter, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 5.7.
V-11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.7 Tabung Sand Filter
Sumber: http://banyuteknusantara.produkanda.com/sell/index.php?itemid=103269
Debit yang dibutuhkan untuk produksi ialah 10 m3/jam. Dibutuhkan satu buah
tabung untuk filter carbon dengan kapasitas flowrate 10 m3/jam. Filter ini berisi 200
kg karbon aktif untuk menyisihkan senyawa organik dan menyisihkan partikel
terlarut. Untuk ilustrasi tangki carbon filter dapat dilihat pada Gambar 5.7, karena
tangki yang digunakan sejenis hanya berbeda dimensi dan media filternya saja.
V-12
Universitas Sumatera Utara
Volume Tangki = 470 liter
Filter Media = Karbon Aktif 200 kg
Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya perbedaan ukuran
pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai
membran semipermiable, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat
melewatkan spesi yang lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut
umpan (feed), hasil pemisahan disebut sebagai permeat (Pratomo, 2003).
a. Ultrafiltrasi
Proses membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan upaya pemisahan dengan membran
yang menggunakan gaya dorong beda tekanan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan
distribusi pori membran (Malleviale,1996). Proses pemisahan terjadi pada partikel-
partikel dalam rentang ukuran koloid. Membran ini beroperasi pada tekanan antara
1-5 bar dan batasan permeabilitasnya adalah 10 – 50 l/m2.jam.bar (Mulder, 1996).
b. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan proses pemisahan berbagai pencemar dari dalam air
dengan cara melewatkan air pada suatu membran yang bersifat semipermeabel,
kualifikasi jenis membran ini hanya melewatkan atom yang sangat kecil dan
kelompok atom seperti molekul air, molekul organik kecil, gas, serta ion yang telah
terhidrasi tidak mampu melewati membran.
Jika pada proses osmosis yang terjadi adalah perpindahan pelarut dari larutan yang
lebih encer (potensial kimia rendah) ke larutan yang lebih pekat (potensial kimia
tinggi), sedangkan pada proses reverse osmosis yang terjadi adalah sebaliknya;
pelarut dipaksa berpindah dari larutan pekat ke larutan yang lebih encer dengan
bantuan tekanan. Umumnya besar tekanan yang diberikan minimal 3 kali lipat
V-13
Universitas Sumatera Utara
tekanan osmosis larutan. Karena pori membran yang digunakan sangat kecil,
mendekati dense, maka mekanisme pemisahan yang terjadi tidak berdasarkan
ukuran molekul tetapi lebih berdasarkan mekanisme solution – diffusion. Membran
yang digunakan umumnya bersifat asimetrik (Kucera, 2010). Perbandingan antara
membran reverse osmosis dengan ultrafiltrasi dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Pemisahan larutan BM
Pemisahan makromolekul rendah (garam, glukosa,
laktosa, mikropolutan
Sumber: ariefm.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/7.-Teknologi-Membran.ppt
Ultrafiltrasi dan reverse osmosis juga memiliki perbedaan dari partikel yang dapat
di filternya. Berikut adalah spektrum filtrasi yang dapat dilihat pada Gambar 5.8.
V-14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.8 Spektrum Filtrasi
Sumber : Osmonic, Inc, 1996
V-15
Universitas Sumatera Utara
Untuk konfigurasi dan proyeksi performa reverse osmosis, digunakan software
IMSDesign. Untuk konfigurasi dan performa membran dapat dilihat pada Tabel 5.5
dan 5.6. Serta spesifikasi membran reverse osmosis dapat dilihat pada Tabel 5.7
V-16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.9 Modul Ultrafiltrasi
Sumber: www.indiamart.com/proddetail/10m3-per-hour-uf.html
Frame 1 unit
V-17
Universitas Sumatera Utara
harus tetap melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel
tersuspensi, bahan organik, Fe atau Mn jika konsentrasinya cukup tinggi
(Sembiring, 2008).
Pemilihan modul ultraviolet berdasarkan debit yang dihasilkan dari modul tersebut.
Maka spesifikasi alat yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 5.9.
V-18
Universitas Sumatera Utara
membran filter. Tangki direncanakan dapat menampung debit air selama ±15 menit
dan sesuai dengan volume tangki yang beredar di pasaran. Rekapitulasi penggunaan
tangki penampung yang disarankan dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Bahan dari tangki dipilih menggunakan bahan stainles steel, agar tahan terhadap
korosi dan tidak berlumut.
Untuk memproduksi produk yang direncanakan pada Tabel 5.11 maka dibutuhkan,
mesin filling galon dan mesin filling botol. Mesin yang dibutuhkan sesuai dengan
kapasitas produksi dapat dilihat pada Tabel 5.12.
V-19
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12 Spesifikasi Mesin Filling AMDK
Mesin filling galon, botol, dan gelas direncanakan untuk kapasitas produksi 4000l/
yaitu kapasitas produksi maksimal. Untuk produksi sesuai dengan pasar USU
tinggal menyesuaikan saja sesuai Tabel 4.14.
1. Alternatif I: Air baku diproses menggunakan sand filter, carbon filter, dan
unit ultrafiltrasi kemudian air diproses melalui unit reverse osmosis. Setelah
melalui proses tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan sinar
ultraviolet.
2. Alternatif II: Air baku diproses menggunakan sand filter dan carbon filter,
kemudian air diproses melalui unit reverse osmosis. Setelah melalui proses
tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan sinar ultraviolet.
3. Alternatif III: Air baku diproses menggunakan sand filter dan carbon filter,
kemudian air diproses melalui unit ultrafiltrasi. Setelah melalui proses
tersebut kemudian dilakukan desinfeksi dengan sinar ultraviolet.
Pada proses reverse osmosis digunakan membran yang tidak berpori sehingga
pemisahan yang terjadi tidak melalui pori seperti proses ultrafiltrasi tetapi
berdasarkan kemampuan air melarut pada membran. Air yang dihasilkan dari
proses reverse osmosis jauh lebih murni dari air yang dihasilkan proses ultrafiltrasi
karena proses reverse osmosis mampu memisahkan pencemar pada air hingga level
ion.
V-20
Universitas Sumatera Utara
Kinerja reverse osmosis dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh proses
pretreatment sebelum reverse osmosis. Konfigurasi unit-unit pretreatment yang
tepat diharapkan dapat menghasilkan kualitas air yang memenuhi spesifikasi
sebagai air umpan unit reverse osmosis sehingga kinerja sistem secara keseluruhan
menjadi optimum. Kombinasi teknologi membran ultrafiltrasi sebagai pretreatment
dan reverse osmosis merupakan alternatif paling baik yaitu pada alternatif I.
Apabila unit reverse osmosis bermasalah pabrik tetap dapat beroperasi
menggunakan unit ultrafiltrasi seperti pada alternatif III.
𝑙
6.000 𝑥 8 = 48.000 𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑗𝑎𝑚
Air buangan tersebut dimanfatkan kembali sebanyak 25% yaitu 12.000 liter per
hari. Air ditampung dalam bak penampung sebesar 12 m3 kemudian digunakan
untuk kebutuhan mencuci galon, menyiram tanaman disekitar pabrik, maupun
mencuci kendaraan truk distribusi. Sisa dari air buangan tersebut dikembalikan ke
aliran sungai.
V-21
Universitas Sumatera Utara
5.6 Layout Pabrik Air Minum Dalam Kemasan
Pabrik air minum dalam kemasan direncanakan dibangun pada lahan seluas 31 x
22 m. Lahan untuk fasilitas pengolahan air mineral seluas 20 x 16 m. Skema layout
pabrik dapat dilhat pada Gambar 5.11.
Pengolahan air
mineral Tangki air baku
V-22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Standar Kualitas Air Minum Berdasarkan SNI 01-3553-2006
No Parameter Satuan Air Mineral
1 Bau - Tidak berbau
2 Rasa - Tidak berasa
3 Warna Unit Pt-Co Maks. 5
4 Kekeruhan Ntu Maks. 3
5 pH - 6,0 – 8,5
6 Zat Organik mg/l Maks. 10
7 Nitrat (NO3) mg/l Maks. 45
8 Nitrit (NO2) mg/l Maks. 3
9 Ammonium (NH4) mg/l Maks. 0,15
10 Sulfat (SO4) mg/l Maks. 200
11 Klorida (Cl) mg/l Maks. 250
12 Flourida (F) mg/l Maks. 1
13 Sianida (Sn) mg/l Maks. 0,05
14 Besi (Fe) mg/l Maks. 0,1
15 Mangan (Mn) mg/l Maks. 0,4
16 Klor Bebas (Cl2) mg/l Maks. 0,1
17 Kromium (Cr) mg/l Maks. 0,005
18 Barium (Ba) mg/l Maks. 0,7
19 Boron (Br) mg/l Maks. 0,3
20 Selenium (Se) mg/l Maks. 0,01
21 Timbal (Pb) mg/l Maks. 0,05
22 Tembaga (Cu) mg/l Maks. 0,5
23 Kadmium (Cd) mg/l Maks. 0,03
24 Raksa (Hg) mg/l Maks. 0,001
25 Perak (Ag) mg/l -
26 Kobalt (Co) mg/l -
27 Bakteri E. Colli APM/100 ml <2
Sumber : BSN, 2006
V-23
Universitas Sumatera Utara
5.8 Proses Pengolahan Pada Beberapa Industri AMDK
Pada proses pengolahan air minum dalam kemasan dapat terjadi perbedaan pada
proses pengolahan, tergantung dari jenis dan karakteristik air baku, serta kualitas
yang ingin dicapai. Berikut beberapa studi mengenai pengolahan AMDK yang
dapat dilihat pada Tabel 5.14.
V-24
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengujian secara in-situ dan uji laboratorium, air baku di mata
air Kebun Tambunan USU telah memenuhi baku mutu sesuai dengan
PERMENKES 492 tahun 2010 tentang air minum.
2. Kebutuhan air minum dalam kemasan untuk civitas akademika USU sebagai
target pemasaran adalah 3.203.706 liter per tahun atau 13.349 liter per hari.
Kapasitas produksi air minum dalam kemasan yang ingin dicapai ialah 4000 m3
per jam.
3. Alternatif pengolahan terpilih dengan menggunakan ultrafiltrasi dan reverse
osmosis. Dengan menggunakan alternatif ini diharapkan umur membran reverse
osmosis dapat bertahan lama karena air terlebih dahulu dilakukan pretreatment
menggunakan ultrafiltrasi. Apabila unit reverse osmosis bermasalah pabrik
AMDK tetap dapat beroperasi menggunakan ultrafiltrasi.
4. Pengolahan air kemasan di kebun tambunan USU direncanakan menggunakan
sand filter, carbon filter, ultrafiltrasi, reverse osmosis, dan di desinfeksi
menggunakan ultraviolet. Pengolahan air minum dalam kemasan direncanakan
memiliki 3 alternatif pengolahan yaitu menggunakan reverse osmosis,
ultrafiltrasi dan ultrafiltrasi dengan reverse osmosis.
6.2 Saran
1. Mata air merupakan sumber air yang biasanya kualitasnya baik, oleh karena itu
penggunaan mata air harus dijaga agar tidak merusak kelestarian mata air
tersebut.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai recovery rate dari
membran reverse osmosis terkhusus untuk pengolahan air minum.
VI-1
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Asmadi., Khayan., dan Kasjono, Heru Subaris. 2011. Teknologi Pengolahan Air
Minum. Gosyen; Yogyakarta.
Al, Heru Pratomo, 2003. Pembuatan dan Karakterisasi Membran Komposit Polisulfat
Selulosa Asetat Untuk Proses Ultrafiltrasi. Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA
UNY. Karangmalang Yogyakarta.
Arie Febrianto. Teknologi Membran. http://ariefm.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/7.-
Teknologi Membran.ppt. Diakses pada 10 Juli 2018.
Awaluddin. N., 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air Minum
Hartono, D.M, 2016 Enggineer Weekly Mengelola Air Bersih Persatuan Insinyur
Indonesia. Jakarta Pusat
Badan Standarisasi Nasional. SNI Nomor 01-3553-2006 tentang Air Minum Dalam
Kemasan
Banyutek Nusantara. Sand Filter 10 m3. http:// banyuteknusantara.produkanda.com
/sell/index.php?itemid=103269. Diakses pada 10 Juli 2018.
Departemen Kesehatan, PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air bersih, www.depkes.go.id,
Departemen Kesehatan, PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/VI/2010 tentang
persyaratan kualitas air bersih, www.depkes.go.id,
Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates.
Groundfos, Product Selection Tool. https://product-selection.grundfos.com/product-
detail.productdetail.html?from_suid=153410808647707744102796967688&pump
systemid=406524404&qcid=422295166. Diakses pada 15 Agustus 2018.
Hadisusanto, Nugroho. 2011. Aplikasi Hidrologi. Malang : Jogja Mediautama.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hartomo, A.J., Widiatmoko M.C. 2006. Teknologi Membran Pemurnian Air.
Yogyakarta : Andi Offset.
Mandiri, 2016. Mandiri Industri Update Vol.16 Tahun 2016. Mandiri Institute.
Mulder, M., 1996, Basic principles of membrane technology, 2nd ed., Kluwermn
Academic Publisher, Dordrecht.
Soesanto, Sri.S, 1997. Cara Menghilangkan Rasa Dan Bau Pada Pengolahan Air
Minum. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Streeter, V. L. & E. Benjamin Wylie. 2002. “Mekanika Fluida Jilid 2”, Erlangga,
Jakarta