Anda di halaman 1dari 9

Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

ANALISIS PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PEMAKAIAN KB SUNTIK DEPO


MEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA)

Ratika Febriani1, Indri Ramayanti 2

Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang 1


Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang2
ratika.febriani@fkumpalembang.ac.id1
indri_ramayanti@um-palembang.ac.id2

DOI: 10.36729

ABSTRAK
Latar belakang: Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik
negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
penduduk dunia yang semakin pesat dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi.Untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah melakukan Program Keluarga Berencana Nasional.
Salah satu program keluarga berencana nasional yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik
DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat). Namun, ternyata terjadi penghentian atau perubahan
penggunaan alat kontrasepsi tersebut karena efek samping yang sering dirasakan yaitu penambahan
berat badan.Tujuan: Untuk mengetahui gambaran perubahan berat badan pada pemakaian alat
Keluarga Berencana (KB) suntik DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat). Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan
September-November 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta KB suntik DMPA. Sampel
penelitian ini berjumlah 90 peserta KB suntik DMPA di Puskesmas Pembina Palembang dengan
menggunakan metode systematic sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dalam bentuk
tabel dan narasi. Hasil: Pada penelitian diperoleh hasil sebanyak 77,8% responden mengalami
kenaikan berat badan pada pemakaian KB suntik DMPA >12 bulan. Saran: Diharapkan pihak
puskesmas dapat memberikan penyuluhan terkait upaya-upaya yang dapat dilakukan peserta KB
suntik DMPA dalam menjaga kestabilan berat badan.

Kata kunci: KB suntik DMPA, perubahan berat badan.

ABSTRACT
Background:Population density is an ongoing problem faced by both developing and developed
countries, such as Indonesia. This can be seen from the increasing number of world population along
with the increasing population. To release the rate of population growth, the government conducted a
National Family Planning Program. One of the national family planning programs is to use DMPA
(Depo Medroxy Progesterone Acetate) contraception. However, it turned out to stop or change the use
of contraceptives because of side effects that are often felt as weight gain. Aims: The purpose of this
study was to study weight changes in the use of DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate)
injection. Method: This type of research is a descriptive study with cross sectional research. The study
was conducted in September-November 2019. The population in this study were DMPA injection KB
participants. The sample of this study tested 90 KB participants using DMPA in Puskesmas Pembina
Palembang using a systematic sampling method. Data analysis was carried out univariately in the form
of tables and narratives. Result: The results of this study were 77.8% of respondents have weight gain
when using KB DMPA>12 months.

Keywords: DMPA injection KB, weight gain

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 113


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

PENDAHULUAN 34,18% di Maluku dan Papua. Kondisi


Semua Negara di dunia, baik Negara Indonesia ini membawa konsekuensi yaitu
maju maupun Negara berkembang, pemerintah harus memperkuat kebijakan
termasuk Indonesia, tentu mengalami pengendalian pertumbuhan penduduk
masalah kependudukan. Contohnya dilihat (Ardiana dkk., 2018).
dari jumlah penduduk dunia yang semakin Untuk menekan angka kelahiran
pesat dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah Indonesia melakukan
yang semakin tinggi. Untuk menekan laju program Keluarga Berencana (KB).
pertumbuhan penduduk, pemerintah Program KB di Indonesia juga telah
melakukan Program Keluarga Berencana berhasil meningkatkan angka prevalensi
Nasional (Saifuddin, 2014). kontrasepsi dari sekitar 10 persen pada
Persentase kepadatan penduduk 1970 menjadi sekitar 62 persen pada 2017.
menurut kepulauan yang ada di Indonesia, Angka kesuburan total (total fertility
menurut Badan Kependudukan dan rate/TFR) mengalami penurunan dari 2,6
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada hasil survei sebelumnya menjadi 2,4.
tahun 2010 yaitu pulau Jawa 57,49 %; Metode yang biasa digunakan wanita
Sumatera 21,31 %; Sulawesi 7,31 %; dalam berKB yaitu suntik 29%; pil 12%;
Kalimantan 5,8 %; Nusa Tenggara 5,6 % implant 5%; IUD 5% dan Metoda Operatif
serta Maluku dan Papua 2,6 %. Daerah Wanita (MOW) 4%, sedangkan metode
yang memiliki kepadatan penduduk yang KB pria dikenal dua yaitu kondom 3% dan
tinggi, akan menyebabkan tekanan vasektomi Metoda Operatif Pria (MOP)
penduduk terhadap lahan menjadi 0,30% (SDKI, 2017).
meningkat. Nilai tekanan penduduk yang Pelayanan keluarga berencana dapat
sudah mencapai ambang batas akan dilakukan dengan penggunaan alat
berpotensi menimbulkan beberapa kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan upaya
ancaman permasalahan seperti konflik mencegah suatu kehamilan.Penggunaan
agraria, konflik politik, kelaparan, kontrasepsi yang digunakan perlu
kemiskinan, sulitnya mencari kerja, dipertimbangkan efek samping terhadap
bencana alam, dan masalah lainnya. Salah fungsi reproduksi dan kesejahteraan
satu contohnya terlihat dari angka umum. Salah satu alasan penghentian atau
kemiskinan di Indonesia yaitu 20,31% di perubahan penggunaan alat kontrasepsi
Sumatera; 19,63% di Jawa; 11,93% di adalah efek samping yang sering dirasakan
Kalimantan; 26, 95% di Bali dan Nusa yaitu penambahan berat badan. Sampai
Tenggara; 19,51% di Sulawesi; serta

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 114


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

saat ini belum ada alat kontrasepsi yang sehingga nafsu makan meningkat. Di
100% ideal (Prawirohardjo, 2014). samping itu, hormone progesterone yang
Alat kontrasepsi suntik mempunyai terkandung dalam DMPA akan
berbagai keuntungan dan efek samping. mempermudah perubahan karbohidrat
Keuntungan kontrasepsi suntik yaitu menjadi lemak, sehingga menambah
mempunyai efektivitas yang tinggi selama timbunan lemak di bawah kulit. Keadaan
tahun pertama penggunaannya. inilah yang diduga menyebabkan
Keuntungan suntik 3 bulan (DMPA) terjadinya perubahan berat badan pada
dibandingkan KB suntik 1 bulan antara lain pemakai KB suntik DMPA (Oshodi dkk,
mempunyai efek kontrasepsi jangka 2019 dan Sari dkk., 2015).
panjang, mengurangi jumlah perdarahan Tingginya angka terjadinya
haid, mengurangi nyeri haid, tidak perubahan berat badan yang
mengganggu hubungan suami istri dan mengakibatkan pada penghentian
tidak mempengaruhi produksi ASI, serta pemakaian KB suntik DMPA dan masih
mengurangi risiko lupa jadwal penyuntikan minimnya penelitian mengenai hal ini di
(Saifuddin, 2014). kota Palembang, membuat peneliti tertarik
KB suntik 3 bulan DMPA untuk mengetahui gambaran perubahan
mempunyai banyak manfaat dalam berat badan pada pemakaian KB suntik
mengendalikan jumlah penduduk. Namun, DMPA.
banyak wanita yang menghentikan
METODE PENELITIAN
pemakaian KB DMPA karena alasan
Jenis penelitian ini merupakan
perubahan berat badan. Dalam penelitian
penelitian deskriptif dengan desain cross
didapatkan sebanyak 75% peserta akseptor
sectional. Populasi target pada penelitian
KB DMPA mengalami kenaikan berat
ini adalah peserta yang KB suntik 3 bulan
badan (Sari dkk., 2015). Penelitian Rani
(DMPA) di Kota Palembang dan Populasi
(2017) dimana terjadi peningkatan berat
terjangkau dalam penelitian ini adalah
badan pada pengguna KB suntik DMPA
akseptor KB suntik DMPA yang datang di
dibandingkan kelompok kontrol (p-value
puskesmas Pembina plaju Palembang,yaitu
<0,01). Pada penelitian retrospektif oleh
sebanyak 840 peserta. Sedangkan sampel
Oshodi dkk. (2019) didapatkan hasil
penelitian ini adalah Akseptor KB suntik
berupa peningkatan berat badan pada
DMPA dipuskesmas Pembina plaju
pemakaian KB DMPA. Hal tersebut terjadi
Palembang yang memenuhi kriteria inklusi
karena DMPA dapat merangsang pusat
dan eksklusi. Sampel Penelitian dihitung
pengendali nafsu makan di hipotalamus

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 115


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

menggunakan rumus Notoadmojo diperoleh dari rekam medik kartu akseptor


didapatkan jumlah 90 sampel dan diambil KB suntik DMPA di puskesmas pembina
secara systematic sampling. plaju yang diambil secara systematic
Adapun kriteria inklusi pada sampling. Penelitian ini sudah lulus etik
penelitian ini adalah peserta KB suntik oleh Unit Bioetika Humaniora dan
DMPA dengan pemakaian selama 6-12 Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran
bulan dan pemakaian selama > 12 bulan, Universitas Muhammadiyah Palembang.
serta memiliki rekam medik yang lengkap.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian berdasarkan analisa
peserta yang sedang menjalani program
data pada tiap-tiap variable dapat dilihat
diet dan atau menderita hipotiroid.
pada tabel sebagai beriku.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang

Tabel 1.
Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No. Variabel Jumlah (N:90) Persentase (%)
1 Usia (tahun)
 Usia > 35 15 16,7
 Usia 20-35 75 83,3
2 Pekerjaan
 Bekerja 47 52,2
 Tidak bekerja 43 47,8
3 Pendidikan
 Tinggi 45 50,0
 Rendah 45 50,0
4 Lama KB (bulan)
 6-12 bulan 27 30.0
 > 12 bulan 63 70.0
5 BB peserta KB 6-12 bulan
 Naik 8 29.6
 Tetap 12 44.4
 Turun 7 25.9
6 BB peserta KB > 12 bulan
 Naik 8 29.6
 Tetap 12 44.4
 Turun 7 25.9

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 116


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan Responden paling banyak telah


Usia peserta kontrasepsi suntik 3 Bulan menggunakan KB suntik DMPA >12 bulan
DMPA dalam penelitian ini yaitu sebanyak 70%, meliputi 48
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu responden yang menggunakan selama 15
> 35 tahun dan 20 – 35 tahun. Dari tabel 1 bulan, dan 15 responden telah
menunjukkan bahwa usia peserta menggunakan KB suntik DMPA selama 18
kontrasepsi suntik DMPA terbanyak yaitu bulan. Respondenyang memakai KB suntik
20-35 tahun sebanyak 83,3%. Hal ini DMPA selama 6-12 bulan paling banyak
sejalan dengan penelitian Sari dkk. (2015) tidak mengalami perubahan berat badan
yang menyatakan bahwa usia akseptor KB (berat badan tetap), yaitu sebanyak 44,4%.
suntik DMPA terbanyak pada rentang usia Sedangkan BB peserta KB suntik DMPA
20-25 tahun. >12 bulan paling banyak yang mengalami
Pekerjaan responden kontrasepsi kenaikan berat badan, yaitu sebanyak
suntik 3 Bulan DMPA dalam penelitian ini 77,8% responden.
dikelompokkan menjadi 2 kategori,yaitu
bekerja dan tidak bekerja. Dari tabel 2 PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa kelompok terbanyak Karakteristik dari Sampel Penelitian
adalah kelompok yang bekerja yaitu KB suntik DMPA adalah alat
sebanyak 52,2%, terdiri dari Pegawai kontrasepsi hormonal yang mengandung
Negri Sipil (PNS) sebanyak 20 responden, 150 mg DMPA yang diberikan 3 bulan
pekerjaan swasta sebanyak 20 responden, sekali secara Intra Muscular (IM)
dan wiraswasta 7 responden. (BKKBN, 2015). Usia peserta kontrasepsi
Pendidikan peserta kontrasepsi suntik suntik 3 Bulan DMPA dalam penelitian ini
3 Bulan DMPA dalam penelitian ini di dikelompokkan menjadi 2 kategori,yaitu
kelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu >35 tahun dan 20-35 tahun. Pada penelitian
tinggi dan rendah. Dari tabel 3 ini didapatkan usia responden kontrasepsi
menunjukkan bahwa kelompok pendidikan terbanyak pada usia 20-35 tahun sebanyak
tinggi sama banyaknya dengan kelompok 83,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian
pendidikan rendah, yaitu sebanyak 50%, Sari dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
yang terdiri dari S1 ada 15 responden, usia akseptor KB suntik DMPA terbanyak
pendidikan SMA ada 30 responden, pada rentang usia 20-35 tahun. Hasil
pendidikan SD ada 20 responden, penelitian ini juga sejalan dengan
pendidikan SMP ada 25 responden. penelitian yang dilakukan di puskesmas
merdeka palembang tahun 2015, yaitu

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 117


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

kategori kelompok usia < 35 tahun ada 608 murah dapat digunakan dalam waktu 3
peserta dan lebih banyak menggunakan bulan (SDKI, 2017).
kontrasepsi suntik, dibandingkan dengan Hasil penelitian mengenai tingkat
kelompok usia > 35 tahun ada 251 peserta pendidikan didapatkan jumlah yang sama
(Chandra dkk., 2015). Usia 20-35 tahun banyak antara pendidikan tinggi dan
adalah usia yang lebih aman dari resiko pendidikan rendah. Hal ini tidak sejalan
kematian maternal, sehingga mengatur dengan penelitian Sari dkk (2015) dimana
kehamilan pada usia tersebut dengan akseptor KB suntik DMPA terbanyak
kontrasepsi dapat mengurangi risiko memiliki pendidikan menengah sebanyak
kematian maternal pada bayi dan anak 48,8%. Pada penelitian Wahyuni (2015)
(SDKI, 2017). Oleh karena itu, banyak juga didapatkan didapatkan akseptor KB
pengguna KB suntik DMPA berada pada suntik terbanyak pada kelompok
rentang usia tersebut guna menunda atau pendidikan tinggi sebanyak 75,7%. Tingkat
menjarangkan jarak kehamilan. pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
Hasil penelitian bahwa responden KB termasuk pengetahuan seseorang akan pola
suntik DMPA paling banyak kelompok hidup terutama dalam memotivasi untuk
yang bekerja sebanyak 47 orang (52.2%) bersikap dan berperan serta dalam
yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pembangunan kesehatan, karena
(PNS) sebanyak 20 orang, pekerjaan pendidikan merupakan proses belajar pada
swasta sebanyak 20 orang. Hal ini sejalan individu, kelompok, masyarakat dari tidak
dengan penelitian oleh Wahyuni (2015) tahu nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,
yang menunjukkan bahwa sebanyak 67% dari tidak mampu mengatasi masalah
akseptor KB suntik adalah ibu pekerja. menjadi mampu mengatasi masalahnya
Pekerjaan berkaitan dengan tingkat sendiri. Dalam hal ini peserta dapat
pendapatan seseorang, yang juga akan mengetahui khususnya tentang kontrasepsi
mempengaruhi dalam pemilihan jenis yang akan dipilihnya dan dianggap lebih
kontrasepsi yang digunakan. Bila mampu dalam memilih alat kontrasepsi.
responden tidak bekerja dan sumber Distribusi Frekuensi Lama Pemakaian
pendapatan dalam keluarga itu hanya dari KB Suntik DMPA dan Perubahan Berat
Badan pada Responden KB
penghasilan suami yang misalnya
Berdasarkan hasil penelitian pada 90
berpendapatan rendah, maka akseptor lebih
responden KB suntik 3 bulan DMPA di
memilih menggunakan suntik 3 bulan
puskesmas pembina plaju yang pemakaian
karena dengan harga yang relatif lebih
KB suntik DMPA selama 6-12 bulan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 118


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

sebanyak 30% responden, sedangkan >12 penelitian Rani (2017) dimana terjadi
bulan sebanyak 70 responden. Penelitian peningkatan berat badan pada pengguna
sejalan dengan penelitian Palimbo (2013) KB suntik DMPA dibandingkan kelompok
mengenai hubungan penggunaan KB kontrol (p-value <0,01). Hal ini diduga
suntik 3 bulan dengan kenaikan BB. Pada karena DMPA dapat merangsang pusat
penelitian tersebut didapatkan hasil dari 52 pengendali nafsu makan di hipotalamus
peserta yang terdiri dari penggunaan <1 sehingga nafsu makan meningkat. Di
tahun sebanyak 14 peserta , sedangkan >1 samping itu, hormone progesterone yang
tahun sebanyak 38 peserta (Palimbo, terkandung dalam DMPA akan
2013). mempermudah perubahan karbohidrat
Berdasarkan hasil penelitian ini, menjadi lemak, sehingga menambah
didapatkan kenaikan berat badan timbunan lemak di bawah kulit (Oshodi
pemakaian KB suntik DMPA selama 6-12 dkk, 2019 dan Sari dkk., 2015).
bulan paling banyak yang tidak mengalami DMPA (Depo Medroxy Progesteron
perubahan berat badan (BB tetap)sebanyak Acetat) merupakan suatu sintesa progestin
44,4% responden. Sedangkan pada yang mempunyai efek seperti progesteron
pemakaian KB suntik DMPA >12 bulan asli dari tubuh wanita. DMPA ini tersedia
paling banyak didapatkan mengalami dalam larutan mikrostin yang berada dalan
kenaikan berat badan sebanyak 77,8% botol kecil dengan dosis 150 mg. Setelah 1
responden. Penelitian ini sejalan dengan minggu penyuntikan 150 mg, tercapai
penelitian Moloku (2016) yang kadar puncak dari suntikan tersebut lalu
menunjukkan bahwa dari 42 peserta yang kadarnya tetap tinggi untuk waktu 2-3
terdiri dari pemakaian <1 tahun dari 24 bulan, selanjutnya menurun kembali.
peserta, yang mengalami kenaikan BB ada Terjadinya ovulasi mungkin sudah dapat
13 peserta, BB tetap ada 9 peserta dan 2 timbul setelah 73 hari penyuntikan tetapi
peserta mengalami penurunan BB, umumnya ovulasi baru timbul setelah 4
sedangkan pemakaian >1 tahun dari 17 bulan atau lebih (Hanafi, 2010).
peserta, yang mengalami kenaikan BB ada Hormon Progesteron (DMPA) juga
16 peserta dan BB tetap ada 1 peserta. merangsang pusat pengendali nafsu makan
Pada penelitian retrospektif oleh di hipotalamus yang menyebabkan nafsu
Oshodi dkk. (2019) didapatkan hasil makan bertambah sehingga seseorang akan
peningkatan berat badan terbanyak pada makan lebih banyak dari biasanya.
pemakaian KB DMPA lebih dari 1 tahun. Peningkatan kuantitas makan menjadi lebih
Hal yang sama juga didapatkan pada banyak dari biasanya akan menyebabkan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 119


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

kelebihan karbohidrat disimpan dalam suntik DMPA paling banyak


bentuk lemak tubuh. Sehingga selama>12 bulan sebanyak 70% .
menyebabkan kenaikan berat badan. 2. Distribusi perubahan berat badan pada
Akibatnya pemakaian kontrasepsi dapat peserta KB suntik DMPA dengan
menyebabkan perubahan berat badan pemakaian 6-12 bulan
diantaranya terjadi kenaikan berat badan didapatkansecara umum berat
(Prawirohardjo, 2014). badannya tetap yaitu sebanyak 44,4%.
3. Distribusi perubahan berat badan pada
KESIMPULAN DAN SARAN peserta KB suntik DMPA dengan
Kesimpulan pemakaian >12 bulan didapatkan
1. Karakteristik responden KB suntik sebanyak 77,8% responden mengalami
DMPA didapatkanusia peserta KB kenaikan berat badan.
suntik DMPA terbanyak pada usia 20- Saran
35 tahun sebanyak 83,3%, kelompok Diharapkan pihak puskesmas dapat
terbanyak adalah kelompok yang memberikan penyuluhan terkait upaya-
bekerja sebanyak 52,2%.Sedangkan upaya yang dapat dilakukan peserta KB
untuk distribusi lama pemakaian KB suntik DMPA dalam menjaga kestabilan
berat badan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, I, Sekarpuri, A.D. dan Nurzainun. (2018). Indonesia dalam Ancaman Ledakan
Penduduk. Jurnal Keluarga (4): 5.
BKKBN, (2015). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. BKKBN. Jakarta.

Chandra., Manan., Tjekyan. (2015). Karakteristik demografi akseptor suntik depo medroksi
progesteron asetat. Ejournal Majalah Kedokteran Sriwijaya. 47(2): 2746.
Moloku, Hutagaol, Masi. (2016). Hubungan lama pemakaian KB suntik bulan dengan
perubahan berat badan. Jurnal Keperawatan. Manado.
Oshodi, Y.A., Agbara, j.O., Ade-fashola, O.O., Akinlusi, F.M., Olalere, H.F., Kuye, T.O.
(2019). Weight gain and menstrual abnormalities between users of Depo-provera and
Noristerat. International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gynecology. 8(6): xxx-xxx.
Palimbo, A.,Widodo,H. dan Redha, N. (2013). Hubungan penggunaaan KB suntik 3 bulan
dengan kenaikan berat badan. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 4(2):159.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 120


Volume 5, Nomor1, Februari 2020 Ratika Febriani1, Indri Ramayanti2

Rani, S. (2017). A study on injectable DMPA (Depomedroxy progesterone acetale) isomg use
as short-term contraception in immediate postpartum women. International Journal of
Medical and Health Research. 3 (9): 17-22.
Saifuddin. A. B. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sari, S.W., Suherni dan Purnamaningrum, Y.E. (2015). Gambaran Efek Samping Kontrasepsi
Suntik pada Akseptor KB Suntik. Kesehatan Ibu dan Anak.8 (2): 30-34.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). (2017). Keluarga Berencana. BKKBN,
BPS, Kemenkes, dan ICF. Jakarta.

Wahyuni, S., Rosaria,Y.W. (2015). Analisis Faktor Penggunaan Kontrasepsi Suntik di


Puskesmas Cimandala Kabupaten Bogor. Midwife's Research. 4(1): 226-233.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 121

Anda mungkin juga menyukai