Oleh :
DESI
NIM. 13DB277100
INTISARI
Flour albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita flour albus
adalah semacam slim yang keluar terlalu banyak, warnanya seperti sagu kental dan
agak kekuning-kuningan. Salah satu penyebab flour albus adalah kelelahan yang
amat sangat, dan kurangnya pengetahuan untuk merawat organ intim. Flour albus
merupakan masalah sejak lama menjad ipersoalan bagi kaum wanita, pada
sebagian orang saat menjelang menstruas iakan mengalami flour albus, terasa gata
ldan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih
banyaknya remaj aputri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih
celana dalam yang berbahan ketat dari serat sintetik ata unilon.
Hasil penyusunan tugas akhir ini selama 1 hari di BPM Hj. Wiwin
Windarti,AM.Keb kunjungan ulangs etelah 3 hari dan kunjungan rumah 1 kali untuk
mengobservasi pengeluaran pervaginam, memberikan KIE tentang personal
Hygiene, didapatkan hasil KU baik, kesadaran composmentis, TD 110/80 mmHg, N
82x/m, R 21x/m, S 37,2°C. Evaluasi setelah pelaksanaan asuhan yaitu flour albus
sudah sembuh, Nn. S bersedia tetap menjaga kebersihan vaginanya dan Nn. S
bersedia dating ketenaga kesehatan bila ada keluhan, kesimpulan dari hasil
pelaksanaan asuhan kebidanan pada gangguan kesehatan reproduksi flour albus di
BPM Hj. Wiwin Windarti,AM.Keb dilaksanakan cukup baik.
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes
Muhammadiyah Ciamis4
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Nugroho, 2010). Menurut WHO
2006 masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah
mencapai 33% dan jumlah total beban penyakit yang menyerang pada
wanita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah
reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang
sama pada kaum wanita.
Pada era globalisasi dan moderenisasi ini telah terjadi perubahan
dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan
lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk
selalu menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh lainnya. Apabila
alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi
yang pada akhirnya menimbulkan penyakit. Organ reproduksi kurang
mendapatkan perhatian dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan oleh
budaya kita yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan masalah
seksual dan, padahal organ reproduksi tersebut sangat membutuhkan
perhatian (Nugraha, 2012).
Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang
merupakan isu yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi,
kesehatan seksual, penyakit menular seksual (PMS) HIV/AIDS, kebutuhan
khusus remaja dan perluasan jangkauan pelayanan lapisan masyarakat
kurang mampu atau mereka yang tersisih. Fungsi dan proses reproduksi
tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannnya, mulai dari
saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia
reproduksi (Nugraha, 2010).
Bebarapa penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita
adalah dapat berupa trikomiasis, vaginosis bacterial, vulvavaginitis,, gonore,
klamida, dan sifilis, salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit organ
1
2
reproduksi wanita adalah flour albus, flour albus merupakan masalah yang
sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Flour ablus adalah cairan
berlebih yang keluar dari vagina. Penyakit ini menyerang sekitar 50%
populasi dan mengenai hampir semua umur. Data penelitian tentang
kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita dan 40% remaja di
dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 25%
diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Pribakti,
2010).
Flour albus berisiko pada remaja karena pada masa ini remaja
mengalami pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Pada
sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami flour albus
terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bila cairan berubah
menjadi berwarna kuning, berbau dan disertai rasa gatal maka telah terjadi
keputihan patologis (Sabardi, 2009). Lebih dari 70% remaja menganggap
flour albus adalah hal yang biasa yang lumrah terjadi seiring bertambahnya
usia dan siklus menstruasi, sehingga dalam menjaga kebersihan organ
genital pada remaja putri sangat kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih
banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung
memilih celana dalam yang berbahan ketat dari serat sintetik atau nilon
(Ratna, 2010).
Salah satu penyebab flour albus adalah kurangnya menjaga
kebersihan. Allah SWT menyukai orang yang selalu menjaga kebersihan
sebagaimana tercantum dalam sebuah H.R. at- Tirmizi yang dapat mewakili
kebersihan:
يف يُ ِحبُّ النَّظَافَةَ َك ِري ٌم ي ُِحبُّ ْال َك َر َم َ َّللاَ تَ َعالي طَيِّبٌ ي ُِحبُّ الطَّي
ٌ ِّب ن َِظ َّ إِ َّن
)7272:الجُو َد فَنَظِّفُوا أَ ْفنِيَت َ ُك ْم (رواه التيرمدى ْ َُّج َوا ٌد ي ُِحب
Artinya :
Sesungguhnya Allah SWT. Itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu
bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan.
Allah itu dermawan ia menyukai kedermawanan maka bersihkanlah olehmu
tempat-tempatmu (H.R. at- Tirmizi :2723).
ini juga awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian
(Suhandi, 2012).
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “ Asuhan
Kebidanan pada kesehatan reproduksi dengan flour albus di BPM Hj. Wiwin
Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota
Tasikmalaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
studi kasus ini adalah “bagaimanakah asuhan kebidanan pada kesehatan
reproduksi flour ablus di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari
Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan
reproduksi pada remaja dengan pendekatan manajeman langkah 7
varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun
objektif pada kesehatan reproduksi dengan flour albus di BPM Hj.
Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum
Kota Tasikmalaya.
b. Mampu menginterprestasikan data dan merumuskan diagnosa,
masalah, kebutuhan pada kesehatan reproduksi dengan flour albus
di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan
Cibeureum Kota Tasikmalaya.
c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial pada kesehatan
reproduksi dengan flour albus di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb
Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera pada kesehatan reproduksi
dengan flour albus di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan
Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.
5
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat dibangku perkuliahan,
terutama kesehatan reproduksi khususnya masalah keputihan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat diharapkan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar
pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk studi kasus lebih lanjut
guna meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Bagi Institusi Pelayanan
Dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan asuhan
kebidanan pada kesehatan reproduksi dengan flour albus.
4. Bagi Pasien
Dapat menambah pengetahuan pasien agar terhindar dari
keputihan yang dapat merugikan kesehatan reproduksinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
buang air, dan kadang disertai rasa panas dan gatal, ini
merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak
leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya
jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme, benda asing, neoplasma ganas. Kuman
penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida Albikan,
parasit Tricomonas, E. Coli, Staphylococcus, Treponema
Pallidum, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke
vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang
sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna
jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan
menimbulkan luka pada mulut vagina (Bidan Prada : Jurnal Ilmiah
Kebidanan, Vol 4 No.1 Edisi Juni 2013).
Penyebab paling penting dari flour albus patologi ialah infeksi.
Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan
berbau (Sarwono, 2008).
c. Gejala Flour albus
1) Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu
dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan
kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses
normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.
2) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita ang terlalu lelah atau
yang daya tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut
berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina
yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
3) Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu 1 sampai 10
hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone
yang dihasilkan oleh plasenta atau urin.
10
Evaluasi Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2006. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Jakarta :
Arcan
Mayasari, I,C. (2015). Karakteristik Wanita dengan Flour Albus. Jurnal Ilmu
Kesehatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.