Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
”TONSILEKTOMI”

OLEH :
1. BAIQ RISTA ANANTA PRATIWI (P07120317004)
2. HENDRI PRATAMA YUDHY (P07120317009)
3. IRMA ZULHAFNI TRIANTARI (P07120317014)
4. MUHAMMAD MUTTAQIEN (P07120317020)
5. NI PUTU WIDYA SARASWATI (P07120317025)
6. SILVIA RISMAWATI (P07120317030)
7. YULIA TRI KRESNAWATI (P07120317035)

(TINGKAT IIA / SEMESTER 3)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “TONSILEKTOMI”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang beberapa hal megenai
tonsilitis dan pembedahan serta konsep asuhandalam Keperawatan agar dapat
diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata
kuliah KMB 1.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 1


DAFTAR ISI …………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Definisi 5
B. Klasifikasi 5
C. Etiologi 7
D. Patofisiologi 8
E. Pathway 9
F. Manifestasi Klinis 10
G. Pemeriksaan Diagnostik 10
H. Penatalaksanaan 11
I. Komplikasi 14
J. Konsep Asuhan Keperawatan 16
BAB III PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
daricincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial),tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius
(lateral band dinding faringatau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan
menurut Reeves (2001) tonsilitismerupakan inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel. Sedangkan tonsilektomi adalah mengeluarkan
seluruh tonsil dengan pembedahan. Dari pengertian tersebut akan
dikembangkan konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan guna
mengembangkan pengetahuab tentang materi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tonsilitis dan tonnsilektomi?
2. Apa saja klasifikasinya?
3. Apa saja etiologinya?
4. Bagaimana patofisiologinya?
5. Bagaimana pathwaynya?
6. Apa saja manifestasi klinisnya?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostiknya?
8. Apa saja penatalaksanaannya?
9. Apa saja komplikasinya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tonsilitis dan tonsilektomi?
2. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasinya?
3. Untuk mengetahui Apa saja etiologinya?
4. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologinya?
5. Untuk mengetahui Bagaimana pathwaynya?
6. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinisnya?

3
7. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan diagnostiknya?
8. Untuk mengetahui Apa saja penatalaksanaannya?
9. Untuk mengetahui Apa saja komplikasinya?

4
BAB II
PEMBAHASAN
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
daricincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial),tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius
(lateral band dinding faringatau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan
menurut Reeves (2001) tonsilitismerupakan inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcusβ hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus
pyogenes, dapat jugadisebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000). Tonsilektomi
adalah pengangkatan tonsil danstruktur adenoid, bagian jaringan limfoid yang
mengelilingi faring melaluipembedahan (Nettina, 2006).
Tonsilektomi adalahmengeluarkan seluruh tonsil dengan
pembedahan.Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan dari penulis adalah
tonsilitis merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
bakteri ataupun virus, prosesnya bisa akut atau kronis.

B. Klasifikasi
Menurut Soepardi (2007) macam-macam tonsilitis yaitu :
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling
sering. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut
supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan
rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil
yang sangat nyeri dirasakan klien.

5
b. Tonsilitis bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus,
Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada
lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
bacterium diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan
yang terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-
anak berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2
sampai 5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi.
c. Angina plaut vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema
yangdidapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan
defisiensivitamin C.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan
infeksimononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup
membran semu. Gejalapertama sering berupa epistaksis, perdarahan di
mukosa mulut, gusi dan di bawahkulit sehingga kulit tampak bercak
kebiruan.
e. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari
rokok,beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh

6
cuaca, kelelahanfisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat.

C. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
hemolyticus,Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes, dapat juga
disebabkan olehinfeksi virus (Soepardi, 2007).
Penyebab tonsilitis adalah virus dan bekteri sebagian besar disebabkan oleh
virus yang merupakan juga faktor predisposisi dari infeksi bakterial.
Golongan Virus :
1. Adenovirus
2. Virus echo
3. Virus influenza
Golongan Bakteri :
1. Streptococcus
2. Mycrococcus
3. Corine bakterium diphterial
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan
kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan
menurun sejalan dengan perlambatan usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah
berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang
terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3
kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.

7
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

D. Patofisiologi
Pada waktu anak lahir belum mempunyai folikal dan biasanya berukuran
kecil, dengan demikian habisnya material antibodi , maka secara berangsur
terjadi pembesaran tonsil.
Pembesaran ini dapat melebihi normal, oleh karena infeksi saluran
pernafasan berat. Pembesaran tonsil yang sampai menimbulkan gangguan
serius biasanya terjadi pada anak berumur 3-5 tahun. Keadaan ini ditandai
dengan gangguan bernafas atau gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
karena usia tersebut mudah menderita infeksi saluran nafas atas. Apabila satu
atau dua tonsil meradang membesar sampai ketengah uvofaring maka
sebaiknya dilakukan tindakan pengangkatan tonsil atau disebut Tonsilektomi.
Derajat pembesaran tonsil :
1. Derajat I (Normal)
Tonsil berada dibelakang pilar tonsil (struktur lunak dipotong oleh palatina
lunak).
2. Derajat II
Tonsil berada diantara pilar dan uvula.
3. Derajat III
Tonsil menyentuh uvula.
4. Derajat IV
Satu atau dua tonsil meluas ketengah uvofaring. (Kozier,ERB Blains,
Wilkinson,1992)

8
E. Pathway

Folikal

Maternal
Antibody

Pembesaran Tonsil Tonsil


Normal

Infeksi Saluran Nafas


Berat

Gangguan Nafas/ Gangguan


Menelan

Tonsilekt
omi

Resiko Resiko Nyeri Resiko nutrisi Resiko


kekurangan infeksi kurang dari ketidakefektifan
volume cairanF. kebutuhan tubuh
penatalaksanaan

9
F. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri
tenggorokan,ngorok, dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001). Sedangkan
menurut Mansjoer(2000) adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C, rasa gatal atau
kering di tenggorokan,lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan),
anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga).Bila laring terkena suara akan menjadi
serak. Pada pemeriksaan tampak faringhiperemisis, tonsil membengkak,
hiperemisis.
Tanda dan gejala dari tonsilitis terbagi atas tonsilitis akut dan kronis.
Kepekaan tonsil terhadap infeksi akut dapat meningkat apabila keadaan
organisme dari luar berlebihan.
Tanda dan gejala tonsilitis akut :
1. Penderita terlihat seperti sakit demam.
2. Mengeluh sakit tenggorokan dan sakit menelan.
3. Tonsil hyperemia.
4. Kelenjar lymphe jugularis membesar dan nyeri bila diraba.
Setelah serangan tonsilitis akut jaringan tonsil biasanya dapat kembali
normal tetapi ada juga yang tidak. Keadaan jaringan yang tidak normal ini
merupakan terbentuknya abses-abses kecil dan folikal limphoid disekitar
krypta dan dibatasi oleh jaringan ikat. Tonsil yang seperti ini dapat
menimbulkan gejala infeksi berulang tiga sampai empat bulan sekali. Keadaan
ini merupakan proses awal terjadinya tonsilitis kronis.
Tanda dan gejala tonsilitis kronis :
1. Tonsil hyperemia dan edema.
2. Kripta melebar dan tonsil berbenjol-benjol.
3. Suhu badan sub febris.
4. Penderita merasa tidak enak badan.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Golongan darah.
2. Kadar Hb.
3. Hitung Leukosit dan Hitung Jenis.

10
4. Untukpenentuan kadar klorida keringat atau imunoglobulin serum
mengevaluasi diagnosis banding medis yang mencakup fibrosis kistik
atau imunodefisiensi.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama
10 hari,jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu
2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu
3 tahun.
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer (2000) adalah :


1. Penatalaksanaan tonsilitis akut :
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumuratau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atauklidomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untukmengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi
d. kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kalinegatif.
e. Pemberian antipiretik

11
2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau
terapikonservatif tidak berhasil.
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery
Clinical Indikators Compendium tahun 1995 menetapkan indikasi
dilakukannya tonsilektomi yaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah
mendapatkan terapiyang adekuat.
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguanpertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan
sumbatan jalan nafas,sleep apnea, gangguan menelan, dan
gangguan bicara.
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil,
yangtidakberhasil hilang dengan pengobatan.
5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A
Sterptococcus βhemoliticus
7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8) Otitis media efusa atau otitis media supurataif
(Soepardi, 2007)
Penatalaksanaan tonsilektomi :
1) Perawatan pra Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara
seksama dandapatkan kultur yang diperlukan untuk
menentukan ada tidak dan sumberinfeksi.
b. Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk
menentukanadanya risiko perdarahan : waktu pembekuan,
pulasan trombosit, masaprotrombin, masa tromboplastin parsial

12
c. Lakukan pengkajian praoperasi :
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi, siapkan
anak secarakhusus untuk menghadapi apa yang diharapkan
pada masa pascaoperasi,gunakan teknik-teknik yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak (buku,boneka, gambar),
bicaralah pada anak tentang hal-hal baru yang akan dilihat
dikamar operasi, dan jelaskan jika terdapat konsep-konsep yang
salah, bantuorang tua menyiapkan anak mereka dengan
membicarakan istilah yang umumterlebih dahulumengenai
pembedahan dan berkembang ke informasi yang lebih
spesifik,yakinkan orang tua bahwa tingkat komplikasi rendah
dan masa pemulihanbiasanya cepat, anjurkan orang tua untuk
tetap bersama anak dan membantumemberikan perawatan.
2) Perawatan pascaoperasi :
a. Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi.
b. Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pasca
operasi.
c. Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga
seandainya terjadikedaruratan.
d. Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri
posisi telungkupatau semi telungkup pada anak dengan kepala
dimiringkan ke samping untukmencegah aspirasi
e. Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah
ia sadar(orangtua boleh menggendong anak ).
f. Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika
diperlukanpengisapan, hindari trauma pada orofaring.
g. Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok
kecuali jikaperlu.
h. Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2
jam setelah sadardari anestesi. Saat muntah susah berhenti,
berikan air jernih dengan hati-hati.

13
i. Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang
paling baikditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli
dan air dingin selama 12sampai 24 jam pertama.
j. Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pemberian
susu dan es krimpada malam pembedahan : dapat
menenangkan dan mengurangipembengkakan, tetapi dapat
meningkatkan produksi mukus yang menyebabkananak lebih
sering membersihkan tenggorokanya, meningkatkan
risikoperdarahan.
k. Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, lepas
collar es tersebut.
l. Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.
m. Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase
bernoda darah untukmembantu menurunkan kecemasan.
n. Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak sadar.
(Nettina, 2006)

I. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik adalah :
1. Abses peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
initerjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan
olehstreptococcus group A (Soepardi, 2007)
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dandapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah
pada ruptur spontangendang telinga (Soepardi, 2007)
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-selmastoid (Soepardi, 2007)

14
4. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx.Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupun karena alergi (Reeves, 2001)
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih
darisinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan
berisi udaradari dinding yang terdiri dari membran mukosa (Reeves,
2001)
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal
dannasopharinx. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa berupa
penyakit kronisdan akut yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan
alergi (Reeves, 2001)

15
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Penunjang
1. Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
b. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doenges (2000), yaitu :
1) Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, khawatir
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
2) Makanan atau Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi
3) Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
4) Nyeri atau keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati
Gejala : Sakit tenggorokan kronik, penyebaran nyeri ke telinga
5) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota
keluargayang merokok), tinggal di tempat yang berdebu.
6) Tenggorokan
Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid.

16
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Doenges (2000):
1. Pre Operasi
a. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganintake tidak adekuat.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi.
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan
dilakukannyatonsilektomi.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
b. Risiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret.
c. Risiko komplikasi : perdarahan berhubungan dengan pembedahan
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya
perdarahan.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.

C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien adekuat, tidak ada tanda
malnutrisi,mampu menghabiskan makanan sesuai porsi yang
diberikan.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
Rasional : memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan
nutrisi dankeefektifan terapi
2) Auskultasi bunyi usus
Rasional : makanan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik

17
3) Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi.
Rasional : kandungan makanan dapat mengakibatkan
ketidaktoleransian,memerlukan perubahan pada kecepatan
4) Berikan diet nutrisi seimbang (makanan cair atau halus) atau
makananselang sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan nutrisi yang seimbang. (Doenges,
2000)
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang, skalanyeri menurun
Intervensi:
1) Monitor perkembangan nyeri
Rasional : mengetahui perkembangan tindakan dari yang
dilakukan.
2) Monitor tanda-tanda vital darah dan nadi.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
3) Berikan tindakan nyaman dan hiburan
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien
memfokuskanperhatian pada sesuatu di samping diri sendiri
atauketidaknyamanan.
4) Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut dan
tenggorokan.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang
memerlukanevaluasi lanjutan.
5) Catatan indikator non-verbal respon automatik terhadap nyeri
evaluasi efek samping
Rasional : dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam
programpengobatan(Doenges, 2000)
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu
tubuhnormal

18
Kriteria hasil : suhu tubuh normal ( 36ºC sampai 37ºC ) tubuh tidak
terasapanas, klien tidak gelisah.
Intervensi :
1) Pantau suhu tubuh, perhatikan menggigil atau diaphoresis
Rasional : suhu 38,1°C-41,1°C menunjukan infeksius
2) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur
sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan
suhumendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol
Rasional : dapat membantu menurunkan suhu tubuh
4) Berikan antipiretik
Rasional : obat antipiretik sebagai obat penurun demam(Doenges,
2000)
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan akan
dilakukanyatonsilektomi.
Tujuan : cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : kecemasan berkurang, klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Jelaskan prosedur bedah kepada anak dan orang tua dengan
menggunakan bahasayang sederhana.
Rasional : informasi yang demikian dapat mengurangi rasa takut
dankecemasan dengan mempersiapkan anak dan orang tua.
2) Jelaskan bahwa tergantung waktu pembedahan, anak mungkin
tidak diberimakan atau minum setelah tengah malam pada hari
pembedahan dilakukanuntuk mencegah anak muntah dan aspirasi
selama pembedahan.
Rasional : anak mungkin terjadi takut jika ia tidak memperoleh
makananatau minuman sepanjang malam, atau pagi hari
sebelumpembedahan.
3) Jelaskan kepada orang tua bahwa pembedahan mungkin tidak
dilakukanjika anak memiliki tanda dan gejala infeksi akut,

19
termasuk peningkatansuhu, hidung terdapat sekret, dan nyeri pada
telinga pada hari pembedahan.
Rasional : pembedahan tidak dapat dilakukan dalam kondisi ini,
sehubungan dengan risiko septikemia atau infeksi meluas.
4) Beri tahu orang tua tentang kemungkinan lama pembedahan dan
tempatmereka menungggu selama prosedur dan periode
pemulihan.
Rasional : tidak mengetahui berapa lama pembedahan berlangsung
dapatmembuat orang tua cemas selama pembedahan.
5) Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang kemungkinan kondisi
pascaoperasi.
Rasional : memahami apa yang akan terjadi setelah prosedur, dapat
mengurangi rasa cemas (Doenges, 2000)
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
Tujuan : tidak ada masalah tentang nyeri, nyeri dapat hilang atau
berkurang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah tampak
rileks.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
Rasional : sebagai dasar penentuan intervensi berikutnya.
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi atau latihan nafas
dalam.
Rasional : teknik distraksi atau latihan nafas dalam dapat
mengurangi nyeri.
3) Tingkatkan istirahat klien
Rasional : istirahat dapat melupakan dari rasa nyeri

20
4) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan minum air dingin
atau es,hindarkan makanan panas, pedas, keras dan melakukan
teknik relaksasi
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan cara alternatif
untukmengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
5) Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkanistirahat.(Doenges, 2000)
b. Risiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret
Tujuan : jalan nafas efektif.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan, risiko
ketidakefektifanjalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya
sekret
Intervensi :
1) Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan.
Rasional : pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjangdibanding inspirasi.
2) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi,
krekles atauronkhi.
Rasional : bunyi nafas krekles dan ronkhi terdengar pada inspirasi
atauekspirasi pada respon terhadap pegumpulan sekret.
3) Kaji klien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala
tempat tidur, dudukpada sandaran tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsipernafasan
4) Dorong klien untuk mengeluarkan lendir secara perlahan.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah
komplikasi pernafasan(Doenges, 2000)
c. Risiko komplikasi: perdarahan berhubungan dengan pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam,diharapkan komplikasi perdarahan tidak terjadi.

21
Kriteria hasil : Kulit tidak sianosis, tanda-tanda vital normal, klien
tenang danrileks.

Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : jika ada peningkatan suhu tubuh kemungkinan infeksi.
2) Kaji adanya perdarahan.
Rasional : mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3) Lakukan kompres air es pada leher
Rasional : mengurangi perdarahan
4) Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka
Rasional : batuk dan bicara meningkatkan tekanan abdomen dan
dapatmencetuskan perdarahan.
5) Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional : kulit dingin, denyut nadi lemah indikasi penurunan
sirkulasiperifer.(Doenges, 2000)
d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko
kekuranganvolume cairan dapat teratasi ditandai dengan tanda vital
stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, capilary refill
timenormal.
Intervensi :
1) Kaji atau ukur dan catat jumlah perdarahan
Rasional : potensi kekurangan cairan, khususnya jika tidak ada
tambahancairan
2) Awasi tanda-tanda vital
Rasional : perubahan tekanan darah, nadi dapat digunakan untuk
perkiraankehilangan darah.

22
3) Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahanmental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, peningkatan suhu.
Rasional : simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat
badan ataulamanya episode perdarahan
4) Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan
menambah perdarahan
Rasional : aktifitas batuk dan bicara meningkatkan tekanan intra
abdomendan dapat mencetuskan perdarahan langit-langit.
(Doenges, 2000)
e. Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau faktor risiko individu.
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkanrisiko infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda-tanda
vitalnormal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : jika ada peningkatan suhu tubuh kemungkinan infeksi.
2) Lakukan perawatan luka aseptik dan lakukan pencucian tangan
yang baik.
Rasional : mencegah risiko infeksi
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif.
Rasional : mengurangi infeksi nosokomial.
4) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : mencegah perkembangan mikroorganisme

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa
dilakukan di bagian THT (Telinga, Hidung dan Teng-gorok), oleh karena itu
sering dianggap sebagai pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga,
tonsilektomi adalah suatu pembedahan yang merupakan tindakan manipulasi
yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko kerusakan jaringan.
Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam kematian atau
gejala subyektifpada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja terjadi.

B. SARAN
Diharapkan perawat mampu menghindari komplikasi mulai dari yang
ringan bahkan sampai mengancam kematian atau gejala subyektifpada pasien
berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja terjadi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adams, georg L.1997.BOISE Buku ajar penyakit THT.jakarta:EGC.

DONGOES, Marlynn D.1999. Rencana asuhan keperawatan. jakarta: EGC

Ngastiyah.1997. perawatan anak sakit.jakarta:EGC

Price,silvia.1995 patofisiologi konsep klinis penyakit.jakarta:EGC

25

Anda mungkin juga menyukai