Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS III


“ MENJAHIT LUKA ”

OLEH
KELOMPOK V

FITRI ROHMAYANI (P07120317008)


NANI ROSITA (P07120317021)
NI NYOMAN INDAH SARI (P07120317024)
NI PUTU WIDYA SARASWATI (P07120317025)
VIVIN SEPTA KIHANTARI (P07120317034)
YUSRIL DWISTI HIJJABI (P07120317037)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2020/ 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH
KEPERAWATAN KRITIS III “ MENJAHIT LUKA ” ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis III. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari
beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
kami. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada : Ibu Mira Utami Ningsih.,MN.Sc
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang
telah membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai
referensi keilmuanya. Amiin.

Mataram ,4 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4

C. TUJUAN .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HEACTING........................................................................5

B. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA .......................................................5

C. PEMILIHAN BENANG ............................................................................11

D. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT ...........................12

E. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA .....................14

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN...........................................................................................20

B. SARAN .....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Meskipun saat ini, tehnik dan bahan dalam melakukan penjahitan telah
mengalami perubahan, tujuan tindakan ini tetap sama yakni menutup
ruang mati, mendukung dan memperkuat luka sampai terjadi
penyembuhan dan meningkatkan kekuatan kerenggangan luka sampai
kira-kira mendapatkan hasil estetika dan fungsional yang memuaskan,
serta meminimalkan resiko perdarahan dan infeksi.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
yang baik dalam pembedahan kulit. Hasil postoperasi dengan desain
tertutup yang cantik dapat membahayakan jika tehnik jahitan yang dipilih
tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika jahitannya
terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang kurang
baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan
pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang
tidak adekuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka
dan penjahitan. Pegang jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat
mengoptimalkan penyembuhan luka.
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada jenis dan lokasi anatomi
luka, ketebalan kulit, derajat ketegangan, dan hasil kosmetik yang
diinginkan. Penempatan jahitan yang baik membutuhkan perkiraan batas
luka yang tepat, yang membantu meminimalkan dan menyebarkan
tegangan kulit. Eversi luka penting dilakukan untuk memaksimalkan
perkiraan bagian epidermal kulit. Eversi ini dilakukan untuk
meminimalkan resiko pembentukan scar sekunder dan kontraksi jaringan
selama penyembuhan. Biasanya, inversi tidak dilakukan dan hal ini tidak
menurunkan resiko hipertrofi scar pada pasien yang rentan dengan resiko
ini. Eliminasi ruang mati, pemulihan bentuk anatomi alami, dan
meminimalkan bekas jahitan juga penting dalam mengoptimalkan hasil
kosmetik dan fungsional luka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian heacting ?

4
2. Berapa macam-macam jahitan luka ?
3. Bagaimana pemilihan benang ?
4. Ada berapa macam-macam benang dan jarum jahit ?
5. Ada berapa macam-macam jarum untuk menjahit luka ?

C. TUJUAN
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Kritis III, menambah wawasan tentang penjahitan
luka, agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana cara menjahit dan
perawat luka yang baik.

BAB II
PEMBAHASAN

5
A. PENGERTIAN HEACTING
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.

B. MACAM-MACAM JAHITAN LUKA


1. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted
Suture Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat
diaplikasikan pada semua luka.
a. Teknik :
1) Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah
sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan
subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara
tegak lurus pada atau searah garis luka.
2) Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable
dengan jarak antara 1cm.
3) Simpul di letakkan ditepi  luka pada salah  satu tempat
tusukan
4) Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di


kulit, karena apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua
jahitan dan membiarkan yang lain.

6
2. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near
and far to bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka
oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal berguna untuk mendapatkan
tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di tempat-tempat yang
vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama
seperti pada jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan
adalah pada arah lintasan benangnya dan mungkin juga letak

7
simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua penusukan lebih lebar
karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum dilakukan
pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi
luka, kemudian di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu
dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di
seberangnya diangkat untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi
luka sejajar dengan tempat keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan
menembus ke arah kulit luar dekat tepi luka dengan jarak sama dengan
tempat penusukan kedua pada tepi luka seberangnya. Pembuatan
simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung benang panjang
dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit terputus.

3. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted


mattress

8
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum
disimpul dilanjutkan  dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari
tusukan pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras
horizontal untuk menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk
menjahit subkutis karena kulit akan bergelombang.
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi
dengan arah horizontal.

4. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple


continous/Continous over and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih
cepat dibuat serta lebih kuat tetapi kalau terputus seluruhnya akan
terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan
membuat satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat
simpul, selanjutnya benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan
dengan penusukan pada tepi luka selanjutnya dengan tempat
penusukan dan keluarnya benang yang sejajar, sehingga tampak dari
luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam
jaringan, seperti pada gambar.

9
5. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan  benang pada jahitan
sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan
jahitan jelujur yang menyelipkan benang di bawah jahitan yang telah
terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan perdarahan, tetapi
kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di
atas, akan tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk
kemudian dilakukan penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

6. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

10
7. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur
subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena
jahitan terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak
disarankan pada luka dengan tegangan besar.

11
C. PEMILIHAN BENANG
Setiap jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan
ini,maka untuk mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan
harus dilakukan dengan ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatan
sedikit mungkin. Pada luka terkontaminasi, tidak boleh dilakukan
penjahitan kecuali bila sangat diperlukan untuk mempertahankan
kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang tergantung dari
ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit
fasia,otot,jaringan subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan
saraf.jarum tajam biasanya digunakan untuk penutupan dermis dan
epidermis diaman jaringan kolagen yang liat harus ditusuk dengan jarum
sehingga penjahitan lebih mudah. Benang berdiameter besar (2-0,3-0)
sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan dan lapisan fasia utama di
daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau siku).Kekuatan
efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan yang
dijahit, bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan
peregangan mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut
tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau
bagiannya) yang perlu dirapatkan secara tepat,untuk menutup laserasi di
wajah digunakan benang berukuran 5-0 dan 6-0.Untuk menutup lapisan-
lapisan luka (fasia,dermis) dapat digunakan benang epidermis halus di
setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri biasanya rendah
dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka dirapatkan dengan
baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap bagian tubuh
selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0.

12
Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan
dibiarkan di tempat tersebut.

D. MACAM-MACAM BENANG DAN JARUM JAHIT


1. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat
diserap Tubuh (absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
a. Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok
polyglactin (misalnya Vicryl).
1) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal
menjadi jalinan diukur secara elektronik dan kemudian
dipulas. Benang ini sangat popular, tetapi ada
kecenderungan digantikan oleh benang sintetik yang
dapat diserap pada tahun belakangan ini.
2) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi
jalinan tepatnya menjadi catgut polos. Dibuat sedemikian
rupa sehingga kekuatan dari benang tersebut
dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada
catgut polos.

Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui


pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
a) Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan
karena mereka larut, bila dibandingkan dengan reaksi
jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat
penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan
waktu beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal
untuk semua jahitan subnukleus, subkutikular, dan
penutupan luka. Melalui proses rejeksi immunologis,
misalnya pada catgut.

13
b. Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena
(prolene), benang-benang baja yang dibuat dari komponen
besi, nikel, dan chronium.
1) Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang
dapat diikat dengan mudah.Benang ini sangat populer dan
digunakan secara luas dalam penutupan luka.
2) Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman
dan dapat digunakan dengan mudah.Seperti benang
monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu diperkuat
denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan.Kerusakan
yang didapat dari forsep dan pemegang jarum harus
dihindarkan untuk mencegah putusnya benang.Benang ini
sangat halus dan cocok untuk jahitan subkutikular.
3) Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah
digunakan bertahun-tahun karena sifanya kaku.Pada luka
terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan
infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh iritasi
mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat
kaku dari benang metalik ini mempersulit.
4) Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan
reaksi jaringan dibandingkan dengan sutera.Karena
koefisien gesekannya tinggi,bahan ini sulit digunakan
untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron
terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya
dengan teflon.

5) Nilon

14
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila
dibandingkan dengan dakron dan bila digunakan pada luka
kontaminasi akan menimbulkan kemungkinan infeksi lebih
rendah.
a) Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya
regangnya kurang lebih sebesar 20% setelah
digunakan 1 tahun.Bentuk nilon monofilamen ini
cukup kaku sehingga tidak membentuk simpul
dengan baik.
b) Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya
regangnya setelah 6 bulan tetapi lebih mudah untuk
mengikatnya dibadingkan benang monofilamen.

Catatan :
 Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai
benang-benang yang reaktif (absorbable) dan yang
multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang
di sela-sela anyaman.
 Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang
monofilamen dan yang tidak dapat diserap.
 Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena
itu tembuskan jahitan dari kulit untuk seluruh
tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya
akan diangkat (dibuang).

E. MACAM-MACAM JARUM UNTUK MENJAHIT LUKA


1. Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi
cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf,
peritoneum, pembuluh darah, katup.

15
2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit
daerah usus besar, ginjal, limpa, hati

3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi.


Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

4. Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan


batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments,
uterus, rongga mulut, dan sebagainya.

16
Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan,
kecuali untuk organ yang berlubang.

17
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN MATARAM

CEKLIST MENJAHIT LUKA

Nama : ………………………… NIM :………………


NILAI
ASPEK YANG DINILAI
I II III
Definisi :

Melakukan penjahitan luka pada penderita yang mengalami


luka robek
Tujuan :
 Mencegah terjadinya infeksi
 Membantu proses penyembuhan luka

Indikasi :

1. Saat pasien memiliki luka sobek yang harus di jahit

Persiapan alat dan bahan :


1. Anti septic : betadin,alcohol
2. Obat untuk anestesi sesuai ketentuan misal lidokain 2%
3. Benang jahit,sesuai kebutuhan
4. Bengkok
5. Gunting,plester
6. Tromol kasa,korentang steril
7. Sarung tangan
8. Cairan pembersih luka : pz,h2o2 3%,savlon
9. Spuit 2cc,5cc atau sesuai kebutuhan anestesi
10. Set jahit :
 Nald voeder/pembawa jarum
 Arteri klem lurus/bengkok
 Pincet cirurgies
 Gunting luka stetil

18
 Penjepit kain
 Jarum jahit untuk otot
 Doek steril/kain penutup luka
 Sarung tangan
11. Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan
12. Sufratul

Tahap pre interaksi :

 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


 Mencuci tangan
 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap orientasi :
1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan
membaca gelang identifikasi dan menanyakan nama
klien.
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarga.
4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum
tindakan
5. Memposisikan pasien senyaman mungkin
6. Menjelaskan tentang kerahasiaan.

Tahap kerja :
1. Mencuci tangan
2. Membersihkan luka dengan cairan pz
3. Memberikan obat anestesi dengan injeksi disekitar luka
4. Membersihkan luka dengan h2o2 3%,pz saampai bersih
5. Mendesinfeksi luka dan sekitarnya dengan betadine
6. Menggunakan sarung tangan steril
7. Memasang doek lubang
8. Menjahit luka :
 Ketepatan jenis/nomor benang
 Ketepatan nomor jarum
 Kerapihan dan ketepatan menjahit

19
9. Memberikan betadin dan sufratul sesuai instruksi dokter
10. Melakukan teknik aseptic selama bekerja
11. Membalut luka sesuai kebutuhan
12. Membereskan alat-alat
13. Mencuci tangan
14. Menuliskan pada status pasien : jenis benang,jumlah
jahitan luar dan dalam
15. Menjelaskan pada penderita tentang perawatan luka
dirumah

Sikap yang harus diperhatikan :


dan hati-hati

Tahap terminasi :
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien
5. Berpamitan dengan pasien
Tahap dokumentasi :

Dokumentasikan tindakan yang sudah di lakukan ke dalam


catatan keperawatan
TOTAL NILAI

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tetapi tidak sempurna / tidak lengkap
2 = dikerjakan dengan lengkap

Mataram, .........................

Penilai,

(......................................)

BAB III

20
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
Macam-macam jahitan luka yaitu : Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan
Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture, Jahitan Matras
Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to bar,
Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress,
Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple
continous/Continous over and Dover, Jahitan Jelujur Feston/Running
locked suture/Interlocking suture
Jadi dapat disimpulkan, bahwa perawatan luka dapat di lakukan
dengan beberapa tekhnik menjahit tergantung pada luka yang di derita
oleh pasien tersebut.

B. SARAN
Lakukan semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca yang membangun sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

21
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Konsep Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Kusyati, Eni & tim. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Saifudin. (2013). Heacting dan Heacting aff.(online). www.google.book.com.
diperoleh pada 27 September, 2016).
Ningsih, Fitria. (2011). Tehnik Menjahit Jaringan. (online). www.ugm.ac.id.
diperoleh pada 20 September, 2016).

Pramuditya, Arindra. (2014). Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka (Hecting).


(online). diperoleh pada 27 September, 2016).

Potter, Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai