Anda di halaman 1dari 8

Pekanbaru, 02 Desember 2020

KepadaYth.:

1. Pimpinan Rumah Sakit


2. Kepala Puskesmas
3. Pimpinan Laboratorium Kesehatan
4. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Se Kota Pekanbaru.
di
PEKANBARU

SURAT EDARAN
NOMOR : 660 /DLHK-PLB3/2283/2020

Bersama ini, disampaikan hal–hal yang terkait dengan pengelolaan limbah B3


Medis, sebagai berikut :

I. POKOK MASALAH
Seperti kita ketahui bersama telah terjadi pandemi virus corona (Covid-19)
yang sedang mewabah dan semakin meluas di Indonesia dan Kota Pekanbaru.
Meningkatnya jumlah orang terpapar dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan
ataupun rumah isolasi juga mengakibatkan meningkatnya limbah yang dihasilkan.
Seiring dengan hal tersebut juga telah terjadi krisis pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) medis, mengingat terbatasnya jumlah pengolah.
Pengelolaan limbah B3 medis baik pada penghasil, maupun pihak ketiga :
pengangkut (transporter) dan pengolah yang berpotensi menimbulkan resiko,
terhadap kesehatan masyarakat, maupun pencemaran lingkungan serta resiko
pidana akibat pengelolaan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Meningkatnya volume limbah B3 medis tersebut juga mengakibatkan


meningkatnya biaya pengelolaan Limbah B3 medis secara signifikan, dampak
tersebut sangat dirasakan oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kota
Pekanbaru, utamanya rumah sakit dan rumah isolasi yang menjadi rujukan Covid-
19. Penanganan krisis Pengolahan limbah B3 medis ini menjadi tidak mudah
dilakukan karena merupakan kewenangan Pemerintah Pusat (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Namun kebijakan tersebut membutuhkan waktu

1
yang cukup lama, sementara disisi lain diperlukan langkah cepat dalam mengatasi
permasalahan penumpukan limbah B3 medis di lapangan.

Untuk menangani masalah tersebut secara cepat, tuntas dan aman perlu
dioptimalkan pengelolaan limbah B3 medis sebagai upaya untuk mengurangi
tumpukan limbah B3 medis di lapangan. Upaya yang dapat dilakukan adalah reduksi
Limbah B3 medis dengan cara memilah dan mengolah sebagian limbah B3 medis
untuk didaur ulang dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

II. DASAR PELAKSANAAN

Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor: 80 Tentang Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya dan Beracun, dapat dijelaskan sebagai Berikut:

1. Pasal 6
Ayat (1): Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya.
2. Pasal 21
(1) Ayat (1): Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam Peraturan
Walikota ini merupakan fasilitas yang wajib terdaftar di Instansi yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan.
(2) Ayat (2): Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Pusat kesehatan masyarakat;
b. klinik pelayanan kesehatan atau sejenis; dan
c. rumah sakit.
(3) Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi limbah :
a. dengan karakteristik infeksius;
b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
e. radioaktif;
f. farmasi;
g. sitotoksik;
h. peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi; dan
i. tabung gas atau kontainer bertekanan.
3. Pasal 22
(1) Ayat (1): Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi tahapan:
a. pengurangan dan pemilahan Limbah B3;
b. penyimpanan Limbah B3;
c. pengangkutan Limbah B3;
2
d. pengolahan Limbah B3;
e. penguburan Limbah B3; dan/atau
f. penimbunan Limbah B3.
(2) Ayat (2): Terhadap Limbah B3 yang telah dilakukan pengurangan dan
pemilahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, wajib
dilakukan Penyimpanan Limbah B3.
(3) Ayat (3): Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan ketentuan:
a. Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) huruf a, huruf
b, dan/atau huruf c, disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3 sebelum
dilakukan pengangkutan Limbah B3, pengolahan Limbah B3, dan/atau
penimbunan Limbah B3 paling lama:
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari 00 C (nol derajat celsius);
atau
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 00 C (nol derajat celsius), Sejak Limbah B3 dihasilkan.
4. Pasal 28
(1) Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3 dikecualikan untuk Penghasil Limbah B3 yang melakukan sendiri
Pengolahan Limbah B3 berupa:
a. kemasan bekas B3;
b. spuit bekas;
c. botol infus bekas selain infus darah dan/atau cairan tubuh; dan/atau
d. kemasan cairan hemodialisis.
(2) Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. pengosongan;
b. pembersihan;
c. desinfeksi; dan
d. penghancuran atau pencacahan.
(3) Pengosongan dan pembersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dan huruf b dilakukan dengan cara:
a. mengeluarkan seluruh sisa B3 dan/atau zat pencemar;
b. melakukan pencucian dan pembilasan paling sedikit 3 (tiga) kali di
fasilitasnya dengan menggunakan:
1. pelarut yang sesuai dengan sifat zat pencemar dan dapat
menghilangkan zat pencemar; atau
2. teknologi lain yang setara yang dapat dibuktikan secara ilmiah.
(4) Terhadap sisa pencucian dan pembilasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) wajib dilakukan Pengolahan Limbah B3 dan memenuhi baku mutu air
3
limbah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai baku mutu
air limbah kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan.
(5) Hasil Pengolahan Limbah B3 menggunakan cara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) berupa Limbah nonB3.
(6) Terhadap Limbah nonB3 sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
pengelolaannya dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan mengenai
Pengelolaan Limbah nonB3.
Penghasil Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 wajib
menyampaikan laporan secara tertulis kepada bupati/walikota mengenai
pelaksanaan pengurangan limbah B3, disampaikan secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 6 (enam) bulan sejak pengurangan Limbah B3 dilakukan.

III. ARAHAN PELAKSANAAN


Untuk menangani berbagai masalah pengelolaan Limbah B3 medis terutama
covid-19, secara cepat, tepat dan aman guna mengurangi berbagai dampak
penyebaran penyakit, kesehatan lingkungan, pencemaran lingkungan serta resiko
pidana akibat pengelolaan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, diperlukan upaya - upaya dalam mengatasi berbagai
masalah pengelolaan Limbah B3 medis sebagai berikut :
a. Terjadinya penumpukan limbah di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS LB3)
akibat terlambatnya pengangkutan harus dilakukan upaya tanggap darurat
sebagaimana SOP tanggap darurat yaitu:
1) Mengisolasi TPS dari jangkauan pasien, pengunjung atau karyawan rumah
sakit/fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak berkepentingan.
2) Menyimpan secara aman dalam wadah tertutup berlabel limbah B3 medis dan
terlindung dari panas dan hujan.
3) Melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin ( 1 hari sekali) di lokasi
TPS dan sekitarnya.
4) Segera mencari alternatif pihak ketiga pengangkut (transporter) yang masih
memungkinkan untuk melakukan pengambilan limbah.

b. Sesuai ketentuan pasal 21 dan 22 Peraturan Peraturan Walikota Pekanbaru


Nomor: 80 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Limbah infeksius, benda tajam, dan/atau
patologis yang dihasilkan rumah sakit/ fasilitas pelayanan kesehatan tidak boleh
disimpan lebih dari 2 (dua) hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri,
putrekasi, dan bau. Apabila disimpan lebih dari 2 (dua) hari, limbah harus
dilakukan desinfeksi kimiawi atau disimpan dalam refrigerator (lemari
pendingin/kulkas) pada suhu 0°C (nol derajat celsius) atau lebih rendah.
c. Sebagai upaya untuk mengurangi tumpukan Limbah B3 medis di lapangan, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah reduksi/pengurangan Limbah B3 medis
dengan cara memilah dan mengolah sebagian limbah B3 medis untuk didaur

4
ulang sehingga bernilai ekonomis sesuai ketentuan pasal (7) Peraturan Walikota
Pekanbaru Nomor.80 Tahun 2020.
Terhadap proses tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Mencantumkan dasar hukum pelaksanaan kegiatan pada dokumen


pengelolaan Limbah B3 dan melaksanakan secara utuh seluruh ketentuan
yang ada didalam peraturan.

2) Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Lampiran I
a) Beberapa material yang dapat di daur ulang antara lain bahan organik,
plastik, kertas, kaca, dan logam. Daur ulang terhadap material
berbahan plastik umumnya dilakukan terhadap jenis plastik berbahan
dasar Polyethylene Terephthalate (PET/PETE) dan High Density
Polyethylene (HDPE).
b) Daur ulang terhadap material berbahan plastik dapat dilakukan selama
material tersebut tidak terkontaminasi zat radioaktif.
3) Melakukan pengolahan terhadap Limbah B3 medis yang dihasilkan di
lokasi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan dimana Limbah B3
medis dihasilkan, artinya tidak boleh mengolah limbah dari
rumahsakit/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

4) Proses pemilahan dan pengolahan sebagian Limbah B3 medis yang


diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan dilakukan dengan
prinsip kehati-hatian, artinya seluruh proses dan tahapan harus
dilaksanakan.Tidak terfokus pada proses pengolahan tetapi harus benar-
benar diperhatikan mulai dari proses pemilahan pada sumbernya, agar
limbah yang akan di daur ulang tidak terkontaminasi dengan limbah B3
medis infeksius lainnya. Oleh karenanya beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :

a) Pemilahan dan pewadahan


Pemilahan dan pewadahan awal terhadap limbah B3 medis yang akan
di daur ulang menjadi faktor kunci kesuksesan pelaksanaan pada
proses berikutnya, hal ini dikarenakan limbah B3 medis yang akan
didaur ulang tidak boleh terkontaminasi dengan limbah B3 medis
infeksius lainnya dan zat radiologis, sehingga limbah harus dipilah dari
sumbernya dengan menggunakan beberapa bak penampung yang
telah diberi label sesuai jenis dan karakteristik limbah B3.

b) Pengangkutan
Pengangkutan masing-masing bak penampung setelah dilakukan
packing dengan frekuensi minimal 1 (satu) hari sekali atau setelah
limbah B3 mencapai ¾ volume bak penampung.

5
c) Penyimpanan
Limbah B3 medis disimpan pada TPS Limbah B3 sesuai ketentuan
masa penyimpanan.
d) Pengolahan
Limbah yang memungkinkan diolah sendiri, dipisahkan dengan limbah
B3 medis lainnya, kemudian dilakukan proses selanjutnya sesuai
ketentuan pasal 28 Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 80 Tahun
2020 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Tahap pengolahan :
1) Lakukan pengosongan kemasan bekas B3 yang telah dipilah atau
dibuang sisa B3 kesaluran instalasi pengolahan air limbah.
2) Lakukan pembersihan dengan air bersih. Sisa pembersihan tetap
dibuang kesaluran instalasi pengolahan air limbah.
3) Lakukan perendaman menggunakan larutan disinfeksi klorin 0,5 %
selama minimal 30 menit. Larutan sisa perendaman dibuang
kesaluran instalasi pengolahan air limbah.
4) Lakukan pemotongan/pencacahan.
5) Terhadap sisa pencucian dan pembilasan wajib dilakukan
pengolahan limbah B3 dan memenuhi baku mutu air limbah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai baku mutu air
limbah kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan.

5) Penyerahan ke Pihak ketiga pemanfaat hasil olahan


Hasil olahan pada 4 jenis limbah B3 sebagaimana diatur dalam Peraturan
Walikota Pekanbaru Nomor 80 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah non B3 yang dapat diserahkan
kepada pihak ketiga dengan menyertakan surat pengelolaan yang
diterbitkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan pengolah. Hal – hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan penyerahan hasil olahan
kepada pihak ketiga :
a) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melakukan pengolahan limbah
B3 dapat mengorganisir diri dan melibatkan instansi yang membidangi
kesehatan dan lingkungan hidup dalam pelaksanaannya.
b) Memilih pihak ketiga penerima yang credible dan memiliki kepedulian
terkait pengelolaan limbah B3.
c) Membuat kontrak kerjasama secara tertulis untuk memayungi langkah
– langkah pelaksanaan kegiatan.
6) Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomo:
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Lampiran VII : Penjaminan Perlindungan Personel
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain adalah :

6
a) Memakai alat pelindung diri (APD) untuk semua petugas yang
melakukan pengelolaan limbah.
b) Higiene perorangan penting untuk mengurangi risiko dari penanganan
limbah fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas mencuci tangan
(dengan air hangat mengalir, sabun dan alat pengering) atau cairan
antiseptik yang diletakkan di tempat yang mudah dijangkau harus
tersedia bagi petugas.
c) Pemberian imunisasi pada petugas yang menangani limbah. Adapun
imunisasi yang diberikan adalah Hepatitis B dan Tetanus.
d) Praktik pengelolaan limbah bagi petugas yang menangani limbah di
fasilitas pelayanan kesehatan.
e) Terdapat POS (Prosedur Operasional Standar) yang menjelaskan
metode kerja yang aman untuk setiap proses.
f) Lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk memberi informasi
mengenai bahan berbahaya, efeknya, dan cara penanggulangannya
bila terjadi kedaruratan.
g) Prosedur Operasional Standar Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K).
h) Pelatihan bagi petugas yang melaksanakan pengelolaan limbah B3
medis secara rutin.
i) Pemeriksaan medis khusus (medical check-up) secara rutin bagi
petugas penanganan limbah minimal dua tahun sekali.
j) Pemberian makanan tambahan bagi petugas pengelola limbah.

Demikian surat edaran ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan


dilaksanan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan
terimakasih.

WALIKOTA PEKANBARU

DR. H. FIRDAUS, ST, MT

Tembusan :
1. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
2. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Pekanbaru

7
8

Anda mungkin juga menyukai