Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RETERSIO PLASENTA

Kelompok 5 :

1. Dewinta Husdianti Ikmalia (P07120317005)


2. Hulpa Sufiani (P07120317011)
3. Maulana Abdi Nugraha (P07120317017)
4. Ni Nyoman Indah Sari (P07120317024)
5. Silvia Rahmawati (P07120317030)
6. Yuliati (P07120317036)

TINGKAT II A / SEMESTER 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan
pemikiran dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada


manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca amin.

Mataram, 02 November 2018

Penulis
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6
A. Konsep Penyakit 6
B. Konsep Asuhan Keerawatan Pada Pasien Retensio Plasenta 15

BAB III PENUTUP 22


A. Kesimpulan 22
B. Saran 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak negara berkembang


terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklampsia, komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian Ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui pencegahan yang efektif, beberapa Negara
berkembang dan hampir semua Negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan
dan kematian Ibu ketingkat yang sangat rendah.
Pada kala 3 persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan
berkurangnya tempat pelekatan plasenta karena tempat pelekatan plasenta semakin
kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal,
dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Asuhan kesehatan Ibu selama dua dasa warsa terakhir terfokus pada : keluarga
berencana, asuhan antenatal terfokus, asuhan pasca keguguran, persalinan yang bersih
dan aman serta pencegahan komplikasi, penata laksanaan komplikasi. Di dalam
makalah ini penulis akan membahas : tentang retensio plasenta, rencana asuhan atau
perawatan pada retensio plasenta, serta manual plasenta.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Retersio Plasenta?
2) Apa klasifikasi Retersio Plasenta?
3) Apa etiologi Retersio Plasenta?
4) Bagaimana patofisiologi Retersio Plasenta?
5) Pathway Retersio Plasenta?
6) Bagaimana manifestasi Klinik Retersio Plasenta?
7) Bagaimana pemeriksaan penunjang Pada Retersio Plasenta?
8) Bagaimana penatalaksanaan Retersio Plasenta?
9) Apa saja komplikasi Pada Retersio Plasenta?
10) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien retensio plasenta?
C. Tujuan
1) Agar mengetahui pengertian retersio plasenta.
2) Agar mengetahui klasifikasi retersio plasenta.
3) Agar mengetahui etiologi retersio plasenta.
4) Agar mengetahui patofisiologi retersio plasenta.
5) Agar mengetahui pathway retersio plasenta.
6) Agar mengetahui manifestasi klinik retersio plasenta.
7) Agar mengetahui pemeriksaan penunjang pada retersio plasenta.
8) Agar mengetahui penatalaksanaan retersio plasenta.
9) Agar mengetahui komplikasi pada retersio plasenta.
10) Agar mengetahui suhan keperawatan pada pasien retensio plasenta.

5
BAB II
PEMBAHASAN

 KONSP PENYAKIT
A. Pengertian
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (habitual
retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagi benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat
terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu suatu bagian
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara
efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang dapat
ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapu tinggi fundus tidak
berkurang (Prawirohardjo, 2005).
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir.
Plasenta mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh serviks, terlepas sebagian, secara
patologis melekat (plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrharge
yang tidak tampak, dan juga didasari pada lamanya waktu yang berlalu antara
kelahiran bayi dan dan keluarnya plasenta yg diharapkan. Beberapa ahli klinik
menangani setelah 5 menit. Kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi
plasenta untuk keluar sebelum menyebutnya tertahan (Varney's, 2007).

B. Klasifikasi

Berdasarkan tempat implantasinya retensio plasenta dapat di klasifikasikan menjadi 5


bagian :
1. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai
sebagian lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding
uterus. Pada plasenta akreta vili chorialis menanamkna diri lebih dalam ke dalam
dinding rahim dari pada biasa ialah sampai kebatas atas lapisan otot rahim.
Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukaanya melekat

6
dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu jika hanya
beberapa bagian dari permukaanya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim
dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta dan percreta jarang terjadi.
Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua misalnya desidua yang terlalu
tipis.
3. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai atau
memasuki lapisan miometrium.
4. Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot khorion plsenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa di uterus, yang menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim .
5. Plasenta Inkar serata adalah tertahanya plasenta didalam kavum uteri, disebabakan
oleh konstriksi ostium uteri.

C. Etiologi
- Plasenta yang sukar di lepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa di sebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.
- Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa, bekas seksio
sesaria, pernah kuret yang berulang, dan multiparatis.
- Bila sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus disebut rest
plasenta dan dapat menimbulkan perdarahan postpartum primer atau lebih sering
sekunder.

D. Patofisiologi
- Proses kala III di dahului dengan tahap pelepasan/separasi plasenta akan di tandai
oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Ducan) atau plasenta sudah lepas
sebagaian tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan schultze), sampai
akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir.
- Para retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan
menimbulkan perdarahan.
- Sebagaian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak (perdarahan kala III) dan harus di antisipasi dengan segera melakukan
plasenta manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
- (Prawirohardjo, 2008).

E. Pathway

7
F. Manifestasi klinik
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala yang selalu ada : Saat plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan
segera. Gejala yang kadang-kadang timbul : Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang. Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar
karena ini untuk menentukan sikap dalam mengambil keputusan untuk melakukan
manual plasenta.

8
Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah Sepusat
pusat
Bentuk uterus Discoid Agak Discoid
globuler
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / tidak ada

Tali pusat Terjulur Terjulur Tidak terjulur


sebagian

G. Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka


Pelepasan Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
plasenta
Syok Sering Jarang Jarang sekali, kecuali
akibat inversion oleh
tarikan kuat pada tali
pusat.

Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada
keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.

2. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT)


dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana
dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk
menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.

H. Penatalaksana
Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya harus
mengambil beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
1) Sikap umum : melakukan pengkajian data secara subyektif dan obyektif antara
lain : keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah
pendarahannya, keadaan umum penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui
keadaan plasenta, apakah plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta lepas
dengan mode kustner, memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

9
2) Sikap khusus : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak keluar
dalam waktu 30 menit dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu
tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implatansinya dan kemudian
melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).
3) Prosedur plasenta manual dengan cara :

Prosedur plasenta manual


Langkah Cara Melakukan Gambar
Persiapan : pasang set dan cairan
infus, jelaskan pada ibu prosedur dan
tujuan tindakan, lanjutkan anastesia
verbal atau analgesia per rektal,
siapkan dan jalankan prosedur
pencegahan infeksi.
Tindakan penetrasi ke dalamkavum
uteri: pastikan kandung kemih dalam
keadaan kosong ; jepit tali pusat
dengan klem pada jarak 5-10 cm dari
vulva, tegangkan dengan satu tangan
sejajar lantai

10
Secara obstetrik masukan tangan
lainnya (punggung tangan menghadap
ke bawah) ke dalam vagina dengan
menelusuri sisi bawah tali pusat,
setelah mencapai bukaan serviks,
kemudian minta seorang
asisten/penolong lain untuk
memegangkan klem tali pusat
kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus uteri.

Sambil menahan fundus uteri,


masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai
tempat implantasi plasenta;
bentangkan tangan obstetic menjadi
datar seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke jari telunjuk dari jari-jari
lain merapat).
Tentukan implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah.
Bila plasenta berimplantasi di korpus
belakang, tali pusat tetap disebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan
menghadap ke bawah (posterior ibu);
Bila di korpus depan maka pindahkan
tangan ke sebelah atas tali pusat dan

11
sisipkan ujung jari-jari tangan
diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap
ke atas (anterior ibu) ;
Setelah ujung-ujung jari masuk
diantara plasenta dan dinding uterus
maka perluas pelepasan plasenta
dengan jalan menggeser tangan ke
tangan dan kiri sambil digeserkan ke
atas (cranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari
dinding uterus.
Sementara satu tangan masih dalam
kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada plasenta yang
tertinggal.

Pindahkan tangan luar dari fundus ke


supra symphisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan
asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa
plasenta keluar (hindari adanya
percikan darah).
Lakukan penekanan (dengan tangan
yang menahan suprasymphisis) uterus
kearah dorso kranial setelah plasenta
dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan.
Lakukan tindakan pencegahan infeksi
dengan cara: dekontaminasi sarung
tangan (sebelum dilepaskan) dan
peralatan lain yang digunakan;

12
lepaskan dan redam sarung tangan
dan peralatan lainnya di dalam
larutan.

I. Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :


1. Perdarahan.
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak
menutup.
2. Infeksi.
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
3. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis.
4. Syok haemoragik.
Syok yang disebabkan oleh pendarahan yang banyak, atau pendarahan
antepartum.
5. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma.
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan
berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin
bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal
dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian
bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan
keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
6. Penanganan retensio plasenta dengan separasi parsial :
a) Tentukan retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan
diambil.
b) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan.bila ekspulasi plasenta
tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.

13
c) Pasang infuse oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes/menit.
Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rectal (sebaiknya
tidak menggunakn ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat
menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
d) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta,lakukan manual
plasenta ssecra berhati hatidan halus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan.
e) Lakukan transfuse darh apabila diperlukan
f) Beri antibiotika frofilaksis (ampisilin 2 g IV /oral +metronidazol 1g
supositoria/oral).
g) Segera atasi bila terjadi komplikasi perdrahan hebat,infeksi,syok neurogenik.

14
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio
placenta adalah sebagai berikut :
 Identitas klien
 Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan,
dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
1) Sirkulasi :
- Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah
bermakna).
- Pelambatan pengisian kapiler.
- Pucat, kulit dingin/lembab.
- Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta tertahan).
- Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan.
- Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.

2) Eliminasi :
- Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina.

3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
-  Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta
tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4) Keamanan :

15
-   Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia
mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie,
ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.

5) Seksualitas :
-   Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen
placenta yang tertahan).
-   Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.

 Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik


(inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
 Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%).

B. Diagnosa dan Rencana Intervensi Keperawatan


I. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan melalui vaskuler
yang berlebihan.
Tujuan : Klien akan menunjukan kekurangan volume cairan terasi dengan
kriteria  hasil :
- TTV dalam batas normal.
- Pengisian kapiler cepat.
- Memberan mukosa kulit lembab.
- Turgor kulit >2 detik.

16
Intervensi Rasional
1) Kaji ulang catatan kehamilan, 1) Membantu dalam membuat rencana
persalinan. Perhatikan faktor penyebab perawatan yang tepat dan memberikan
pada situasi hemoragi. kesempatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
2) Kaji jumlah, tipe perdarahan (timbang 2) Perkiraan kehilangan darah, arteriaversus
dan hitung kembali). vena, membantu menentukan penggantian
cairan.
3) Anjurkan melakukan tirah baring 3) Pengubahan posisi yang tepat
dengan kaki ditinggikan 20-30° dan meningkatkan aliran balik vena,
tubuh horizontal. menjamin     persediaan darah ke otak dan
organ vital lainnya lebih besar.
4) Bermanfaat dalam memperkirakan luas
4) Pantau masukan dan haluaran,
kehilangan cairan. Volume perfusi
perhatikan berat jenis urin.
atau     sirkulasi adekuat ditunjukan
dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih
besar.
5) Perlu untuk di infus cepat dari cairan atau
5) Kolaborasi dengan tim medis
produk darah untuk meningkatkan
pemberian cairan IV satu atau 2 jalur
volume sirkulais dan mencegah
dari cairan isotonik atau elektrolit atau
pembekuan.
produk darah sesuai indikasi.

II. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

Intervensi Rasional
1) Demonstrasikan mencuci tangan yang 1) Mencegah kontaminasi silang/penyebaran
tepat dan teknik perawatan diri. organinisme infeksious.
Tinjau ulang cara yang tepat untuk
menangani dan membuang material
yang terkontaminasi misalnya
pembalut, tissue dan balutan.
2) Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC)
2) Perhatikan perubahan pada tanda vital

17
atau jumlah SDP. pada dua hari beturut-turut (tidak
menghitung 24 jam pertama pasca
partum), tachikardia, atau leukositosis
dengan perpindahan kekiri menandakan
infeksi.
3) Perhatikan gejala malaise, mengigil,
3) Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan
anoreksia, nyeri tekan uterus atau
sistemik, kemungkinan menimbulkan
nyeri pelvis.
bakterimia, shock, dan kematian bila tidak
teratasi.
4) Selidiki sumber potensial lain dari
4) Diagnosa banding adalah penting untuk
infeksi, seperti pernapasan (perubahan
pengobatan yang efektif.
pada bunyi napas, batuk produktif,
sputum purulent), mastitis (bengkak,
eritema, nyeri) atau infeksi saluran
kemih (urine keruh, bau busuk,
dorongan, frekuensi, nyeri).
5) Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan
5) Anemia sering menyertai infeksi,
suplemen zat besi sesuai indikasi.
memperlambat pemulihan dan merusak
sistem imun.

III. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.


Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri hilang dengan kriteria :
- Ungkapan bebas nyeri
- Ekspresi wajah yang rileks

Intervensi Rasional

18
1) Kaji sifat dan derajat nyeri. 1) Membantu mengidentfikasi faktor-faktor
yang memperbebrat
ketidak      nyamanan nyeri.
2) Berikan informasi yang tepat tentang 2) Informasi yang teapt dapat mengurangi
kedaannya. persepsi nyeri dan adanya kooperatif.
3) Ajurkan penggunaan tehnik relaksasi. 3) Meningkatkan rasa kontrol dan dapat
mengurangi beratnya nyeri
berkenaan     dengan kontraksi dan
masase funus.
4) Tekankan pentingnya menjalani 4) Pemeriksaan ginekologi membantu
pemeriksaan ginekologi lanjut secra mengetahui tingkat kesuburan.
teratur
5) Pemberian obat analgetik bekerja
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
mengurangi nyeri.

IV. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia


Tujuan : Pasien akan menunjukan penurunan perfusi jaringan teratasi dengan
kriteria :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Perifer hangat tidak sianosis

Intervensi Rasional
1) monitor TTV setiap jam. 1) Respon konpensasi untuk menurunkan
volume sirkulasi adalah pengeluaran
O2 darah dengan meningkatkan
frekuensi jantung dan pernapasan serta
menurunkan sirkulasi ekstremitas
menyebabkan penurunan nadi, kulit
dingin dan sianosis.
2) Perhatikan tingkat kesadaran dan 2) Perubahan sensorium adalah indikator
adanya perubahan prilaku. dini dari hipoksia. Sianosis, tanda
lanjut lainya tidak nampak sampai
kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.
3) Pantau GDA dan kadar pH. 3) Membantu dalam mendiagnosa derajat
hipoksia jaringan atau asidosis yang

19
diakibatkan dari terbentuknya asam
laktat dari metabolisme anerob.
4) Kolaborasi dengan tim medis 4) Memaksimalkan ketersediaan oksigen
pemberian oksigen. untuk transpor sirkulasi kejaringan.

V. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh.


Tujuan : klien mampu menunjukan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria.
- Klien mengerti dengan penyakitnya.
- Tidak tampak kebingungan pada klien.

Intervensi Rasional
1) Jelaskan faktor predisposisi atau 1) Memberikan informasi untuk membantu
penyebab dan tindakan khusus terhadap klien/pasangan memahami dan
penyebab hemoragi. mengatasi situasi.
2) Kaji tingkat pengetahuan klien, 2) Memberikan informasi yang perlu untuk
kesiapan dan kemampuan klien untuk mengembangkan rencana perawatan
belajar. Dengarkan, bicarakan dengan individu. Menurunkan stress dan
tenang, dan berikan waktu untuk ancietas, yang menghambat
bertanya dan meninjau materi. pembelanjaran, dan memberikan
klarifikasi dan pengulangan untuk
meningkatkan pemahaman.
3) Diskusikan implikasi jangka pendek
3) Menurunkan ansietas dan memberikan
dari hemoragi pasca partum, seperti
kerangka waktu yang realistis untuk
perlambatan atau intrupsi pada proses
melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas
kedekatan ibu-bayi (klien tidak mampu
perawatan bayi.
melakukan perawatan terhadap diri dan
bayinya segera sesuai keinginannya).
4) Diskusikan implikasi jangka panjang
4) Memungkinan klien untuk membuat
hemoragi pasca partum dengan tepat,
keputusan berdasarkan informasi dan
misalnya resiko hemoragi pasca partum
mulai mengatasi perasaan tentang
pada kehamilan selanjutnya, ataonia
kejadian-kejadian masa lalu dan
uterus, atau ketidakmampuan untuk
sekarang.
melahirkan anak pada masa datang bila
histerektomie dilakukan.

20
VI. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan
Tujuan : Agar tidak terjadi ancaman kematian dengan kriteria
- Keluarga dapat mengatasi perasan sedih.
- Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya.

Intervensi Rasional
1) Kaji situasi yang berat dan 1) Mengidentifikasi situasi dengan tepat
mengancam nyawa klien. untuk memberikan informasi yang
tepat  dan jelas.
2) Berikan informasi sederhana dan 2) Pengetahuan dapat mengurangi rasa
akurat pada keluarga, penetapan berduka keluarga.
diagnosis dan keperawatan.
3) Tentukan orientasi religius orang tua, 3) Banyak pasangan sangat tergantung pada
hubngan dukungan yang tepat bila keyakinan mereka sebagai
mereka menginginkan. sumber kekuatan selama resolusi krisis.

C. Implementasi
Sesuai dengan rencana/ intervensi.
D. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien terpenuhi, masalah yang ada
terpecahkan, masalah potensial dihindari, klien dan keluarga mengetahui kondisi
kesehatannya dan klien mengetahui apa yang harus dilakukan dalam rangka menjag
kesehatannya.

21
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut:

- Retensio placenta adalah keadaan dimana uri/placenta belum lahir dalam waktu
satu jam setelah bayi lahir.

22
- Ada dua keadaan yang menyebabkan terjadinya retensio placenta yaitu; (a)
placenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam,
dan (b) placenta telah terlepas tetapi belum dapat dikeluarkan yang terjadi akibat
penanganan kala III yang salah.
- Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah defisit volume
cairan tubuh, resiko terjadi infeksi, nyeri, gangguan perfusi jaringan, kurangnya
pengetahuan klien tentang keadaannya, dan resiko tinggi keluarga berduka.

B.      Saran

Hemoragi pasca partum biasanya didefenisikan sebagai kehilangan darah


lebih dari 500 ml selama dan/atau setelah kelahiran. Ini adalah salah satu penyebab
tersering kematian pada ibu. Mudah-mudahan makalah ini memberikan wawasan
kepada kita tentang retensio sebagai salah satu penyebab perdarahan post partum. Dan
kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan,
kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang retensio placenta terutama
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan secara lebih khusus pada ibu yang
mengalami retensio placenta.

DAFTAR  PUSTAKA

Dongoes , 2000. Diagnosa Keperawatan Ed. 8. Jakarta; EGC.

Maryunani, Anik dan Sari, Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta; Trans Info Media.

Dancok, anggap. “KTI retensio plasenta” .


https://www.academia.edu/22665843/KTI_RETENSIO_PLASENTA. Diakses
tanggal 02 November 2018.

23
Marsela, murni. “ retensio plasenta”.
http://www.academia.edu/13142359/RETENSIO_PLASENTA. Diakses tanggal 02
November 2018.

24

Anda mungkin juga menyukai