Anda di halaman 1dari 151

ANALISIS SASTRA FEMINIS TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL AKULAH ISTRI TERORIS


KARYA ABIDAH EL KHALIEQY
DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Wiwit Apriliani Sholekhah
NIM 132110117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. “Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taaqwa. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Maha melihat” (Q.S. Al-Hujarat: 13).
2. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain” (Q.S. Al-Insyirah: 6-7).

PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak saya Masiad Suyoto dan Ibu saya Siti Maryatun
tercinta yang telah memberikan doa, pengorbanan, cinta
dan kasih sayang selama ini dengan tulus.
2. Untuk sahabat-sahabat saya yang selalu memberi
semangat, serta untuk teman-teman angkatan PBSI C
2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima
kasih semuanya.
3. Kado untuk adikku Luthfiyah Dwi. A yang selalu
mendukungku.

v
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah Swt. yang telah memberikan

petunjuk, kemudahan, dan pertolongan pada penulis untuk dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Sastra Feminis Tokoh Utama dalam Novel

Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy dan Rencana Pembelajarannya di

SMA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

kesempatan penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo, yang telah merekomendasikan usulan penelitian ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

4. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. Selaku dosen Pembimbing I dan Joko Purwanto,

M.Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

membimbing, memotivasi serta mengarahkan dengan penuh kesabaran sampai

terselesaikannya skripsi ini.

vi
vii
ABSTRAK
Sholekhah, Wiwit Apriliani. 2017. “Analisis Sastra Feminis Tokoh Utama
dalam Novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy dan Rencana
Pembelajarannya Di SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan; (1) unsur intrinsik novel


Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy, (2) analisis sastra feminis
tokoh utama, (3) rencana pembelajaran novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah
El Khalieqy di kelas XII SMA.
Sumber data penelitian ini meliputi: sumber data primer: novel Akulah
Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy, dan sumber data sekunder: buku-buku
sebagai acuan penelitian dan internet. Objek penelitian ini adalah analisis sastra
feminis tokoh utama dan rencana pembelajarannya di kelas XII SMA. Fokus
penelitian ini, yaitu: unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, dan
amanat), analisis sastra feminis tokoh utama berupa analisi feminis marxis, dan
rencana pembelajarannya di kelas XII SMA. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik pustaka, baca, dan catat. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sebagai
instrumen utama dibantu dengan kartu pencatat data dan alat tulisnya. Teknik
analisis data penelitian ini adalah dengan content analysis (analisis isi). Hasil
analisis data disajikan dengan teknik informal.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) unsur intrinsik
novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy, meliputi (a) tema:
seorang wanita yang mengalami penindasan; (b) tokoh dan penokohan, meliputi
tokoh utama: Ayu(amanah, sholehah, tabah, taat beribadah); tokoh tambahan:
Ardianto (penyayang, alim, sopan, baik, taat beribadah, perhatian), Bahrul
(ganteng, ramah, murah senyum, santun, dermawan, penyayang, perhatian,
ramah); (c) latar: waktu:pagi, sore, malam, tempat: masjid, kantor polisi,
pengadilan, TK, rumah, pasar, di bawah pohon jambu, sosial: beragama islam,
tradisi seratus hari, bersikap baik; (d) alur: alur maju, alur menurut urutan
peristiwa:tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan
konflik, tahap klimaks, tahap penyelesaian, alur menurut cara mengakhiri cerita:
alur terbuka; (e) amanat: bersikaplah terbuka dan menerima kritikan dari orang
lain, perangilah orang kafir dengan ilmu pengetahuan, terapkan sikap sopan
santun dimana pun; (2) analisis sastra feminis tokoh utama meliputi penindasan
yang diterima tokoh wanita utama berupa: Ayu di sebut sebagai istri seorang
teroris, cara berpakaian Ayu yang berbeda dari perempuan sekitarnya, Ayu di
fitnah memiliki hubungan gelap dengan Bahrul, Ayu dituduh sebagai dalang atas
kematian suaminya; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII
SMA digunakan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Evaluasi yang
digunakan dalam pembelajaran ini yaitu tertulis dengan menggunakan tes esai dan
lisan.
Kata kunci: unsur intrinsik, feminis sastra, dan novel Akulah Istri Teroris

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
PRAKATA .................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian.................................................................... 8
G. Penegasan Istilah ...................................................................... 10
H. Sistematika Skripsi .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
B. Kajian Teoretis ......................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sumber Penelitian .................................................................... 42
B. Objek Penelitian ....................................................................... 43
C. Fokus Penelitian ....................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 43
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 44
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 45
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................. 45

ix
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data.......................................................................... 46
B. Pembahasan Data ..................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan................................................................................... 109
B. Saran ........................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 112
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Unsur Intrinsik Novel ............................................................... 47


Tabel 2 : Ragam Analisis Sastra Feminis Tokoh Utama Wanita ............. 49
Tabel 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 49

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sampul Novel

Lampiran 2 : Sinopsis Novel

Lampiran 3 : Biografi Pengarang

Lampiran 4 : Silabus Pembelajaran

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 6 : Kartu Pencatat Data

Lampiran 7 : Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 8 : Kartu Bimbingan Skripsi

xii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan penegasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan sahabat bagi manusia karena manusia sangat

membutuhkan sebuah karya yang mengandung inspirasi dan amanat. Para

sastrawan menuangkan ide kreatifnya ke dalam sebuah karya yang sangat

indah untuk dinikmati oleh pembaca. Karya sastra yang mengandung nilai-

nilai estetiklah yang diperlukan untuk para pembaca. Oleh karena itu,

pembaca akan dapat menikmati sebuah karya sasatra dengan memperoleh

sebuah nilai-nilai yang terkandung di dalam karya tersebut.

Karya sastra merupakan bentuk imajinasi yang ditulis oleh

pengarangnya tentang pengalaman-pengalaman hidup, kondisi lingkungan

yang melingkupinya, dan menceritakan berbagai masalah kehidupan. Karya

sastra dapat melukiskan keadaan yang bahagia, menyedihkan, dan mencekam.

Di dalam karya sastra tersebut pengarang tidak hanya menggambarkan

sebuah kejadian atau situasi tetapi pengarang memberikan wejangan atau

amanat, inspirasi, dan solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada

di dalam karya sastra tersebut. Efek-efek itulah yang diminati oleh para

pembaca karya sastra yang baik adalah karya sastra yang sangat mengenali

kehidupan pembaca.

1
2

Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami,

dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagai makhluk sosial, pengarang

memiliki pengalaman hidup yang kemudian dengan kelebihannya

menuangkan pengalamannya ke dalam karya sastra. Dengan demikian, proses

penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap, yakni meramu gagasan

dalam situasi imajinasi dan abstrak, kemudian mengkonkretkannya.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,

unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai dalam pembacaaan karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut

serta membangun cerita (Nurgiyantoro, 2010:23). Kemudian, unsur intrinsiknya

meliputi : tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang, dan lain-lain. Unsur

ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya sastra

(Nurgiyantoro, 2010:23). Pengalaman pengarang secara tidak langsung

mempengaruhi proses penciptaan karya sastra. Dengan demikian, karya sastra

memiliki unsur pembangun yakni unsur ekstinsik dan unsur intrinnsik.

Novel merupakan salah satu bentuk dari karya sastra. Novel diangkat

dari cerita yang dekat dengan kehidupan manusia. Dalam realitas kehidupan,

masalah perempuan sering dijadikan bahan perbincangan yang topik

pembicaraannya menempatkan wanita dalam gender kelas bawah, ini

mengakibatkan suatu klaim bahwa kedudukan kaum wanita lebih rendah

dibanding kedudukan kaum laki-laki.


3

Novelyang mengandung unsur feminis sudah berkembang sejak tahun

1920-an. Dalam sejarah sastra muncul pemikiran tentang feminis tentang

pentingnya pendidikan bagi wanita dan pentingnya kerjasama dengan wanita

dalam publik. Salah satu tujuan dari pengangkatan tema analisis sastra

feminis adalah ingin mengetahui kedudukan perempuan dengan laki–laki

dalam novel. Selama ini budaya patriarkat masih berlaku, sehingga

kedudukan laki-laki dipandang selalu lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Di dalam budaya patriarkat nilai-nilai perempuan sebagai sosok lemah dan

memerlukan perlindungan laki-laki bukan untuk membuatnya kuat seraya

menghadapi ketidakpastian hidup Pengarang-pengarang perempuan bahkan

para feminis tidak ingin hal itu terjadi terus menerus, karena hal itu sama

halnya pengekangan terhadap perempuan.

Goefe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005:18) menjelaskan

feminisme ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di

bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang

memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Inti dari tujuan

feminisme ini adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar

sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki dalam segala

bidang. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama

dengan yang dimiliki dengan yang dimilki laki-laki. Berkaitan dengan itu

munculah istilah women’s liberations movement, disingkat women’s lib, atau

women’s emancipations movement, yaitu gerakan pembebasan perempuan.


4

Showalter (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005:18) berpendapat

dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra

feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada

perempuan. Jika selama ini dianggap dengan sendirinya bahwa yang

mewakili pembaca dan pencipta dalam sastra barat ialah laki – laki, kritik

sastra feminis menunjukkan bahwa pembaca perempuan membawa persepsi

dan harapan kedalam pengalaman sastranya.

Arti kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra

dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak

berhubungan dengan politik, ekonomi dan sosial, budaya, sastra, dan

kehidupan manusia (Sugihastuti dan Suharto, 2005:20). Kritik sastra feminis

yang merupakan salah satu ragam kritik sastra yang mendasarkan pada

pemikiran feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam memandang

eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya-karya

sastranya.

Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang

memenfaatkan kerangka teori feminisme dalam menginterpretasi dan

memebrikan evaluasi terhadap karya sastra. Kritik sastra dengan perspektif

feminis ini bersifat kualitatif. Dengan demikian, jenis data yang diambil pun

data yang bersifat kualitatif, yaitu data-data yang mendeskripsikan status dan

peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan peran individu. Di dalam

data ini terkandung rincian data yang lebih detail (Sugihastuti dan Suharto,

2005: 73).
5

Pemilihan novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy didasari

oleh ketertarikan peneliti pada novel tersebut karena novel tersebut sangat kental

dengan sastra feminis yang ada dalam novel yang dimiliki oleh tokoh utama

wanita. Pengarang mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang

diceritakan dalam novel. Pengarang dengan menariknya menceritakan tokoh

utama wanita dalam novel. Novel tersebut menggambarkan sosok perempuan

bercadar dengan sabar dan keberaniannya melawan tokoh-tokoh antagonis dalam

novel. Berdasarkan pengetahuan peneliti novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khalieqy belum pernah dianalisis dari segi sastra feminis tokoh utama. Novel

Sosok wanita dalam novel ini memiliki peran yang kuat dalam novel, sehingga

relevan digunakan sebagai pembelajaran sastra feminis di SMA.

Kurangnya minat baca siswa terhadap karya sastra khususnya novel

menghambat pemahaman siswa dalam menerima pembelajaran sastra. Dalam

pembelajaran sastra, Jabrohim (1994: 141) mengemukakan pembelajaran

sastra merupakan penyajian karya sastra dalam satuan belajar mengajar kelas

yang bertujuan menanamkan sikap positif terhadap hasil karya sastra dalam

mewujudkan pemahaman transformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran

novel di SMA termasuk dalam pembelajaran sastra prosa. Pembelajaran novel

terdapat dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA.

Pembelajaran sastra ini harus melibatkan keaktifan siswa dalam

memahami karya sastra. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai

tentang sastra dan memiliki pandangan positif terhadap karya sastra. Pengajaran

sastra dapat juga memberi manfaat yang besar untuk memecahkan masalah-

masalah nyata yang sulit dipecahkan di dalam kehidupan manusia.


6

Keberadaan novel sebagai salah satu genre sastra berbentuk prosa

memungkinkan untuk diajarkan di SMA. Salah satu kelebihan novel sebagai

bahan pengajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut dinikmati

sesuai dengan tingkat kemampuan masing –masing siswa. Tujuan yang

hendak dicapai dalam pembelajaran novel adalah meningkatan kemampuan

membaca dan meningkatkan pemahaman siswa agar lebih maksimal. Novel

Akulah Istri Teroris di dalam pembelajaran sastra di SMA diharapkan dapat

menambah pengetahuan kritik sastra feminis dan dapat mengambil nilai-nilai

positif, selain itu pembelajaran novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy di SMA diharapkan dapat menambah atau meningkatkan apresiasi

sastra.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat ditentukan

identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. karya sastra merupkan bentuk imajinasi yang ditulis oleh pengarangnya

tentang pengalaman-pengalaman hidup, kondisi lingkungan yang

melingkupinya, dan menceritakan berbagai masalah kehidupan.

2. kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan

kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan.

3. novel Akulah Istri Teroriskarya Abidah El Khalieqy kental dengan sastra

feminis yang dimiliki tokoh utama wanita.


7

4. rencana pembelajaran novel Akulah Istri Terorisdi dalam pembelajaran

sastra di SMA diharapkan dapat menambah pengetahuan kritik sastra

feminis dan diharapkan dapat menambah atau meningkatkan apresiasi

sastra.

5. belum ada penelitian tentang analisis sastra feminis dalam novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy di Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

6. belum adanya pembelajaran sastra menggunakan novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah Al Khalieqy sebagai materi pembelajaran sastra di

kelas XII SMA.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan pembahasan terhadap permasalahan yang

muncul pada identifikasi masalah yang akan dibahas lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, batasan

penelitian ini, yaitu analisis feminis sastra tokoh utama wanita dalam novel

Akulah Istri Teroriskarya Abidah El Khalieqy dan rencana pembelajarannya

di kelas XII SMA.

D. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy ?
8

2. Bagaimanakah analisis sastra feminis marxis tokoh utama pada novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy ?

3. Bagaimanakah rencana pembelajaran novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy di kelas XII SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

untuk :

1. mendiskripsikan unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khalieqy.

2. mendiskripsikan analisis sastra feminis tokoh utama pada novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy;

3. mendiskripsikan rencana pembelajaran sastra feminis tokoh utama pada

novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy di kelas XII SMA.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada dua, yaitu teoritis dan praktis.

1. Secara Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan

kepada pembaca serta memperkaya khasanah kajian sastra khususnya

tentang teori feminisme di dalam sebuah karya sastra, dan skenario

pembelajaran sastra khususnya analisis feminis sastra novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy.


9

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan daoat bermanfaat bagi siswa, peneliti

berikutnya, dan guru.

a. Bagi Siswa

Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan di bidang sastra khususnya dalam memahami analisis

feminis sastra yang dibacanya serta dapat mengubah pola pikir dan

menambah hasil-hasil penelitian sastra khususnya mengenai tinjauan

terhadap isi karya sastra.

b. Bagi Peneliti Berikutnya

Penelitian ini dapat membantu peneliti berikutnya dalam memperkaya

wawasan sastra khususnya dalam mengembangkan teori sastra.

c. Bagi Guru

Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, penelitian ini bermanfaat

sebagai perbandingan terhadap pengajaran sastra, memperkaya

wawasan, dan kelengkapan bahan ajar.

d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

usaha memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah yang dapat

disampaikan dalam pembinaan guru ataupun kesempatan lain.


10

G. Penegasan Istilah

1. Analisis

Pradopo (dalam Wiyatmi, 2012:4) menjelaskan analisis adalah penguraian

karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya.

2. Sastra feminis

Sastra feminis adalah studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya

pada perempuan (Sugihastuti dan Suharto, 2005:18). Sastra feminis

adalah salah satu kajian sastra yang mendasarkan pada pemikiran

feminisme yang menginginkan adanya keadilan dalam memandang

eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya sastra-

karya sastranya (Wiyatmi, 2012:28).

3. Novel

Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:969) novel

berarti karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat setiap tokoh.

4. Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran adalah perencanaan yang berisi serangkaian

pelaksanaan kegiatan yang disusun untuk mencapai tujuan pendidikan

tetentu (Rohmadi dan Subiyanto, 2009: 63).


11

H. Sisitematika Skripsi

Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran penelitian

yang disusun. Penelitian yang berjudul “Analisis Feminis Sastra Tokoh Utama

Wanita Dalam Novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy dan

Rencana Pembelajarannya Di Kelas XII SMA” terdiri dari lima bab.

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, serta sistematika penelitian.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis sebagai acuan dalam

penelitian.

Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini meliputi

sumber penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data.

Bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian

mengenai unsur intrinsik, analisis feminis sastra tokoh utama novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy, dan pembelajarannya di kelas XI

SMA.

Bab V berisi penutup. Bab ini menyajikan simpulan dan saran-saran

terhadap objek penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan secara kritis tentang buku-buku

dan hasil penelitian terdahulu untuk menemukan persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan.

1. Kajian Buku

Buku yang berjudul Kritik Sastra Feminis (Sugihastuti dan

Suharto, 2005) memuat pengertian kritik sastra feminis, aplikasi kritik

sastra feminis, penelitian sastra berspekti feminis, dan struktur novel.

Buku lain yang dapat dijadikan sebagai acuan adalah Kritik Sasstra

Feminis Sebuah Pengantar (Djajanegara,2003) buku tersebut memuat

tujuan gerakan feminisme, asal mula perkembangan kritik sastra feminis,

ragam kritik sastra feminis, tulisan wanita dan tulisan wanita dan tulisan

pria, dan penerapan kritik sastra feminis. Selain itu, buku Kritik Sastra

Feminis Teori dan Aplikassinya dalam Sastra Indonesia (Wiyatmi, 2012)

berisi tentang kritik sastra feminis, penerapan kritik sastra feminis

terhadap novel-novel di Indonesia, kehadiran novelis perempuan dalam

sastra Indonesia tahun 2000-an. Kemudian buku yang lain yaitu, Teori

Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro, 2010) berisi tentang fiksi:sebuah teks

naratif, kajian fiksi, tema, cerita, pemplotan, penokohan, pelataran,

penyudut pandangan, bahassa, dan moral. Buku yang lain yang dijadikan

12
13

pedomana adalah buku Apresiasi Prosa Fiksi (Nurhayati, 2012) dalam

buku ini berisisi apresiasi prosa fiksi, prosa fiksi, sejarah singkat

perekembangan prosa. Selanjutnya buku lain yang digunakan sebagai

referensi yaitu Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra (Ratna,

2010) yang berisi sejarah perekmbangan teori sastra, paradigma penelitian

sastra, metode, teknik, dan pendekatan,teori-teori struktural, teori-teori

postrukturalisme, teori-teori komunikasi dalam sastra, dan teori dan

metode penelitian multidisiplin.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian menggunakan pendekatan feminisme banyak dilakukan.

Maka, peneliti wajib memaparkan hasil penelitian sebagai kajian secara

kritis. Hasil penelitian ini berfungsi untuk membantu dan sebagai contoh

dalam menentukan persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan sehingga diketahui perbedaan

dan kesamaan yang khas antara kajian-kajian tersebut. Penelitian kajian

feminis sastra pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Beberapa peneliti

terdahulu yang berhubungan dengan dengan topik penelitian ini yakni Yulya

Sulistyaningrum (2013) dengan judul “Analisis Gender Dalam Novel

Mendhung Kesaput Angin Karya Ag. Suharti (Kajian Sastra Feminis)”

selanjutnya Ratna Kusumo Wardani ( 2014) dengan judul “ Citra Wanita

Tokoh Utama Wanita dalam Novel Bumi Bidadari karya Taufiqurrahman

Al-Azizy dan Rencana Pembelajarannya di SMA” dan penelitian


14

LiezaDewiArumsari (2006) dengan judul “DimensiJenderdalam Novel

BibirMerahKaryaAchmadMunif: TinjauanSastraFeminis”.

Penelitian Yulya tersebut dijelaskan secara rinci analisis gender

tokoh utama wanita. Sosok wanita dalam novel digambarkan sebagai

wanita yang kuat bertahan dengan kehidupannya yang selalu dikhianati

oleh para lelaki yang menikahinya. Tokoh utama wanita bertahan hidup

dan membesarkan anak-anaknya seorang diri dengan kehidupan yang

serba kurang.

Dalam penelitian Yulya terdapat persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama membahas

tentang tokoh utama wanita dalam novel dengan analisis sastra feminis,

sedangkan perbedaannya terletak pada perjuangan tokoh utamanya. Dalam

penelitian yang sedang peneliti lakukan peneliti membahas perjuangan tokoh

utama wanita dalam mencari keadilan suaminya yang dituduh sebagai

seorang teroris. Sedangkan penelitian Yulya menjelaskan secara rinci tokoh

utama wanita yang tetap kuat dalam menjalani kehidupannya walaupun telah

dikhianati oleh para lelaki yang menikahinya.

Penelitian Ratna dijelaskan secara rinci citra diri dan citra sosial

tokoh wanita dalam novel. Sosok wanita dalam novel digambarkan

berbeda dari wanita umumnya, ia bekerja untuk menafkahi ibu dan kedua

adiknya karena ayahnya telah lama meninggal. Di lingkungannya ia

menjadi bahan perbincangan karena telah menolak lamaran anak seorang

ustadz.
15

Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama

menganalisis novel dengan pendekatan feminisme, sedangkan

perbedaannya peneliti menganalisi tokoh utama sedangkan Ratna

menganalisis dengan rinci citra diri dan citra sosial tokoh utama wanita.

Penelitian sastra feminis pada novel terhadap tokoh perempuan

juga dilakukan oleh universitas lain, yaitu oleh Lieza. Dalam penelitian

ini dijelaskan dimensi jender dengan tinjauan sastra femini spada novel

Bibir Merah karya Achmad Munif dapat dilihat dari: (1) wanita dalam

mengembalikan harga diri, untuk mengembalikan harga diri yang pernah

dilecehkan laki-laki maka perempuan akan melakukan apa saja untuk

mengembalikan harga dirinya tersebut, (2) wanita menjadi tulang

punggung keluarga, (3) wanita dalam system sosial, bahwa perempuan

tidak selalu berada dalam stereotype tradisional dan perempuan bias

bangkit untuk melawan kekejaman laki-laki, (4) wanita sebagai

pemimipin, bahwa perempuan mampu untuk menjadi pemimpin sebuah

perusahaan, (5) wanita sebagai objek pelecehan seksual, ternyata masih

banyak perempuan yang dianggap remeh dan tidak bias melawan

kekejaman laki-laki.

Dalam penelitian Lieza terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya yaitu sama-sama

meneliti karya sastra berupa novel dengan pendekatan feminisme.


16

Sedangkan perbedaanya adalah Rieza menganalisis dimensi jender,

sedangkan peneliti menganaliasis peran tokoh utama wanita dalam novel.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini

bukanlah penelitian yang baru, melainkan merupakan penelitian lanjutan

dari penelitian-penelitian terdahulu sehingga diharapkan dapat

melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukakan

sebelumnya.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoritis merupakan penjabaran kerangka teoritis yang memuat

beberapa materi untuk dijabarkan sebagai acuan pokok dalam membahas

masalah yang diteliti. Dalam kajian teoretis ini, peneliti akan menguraikan

pengertian novel, unsur intrinsik, kritik sastra feminis, dan rencana

pembelajarannya di SMA.

1. Pengertian Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Inggris novel yang kemudian

diserap ke dalam bahasa Indonesia “Novel”. Novel sama dengan karya

fiksi. Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu

yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi

sungguh-sungguh sehingga ia tidak perlu dicari kebenarannya di dunia

nyata (Nurgiyantoro, 2010: 9). Novel merupakan pengungkapan dari

fragmen-fragmen kehidupan manusia dalam jangka yang lebih panjang

(Nurhayati, 2012: 7).


17

Novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu

saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas (Baribin, 1985:

47).Novel bersifat realistis. Novel berkembang dari dokumen-dokumen,

dan secara stilistik mementingkan pentingnya detail dan bersifat mimesis

( Nurgiyantoro, 2010:19). Novel biasanya mengungkapkan sesuatu yang

baru dengan pengucapan yang baru pula. Sebuah novel pasti memiliki

unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tersebut, yaitu unsur intrinsik, dan

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur- unsur yang memebangun

karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya

sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan

dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel

adalah unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.

Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah

novel berwujud. Unsur yang dimaksud adalah tema, alur, tokoh dan

penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.

Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar

karya sastra itu. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan

atau sistem organisme karya sastra. Meskipun demikian, unsur ekstrinsik

cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh

karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang

sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik antara lain keadaaan

subjektivitas pengarang psikologi yang baik yang berupa psikologi


18

pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi

dalam karya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah

novel di samping unsur-unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga penting

kedudukannya. Tanpa unsur-unsur tersebut, karya sastra atau novel tidak

akan menjadi satu kesatuan yang utuh.

2. Unsur-unsur Intrinsik Novel

Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum formalis Rusia dan

strukturalisme Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori Saussure.

Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada hubungan antar unsurnya.

Masalah unsur dan hubungan antar unsurnya merupakan hal yang sangat

penting dalam pendekatan ini, tanpa hubungan antar unsur, kebulatan

makan dalam sebuah novel tidak akan terungkap. (Nurgiyantoro, 2010:

36)

Dalam strukturalisme, konsep fungsi memegang peranan

penting. Artinya, unsur-unsur sebagai ciri khass teori tersebut dapat

berperan secara maksimalsemata- mata dengan adanya fungsi, yaitu

dalam rangka menunjukkan hubungan antar unsur-unsur yang terlibat.

Oleh karena itu, dikatakan bahwa struktur lebih dari sekedar unsur- unsur

dan totalitasnya, karya sastra lebih dari pemahaman bahasa sebagai

medium, karya sastra lebih dari sekedara penjumlah bentuk dan isinya

(Ratna, 2010:76)
19

Dalam penelitan ini, peneliti akan mengacu pada teori struktural

Nurgiyantoro. Nurgiyantoro (2010:23) menyatakan bahwa unsur intrinsik

merupakan unsur pembangun karya sastra. Unsur yang dimaksud, yaitu

tema, latar, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang dan amanat.

Berikut disajikan mengenai uraian penegrtian unsur intrinsik tersebut.

a. Tema

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:25)menjelaskan tema

adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu selalu

berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti

masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya.

Dalam hal tertentu tema dapat disinonimkan dengan ide atau

tujuan utama cerita,

Tema adalah gagasan dasar umum, inti cerita dalam sebuah

novel. sebagai suatu yang mendasari penciptaan karya sastra,

tema bersifat umum dan luas (Nurgiyantoro, 2010:70). Menurut

Stanton (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2005:45) tema adalah

makna sebuah cerita yang secara khusus memnerangkan sebagian

besar unsurnya dengan cara yang sederhana.

Istilah tema menurut Scarbach berasal dari bahasa Latin yang

berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”. Disebut demikian

karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga

berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam

memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 2010:91).


20

Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurhayati, 2012:9)

menjelaskan tema merupakan gagasan dasar umum yang

menopang sebuah karya sastra yanng terkandung di dalam teks

sebagai struktur semantis yang menyangkut persamaan-

persamaan atau perbedaan-perbedaan.

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan dengan

makna dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan

pengalaman begitu diingat (Stanton, 2007:36). Tema adalah

makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian

besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema bersinonim

dengan ide utama (central ide=gau dara) dan tujuan utama

(central purpose). Tema dengan demikiaun dapat dipandang

sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya

novel. tema berperan sebagai suatu gagasan sentral yang menjadi

dasar penyusunan karangan sekaligus merupakan sasaran dari

karangan tersebut. Jadi tema adalah suatu gagasan sentral yang

mejadi dasar tolak penyususnan karangan dan sekaligus menjadi

sasaran dari karangan tersebut (Baribin, 1985:59).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

mengenai pengertian tema. Tema adalah gagasan, ide, atau

pikiran utama yang mendasari pada sebuah cerita.


21

b. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa penting

dalam sebuah cerita. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010: 113)

menyatakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun

tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,

peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Peristiwa terjadi karena adanya aksi atau aktivitas yang dilakukan

oleh tokoh cerita, baik yang bersifat verbal maupun yang

nonverbal, baik yang bersifat fisik maupun batin. Alur merupakan

cerminan atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh

dalam bertindak, berpikir, berasa dan bersikap dalam menghadapi

berbagai masalah kehidupan (Nurgiyantoro, 2010: 114).

Alur atu plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk

cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot

memegang peranan penting dalam cerita. Funsi plot adalah

memberikan penguatan dalam proses membangun cerita

(Nurhayati, 2012:10).

Pengertian alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah

rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa

sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sam dengan istilah

plot maupun struktur cerita (Aminuddin, 2010:83).


22

Pada umumnya alur cerita rekaan tetrdiri dari : tahap

penyituasian, berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan

tokoh-tokoh cerita yang akan dilanjutkan dengan konsisi

berikutnya. Alur tengah, kondisi sudah mulai bergerak ketahap

pemunculan konflik yang memuncak. Alur puncak, yaitu

mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa. Alur tutup,

yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan

pemecahan atau penyelesaian, Baribin (1985:61).

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

alur adalah rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam cerita. Alur dibentuk oleh tahapan peristiwa sehingga

menjalin suatu cerita.

c. Tokoh Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting

dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada

orangnya atau pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan

digunakan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang

seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurhayati,

2012: 14)..

MenurutAbbrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165), tokoh

cerita adalah orang-orang yang ditampilakan dalam suatu karya

naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral yang kecenderungan teretntu seperti diekspresikan


23

dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh

adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi.

penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau

pelaku (Aminudin, 2010:79).

Dilihat dari segi penampilan tokoh dibedakan kedalam

protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altendbernd dan Lewis

(dalam Nurgiyantoro, 2010: 178) tokoh protagonis adalah tokoh

yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut

hero tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma,

nilai-nilai yang ideal bagi kita sedangkkan tokoh antagonis adalah

tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung

ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin.

Metode penggambaran tokoh menurut Altendbernd dan

Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2010: 195-198) sebagai berikut.

1) Metode Ekspositori (metode Analitik)

Metode Ekspositori (metode Analitik) adalah metode

pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberikan deskripsi

atau penjelasan secara langsung.

2) Metode Dramatik

Metode Dramatik adalah metode yang watak tokoh

utamanya dapat digambarkan dengan disimpulkan dari

pikiran, cakapan, dan kelakuan tokoh yang disajikan

pengarang.
24

Dari beberapa uraian diatas, dapat peneliti simpulkan

pengertian tokoh dan penokohan. Tokoh adalah orang yang

berperan dan terlibat langsung dalam satu cerita. Penokohan

adalah gambaran pelaku dalam cerita yang diciptakan oleh

pengarang.

d. Latar

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:216) menjelasskan latar

atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran

pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar

mempunyai fungsi untuk membuat cerita rekaan terasa lebih

hidup dan segar. Latar yang baik dapat mendeskripsikan secara

lebih jelas peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan konflik

yang dihadapi tokoh cerita sehingga cerita tersebut terasa

sungguh-sungguh terjadi seperti di dalam kehidupan nyata.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.

Hal ini penting untuk memberikan kessan kesan realistis kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh

ada dan terjadi. Pembaca, dengan demikian merasa dipermudah

untuk mengoperasikan daya imajinasinya, di samping

dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan

dengan pengetahuannya tentang latar belakangnya (Nurgiyantoro,

2010: 217).
25

Sudjiman (dalam Nurgiyantoro, 2010:55) mengatakan

fungsi latar, pertama-tama adalah memberikan informasi tentang

situasi sebagaiamana adanya. Selain itu, latar dalam karya sastra

berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh cerita. Latar

dalam novel dapat membentuk suasana emosional pokok cerita,

misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh mempengaruhi

perasaan tokoh (Baribun, 1985:64).

Nurgiyantoro (2010: 227) membedakan unsur latar ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu: (1) latar tempat, melukiskan lokasi

terjadinya oeristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi,

misalnya gunung, laut, kota, rumah, dan sebagainya; (2) latar

waktu, menyaran pada kapan terjadinya peristiwa yang

diseritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, jam;

(3) latar sosial, menggambarkan hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat

yang diceritkan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah

unsur dalam cerita yang memberikan informasi tentang tempat,

waktu, dan lingkunga sosial terjadinya suatu peristiwa di dalam

cerita. Latar waktu mengacu pada kapan peristiwa dalam cerita

itu terjadi, seddankan latar sosial mengacu pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku sosial.


26

e. Amanat

Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk, antara lain,

menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi

mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para

tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita,

sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan

dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang

disampaikan, yang diamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat

dipandang sebagai amanat, pesan. Bahkan, unsur amanat itu,

sebenarnya, merupakan gagasan yang mendasari diciptakannya

karya sastra sebagai pendukung pesan. Hal itu di dasarkan pada

pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan lewat cerita

fiksi tentulah berbeda efeknya dibanding yang lewat tulisan

nonfiksi.(Nurgiyantoro, 2010:32)

Amanat adalah pesan moral pengarang cerpen yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembacanyaagar di akhir cerita

itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa itu. Karena

itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah di tangkap pembaca.

(Sukirno, 2013:90)

Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita.

Amanat baru dapat ditemukan setelah pembaca telah menyelesaikan

seluruh cerita yang di bacanya. Amanat biasanya berupa nilai-nilai

yang dititipkan penulis cerita kepada pembacanya. Sekecil apapun

nilai-nilai dalam cerita pasti ada.


27

3. Kritik Sastra Feminis

Dalam ilmu sastra, feminisme berhubungan dengan konsep

kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus

analisisnya pada perempuan. Jika selama ini dianggap dengan sendirinya

bahwa yang mewakili pembaca dan pencipta dalam sastra Barat ialah

laki-laki, kritik sastra feminis menunjukkan bahwa pembaca perempuan

membawa persepsi dan harapan kedalam pengalaman sastranya

(Sugihastuti dan Suharto, 2005:18).

Yorder (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2010:5) menyatakan

kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik

tentang perempuan. Kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang

dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang

banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis

kelamin inilah yang membuat perbeddaan pada diri pengarang, pembaca,

perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-

mengarang.

Sugihastuti dan Suharto ( 2005:8) menyatakan kritik sastra

feminis berbeda dengan kritk-kritik sastra yang lain, masalah kritik sastra

feminis berkembang dari berbagai sumber. Dalam hal ini, diperlukan

pandangan luas dalam bacaan-bacaan tentang perempuan. Bantuan

disiplin ilmu lain seperti sejarah, psikologi, antropologi juga diperlukan serta

perlu dipertimbangkan lagi teori sastra yang sudah dimiliki oleh kritikus

feminis. Linguistik, psikoanalisis, marxisme, dan dekonstruksionisme


28

menyajikan bantuan terhadap kritik sastra feminis dengan rangkaian

analisisnya yang penting. Namun, semuanya itu belum mengantarkan kritik

sastra feminis kepada suatu teori kritik sastra yang mapan.

Analisis kritik sastra feminis tidak memiliki metodologi atau

pendekatan yang khusus dalam pelaksanaan kritiknya. Dengan adanya

konsep membaca sebagai perempuan, teori dan praktiknya menjadi

prularis dan tidak mencari metodologinya atau model konseptual tunggal.

Djajanegara menuliskan bahwa setiap karya sastra pada umumnya dapat

dikaji dengan pendekatan feminisme jika menampilkan tokoh perempuan

dan tokoh perempuan itu dikaikan denga tokoh laki-laki. Perihal apakah

tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh utama atau protagonis atau tokoh

bawahan tidak menjadi persoalan (Djajanegara, 2000: 51).

Dalam perkembangan ada beberapa ragam kritik sastra feminis.

Showalter (dalam Wiyatmi, 2012: 25) membedakan adanya dua jenis

kritik sastra feminis, yaitu: 1) kritik sastra feminis yang memandang

perempuan sebagai pembaca (the woman as reader/ feminies critique),

dan 2) kritik sastra feminis yang melihat perempuan sebagai penulis (the

woman as writer/ gynocritics).

Selain kedua jenis kritik sastra feminis tersebut Humm (dalam

Wiyatmi, 2012: 25) membedakan adanya tiga jenis kritik sastra feminis,

yaitu: 1) kritik feminis psikoanalisis, dengan tokoh antara lain Julia

Kristeva, Monique Wittig, Helena Cixous, Luce Irigary, Mary Daly; 2)

kritil feminis marxis dengan tokoh Michelle Barret dan Patricia Stubbs:
29

dan 3) kritik feminis hitam dan lesbian dengan tokoh Barbara Smith, Elly

Bukkin, dan Barbara Grier.

Kritik sastra feminis psikoanalisis memfokuskan kajian pada

tulisan-tulisan perempuan karena para feminis percaya bahwa pembaca

perempuan biasanya mengidentifikasikan dirinya dengan atau

menempatkan dirinya pada si tokoh perempuan, sedangkan tokoh

perempuan tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.

Humm (dalam Wiyatmi, 2012: 27) menjelaskan kritik feminis

marxis meneliti tokoh-tokoh perempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu

kelas-kelas masyarakat. Pengkritik mencoba mengungkapkan bahwa

kaum perempuan yang menjadi tokoh dalam karya sastra merupakan kelas

masyarakat yang tertindas. Dengan menggunakan dasar teori marxis ini

dan ideologi Karl Marx, kritik sastra feminis Marxis akan

mengidentifikasi kelasisme sebagai penyebab opresi (penindasan)

terhadap perempuan. Dalam hal ini penindasan terhadap perempuan

tersebut bukanlah hasil tindakan sengaja dari satu individu, melainkan

produk dari struktur politik, sosial, dan ekonomi tempat individu itu

hidup.

Humm (dalam Wiyatmi, 2012: 28) Kritik feminis hitam (black

feminism criticsm) dan lesbian mencoba memberikan perhatian kepada

perempuan kulit hitam dan kaum lesbian yang selama ini dimarginalkan,

terutama huibungannya dengan perempuan dan laki-laki dan kaum

heteroseksual. Krik feminis ini memberikan perhatian kepada keberadaan


30

para perempuan kulit hitam dan kaum lesbian yang menjadi tokoh-tokoh

dalam karya sastra yang selama ini menjadi korban penindasan kaum laki-

laki maupun perempuan, khususnya kulit putih.

Berdasarkan yang telah dipaparkan mengenai kritik sastra

feminis, maka dapat disimpulkan bahwa kritik sastra feminis merupakan

kajian tentang wanita dan merupakan perkembangan dari feminisme yang

masih bertujuan untuk mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-

laki dan pengakuan atas hasil karyanya yang juga berbicara tentang

perempuan dan persoalannya. Kritik sastra feminis menjadi alat bagi

karya sastra yang beraliran feminis dan membutuhkan kesadaran pembaca

bahwa terdapat jenis kelamin lain yang memiliki pandangannya sendiri

dalam menilai karya sastra sehingga tidak ada metode atau model

konseptual tunggal dalam menetapkannya pada analisis sebuah karya

sastra.

4. Pembelajaran Sastra Di SMA

Pembelajaran sastra disekolah dimaksudkan untuk dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengekspresikan karya sastra.

Kegiatan karya sastra juga dapat berkaitan dengan mempertajam

perasaan, penalaran, daya imajinasi, kepekaan terhadap masyarakat

budaya, lingkungan bahkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa.
31

Sebagai suatu sistem kurikulum yang memiliki komponen-

komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

fungsi pembelajaran, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.Komponen tersebut menjadi

dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajarannya.

a. Fungsi Pembelajaran apresiasi sastra

HLB. Moody (dalam Rohmadi dan Subiyantoro, 2009:68-69)

menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra memiliki 4 fungsi,

antara lain:

1) melatih keempat keterampilan berbahasa. Melalui pembelajaran

apresiasi sastra siswa diajak untuk membaca karya sastra

sebanyak-banyaknya. Siswa juga diajak mendengarkan berbagai

jenis karya sastra yang ditampilkan melalui berbagai meddia

pembelajaran. Siswa melakukan diskusi atau tampil dalam

pembacaan puisi dan pemeran berbagai naskah drama. Akhirnya

siswa dapat pula membuat karya satra atau melakukan analisis

terhadap karya sastra.

2) menambahkan pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia

seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.

Pengenalan siswa terhadap kebudayaan lokal akan menambah

pengetahuan siswa mengenai perwatakan tokoh yang dipengaruhi

oleh budayanya. Hal ini akan menambah wawassan akan

multikulturalisme.
32

3) membantu mengembangkan diri pribadi. Melalui kegiatan

apresiasi sastra siswa dapat memilah perbuatan yang baik dan

terpuji dengan perbuatan tercela yang harus dihindari. Kepekaan

afektifnya akan dibina melalui kegemarannya membaca karya

sastra.

4) membantu pembentukan watak. Kegiatan apresiasi sastra

merupakan kegiatan yang banyak berkaitan dengan aspek afektif

siswa. Kegiatan ini tidak langsung memberikan efek secara

langsung kepada siswa berkaitan dengan aspek afektif tersebut.

Namun, jika siswa secara simultan diajak guru untuk

melaksanakan apresiasi sastra, tidak mustahil dapat turut serta

membina pembentukan watak siswa seperti yang diharapkan

bersama.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk mengapresiasikan nilai-

nilai yang terkandung dalam sastra, kegairahan kepadanya, serta

kenikmatan yang timbul akibat dari semua itu. Untuk memperoleh

kenikmatan yang mendalam, juga diperlukan pemahaman terhadap sastra.

Maka dari itu pembelajaran sastra juga bertujuan untuk memberikan

pengetahuan tentang sastra (Rusyana, 1984: 314).

c. Materi Pembelajaran

Bahan pembelajaran sastra adalah bahan mengajar bagi guru

(Depdiknas, 2008: 115). Bahan pembelajaran sastra juga harus


33

memperhatikan dari sudut bahasa, kematangan jiwa, dan latar belakang

kebudayaan siswa (Rahmanto, 1988: 115). Dalam pembelajaran sastra

novel dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sasrtra.

d. Metode pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara

guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan

suatu tujuan yang ditetapkan (Majid, 2011:135). Dalam hal ini untuk

mencapai sesuatu itu harus menggunakan cara atau metode untuk

menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, guru sebaiknya menggunakan metode sesuai dengan

tujuan, bahan, dan keadaan siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru

harus menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang disajikan. Dalam proses belajar mengajar guru bisa menggunakan

metode diskusi, metode pemberian tugas, dan metode ceramah.

1) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang

berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau

lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya unruk

memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,

tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektifitas dan

emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan

akal yang semestinya.


34

2) Metode Pemberian Tugas Belajar

Metode pembelajaran dengan pemberian tugas belajar adalah

metode penyajian bahan belajar dimana guru memberikan tugas

tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri ataupun

kelompok. Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di

dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, dimana

saja asalkan tugas tersebut dapat dilaksanakan.

3) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara yang dilakukan oleh guru

dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dilakukan secara

lisan.

5. Rencana Pembelajaran Novel Di Kelas XII SMA

Dalam rencana pelakssanaan pembelajaran ini akan dibahas

tentang pembelajaran dalam kurikulum 2013 dan langkah-langkah

pembelajarannya.

a. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus menyenangkan, efektif,

dan bermakna. Hal ini dapat dirancang oleh setiap guru dengan prosedur

sebagai berikut.

1) Pemanasan dan apersepsi

Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki

pengetahuan peserta didik, memotifasi peserta didik dengan

menyajikan materi yang menarik dan mendorong mereka untuk


35

mengetahui hal baru. Pemanasan dan apersepsi ini dapat dilakukan

dengan prosedur sebagai berikut:

(a) pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan

dipahami peserta didik;

(b) peserta didik dimotifasi dengan bahan ajar yang menarik dan

berguna bagi kehidupan mereka;

(c) peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk

mengetahui hal-hal yang baru.

2) Eksplorasi

Eksplorasi merupakan tahap kegiatan pembelajaran untuk

mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang

telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut dapat ditempuh dengan

proseur sebagai berikut :

(a) perkenalan materi standar dan kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh peserta didik;

(b) kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan

pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta

didik;

(c) pilihlah metode yang paling tepat dan gunakan secara

bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik

terhadap materi standar dan kompetensi baru.


36

3) Konsolidasi pembelajaran

Konsolidasai merupakan kegiatan untuk mengaktifan peserta

didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter, serta

menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi

pembelajaran ini dapat dilakukan dengan prosedur-prosedur sebagai

berikut:

(a) libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan

memahami materi dan kompetensi baru;

(b) libatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah,

terutama dalam masalah-masalah aktual;

(c) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara

materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek

kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat;

(d) pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standar dapat

di proses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.

4) Pembentukan sikap, kompetensi dan pembentukan sikap, kompetensi

dan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut;

(a) dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian,

kompetensi dan karakter yang dipelajarinya dalam kehidupan

sehari-hari.
37

(b) praktikan pembelajaran secara langsung agar peserta didik

dapat membangun sikap, kompetensi dan karakter baru dalam

kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari;

(c) gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap,

kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.

5) Penilaian formatif

Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan yang

pelaksanaannya dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut;

(a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran

peserta didik;

(b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan

atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang

dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi

peserta didik;

(c) pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai.

b. Pembelajaran Novel di Kelas XII SMA

1) Kompetensi Inti

Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,

menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawassan kemanusiaan, kebangssaan,


38

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,

serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah.

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah menganalisis

teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/ opini, dan cerita fiksi

dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.

3) Indikator Pencapaian

Indikator merupakan dasar secara spesifik yang dapat dijadikan

ukuran untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran. Indikator

berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya

perubahan perilaku siswa. Indikator rencana pelaksanaan

pembelajran dalam penelitian ini sebagai berikut :

a) Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel.

b) Menjelaskan tokoh utama wanita dalam novel.

4) Materi Pembelajaran

a) Novel.

b) Unsur-unsur intrinsik dalam novel .

c) tokoh utama wanita dalam novel.


39

5) Langkah-langkah pembelajaran

Rahmanto (1988; 43) menyatakan bahwa tata cara penyajian data

yang perlu, dipertimbangkan dalam memberikan pembelajaran

sastra antara lain melalui pertahapan sebagai berikut:

a) pelacakan pendahuluan,

Sebelum menyajikan materi didepan kelas, guru perlu

mempelajarinya terlebih dahulu untuk memperoleh pemahaman

awal tentang materi yang akan disajikan sebagai bahan.

Pemahaman ini sangat penting terutama untuk menentukan

strategi yang tepat dalam penyampaian materi.

b) penentuan sikap praktis

Guru menentukan informasi apa yang harus disampaiakan kepada

para siswa dalam setiap pertemuan agar mempermudah siswa

menerima materi yang disampaikan.

c) introduksi

Pengantar ini akan sangat tergantung pada setiap individu guru,

keadaan siswa dan karakteristik materi yang diberikan.

d) penyajian

Cara guru menyajikan materi kepada para siswa mempengaruhi

tingkat pemahaman para siswa. oleh karena itu, guru harus bisa

menyajikan materi dengan mudah dan menyenangkan agar mudah

ditangkap oleh siswa.


40

e) diskusi

Siswa berdiskusi memecahkan massalah dengan siswa lain

apabila materi yang disampaikan oleh guru belum bisa dipahami.

Guru juga membantu para siswa diskusi yang masih belum

menguasai materi.

f) pengukuhan / tes.

Tes dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam

menerima materi yang disampaiakn oleh guru.

6) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata

pelajaran perminggu dengan mempertimbangkan kompetensi dasar,

keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar.

7) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak.

Sumber belajar menurut Sukirno (2009:108) adalah teks/ materi

yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Dalam

kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari

guru saja, melainkan buku pelajaran dapat digunakan sebagai sumber

belajar. Sumber belajar dapat berupa buku teks, buku pendamping,

dan lain sebagainya.


41

Alat bantu belajar disebut juga dengan alat peraga, misalnya

dalam bentuk bahan tercetak, alat-lat yang dapat dilihat (media

visual), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat, serta sumber-

sumber masyarakat yang dapat dipahami secara langsung.

8) Penilaian Hasil Belajar

Penilaian adalah prosedur dan tata cara menilai pencapaian

setiap indikator oleh siswa (Sukirno, 2009: 107). Penilaian dapat

diberikan pada saat proses belajar masih berlangsung dan dapat

diberikan secara khusus. Terdapat tiga jenis penilaian yaitu,

penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan.

Pemaparannya sebagai berikut.

a. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian

diri, penilaian antar teman, dan penilaian jurnal;

b. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan tes tulis, tes

lisan, dan penugasan;

c. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan tes praktik.


BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti menguraikan tentang sumber penelitian, objek

penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian

data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data

A. Sumber Penelitian

Sumber penelitian ini adalah subjek darimana data dapat

diperoleh(Arikunto, 2012:172). Subjek penelitian ini adalah orang atau benda

atau hal yang melekat pada variabel penelitian. Sugiyono (2015:308-309)

mengelompokkan sumber data menjadi dua, yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder

adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya melalui orang lain atau dokumen.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber penelitian primer adalah

novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy. Sumber data sekunder

penelitian ini meliputi data yang peneliti sajikan berupa buku-buku mengenai

teori analisis sastra yang menyangkut dengan isi penelitian yang menyangkut

dengan bagaimana perempuan digambarkan dalam karya sastra, dalam

hubungannya dengan tokoh laki-laki,dengan keluarga, sebagai individu dan

hubungannya dalam lingkungan masyarakat sekitar.

42
43

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan inti dari

problematika penelitian (Arikunto, 2006: 29). Objek penelitian dalam skripsi

ini yaitu analisis sastra feminis tokoh utama dalam novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada unsur intrinsik novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy, analisis sastra feminis tokoh utama novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy yaitu bagaimana perempuan

digambarkan dalam karya sastra, dalam hubungannya dengan laki-laki,dengan

keluarga, sebagai individu dan lingkungan masyarakatnya, dan rencana pembe-

lajaran novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy di SMAkelas XII.

D. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (2010: 222) mengemukakan bahwa pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik catat serta

teknik pustaka. Teknik observasi adalah teknik pengamatan langsung. Data

yang telah diperoleh kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam penelitian

ini penulis membaca secara kritis, teliti serta penuh pemahaman pada novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy. Peneliti juga menggunakan

teknik catat untuk mencatat data-data penting yang ada di dalam novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy sebagai data dalam penelitian. Selain
44

itu, penulis juga menggunakan teknik pustaka yaituteknik yang menggunakan

sumber-sumber tertulis yang relevan untuk memperoleh data.

(Sugihastuti dan Suharto, 2005: 74-75) menjelaskan langkah-langkah

yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian, objek yang

digunakan peneliti adalah novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy.

2. membaca novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy secara

kritis dan teliti, mengarahkan fokus analisis yang mencakup unsur

intrinsik novel dan peran tokoh utama sebagai individu, anggota

keluarga, dan anggota masyarakat, serta pandangan dan perlakuan dunia

sekitar tokoh wanita dalam novel.

3. mengumpulkan data-data dari sumber kepustakaan yang ada kaitannya

dengan objek analisis.

4. Menganalisis novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy

dengan analisis sastra feminis.

E. Instrumen Penelitian Data

Sugiyono (2013: 303) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri dibantu

dengan buku pencatat dan alat tulisnya. Buku pencatat ini akan peneliti gunakan

untuk untuk mencatat data berupa kutipan-kutipan yang berhubungan dengan

analisis sastra feminis tokoh utama novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy.
45

F. Teknik Analisis Data

Penelitian yang peneliti lakukan terhadap novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy merupakan penelitian kualitatif dengan teknik

content analysis atau analisis isi menurut Barelson (dalam Bungin,

2009:156). Meneliti dengan menganalisis novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy dengan pendekatan feminisme.

Data yang sudah terkumpul kemudian penulis analisis dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menganalisis sastra feminis yang terkandung dalam novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy

2. Menganalisis unsur intrinsik dalam novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy..

3. Menyimpulkan data hasil penelitian.

G. Teknik Penyajian Data

Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Dalam

penelitian mengumpulkan data dan membeberkan penafsiran terhadap hasil

tidak menggunakan angka, menekankan pada deskripsi. Teknik yang digunakan

dalam penyajian hasil analisis adalah teknik informal. Teknik informal adalah

perumusan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang-lambang dan

tanda ( Ratna, 2010:50). Dengan demikian peneliti menyajikan hasil analisis

tokoh utama wanita dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy yang meliputi analisis tokoh utama wanita dalam novel yang

dipaparkan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang.


BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini berisi penyajian data dan pembahasan data. Pada bab ini,

penulis menyajikan data dan membahas data yang diperoleh dari novelAkulah

Istri Teroriskarya Abidah El Khalieqymengenai unsur intrinsik, analisis

feminis sastra tokoh utama, dan rencana pembelajarannya di kelas XII SMA.

A. Penyajian Data

Peneliti meneliti unsur intrinsik dan jenis analisis feminis sastra tokoh

utamayang terdapat dalam novel Akulah Istri Teroriskarya Abidah El

Khalieqy. Unsur intrinsik yang penulis teliti meliputi: tema, alur, tokoh dan

penokohan, latar, dan amanat, sementara analisis feminis sastraberupa feminis

marxis atau sosialis. Selanjutnya, rencana pelaksanaan pembelajaran novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqydi kelas XII SMA.

Sebelum membahas data penelitian yang terdapat dalam novel Akulah

Istri Teroriskarya Abidah El Khalieqy ini, peneliti terlebih dahulu

menyajikan data. Dengan adanya penyajian data, pembahasan data akan

menjadi lebih mudah dan jelas.

46
1. Unsur Intrinsik Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy

Unsur intrinsik dalam novelAkulah Istri Teroriskarya Abidah El

Khalieqy meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat.

Data selengkapnya peneliti sajikan dalam bentuk tabel berikut.

Tabel I
Unsur Intrinsik Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy

No Unsur Instrinsik Data Halaman


Seorang wanita yang mengalami
1. Tema 11
penindasan.
Tokoh dan
penokohan Amanah, solehah, tabah, ikhlas, 26, 51, 94, 118,
2. taat ibadah, semangat. 168, 388, 465
a) Ayu (tokoh
utama)
Penyayang, perhatian, taat 21, 32, 33, 43, 66,
b) Ardianto beribadah, alim, sopan, baik, 426
Ganteng, ramah, murah senyum,
kebapakan, hangat, santun,
c) Bahrul 160, 173,325, 330,
dermawan, penyayang,
perhatian dan ramah

d) Widya Toleran, penuh pengertian 31, 209


Pengertian, penyayang,
e) Ibu 113, 239, 131
bijaksana, sabar, panutan

f) Bapak Penyayang, tegas 416


Penyayang, bijaksana,
g) Mertua 145, 146
dermawan
Sok tahu, dan mau tahu
h) Winda 185, 195, 253
kehidupan Ayu

i) Ustadz Bahri Alim, karismatik, dan bijaksana. 212, 316, 317

j) Tetangga Penggosip, 9, 44, 115, 117

k) Bu Murti Penggosip, penguping, 342, 345, 355, 426

l) Bu Rita Penggosip, penguping 354, 357, 358

3. a) Alur (maju)

47
48

1. Tahap Penyituasian 8, 11, 17

2. Tahap Pemunculan Konflik 32, 38, 43


b)T Alur menurut
urutan 3. Tahap Peningkatan Konflik 114, 118
peristiwa 202, 342, 344
4. Tahap Klimaks
5. Tahap Penyelesaian -
c) Alur menurut
cara
Alur terbuka
mengakhiri
cerita.
a) Masjid Mujahidin 33

b) Kantor polisi 67

c) Pengadilan 155

4. 1) Latar tempat d) TK Raudhatul Athfal 173, 177

e) Dibawah pohon jambu 407

f) Rumah 9

g) Pasar 204

a) Sore hari 26, 27, 407

b) Pagi Hari 75, 91, 169, 170


2) Latar Waktu
13, 42, 72, 147,
c) Malam hari 228

a) Beragama Islam 21

3) Latar Sosial b) Tradisi seratus hari 423

c) Bersikap sabar 118-119


a) Bersikaplah terbuka dan
6. Amanat menerima kritikan dari orang 209
lain.
b) Perangilah orang kafir dengan 256
ilmu pengetahuan
c) Terapkan sikap sopan santun 398
dimana pun.

2. Analisis Feminis Sastra dalam Novel Akulah Istri Teroris karya


Ebidah Al Khalieqy

Peneliti menganalisis ragam analisis sastra feminis yang terdapat

dalam Novel Akulah Istri Teroris karya Ebidah Al Khalieqyadalah:feminis


49

marxis atau sosialis. Data hasil penelitian terkait dengan ragam analisis

sastra feminis peneliti sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:

Tabel II
Ragam Analisis Sastra Feminis dalam Novel Akulah Istri Teroris
Karya Ebidah Al Khalieqy
No Ragam Kririk
Data Halaman
Sastra Feminis
Feminis marxis
1. atau sosialis
Tokoh utama pelabelan tokoh wanita sebagai 12, 188, 466
wanita yang istri teroris,
tertindas. cara berpakaian tokoh utama 12, 114, 178, 204,
yang berbeda dari perempuan 205, 209, 210,
sekitarnya, 437, 466
tokoh utama yang dituduh 202, 203, 342,
menjalin hubungan gelap, 354, 358, 466,
467
tuduhan terhadap tokoh utama 342, 343, 344,
sebagai dalang kejahatan di 425, 426, 466,
balik kematian suaminya.Ayu 467
di sebut sebagai istri teroris

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Akulah Istri teroris karya


Ebidah Al Khalieqy
Tabel III
Tahapan Rencana Pembelajaran Novel Di SMA Kelas XII
Kompetensi Deskripsi
1. Kompetensi Inti memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawassan
kemanusiaan, kebangssaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
2. Kompetensi Dasar 3.9 menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan.
3. Indikator Menganalisis unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya
Abidah El Khalieqy.
4. Materi 1) Pengertian novel.
Pembelajaran 2) Unsur-unsur intrinsik dalam novel.
5. Alokasi Waktu 4x45 menit (2x pertemuan)
50

6. Sumber Belajar 1) Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.


2) Buku pelengkap materi pembelajaran.
7. Tujuan Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik novel Akulah Istri
Pembelajaran Teroris karya Abidah El Khalieqy.
8. Metode Metode pembelajaran
1) Metode diskusi
2) Metode pemberian tugas akhir
3) Metode ceramah
9. Media 1) Laptop
pembelajaran 2) Lcd
3) Novel
4) Buku pendamping
10. Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan 1) Kegiatan awal
pertama a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa,
mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar.
c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Kegiatan Inti
a) Guru memberikan materi unsur intrinsik.
b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik
novel.
c) Guru meminta siswa membentuk kelompok.
d) Guru memberitugas kepada setiap kelompok untuk
membaca novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El
Khaeliqy.
e) Guru menyediakan subjek penelitian (novel Akulah
Istri Teroris karya Abidah El Khaeliqy) dan meminta
siswa membaca novel. Guru meminta siswa untuk
mengerjakan tugas kelompok dirumah. Tugasnya,
berupa membaca novel, menganalisis unsur intrinsik
dan mencari penindasan yang di terima tokoh wanita
dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El
Khaeliqy.
f) Guru membatasi waktu penyelesaian tugas kelompok.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
Pertemuan kedua 1) Kegiatan awal
a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa,
mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas.
b) Guru menyampaikan kompetensi dasar.
c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Akulah
Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya.
51

b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah di


bahas dengan cara memantau keaktifan siswa.
c) Siswa membentuk kelompok.
d) Siswa mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis
unsur intrinsik dan mencari penindasan yang di alami
tokoh wanita novel Akulah Istri Teroris karya Abidah
El Khaeliqy.
e) Kelompok lain memberi tanggapan.
f) Siswa diberi arahan
untukmemperbaikipekerjaannyaberdasarkanhasildiskus
idan kemudiandisimpulkan.
g) Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan
siswa menerima material dalam bentuk penghargaan.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang
pembelajaran yang telah dilakukan.
b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
11. Penilaian hasil Tes esai dan lisan
belajar

B. Pembahasan Data

Di bawah ini peneliti memaparkan pembahasan data berdasarkan data

yang telah diperoleh, yaitu unsur intrinsik, analisis sastra feminis tokoh

utama, dan rencana pembelajarannya di kelas XII SMA.

1. Unsur Intrinsik Novel Akulah Istri Teroris karya Ebidah El Khalieqy

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang unsur intrinsik

novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy penerbit Solusi

Publishing tahun 2014 yang berupa tema, tokoh dan penokohan, alur,

latar,dan amanat.

a. Tema

Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama, dasar umum yang

mendasari dalam sebuah cerita atau karya sastra.


52

Ayu adalah tokoh yang banyak berperan dalam masalah-masalah

yang ada dalam novel. Masalah-masalah yang muncul dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Diantaranya adalah Ayu yang mendapat perlakuan buruk

berupa penindasan dari lingkungannya karena Ayu adalah istri seorang

terduga teroris yang mati tertembak di depan masjid.

“namun apa yang terjadi jika laki-laki pilihan itu ternyata seorang
teroris? Atau yang diduga teroris? Kelak sepanjang masa, istrinya
akan disebut „istri teroris‟, tanpa ada kata „mantan‟ dan menuai
stigma sepanjang abad. Tak peduli jiks ternyata suaminya
sebenarnya hanyalah tukang jahit, guru honorer, pengusaha
mebelair, atau tukang sayur. Begitulah setiap hari wajahku
dilempar kata makian dan cercaan yang memerah kuping”(11).

Berdasarkan paparan di atas, peristiwa yang terjadi pada tokoh

Ayu adalah seorang janda terduga teroris yang tiap harinya mendapaat

perlakuan buruk dari lingkungan sekitar karena suaminya yang terduga

teroris. Dengan demikian, tema novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khalieqy adalah perjuangan seorang janda terduga teroris dalam

menjalani kehidupannya yang penuh dengan perlakuan buruk dari

lingkungannya.

b. Tokoh dan penokohan

1) Tokoh

Jenis tokoh yang terdapat dalam novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy adalah sebagai berikut:

a) Tokoh utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy adalah Ayu. Ayu dianggap sebagai tokoh utama


53

karena tokoh tersebut paling sering muncul disetiap cerita,

mempengaruhi alur cerita, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh

lainnya. Banyak permasalahan dalam novel yang berhubunga

dengan Ayu.

Tokoh tambahan di dalam novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy lebih banyak dibandingkan dengan

tokoh utama . tokoh tersebut antara lain adalah Ardi, Bahrul,

Widya, Ibu, Bapak, Mertua, Ibu Murti, Winda, Ustadz Bahri,

Para Tetangga, dan Bu Rita.

b) Tokoh protagonis dan Tokoh Anatagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi oleh

pembaca. Dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy, tokoh protagonisnya adalah Ayu, Ardi, Bahrul,Ustadz

Bahri, Ibu, Bapak, Mertua, Widya. Sementara tokoh antagonis

adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, tokoh

antagonisnya adalah Ibu Murti, Ibu Rita, Para Tetangga, Winda.

2) Penokohan

a) Ayu

Tokoh utama dalam novel ini adalah Ayu. Ayu adalah

seorang istri yang amanah. Hal ini terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Jaga anak-anak kita ya, mi. Mereka amanah Tuhan”


“Patilah, bi. Memangnya siapa juga selain umi yang akan
menjaga mereka selama ini?"
54

“Ya, mi. Abi percaya kau bisa menjaga amanah, seberat


apapun,”suamiku tiba-tiba mencium keningku, satu hal
yang tak biasa ia lakukan,”Meski tanpa abi di sisimu,”
lanjutnya” (26).

Selain amanah Ayu juga seorang istri solehah yang

mendoakan nyawa suaminya agar diterima di sisi Tuhan. Hal

itu terlihat dari kutipan dibawah ini.

“Ya Rabbi! Jika benar para malaikat-Mu telah


mengambil nyawa suamiku, mohon terimalah ia sii sisi-
Mu. Sayangilah dia. Ampuni segenap dosa dan salah
yang telah ia lakukan. Sejahterakan dan muliakan
kedatangannya. Serta luaskan tempat kembalinya, Amin
ya arhamar rahimin!”
“Welha ..., kau sedang berdoa tho nduk?”, bapak geleng-
geleng kepala” (51).

Ayu menjadi kurang sabar karena menanti kepastian bisa

bertemu dengan Pak Kapolres atau tidak. Hal itu terlihat dari

kutipan dibawah ini.

“Aku tak sabar menanti tanpa kepastian, bisa bertemu


pak kapolres atau tidak. Sebenarnya siapa yang harus
kami temui? Kepada siapa kami bertanya tentang kasus
yang kami hadapi? Karena tak tahan lagi dengan
penantian , aku berbisik pada bapak.”
“Pak bagaimana kalau kita masuk saja keruang Kapolres.
Sepertinya di dalam tidak ada tamu lain.”
“jangan begitu nduk. Sabarlah sedikit lagi. Biar bapak
tanyakan lagi sama pak RT, bagaimana sebaiknya” (68).

Ayu istri yang tabah dan ikhlas saat suaminya

meninggal. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Ya, pak. Kalau menurut saya sebaiknya mas Ardi segera


dikuburkan. Saya sudah ikhlas. Insya-Allah di syahid
dijalan-Nya. Amin!”
“Amin amin! Bapak lihat kau begitu tabah, nduk. Bapak
bangga padamu. Baiklah kalau kalau begitu” (94).
55

Ayu menguatkan hatinya dari cercaan tetangganya. Hal

itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Istri teroris udah bangun!”


“Aku terkesiap kaget dan nyaris nengok ke wajah
pembisik itu, namun segera kuurungkan, mengingat
kebutuhanku yang mendesak ke toilet. Lagi pun kurang
bijaksana merespon nada-nada minor terhadap tamu kita
sendiri, yang kedatangnnya untuk membantu urusan kita.
Jadi kukuatkan hati saja agar tak mudah matah dan
terpancing dengan hal-hal bodoh semacam itu” (118-
119).

Ayu wanita yang taat dalam beribadah, ketika ia

bimbang ia akan memohon petunjuk kepada Tuhan dengan

sholat. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Siiip! Kalau gitu entar malam Ayu mau tahajud”


“Untuk menentukan pilihanmu?”
“iya. Katanya ibu kasihan sama mas Bahrul, biar ia tak
bertepuk sebelah tangan, Ayu akan Iistijharah dulu,
mohon petunjuk sama Allah!”
“Bagus itu! Mohon petunjuk sama Gusti Allah! Itulah
yang sesuai dengan syariat ajaran agama kita”, ibu
antusias” (388).

Walaupun Ayu sudah beranak 2 tetapi ia tetap

semangat melanjutkan kuliahnya yang tinggal skripsi. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Wah! Menarik kali sebenarnya. Tapi kuliah saya tinggal


skripsi ini! Jadi lagi sibuk-sibuknya. Ditambah urus
anak-anak. Sepertinya tak ada waktu lagi yang tersisa.
Mungkin lain kali bisa gabung ya, bu?”
“iya tak apa-apa. Saya salut sama mbak Ayu, sudah ada 2
anak masih semangat kali melanjutkan kuliahnya. Itu
kemarin kawannya ya? Cakep kayak bintang film. Apa
beliau ayahnya Aidil yang sekelas dengan Salsa?” (465).
56

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa Ayu

memanglah istri yang amanah, hal itu dikuatkan dengan

ucapan suami Ayu. Ayu juga istri yang solehah terlihat dari

doa yang Ayu panjatkan dan dari ucapan Ayah Ayu yang

melihat Ayu berdoa. Ayu memiliki sikap kurang sabar hal ini

dikuatkan dari kata-kata bapak. Selain itu, Ayu juga seorang

istri yang tabah dan iklas ketika suaminya meninggal, hal ini

dikuatkan oleh kata-kata yang diucapkan bapak. Ayu juga

memiliki sifat kuat hati dalam menerima hinaan dan cercaan,

rajin ibadah dan semangat menyelesaikan kuliahnya yang

tinggal skripsi walaupun Ayu sudah memliki 2 anak.

b) Ardi

Ardi adalah suami Ayu yang mati di tembak oleh

sekompi aparat di depan masjid Mujahidin karena diduga

seorang teroris. Hal itu dapat terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Setelah wudhuk dan mengenakan baju koko model


Aladdin yang biasa dipakainya saat sholat atau pergi ke
masjid, termasuk dalam kesehariannya. Suamiku yang
bernama Ardianto, mencari Aisyah dan menimang-
nimang Abdillah yang kala itu berumur dua tahun”
(21).

“Oke, mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf..., mass


Ardi tertembak!”
“Apa!? Tertembak? Siapa yang nembak? Dimana?”
“Sekompi aparat, mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali
lagi maa. Saya permisi. Salamu‟alaikum” (32-33).

Ardi dalam kehidupan sehari-hari adalah seorang yang

alim dan sopan. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini.
57

“Gak nyangka ya, si Ardi yang Alim dan sopan, yang


suka bercanda dengan Irma (putri salah satu tetangga,
kawannya Aisyah), ternya teroris?” (43).

Selain alim dan sopan, Ardi juga di kenal pribadi yang

baik dan tak punya aktifitas aneh-aneh. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Nah! Itu juga menjadi tanda tanya kami semua, pak.


Setahu kami, mas Ardi orangnya baik dan tak punya
aktifitas aneh-aneh, sepanjang kami mendengarkan
pengajiannya dan bergaul selaku jamaah, selaku
makmum dan imamnya. Entah diluar itu” (66).

Dari kutipan di atas dapat kita simpulkan bahwa Ardi

yang mati tertembak di depan masjid Mujahidin oleh sekompi

aparat karena di duga teroris merupakan seorang yang

sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang

baik, alim, sopan, dan dikenal dengan pribadi yang baik dan

tak punya aktifitas-aktifitas aneh-aneh.

c) Bahrul

Bahrul adalah seorang polisi ganteng yang ramah dan

murah senyum. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Aku belum menemukan jawaban.”


Maka kujawab sekenanya pertanyaan ibu.”
“Beliau memang ramah dan murah senyum, bu. Dah
ramah, ganteng lagi. Tul nggak bu?” (160).

Selain ganteng, ramah, dan murah senyum, Bahrul juga

memiliki sikap yang kebapakan engan mengelus kepala anak

Ayu. Hal itu dapat terlihat dari kutipan di bawah ini.


58

“Dengan kebapakan, Bahrul Alam mengelus kepala


Aisyah dari belakang dan kujawab tanyanya dengan
mengalihkan pertanyaan ke Aisyah” (173).

Bahrul juga seseorang yang memiliki sikap yang hangat

dan ramah terhadap anak Ayu. Hal itu dapat terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Boleh jadi sikap hangat Bahrul yang tak menjarak


sama sekali menjadikan Aisyah tak mampuberpikir lagi
untuk menolak keramahannya. Saking semangatnya,
sampai nyaris lupa dengan tas punggungnya. Aisyah
langsung naik di boncengan motor gede bahrul yang
segede macan tutul itu” (325).

Bahrul adalah laki-laki yang hebat, selain ganteng, ia

juga santun, penyayang, perhatian, dan dermawan. Hal itu

dapat di lihat dari kutipan dibawah ini.

“Iya mas Bahrul itu hebat. Laki-laki terganteng sedunia


deh! Pokoknya serasi banget jika disandingnkan dngan
mbak Ayu. Selain ganteng, ia juga santun dan
penyayang. Perhatian dan dermawan juga kayaknya.
Dan satu lagi nih!”
“Apalagi?” tanyaku antusias, karena penasaran banget.”
“ matanya tak bisa membohongi dunia. Ia lagi fall‟n in
loooove!” (330-331).

Dari kutipan-kutipan di atas penokohan Bahrul dapat

kita simpulkan bahwa tokoh Bahrul merupakan seorang polisi

ganteng yang juga ramah, murah senyum, hangat, santun,

penyayang, perhatuian, dan sepertinya dermawan.

d) Widya

Widya adalah adik perempuan Ayu yang usianya

berjarak dua tahun di bawah Ayu. Widya seorang yang toleran


59

dan penegertian. Hal itu dapat terlihat pada kutipan di bawah

ini.

“Widya Wuri Handayani, adikku persis yang usianya


berjarak dua tahun di bawahku, selalu toleran dan
penuh pengertian dengan kondisiku, kondisi keungan
kami yang standar biassa, tidak kekurangan namun juga
tidak berkelebihan. Meski numpanh di rumahku,
sebenarnya bapak juga memberinya sangu untuk kuliah
dan uang bulanan” (31).

Selain toleran dan penuh pengertian Widya juga

seorang adik sangat terbuka saat diajak dialog. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Meski Widya tidak selalu sepaham denganku,


contohnya masalah cadar dan kaos kaki, namun adiku
satu ini sangat terbuka untuk diajak dialog. Jadi aku
juga selalu membuka diri untuk dikritik dan siap
menerimakritikannya.”
“Dalam banyak kasus kesalah-pahaman masyarakat
dalam menilaiku sejak penggunaan cadar dan kaos
kaki, Widya tampil sebagai tameng yang melindungiku,
meski ia sendiri tak bercadar dan tak berkaos kaki”
(209).

Dari kutipan-kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa

tokoh Widya adalah adik Ayu yang toleran, penuh pengertian

dan sangat terbuka saat diajak berdialog walau tidak selalu

sepaham dengan Ayu.


60

e) Ibu

Ibu adalah ibu kandung Ayu yang selalu mendukung

Ayu dan selalu memberi semangat kepada Ayu ketika Ayu

merasa takut. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Hari esuk. Ayu takut membayang hari esuk, bu.


Pokoknya Ayu mohon bapak-ibu terus mendampingi
Ayu nggih? Sampai Ayu benar-benar bisa mandiri dan
survive”
“Ya pastilah cah ayu? Masa ibu tega ninggalin anak ibu
sendirian dalam kondisi seperti ini. Bahkan ibu tak
ikhlas jika anak ibu terus seperti ini. Ayu mesti bangkit
dan menata kembali kehidupannya, masa depan kalian
masih panjang. Ibu yakin kau kuat dan tegar dan bisa!
Yah !”
“Nggih, bu. Makasih banyak atas supportnya yang
mantaaaaf!”(112-113).

Selain ibu adalah sosok yang selalu memberi semangat

kepada Ayu ketika Ayu merasa takut, ibu tetap cantik di usia

senjanya dan semakin menyantik saja kebijaksanaan dan

keluhurunnya. Menjadikan ibu sebagai panutan untuk Ayu. Ibu

juga sosok yang pengertian dan sarat rasa asih. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Kurangkul ibuku yang cantik dan tetap cantik di usia


senjanya. Beliau kelihatan terus menyantik lebih dalam.
Kian bertamabah usia, kian menyantik saja kebijaksanaan
dan keluhurannya. Aku menghormati ibu dan
mengayomi. Yang penuh pengertian dan sarat rasa asih”
(131).

Ibu sosok yang penyayang, tak membeda-bedakan anak

yang satu dengan yang lainnya. Ibu juga memiliki harapan


61

yang mulia dan jujur demi kebaikan semua anak-anaknya. Hal

itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Ceilee! Benar nih, mbak Ayu anak kesayangan ya,


bu?” tiba-tiba Bahrul menggodaku.”
“Oala..nak Bahrul ..., kalau yang namanya ibu itu yaa
..semua anaknya pasti kesayangan. Tak ada yang
namanya kekecualian. Misalnya kok si bungsu, lalu
paling disayang atau yang semacam itu. Ndaklah!
Semuanya sama.”
“Berarti? Berarti?” Bahrul kian menggodaku.”
“Berarti ada yang lain yang sangat menyayanginya”
terang ibu sembari nepuk-nepuk pundakku.”Paling
tidak itulah harapan ibu, Ya kan, nduk?”
“Yee...ibu. Kok ndanya menyedihkan gitu sih!”
“haha!” Beliau nggak terima, bu” Bahrul malah
menertawakanku, “Tapimenurut saya, yang dikatakan
ibu semua benar. Baik kenyataan atau harapan seorang
ibu, selalau jujur dan mulia dan demi kebaikan semua
anak-anaknya. Setuju, mbak Ayu?” (239).

Dari kutipan-kutipan diatas dapat diketahui bahwa ibu

adalah sosok yang tetap cantik di usia senjanya, selalu memberi

semangat kepada Ayu ketika Ayu merasa takut. Selain itu, ibu

juga sosok yang bijaksana dan penyayang, tak membeda-bedakan

anak-anaknya. Itulah yang membuat Ayu menjadikan ibu sebagai

panutan dan Ayu sangat menghormati ibunya.

f) Bapak

Bapak adalah bapak kandung Ayu, bapak ingin sekali

menjodohkan Ayu dengan Mahmud yang sudah mapan.

Bapak terkesan memaksa dalam menjodohkan Ayu dengan

Mahmud. Padahal di hati Ayu hanya ada Bahrul. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.


62

“Idih! Apa hububgan kedatangan si Mahmud dan


rencana kerjaku sih! Bapak ini ada-ada saja”
“Bukan begitu. Maksud bapak, kalau ternyata si
Mahmud itu cocok di hatimu, kamu kan tidak harus
cari kerjaan dan bisa tetap kuliah dengan nyaman.
Wong kamu sendiri kemarin sudah dengar sendiri kan?
Si Mahmud mendukung sekali jika kau mau
melanjutkan kuliahmu”
“Memangnya niat Mahmud kesini mau apaan toh!”
“Kalau dia sih mau melihat-lihat para distributor
mebelnya. Tapi kan bapak numpang mobilnya, jadi ya
mampir ke sinilah! Wong dia juga kawan lamamu
kan?”
“Sudah jelas dan gamblang , pasti bapak ingin
menjodohkanku dengan Mahmud, karenaia sudah
mapan dan statusnya duda. Kupikir inilah saatnya aku
menjelaskan ke bapak, bahwa sebenarnya aku sudah
jatuh hati pada Bahrul Alam” (416).

Dari kutipan di atas dapat kita tahu bahwa ayah sangat

ingin menjodohkan Ayu dengan Mahmud, walaupun

sebenarnya di hati Ayu hanya ada Bahrul Alam.

g) Ibu Mertua

Ibu mertua Ayu adalah sosok yang selalu mendukung

Ayu selama itu merupakan hal-hal baik. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ehm..., hampir lima tahun mungkin. Tapi kayaknya


masih bisa dilanjutkan, bu. Tapi intinya, ibu
mendukung Ayu kan kalau Ayu jadi ngelanjutin?”
“Insyaa-Allah ibu akan selalu mendukung apa pun saja
yang baik-baik dan bernilai positif untukmu, nduk.
Untuk kebaikan cucu-cucu ibu juga” (145).

Selain sosok ibu yang selalu mendukung Ayu, ibu

mertua juga orang yang dermawan dan penyayang layaknya

ibu kandung Ayu sendiri. Ibu mertua mendukungnya untuk


63

menamatkan pendidikan S1 bahkan samapi S3. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Kalau umunya ibu mertua bagai ibu tiri kisahnya,


lihatlah ibu mertuaku yang bak ibu kandung ini. Serasa
kumiliki 2 ibu yang sama penyayangnya. Sama-sama
pengayom dan memiliki pengertian tinggi atass
kebutuhan anak-anaknya. Meski beliau sendiri
hanyalah sempat menamatkan Sekolah Menengah.
Menatunya ini disupportnya untuk meraih sarjana.”
“Ayu akan menamatkan S1, bu”, bisikku di
kupingnya.”
“Tidak hanya S1. Jika Ibu ada rezeki, kau boleh meraih
S1 dan S3-mu, nduk. Mengapa tidak?”
“Masya Allah1 Ayu boleh nerusin S2 dan S3? Dan ibu
akan support dana untuk semuanya?” (146).

Dari kutipan-kutipan di atas kebaikan ibu mertua Ayu

terlihat dari sikapnya yang selalu mendukung perbuatan Ayu

selama itu dalam hal-hal baik. Selain itu, ibu mertua Ayu juga

dermawan terlihat dari niatan Ibu mertua Ayu untuk mendanai

kuliah Ayu sampai S3.

h) Ibu murti

Ibu murti adalah tetangga Ayu yang gemar menggosip

dengan tetangga lainnya. Bahan gosipnya pun tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan Ayu. Hal itu terlihat dari

kutipan dibawah ini.

“Ketika sore itu Widya harus menggantikanku arisan


ibu-ibu kampung, itulah yang terjadi. Mereka
mengunyah kenduri cerita fiksi yang dikarang otak
yang kekurangan imajinasi. Seputar diriku dan Bahrul
Alam. Dengan keasikan purna laiknya memperebutkan
kue ulang tahun, kisah kami dicabiknya, dikuliti dan
dihisap darahnya setetes demi setetes hingga tuntas.”
64

“Baru kali ini loh aku sukses melihat wajahnya. Selama


hampir sepuluh tahun kami bertetangga. Bayangkan !”
“Dimana ia membuka wajahnya, bu Murti?”
“Ya di depan kekasih gelapnya itulah, bu. Masa di
depanku!”(343).
....
“Lalu para ibu lainnya, karena penasaran banyak
kawannya saling mendelikkan pandangan ke arah
mulut bu Murti, dan kuping-kuping juga sama
menaikkan pendengaran, mereka pun sama merapat ke
arah duduk bu Murti yang baru menemukan Harta
Karun cerita menarik” (343).

Selain bergosip tentang cadar yang Ayu kenakan, bu

Murti juga bergosip tentang kematian Ardi, bukan akibat aksi

teror tapi sengaja dihabisi oleh Bahrul atas suruhanku.Begitu

kejam gosip yang bu Murti ceritakan kepada para tetangga

lainnya sampai membuat bulu kuduk Widya berdiri tak bisa

dinormalkan dan refleks menengok ke arah para penggosip.

Hal itu terbukti dari kutipan di bawah ini.

“Saat cerita memasuki alur misteri yang teramat


bahaya, ketika bu Murti menggambarakan prasangka
hitamnya tentang kematian mas Ardi, bukan akibat aksi
teror tapi sengaja dihabisi oleh Bahrul atas suruhanku,
bulu kuduk Widya langsung berdiri tak bisa
dinormalkan. Refleks ia nengok kearah para penggosip
dengan keberaniannya berbohong yang dahsyat. “(344)

Tak cukup bu Murti menggosip tentang kematian Ardi

yang menurut pendapatnya di rencanakan oleh Ayu dan

Bahrul. Kini bu Murti menceritakan bahwa Ayu telah lupa

dengan suaminya karena tak mengadakan yasinan.

“Kabarnya besok juga tak ada yasinan. Dasar pelit!


beramal untuk suami yang yang sudah tak berdaya saja
65

kok berat. Kalau bukan manuasia bakil, apa namanya,


coba!”
“Bukan bakil, bu. Tapi bakhil! Alias kikir bin
mentakhil!”
“Hahaha! Mbakyu ini pinter bahasa pantun jaman
Mataraman.”
“Ssst! Jangan keras-keras kalau rasan-rasan (menggosip).
Tu ada adiknya! Entar di bilangin sama mbakyunya”
“Biarkan madhul (ngadu)sana! Memangnya aku takut ?”
“Kalaun dia ninja, aku Hatori. Hikhik!”
“bukannya Hatori juga ninja?”
“Wee malah keliru sebut ini mulutku.”
“Begitulah serunya mereka bancakan diriku. Mereka
purak (makan bersama) ramai-ramai tubuh dan jiwaku
seakan-akan diri ini telah membangkai. Mereka hisap
dan kunyah bangkai itu senikmatnya, serindunya.
Bangkai di atass talam. Bangkai saudaranya sendiri”
(426-427).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita ketahui sifat bu

Murti yang penggosip. Gemar membuat dan menyebarkan cerita

yang belum tentu kebenarannya kepada para tetangga sekitarnya.

Dari kematian Ardi yang menurut bu Murti di rencanakan oleh

Ayu dan polisi Bahrul Alam, sampai mengatakan Ayu pelit

karena tak mengadakan yassnin untuk suaminya yang telah

wafat.

i) Ibu rita

Bu Rita adalah tetangga Ayu yang gemar menggosip

juga sama dengan bu Murti. Bahan gosipnya pun sama, semua

yang berkaitan dengan kehidupan Ayu. Bicaranya sama

kejamnya dengan bu Murti, berbicara tanpa di selidiki terlebih

dahulu kebenarannya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah

ini.
66

“Eh mbak Widya, kok sendirian aja ke pasarnya? Mana


mbakyunya? Lagi sibuk nggoreng rindu ya bersama
sang doi?”
“Eh bu Rita, lagi belanja apaan nih!”, Widya pepete.
“Biasalah, mbak. Belanja harian yang biasa. Mau
nggoreng ikan bandeng yang biasa. Nanti di dapur juga
pakai wajan yang biasa. Beda dengan mbakyunya mbak
Widya. Ya kan?”
“Bedanya apa bu ?”
“Woo, mungkin kemaren sore mbak Widya masih di
kampus ya, pas mbak Ayu tilpun-tilpunan sama..., eh
sekarang pacarnya pak polisi ya? Bener kan mbak?”
“Bu Rita dapat Tahu dari mana?”
“Dari bu Murti. Kan bu Murti sering mergoki mbak
Ayu dan polisi cakep itu berduaan di jalan situ, depan
rumah bu Murti. Trus kata bu Murti, kalau lagi pacaran,
cadar mbak Ayu di lepas loh!” (354).

Bu Rita lagi-lagi menggosip. Bu Rita menceritakan apa

yang di dengarnya tentang Ayu kepada para tetangga lain,

tanpa di cari cerita sebenarnya bagaimana. Hal itu dapat

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Saya nih yang paham. Wong saya mendengarnya


sendiri dengan kuping saya”, bu Rita antusias, “Mohon
maaf loh mbak Wid. Mbak sampeyan kemarin waktu
tilpun-tilpunan sama pacarnya yang polisi itu, tak asya
sangka, ngomongnya saru-saru. Bener itu! Masa di
bilang „aku sampai menggelinjang seperti ikan lele nih
mas?. Ih! Saru nggak ya bicara sama laki-laki seperti
itu?”
“Mbak Maryam dan Widya terlongong tak percaya
dengan apa yang didengarnya. Namun sebelum sempat
mengomentari kisah fiktif bu Rita, ada ibu lain yang
ikut nimbrung pembicaraan. Salah satu ibu yang antri
di kedai bu Siyem. Bu Ana namanya.”
“mungkin untuk mbak Ayu, hal seperti ndak sarulah,
bu. Kan mbak Ayu memang punya aliran lain dari kita.
Ndak sama dengan kita-kita wong biasa ini. Dia
alirannya berbeda,‟ katanya sembari melirik Widya dan
mbak Maryam.”
67

“Oiya ya, memang alirannya berbeda ya, bu Ana”,


mereka cekikikan berdua lalu meninggalakan Widya
dan mbak Maryam tanpa permisi” (358).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa

watak bu Rita yang gemar menggosip, membicarakan semua

hal yang berhubungan tentang Ayu. Berbicara dengan

menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya kepada

para tetangga sekitar.

j) Ustadz Bahri

Ustadz Bahri adalah seorang ustadz yang alim dan

karismatik. Ustadz Bahri adalah suami dari Winda, sahabat

Ayu semasa SMA. Hal itu dapat dilihat dari ktipan di bawah

ini.

“Kami? Bersama siapa sajakah Winda Ajeng akan


datang? Pastinya dengan suaminya, ustadz Bahri yang
Alim dan karismatik. Dulu Winda menyebutnya dengan
panggilan romantis seorang calon istri, mass Bahri.
Mungkin sampai sekarang ia memanggilnya demikian.
Seperti aku memanggil Ardianto Wibowo dengan
panggilan mass Ardi. Atau juga, hanya memanggilnya
abi, karena mereka telah dikaruniai anak pula” (212)

Selain alim dan karismatik, ustadz Bahri juga memiliki

sikap bijaksana dan slalu memberi dukungan kepada Ayu. Hal

itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

“Nggih, bu, pak! Ayu selalu ingat nasihat-nasihat itu.


Juga support dari ustadz dan Winda. Terimakassih
banyak untuk semuanya ya. Semuanya juga tak
terlupakan loh. Karena sangan mengesan juga nih!”
„Bisa saja. Sama-sama ya, mbak Ayu, yang penting
bagaimana kita terus bangkit ditengah gempuran
praharasekencang apapun! Dari winda saya banyak
68

tahuapa yang dirassakan para akhwat seperti mbak


Ayu. Stigmatisasi terhadap istri para mujahid, kadang
terasa amat kejam. Tapi saya yakin mbak Ayu sudah
siap mental menghaddapi semua itu” (316)

Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa

watak ustadz Bahri alim dan karismatik. Selain itu ustadz

Bahri juga orang yang selalu memberi support kepada Ayu.

k) Winda

Winda adalah teman satu kelas Ayu waktu SMA. Selain

itu, Winda juga teman satu pengajian dengan Ayu dulu. Tapi

sifat Winda yang sok tahu dan mau tahu kehidupan Ayu dan

almarhum suaminya membuat Ayu menjaddi tidak nyaman.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ehm...apa almarhum belum pernh menjelaskan


padamu tentang garis perjuangan kelompok kita para
mujahid?”
“Aku terbengong-bengong mendengar pernyataan
Winda yang terasa sok tahu dan mau tahu tentang
kehidupan kami, aku dan almarhum suamiku. Apa
Winda merasa karena dulu kami sekelas dan
sepengajian, lalu seterusnya kami akan menjadi satu
kelompok?” (253).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa sifat

Winda yang mau tahu dan sok tahu membuat Ayu tidak

nyaman terhadapnya.

l) Para tetangga

Para tetangga Ayu yang tinggal di sekitar Ayu, yang

selalu menggunjing Ayu. Menjadikan Ayu sebagai bahan gosip

mereka. Segala sesuatu yang berhubungan tentang Ayu akan


69

mereka ceritakan, sebarkan kepada para tetangga lainnya.

Mereka menyebarkan fitnah, berita bohong, berita yang belum

jelas kebenarannya. Hal itu dapat di lihat dari kutipan di bawah

ini.

“Meski rumah ini berdekatan dengan pasar, aku tak


bisa merdeka sesukanya belanja dan memilih sayuran
secara bebas layaknya para ibu-ibu yang lain saat
belanja. Karena sekalinya aku keluar rumah, baru
beberapa langkah saja kaki ini menginjak jalanan,
telingaku telah menangkap suara-suara bernada minor
yang mampu membanjirkan keringat dingin di tubuh.”
“Tu si ninja mau belanja, lapar juga agaknya, ya?” kata
seorang ibu kepada kawannya”
“bukan lapar, tapi belanja besar untuk persediaan
logistik jaringannya”, bisik ibu satunya, dengan nada
lebih tinggi dari pada suara pidato” (9).
....
“istrinya pake kerudung Ninja, lha suaminya aja
teroris”
“Masya Allah! Apa yang mereka bicarakan? Sepertinya
itu suara ibu Dewi dan bu Hasanah, tetanggaku yang
rumahnya terdekat di sebelah kanan dan rumah persis.
Seorang bapak menyahuti pembicaraan tanpa ujung itu”
(44).
...
“Istri teroris udah bangun!”
“Aku terkesiap kaget dan nyaris nengok ke wajah
pembisik itu, namun segera kuurungkan, mengingat
kebutuhanku yang mendesak ke toilet. Lagi pun kurang
bijaksana merespon nada-nada minor terhadap tamu
kita sendiri, yang kedatangnnya untuk membantu
urusan kita. Jadi kukuatkan hati saja agar tak mudah
matah dan terpancing dengan hal-hal bodoh semacam
itu.”
“Siapa sangka kalau esuk hari dan esuknya lagi, tiap
ada persentuhan dan pertemuan tak sengaja,
perjumpaan yang disengaja, nada-nada seperti itu selalu
saja mengalun dengan keras, memekakkan telinga dan
mendera hati, menyayatnya hingga serpih. Apa salahku
wahai!” (118-119).
70

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa memang

tokoh para tetangga gemar sekali menjadikan Ayu dan

almarhum suami Ayu menjadi bahan pembicaraan mereka

yang menyakitkan hati.

c. Alur

Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-

tahapan peristiwa atau urutan kejadian sehingga menjadikan suatu

cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita yang tidak putus

berdasarkan sebab akibat. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis

alur cerita dengan menggunakan tahapan-tahapan plot yaitu: (1) Tahap

penyituasian, (2) Tahap pemunculan konflik, (3) Tahap peningkatan

konflik, (4) Tahap klimaks, dan (5) Tahap penyelesaian.

Dengan menganalisis alur berdasarkan tahapan-tahapan tersebut,

Maka peneliti diharapkan dengan mudah dapat menyimpulkan alur

yang digunakan dalam cerita novelAkulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy.

1) Tahap Penyituasian

Tahap penyituasian ini merupakan tahap pembukaan cerita

pemberian informasi dan lain-lain, terutama berfungsi untuk

melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

Tahap penyituasian novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khalieqy, pengarang hanya memberikan gambaran tentang

kondisi atau keadaan yang terdapat dalam cerita itu. Dalam tahap
71

penyituasian ini pengarang menceritakan gambaran keadaanawal

Ayu setelah suaminya wafat. Dari kematian suaminyalah muncul

permasalahan-permasalahan yang dialami Ayu. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Aku ingin menengok ke arah dua ibu yang tengah


menguntitkudan menyapanya, namun nyaliku tertahan tak
mampu keluar secara merdeka. Dulu sebelum suamiku ditembak
aparat, jika ada bisik-bisik seperti itu, aku masih punya nyali
meresponnya secara bijaksana. Namun setelah maghrib naas itu,
dunia, menjadi berubah dalam pandangan mata dan hatiku” (9).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tahap penyituasian

dimulai dari penulis menceritakan keadaan awal Ayu yang suaminya

mati ditembak aparat.kemudian Ayu yang masih bingung dengan

julukan „istri teroris‟ yang diberikan kepadanya. Hal itu dibuktikan

dari kutipan di bawah ini.

“...apa yang terjadi jika laki-laki pilihannya itu ternyata seorang


teroris? Atau yang diduga teroris? Kelak sepanjang masa,
istrinya akan disebut „istri teroris‟ tanpa ada kata „mantan‟ dan
menuai stigma sepanjang abad. Tak peduli jika ternyata
suaminya sebenarnya hanyalah tukang jahit, guru honorer,
pengusaha mebelair, atau tukang sayur. Begitulah wajahku tiap
hari dilempari kata makian dan cercaan yang memerah kuping”
(12).

Dari kutipan-kutioan di atas terlihat bahwa tahap

penyituasiaan dimulai dari pengarang menggambarkan keadaan Ayu

paska suaminya wafat, dan kebingungan Ayu atas stigma buruk yang

ia terima sebagai „istri teroris‟ yang menempel padanya.


72

2) Tahap Pemunculan Konflik

Tahap ini merupakan tahap awal pemunculan konflik.

Konflik-konflik itu sendiri berkembang atau dikembangkan menjadi

konflik pada tahap berikutnya.

Tahap konflik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khalieqy muncul pertama kali saat jamaah masjid memberitahu Ayu

bahwa suaminya tertemabak di halaman masjid Mujahidin. Hal itu

terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Oke mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf ..., mas Ardi


tertembak!”
“Apa!? Tertembak ?Siapa yang nembak? Dimana?‟
“Sekompi aparat mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali lagi,
maaf. Saya permisi! Salamu‟alaikum!”
“Senja menggelap di pelupuk mata. Dunia tak berwarna.
Tubuhku menggeremang aku ingin berteriak memanggil
Widya yang tengah mencicipi kreasinya. Namun mulutku
kaku dan tenggorokanku cekat saja, tak mampu berkata-kata.
Mataku membelalak dan mulutku melongo seakan melihat
setan melintas depan rumah.”
“Mas Ardi ...!,” desahku lirih, “tertembak?” (32-33).

Dari kutipan di atas diketahui bahwa Ardi tertembak di

halaman Masjid Mujahidin oleh sekompi aparat. Selang beberapa

lama densus 88 menggeledah rumah Ayu dan Ardi yang diduga

teroris. Pasukan densusus mengobrak-abrik rumah Ardi dan Ayu

untuk mencari barang bukti yang berkaitan denga aktifitass teroris.

Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Kami densusu 88 diperintah menggeledah rumah tersangka


teroris buruan, Ardianto !Laksanakan!”
“Siap!”
....
73

“Tiba-tiba suara sepatu membuka kamar kami dan mengurai


isi lemari pakaian, menjungkirkan kasur Aisyah dan Widya
dan tak menemukan apa-apa. Kami bertiga dilewati begitu
saja, tak ditanya dan tak tersentuh kebrutalan sore itu.
Selintas aku mengamati penampilan 3 laki-laki berpakaian
preman berpostur tinggi gagah dan rambutnya gondrong
seperti penyair”(38-39).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pasukan densusu 88

menggeledah rumah ecara brutal, kedatangan densus 88

menggeledahrumah Ayu membuat para tetangga mulai saling

berbisik, membuat argumen sendiri-sendiri. Hal itu terlihat pada

kutipan di bawah ini.

“Usai mengabari mereka semua, telingaku baru mendengar


keributan para tetangga. Barangkali sejak para gondrong
memasuki rumah tadi, mereka telah melihat dan saling
menanyakan peristiwa apa yang tengah terjadi. Namun aku
sibuk dengan urusan kami sendiri. Kini suara-suara itu baru
terdengar jelas. Sebagian hanya berbisik mendengung seperti
tawon.”
“Gak nyangka si Ardi yang alim dan sopan, yang suka
bercanda dengan Irma (anak salah satu tetangga kawannya
Aisyah), ternyata teroris?”
“jangan-jangan di dalam rumahnya ia merakit banyak bom?”
“Pantass istrinya pakai kerudung Ninja, lha suaminya teroris”
(43).

Dari kutipan diatas pengarang menggambarkan pemunculan

konflik di awali ketika Ardi di tembak oleh sekompi aparat di halam

masjid Mujahidin karena diduga teroris, kemudian pasukan densusu

88 datang menggeladah rumahnya, membuat para tetangga yang

melihatnya saling berbisik membuat argumen sendiri-sendiri.


74

3) Tahap Peningkatan Konflik

Dalam tahap peningkatan konflik ini di ceritakan Ayu yang

mendapat perlakuan buruk dari lingkungan sekitarnya karena ia istri

Ardianto terduga teroris berupa cercaan para tetangga. Hal ini

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ssst ..., ternyata tak salah dugaan kita selama ini”, seorang
ibu membisik kawannya yang tengah mengiris bawang,
„Perempuan dengan kerudung ninja patilah istri teroris !”
“Ssst sst ssssst!” pengiris bawang grogi mendengarnya,
tengok kanan-kiri, memastikan kalau-kalau ada anggota
keluarga kami yang melintas dan sempat medengarnya.
Namun dengan penuh yakin kawannya mementahkan
ketakutan.”
“Alah!” Taka ada yang bakal mendengar. Kuping mereka kan
ditutup rapat dengan ninja berlapis-lapis. Coba perhatikan
jubahnya mbak Ayu itu, ngeddebul semua kaya jamaah haji
yang kelebihan quota” (114).

Peningkatan konflik juga diceritakan bahwa Ayu semakin

kejam menerima cercaan dari para tetangga yang selalu bergosip

secara terang-terangan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sudah-sudah! jangan keras-kerass kalu ketawa dong kalau


ketawa, nanti bu Ninja terbangun, gimana hayo!”
“Bisa di bom tuh mulut usil!”
“Siapa takut? Kan tukang bomnya udah ko-it ! Ups!”
“Tukang bomnya sudah ko-it? Pastilah maksudnya mass
Ardi, tukang bom dan telah meninggal dunia sekarang. Dan
aku adlah istri tukang bom yang telah ko-it itu. Karena telah
ko-it, sekarang statusku mantan istri tukang bom. Alias
teroris! Namun anehnya, mereka tak pernah berbisik
menyebutkan „mantan istri teroris‟. Sebutan bagiku sesuai
selera mereka adalah istri teroris” (118).

Dari kutipan-kutipan di atas terlihat bahwa pengarang membuat

peningkatan konflik dimulai dengan Ayu yang selalu menjadi bahan

gosip para tetangga dengan menyebut Ayu sebagai „istri teroris‟ bukan

„istri mantan teroris‟.”


75

4) Tahap Klimaks

Tahap klimaks atau puncak adalah bagian yang melukiskan

peristiwa dalam sebuah cerita mencapai titik permasalahan yang

paling penting. Puncak dalam peristiwa dalam novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy adalah ketika Ayu yang seorang

janda „terduga teroris‟ menjalin hubungan dengan seorang polisi

ganteng bernama Bahrul Alam. Para tetanggapun mulai menebar

gosip bahwa kematian Ardianto karena direncakan oleh Ayu dan

Bahrul agar mereka bisa bersama. Hal itu membuat hati Ayu

semakin sakit dan menderita mendengar gosip-gosip tentangnya. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Loh! Sudah pulang bu? sapaku sembari menatap belanjaan


yang berjibun.”
“Salah seorang dari ibu-ibu memandang mataku. Lama ia
mengamat-amat sekitar wajahku, lalu ia bertanya.”
“Maaf! Apa ada yang ngajak bicara saya ya?” matanya
serassa hendak merobek cadar yang kukenakan.”
“Akau paham kemana arah pembicaraan ibu itu, namun
kutekan hatiku untuk menahan emosi yang nyaris meledak.
Dan kujawab tanyanya dengan santai.”
“Iya bu Ani, tadi saya menyapa jenengan. Kok gasik banget
pulang belanja segini banyak, bu. Saya aja baru berangkat.”
“Oooo lha ya gasik, kan saya kalau ke pasar tk mampir-
mampir dulu atau ngobrol-ngobrol dulu di tengah jalan
dengan pak polisi ganteng!”
“Oh!”
Sungguh aku terkejut dan ingin memberinya seribu jawaban.
Namun kembali kutekan-tekankan dalam hati, bahwa
memang harus banyak-banyak bersabar menghadapi orang-
orang yang tidak tahu. Apalagi, yang tidak tahu dan tidak
mau bertanya tahu alias tak mau tahu. Penuh curiga dan
negatif thinker”(202-203).
76

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa klimaks

permasalahan yang selama ini menjadi pembicaraan para tetangga

bahwa Ayu yang janda „terduga teroris „ memiliki hubungan spesial

dengan polisi.

“Saat cerita memasuki alur misteri yang teramat bahaya,


ketika bu Murti menggambarakan prasangka hitamnya
tentang kematian mas Ardi, bukan akibat aksi teror tapi
sengaja dihabisi oleh Bahrul atas suruhanku, bulu kuduk
Widya langsung berdiri tak bisa dinormalkan. Refleks ia
nengok kearah para penggosip dengan keberaniannya
berbohong yang dahsyat“ (344).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa klimaks

permasalahan yang selama ini menjadi pembicaraan para tetangga

bahwa Ayu yang janda „terduga teroris „ memiliki hubungan spesial

dengan polisi. Selain itu para tetangga menganggap Ayu telah

merencanakan kematian suaminya bersama Bahri sang polisi.

5) Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian ini konflik yang telah mencapai klimaks

diberi penyelesaian. Ketegangan dipadamkan, konflik-konflik yang

lain atau konflik-konflik tambahan diberi jalan keluar, dan akhirnya

cerita diakhiri. Pada tahap penyelesaian ini, pengarang

menggunakan alur terbuka. Pengarang tidak menyimpulkan akhir

cerita, pembaca dipersilakan menyimpulkan sendiri akhir cerita.

d. Latar

1) Latar tempat
77

Latar tempat yang digunakan dalam novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy adalah sebagai berikut.

a) Rumah

Rumah Ayu yang berdekatan dengan pasar tidak

membuatnya untuk leluasa pergi ke pasar, karena ketika Ayu

keluar rumah para tetangga sudah siap untuk membicarakannya.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Meski rumah ini berdekatan dengan pasar, aku tak bisa


merdeka sesukanya belanja dan memilih sayuran secara
bebas layaknya para ibu-ibu yang lain saat belanja. Karena
sekalinya aku keluar rumah, baru beberapa langkah saja kaki
ini menginjak jalanan, telingaku telah menangkap suara-suara
bernada minor yang mampu membanjirkan keringat dingin di
tubuh”(9).

b) Masjid Mujahidin

Di masjid Mujahidin inilah Ardiyanto ditembak mati oleh

sekompi aparat karena terduga teroris. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Oke mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf ..., mas Ardi


tertembak!”
“Apa!? Tertembak ?Siapa yang nembak? Dimana?‟
“Sekompi aparat mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali lagi,
maaf. Saya permisi! Salamu‟alaikum!” (33).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa masjid

Mujahidin adalah tempat dimana Ardi ditembak oleh sekompi

aparat karena terduga teroris.


78

c) Pasar

Di pasar Ayu membeli bahan-bahan kuliner untuk

menyambut temannya yang dari Poso, Winda. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“sesampai pasar, ternyata keramaian tengah berada di


puncaknya. Kami berdesak-desakkan untuk bisa memperoleh
barang yang diinginkan. Karena akan menyambut Winda
sengaja aku pilih bahan-bahan kuliner yang khas Jogja.
Ditambah persediaanku sendiri untuk seminggu ke depan”
(204).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Ayu berbelanja

untuk membeli bahan-bahan kuliner khas Jogja untuk menyambut

kedatangan Winda. Selain membeli bahan makanan untuk Winda,

Ayu juga membeli persediaan untuk seminggu ke depan.

d) Pengadilan

Di pengadilan Ayu melakukan sidang sebagai saksi

tentang apa saja kegiatan suaminya selama ini. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Polisi itu bahkan mengantarku hingga duduk di kursi depan


para hakim . ruangan itu penuh. Selintas kulihat jamaah mas
Ardi duduk dalam barisan sekian kursi, jamaah Masjid
Mujahidin, para tetangga, pak RT, Pak Ustadz, lalu para
wartawan yang tadi wawancara.”
“Kubenamkan diriku dalam kursi yang entah telah diduduki
oleh berapa puluh-ribu manusia yang gelisah dan penuh takut
akan nasibnya. Beginikah rasanya duduk sebagai seorang
saksi sebuah peristiwa dan ditatap pak hakim beserta sekian
mata yang, tak suka atau pun tidak suka. Kutahu banyak mata
tengah menatapku, namun perasaanku tawar-tawar saja.
Hatiku setenang danau Kalimutu“ (155).
79

Pada kutipan di atas dapat kita lihat bahwa Ayu sedang

berada di pengadilan, terlihat cara Ayu yang menggambarkan

keadaannya sebagai seorang saksi yang sedang ditatap para hakim

untuk dimintai keterangan terkait kasus suaminya.

e) Kantor polisi

Di kantor polisi Ayu ingin melaporkan kasus yang

menimpa suaminya. Ayu bersama Pak RT dan Pak Ustadz

mencari pak Kapolres. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sekarang kami telah tiba di halaman kantor polisi. Pak RT


kami persilahkan melangkah duluan, kami kami belum tahu
harus melewati rute mana saja untuk bisa bertemu dengan
pak Kapolres. Bersama pak RT bapak dan Ustadz. Aku
menyusul bersama Farid dan dua kawannya.”
“Pak RT menemui satpam, dan menanyakan dimana ruangan
Pak Kapolres. Lalu kami menuju tempat yang di tunjuk pak
satpam. “
“Maaf bapak-bapak mau kemana? Ada yang bisa di bantu?”
“Kami ingin bertemu pak Kapolres. Apa beliau ada?”
“Kebetulan beliau sedang adda tamu. Kalau boleh tahu, ada
keperluan apa ya? Sudah bikin janji dengan bapak belum
ya?”
“Belum, tapi ini penting. Mohon kami diizinkan untuk
bertemu dengan beliau.”
“Maaf, pak. Harusnya ada janjian dulu baru bisa ketemu
bapak. Lagian sekarang bapak masih ada tamu. Silahkan
bapak-bapak tunggu sebentar di kursi itu ya,” katanya
sembari menunjuk kursi panjang di sebelah ruangan pak
Kapolres” (67).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu sedang

berada di kantor polisi. Di kantor polisi, Ayu yang di temani Pak

RT dan pak Ustadz ingin bertemu dengan pak Kapolres untuk

melaporkan kejadian yang menimpa suaminya. Tapi, pak

Kapolres yang tak bisa di temui karna Ayu belum membuat janji
80

sebelumnya dengan pak Kapolres, membuat Ayu harus menunggu

terlebih dahulu untuk bisa bertemu dengan pak Kapolres.

f) Di bawah pohon jambu

Di bawah pohon jambu, Ayu mengawasi Aaisyah dan

Abdillah yang tengah bermain. Sembari memeriksa kondisi

bunga-bunga piol yang di peliharanya. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ibi.

“Sembari mengawasi Aisyah dan Abidilah yang tengah


bermain di bawah pohon jambu, aku memeriksa kondisi
bunga-binga itu. Piol yang tengah berbunga harum, berwarna
biru. Bagian bunga dekat tangkai sebelah dalam berwarna
putih. Daun piol menyerupai bentuk daun kaki kuda atau
gagan” (407).

Dari kutipan di atass dapat kita lihat bahwa di bawah

pohon jambu Ayu mengawasi Aisyah dan Abdilah yang tengah

asik bermain, sembari mengawasi Aisyah dan Abdillah, Ayu

memeriksa bunga-bunga piol yang tengah berbunga harum,

berwarna biru.

g) Tk Raudhatul Athfal

Di Tk Raudhatul Athfal Ayu tak sengaja bertemu dengan

Bahrul ketika mengantarkan Aisyah yang mogok sekolah. Hal itu

terlihat dari kutioan di bawah ini.

“Mbak Ayu? Ada apa dengan putrinya?”


“Refleks aku menengok ke arahnya, karena lamat-lamat
sepertinya aku mengenal suara itu. Ternyata benar. Aku telah
mengenalnya.”
“Mas Bahrul? Kok ada di sini?,” ia berjalan ke arah kami.”
“Memangnya tak boleh? Memangnya hanya..., siapa ini
namanya?”
81

“Melihat orang asing, kemarahan Aisyah mereda dan ia


cepat-cepat menyembunyikan wajahnya diantara kerudung
panjangku, merasa malu, dan mungkin agak takut” (173).

Di Tk Raudhatul Athfal Ayu mengantar Aisyah sekolah

sampai ke dalam kelas, sambil menjelaskan alasan keterlamabatan

Aisyah masuk kelas. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Aku segera membawa Aisyah ke dalam kelas dan


menjelaskan pada bu guru masalah keterlambatannya.
Sepanjang masuk bersamaku, mata Aisyah terus menoleh ke
arah devi dan Tutut, yang duduk bersebelahan. Ia
mencengkram tanganku dan tak mau melepaskannya hingga
duduk” (177).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Tk

Raudhatul Athfal adalah tempat dimana Ayu dan Bahrul tak

sengaja bertemu yang juga mengantar anaknya sekolah. Yu

mengantar Aaisyah sampai ke dalam kelas sambil menjelaskan

alasan keterlamabatan Aisyah.

2) Latar waktu

Latar waktu yang digunakan dalam novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy adalah sebagai berikut.

a) Pagi

Latar waktu dalam novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy salah satunya yaitu saat pagi. Yaitu di suatu

pagi yang semilir di Kampus Biru, Ayu mulai berimajinasi. Hal

itu terlihat pada kutipan di bawah ini.

“Suatu pagi yang semilir di Kampus Biru, aku pernahb


membayangkan bisa jalan-jalan ke Eropa, misalnya
mengunjungu Bologna atau Venezia di Itali, atau
82

menyambangi negara-negara terjauh dalam peta dunia,


seperti Swedia , atau ke Tunisia di Aafrika. Rasanya eksotik
benar membayangkan tempat-tempat jauh dengan segala
keasingannya. Imajinasiku mengembara liar menembus
batas “(75).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa latar waktu pagi

ketika Ayu berada di Kampus Biru sembari berimajinasi bisa

berjalan-jalan ke luar negeri. Adapun latar waktu pagi hari

lainnya ketika Ayu ebaru bangun tidur. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Astagfirullah! Dah pagi rupanya?”


“Aku bangun dan kukira massih menggenggam tujuh
kuntum melati di tangan. Ternyata yang kugenggam erat
tadi adalah ujung guling Abdillah. Bibirku senyum-senyum
sendiri mengingati sambungan mimpi ajaib di taman
Bologna. Mimpi indah yang aneh dan to be continued.
Mimpi yang bikin ketagihan “(91).

Dari kutipan di atas latar waktu pagi terlihat dari Ayu

yang baru bangun tidur. Selain itu, waktu pagi juga dapat di lihat

ketika Aisyah mogok tak mau sekolah. Hal itu dapat dil lihat

dari kutipan di bawah ini.

“Hingga hari kemarin, Aisyah tak pernah komplain atau


berpikiran lain tentang urusan pengantar. Ia nyaman-
nyaman saja dan tetap ceria melewati hari-hari sekolahnya,
namun pagi ini, usai mandi dan sarapan dan mengenakan
seragam sekolah, Aisyah diam membatu sembari
mengunyel-unyel kepala boneka kelincinya. Terlihat
demikina gemas hatinya.” (169-170)

Dari kutipan diatas terlihat bahwa latar pagi hari ketika

Aisyah mulai mogok tak mau sekolah, Aisyah diam membatu

sembari mengunyel-unyel boneka kelincinya.


83

b) Sore

Terdapat beberapa latar waktu sore hari dalam novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy, antara lain

ketika Ardi mulai bertingkah Aneh. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Suamiku balik kembali ke arah kami, aku dan Abdillah


dan mengelus kepala Abdillah. Entah aku merasa, sore itu
suamiku benar-benar aneh. Ia mondar-mandir saja antaraku
Aisyah dan Abdillah. Bahasa tubuhnya aduhai dramatisasi.
Aku sebal dan bertanya-tanya, apakah suamiku punya
tanggungan hutang banyak dan hendak mengatakan pdaku,
agar aku ikut beripaya mengembalikannya? Atau ada
persoalan lain?” (26-27).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa latar waktu sore

adalah ketika Ardi mulai bertingkah aneh, tingkahnya yang

mondar-mandir dan bahasa tubuhnya yang dramatisasi membuat

Ayu sebal dan berpikiran apakah suaminya memiliki hutang.

Selain itu, latar sore hari ketika Ayu berada di berand rumah.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sore semilir di beranda rumahku, yang mungil. Bunga


jambu Air mulai menebarkan aroma wangi sejak shubuh
tadi, kini lebih nyata harumnya dibawa angin ke hidungku
yang tertutup cadar hitam. Beberapa hari lalu, Widya telah
membeli dekian macam bunga di kebun bunga milik
Atjung. Ada piol, bunga pacar dan palma kuning.” (407)

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa latar sore hari

ketika Ayu berada di beranda rumah danmenikmati suasana

semilir dengan aroma wangi bunga jambu air yang wangi sejak

shubuh.
84

c) Malam

Latar waktu malam dalam novel Akulah Istri Teroris

karya Abidah El Khalieqy antara lain saat Ayu kian menggigil

karena suasana hatinya yang berantakan. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini

“Angin malam terasa kian menggigil, meski tak ada dingin


yang menyergap. Barangkali suasana hatiku yang
berantakan telah sukses menyihir malam menjadi sepekat
kuburan. Di ujung entah, ada bayangan hitam, yang
mendatangiku dari banyak penjuru. Bayangan itu mendekat
dengan seribu taring dan seratus cakar, siap melumatkanku
jadi berkeping-keping.”
“Setelah malam, kini aku yang menggigil.”
“Kau masih disitu Wid?”, dengan bibir bergetar, kucoba
memecah malam”(47).

Dari kutipan diats dapat kita ketahui saat malam adalah

saat Ayu menggigil kedinginan, karena suasana hatinya yang

berantakan. Dan latar waktu malam terjadi pula ketika Yu

terjaga di malam hari, dan saat malam pula Aidil biasanya

terbangun untuk minum susu. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Amin maturnuwun bu. Sekarang sudah larut malam.


Sebaiknya ibu rehat ya. Tu bapak sudah tidur.”
“kamu juga mesti segera istirahat, jaga kesehatanmu. Tu
suara si dede, sepertinya baru bangun.”
“Nggih bu, saya permisi lihat dede dulu.”
“memang Abdillah biasa terbangun di tengah malam untuk
minum susudan lanjut tidur kembali. Aku bersyukur di
tengah perasaan capai luar biasa, Abdillah tak rewel, seakan
tahu menjaga perasaan ibunya. Karena lelah dan malam
kian meninggi, bahkan nyaris pagi, aku pun menyerah, pada
kantuk dan terlelap di samping si bungsu”(72).
85

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa latar waktu

malam hari terjadi ketika Abdillah bangun untuk minum susu

dan kemudian tidur kembali.

3) Latar sosial

Latar sosial, menggambarkan hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritkan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap.

a) Beragama Islam

Latar sosial berupa keyakinan agama islam ini dianut oleh

tokoh dalam cerita. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sunyi. Dan lengang. Satu dua nyanyian jangkrik mulai


berdendang bersahut-sahutan. Jika ada Mas Ardianto
malam-malam seperti ini biasnya kami massih menderas
Qur‟an, mengkaji tafsir atau mempelajari sirah Rasul. Jika
malam Minggu, aku suka ikut pengajian ummahat di
masjid Mujahiddin, yang diadakan takmir masjid” (21).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh dalam cerita

menganut agama Islam, terlihat dari kegitan-kegiatan yang

tokoh lakukan yang merupakan kegiatan umat islam.

b) Tradisi Seratus Hari

Tradisi ini dilakukan dalam cerita untuk memperingati

kematian seseorang dengan menggelar acara Yasinan. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Esuk hari tepat seratus hari wafatnya mas Ardi. Baik ibu-
bapak atau ibu mertua telah memaksaku menggelar acara
yasinan. Apalagi para tetangga. melalui Widya saat
86

belanja di warung bu Syiem, mereka menggunjing lagi


seputar acara yasinan” (423).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa peringatan seratus hari

menjadi tradisi dalam cerita ketika memperingati 100 hari

kematian seseorang dengan menggelar acara yasinan.

c) Bersikap sabar

Sikap sabar dimiliki oleh tokoh Ayu, ibu, dan tokoh

lainnya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Istri teroris udah bangun!”


“Aku terkesiap kaget dan nyaris nengok ke wajah
pembisik itu, namun segera kuurungkan, mengingat
kebutuhanku yang mendesak ke toilet. Lagi pun kurang
bijaksana merespon nada-nada minor terhadap tamu kita
sendiri, yang kedatangnnya untuk membantu urusan kita.
Jadi kukuatkan hati saja agar tak mudah marah dan
terpancing dengan hal-hal bodoh semacam itu” (118-
119).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui tokoh Ayu berifat

sabar, terlihat ketika Ayu mendapatkan cacian dari para tetangga

dengan sabar mengutakan hatinya.

e. Amanat

Amanat merupakan pesan pengarang yang ingin disampaikan

kepada pembaca. Amanat yang penulis temukan dalam novelAkulah

Istri Teroris karya Abidah El Kalieqy adalah sebagai berikut.

1) Bersikaplah terbuka dan menerima masukan dari orang lain. Hal ini

terlihat dari kutipan berikut.

“Meski Widya tidak terlalu sepaham denganku, contohnya


masalah cadar dan kaos kaki, namun adikku satu ini sangat
87

terbuka untuk diajak dialog. Jadi aku selalu membuka diri


untuk dikritik dan siap menerima kritikannya” (209).

2) Perangilah orang kafir dengan ilmu pengetahuan. Hal itu terlihat

dari kutipan berikut.

“Dalam pikiranku, untuk memerangi orang-orang kafir,


senjata kita adalah ilmu pengetahuan. Manusia yang benar-
benar berilmu, akan tahu siapa Penciptanya dan kemauan
Sang Pencipatanya. Maka ia akan selalu berseberangan
dengan orang-orang yang menegasikan keberadaan Sang
Pencipta. Ilmu itulah senjata ampuh untuk menebas mereka”
(256).
3) Terapkan sikap sopan santun dimana pun. Hal itu terlihat dari

kutipan berikut.

“Jika sopan santun pergaulan kita terapkan dimana pun, kita


akan ringan melangkah karena tak ada benturan masalah
dengan pihak mana pun dan nikmat rasanya menyelami
samudra kehidupan yang luas membentang ini” (398).

2. Analisis Sastra Feminis Tokoh Utama

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis sastra feminis tokoh

utama dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Kalieqy. Peneliti

menggunakan pendapat Humm (1986), yang membedakan analisis sastra

feminis menjadi 3, yaitu 1) feminis marxis atau sosialis, 2) feminis lesbian

dan hitam, dan 3) feminis psikoanalisis.

Dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Kalieqy peneliti

tidak menemukan data yang berhubungan dengan feminis psikoanalisis,

feminis lesbian dan feminis hitam. Oleh karena itu, peneliti hanya akan

membahas tentang feminis marxis atau sosialis.

Pembahasan feminis marxis atau sosialis membahas tentang

penindasan yang diterima tokoh wanita dalam cerita. Penindasan tersebut


88

berupa (1) Ayu yang di sebut sebagai istri teroris, (2) cara berpakaian Ayu

yang mencolok diantara wanita lain, (3) Ayu dituduh memiliki hubungan

gelap dengan Bahrul, (4) Ayu dituduh sebagai dalang di balik kematian

suaminya.

Dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.

Digambarkan tokoh wanita yang bernama Ayu mengalami perlakuan

buruk dari para tetangganya. Bermula dari suatu maghrib ketika Ardi

suami Ayu yang di tembak di depan masjid Mujahidin karena di curigai

sebagai seorang teroris. Setelah kejadian tersebut kehidupan Ayu selalu

menjadi bahan gunjingan para tetangga. Para tetangga mulai menebak,

mengarang cerita fiksi tentang kehidupan Ayu setelah peristiwa

penembakan itu. Para tetangga mulai mengamati segala gerak-gerik Ayu.

Mata dan mulut mereka seperti singa yang siap menerkam mangsanya

hidup-hidup tanpa ampun. Sejak kematian suaminya yang terduga teroris,

Ayu mendapat gelar „istri teroris‟ dari para tetangga. Hal tersebut

membuat hati Ayu sakit. Selain gelar „istri teroris‟ pakaian Ayu yang

berbeda dengan pakaian wanita muslim di sekitarnya tak luput dari

gunjingan para tetangga. Ayu sering di sebut Ninja, karena pakaiannya

yang longgar, berlapis-lapis dan tebal, dan juga Ayu mengenakan cadar.

Setelah suaminya meninggal, Ayu dekat dengan seorang polisi. Para

tetangga mulai mengarang cerita mereka kembali. Para tetangga

mengatakan hubungan Ayu dan polisi tersebut adalah hubungan gelap.

Ayu juga di tuduh sebagai dalang di balik kematian suaminya. Ayu di


89

tuduh membunuh suaminya dengan tangan orang lain, yaitu para polisi

teman Bahrul si polisi. Berikut pembahasa datanya.

a. Ayu di Sebut Sebagai Istri Teroris

Ayu sering di sebut sebagai istri teroris oleh para tetangga di

sekitar rumahnya. Hal tu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ssst! Istri teroris keluar rumah lagi. Mau kemana dia?”


“Tumben berani keluar siang hari. Kan biasanya malam-malam
baru berani gerilya.”
“Pasti ada kepentingan mendesak. Kita ikuti Yuk!” (12).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa para tetangga yang sedang

menggunjing Ayu dengan sebutan istri teroris. Ayu yang keluar rumah

pada siang hari menjadi sasaran empuk gunjingan para tetangga.

Sebutan istri teroris juga di terima Ayu saat Ayu sedang tidur di rumah.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sudah-sudah! jangan keras-keras kalu ketawa dong kalau ketawa,


nanti bu Ninja terbangun, gimana hayo!”
“Bisa di bom tuh mulut usil!”
“Siapa takut? Kan tukang bomnya udah ko-it ! Ups!”
“Tukang bomnya sudah ko-it? Pastilah maksudnya mas Ardi,
tukang bom dan telah meninggal dunia sekarang. Dan aku adalah
istri tukang bom yang telah ko-it itu. Karena telah ko-it, sekarang
statusku mantan istri tukang bom. Alias teroris! Namun anehnya,
mereka tak pernah berbisik menyebutkan „mantan istri teroris‟.
Sebutan bagiku sesuai selera mereka adalah istri teroris” (118).

Dari kutipan di atas terlihat para tetangga dengan leluasa

menjadikan Ayu sebagai bahan gunjingan mereka dengan menyebut

Ayu sebagai Istri teroris. Menyebut tukang bomnya udah ko-it, yang

pastilah di maksud para tetangga adalah suami Ayu yang telah

meninggal sekarang. Sebutan istri teroris juga di dapat Ayu dari


90

seorang tetangga yang marah kepadanya. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Ada apa bu? Napa ibu tiba-tiba bicara seperti itu?”


“Alah! Tak usah pura-pura bego ya? Heh! Kau kemanakan cadar
ninjamu itu, istri teroris! Belum genap seratus hari suaminya di
tembak polisi, sudah runtang-runtung sama pak polisi. Tak tahu
malu! Ih !”
“Loh! Bu? Apa urusan ibu, saya mau jalan sama polisi atau hakim
atau presiden sekalipun! Apa urusan ibu? Kita tak ada urusan apa
pun! Ibu jangan cari gara-gara ya?”
“Eh kau berani ngancam juga rupanya ya? Sudah ketularan kekasih
gelapnya itu! Dasar munafik! Baju ninja tapi hatinya busuk! Masa
suami sendiri di habisi pake tangan polisi. Manusia apa mahluk
jadi-jadian sih kamu ini!”
“Astaghfirullah! Aku tak bisa meladeni orang seperti ini. Hatiku
panas. Wajahku panas. Serasa seluruh dunia memaksaku telanjang
dan lalu mereka memakanku hidup-hidup, perbagian tubuh ini
dibetotnya, di cabik dan dikunyahnya, diiris sesukanya. Dikuliti
sejadinya. Aku mangsa yang dipaksa terkapar tak berdaya.”
“Bibirku bergetar. Kugandeng tangan Abdillah dengan tangan
kanan dan tangan kiriku segera menekan tombol panggilan untuk
Bahrul? Ragu-ragu sejenak. Apa jadinya kalo persoalan kian
melebar dan aku jadi bulan-bulanaan urusan seperti ini? Bisa makin
runyam persoalannya” (466-467).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu lagi-lagi di

sebut sebagai istri teroris oleh seorang tetangga yang tiba-tiba

memarahinya. Hal itu membuat hati Ayu menjadi panas, wajahnya pun

memanas.

b. Cara Berpakaian Ayuyang Berbeda dari Tokoh Wanita


Sekitarnya.

PenampilanAyu yang berbeda dari wanita umunya membuat Ayu

menjadi bahan gunjingan para tetangga Ayu. Hal itu dapat kita lihat

dari kutipan di bawah ini.

“Ah malas! Panas terik begini. Kok tak kepanasan ya si Ninja


dengan baju kedodoran kaya gitu. Dah kedodoran, berlapis-lapis
91

lagi. Emang siapa juga yang mau ngintip kecantikannya? Pake


dicadari segala.”
“Belum cantik lagee.”
“Iya. Siapa tahu wajahnya bopeng-bopeng, makannya di tutup
rapat-rapat” (12).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat perlakuan yang di terima Ayu

karena pakaiannya. Ayu yang memakai cadar, baju yang besar dan

berlapis-lapis menjadi bahan perbincangan para tetangga yang asal

tebak seperti apa wajah Ayu sebenarnya. Sebab bajunya yang besar pun

menjadikan Ayu sebagai bahan perbicangan para tetangga saat sedang

mengiris bawang. Hal itu dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Karena tak tahan oleh serbuan kantuk yang kian menghebat, aku
menyerah dan pamitan mau secapatnya take off nuju alam mimpi.
Bersyukur memiliki ibu yang penuh pengertian. Namun tidak bagi
banyak orang. Kata Widya mereka menggunjingku dengan asik dan
leluasa, seakan menyantap kenduri dengan menu yang gurih lezat
dan gratis pula.”
“Ssst ..., ternyata tak salah dugaan kita selama ini”, seorang ibu
membisik kawannya yang tengah mengiris bawang, „Perempuan
dengan kerudung ninja pastilah istri teroris !”
“Ssst sst ssssst!” pengiris bawang grogi mendengarnya, tengok
kanan-kiri, memastikan kalau-kalau ada anggota keluarga kami
yang melintas dan sempat medengarnya. Namun dengan penuh
yakin kawannya mementahkan ketakutan.”
“Alah!” Taka ada yang bakal mendengar. Kuping mereka kan
ditutup rapat dengan ninja berlapis-lapis. Coba perhatikan jubahnya
mbak Ayu itu, ngeddebul semua kaya jamaah haji yang kelebihan
quota” (114).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa para tetangga yang

sedang mengiris bawang di rumah Ayu mengatakan perempuan yang

menggunakan kerudung ninja pastilah istri teroris. Ayu yang

menggunakan kerudung ninja di sebut sebagai istri teroris. Perlakuan

lain yang di terima Ayu karena pakaiannya yang berbeda juga di terima
92

Ayu saat berada di TK. Hal itu dapat kita lihat dari kutipan di bawah

ini.

“Semua mata kawan Aisyah sama menengok ke arahku tiap dua


atau tiga menit, lalu bisik-bisik ke arah kuping kawan di
sebelahnya. Nahkan ada yang bergidik-gidik melihatku. Entah
pembicaraan apa yang bergulir di antara mulut-mulut si kecil itu.
Aku menyadari sepenuhnya, mungkinmereka tengah
mendiskusikan masalah cadar yang ku pakai.”
“Yang bikin perasaanku kurang nyaman, karena kesan
kedatanganku di kelas Aisyah telah menjadikan suasana kelas
bising dan tidak bisa konsentrasi seperti saat aku belum masuk
kesana. Namun tak ada pilihan lain. Dari pada Aisyah demo mogok
sekolah, lebih baik aku mencoba untuk bertahan.”
“Sebenarnya di samping sebelah kanan, diujung paling belakang,
sejajar dengan tempatku duduk ini, ada juga seorang ibu yang
menunggui putranya. Namun keberadaannya tidak menjadi
perhatian, apalagi memancing kebisingan. Ia duduk dengan tenang,
dengan gaun minimnya yang sungguh seksi. Sangat beda jauh
dengan gaun yang ku kenakan” (178).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa Ayu mendapat

perlakuan berbeda di TK karena pakaiannya. Mata kawan Aisyah

melihat ke arah Ayu, lalu berbisik ke arah kuping kawan di sebelahnya.

Bahkan ada yang bergidik melihat penampilan Ayu. perlakuan berbeda

di terima oleh seorang ibu yang menunggu putranya. Namun

keberadaannya tidak menjadi perhatian, apalagi memancing kebisingan.

Sang Ibu duduk dengan tenang, dengan gaun minimnya yang sungguh

seksi. Sangat beda jauh dengan gaun yang di kenakan Ayu. Saat di

pasar, Ayu mendapat perlakuan buruk dari para pembeli lain. Hal itu

dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.

“Dengan para ibu penjual, aku tak pernah ada masalah. Semua
pertanyaan atau permintaan atau perkataanku, selalu direspon
secara semestinya. Berbeda dengan para pembeli . Mereka ada
yang ingin di dahulukan, yang komplain karena merasa barang
93

kubeli lebih bagus dan seharusnya untuk dia, atau mendesak-


desakku sembari menarik-narik kerudungku, dari samping atau
belakang. Jika aku sudah terdongak karena ulahnya, ia pura-pura
tak tahu apa-apa.”
“Ada apa ibu menarik-narik kerudung saya?”
“Ih! siapa pula nari-narik kerudung sampeyan! Kurang kerjaan!
Jawabnya sewot.”
“Kadang ada yang iseng, sengaja membuka kerudungku dari
belakang mengintip isinya.”
“Gek-gek gundul yo?”
“Ibu yang lain bertanya kepada si pengintip.”
“Jebule?”
“Rambute kethel je”
“Nek wajahe koyo ngopo yo? Gek-gek kukulen?”
“Aku hanya bisa menarik nafas panjang untuk meredekan amarah.
Widya sangat paham dan mengajakku cepat-cepat berlalu dari
tempat bising yang sama sekali tak nyaman itu. Banyak setan
gentayangan di sana, mengencingi telinga dan memainkan hati
banyak manusia” (204-205).

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa Ayu mengalami

penindasan saat berada di pasar karena kerudungnya. Para pembeli di

pasar dengan sengaja menarik-narik kerudung Ayu, dari samping atau

belakang. Jika Ayu sudah terdongak karena ulah para pembeli lain yang

usil, mereka pura-pura tak tahu apa-apa. Kadang ada yang dengan iseng

membuka kerudung Ayu dari belakang mengintip isinya. Ayu hanya

bisa menarik nafas panjang meredakan amarahnya. Penindasan lain

yang di terima Ayu saat hendak melaksanakan sholat Idul Adha. Hal itu

dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Aku ingat suatu pagi saat kami, aku, Aisyah, mas Ardi dan Widya
menunaikan sholat Idul Adha di halaman sebuah mall di kota, kami
duduk di antara ratusan jamaah. Aku mengulurkan tangan hendak
menyalami seorang ibu yang telah duduk terlebih dahulu di
sampingku. Ia terkejut melihatku dan nyaris berteriak, namun
cepat-cepat menutup mulutnya dengan lima jarinya.”
Assalamu‟alaikum, ibu? sapaku sembari ,masih tetap mengulurkan
tangan hendak bersalaman.”
94

“Ibu itu bersikukuh tak mau mau menerima jabat-tanganku dan tak
mau pula menjawab salamku. Lama matanya memandangku dan
meneliti seantero wajahku, jubah yang kukenakan, termasuk kaos
kakiku tak luput dari pengamatan.”
“Tiba-tiba ia bergidik dan mengumamkan sesuatu.”
“Teroris! Hi! Pindahh ah!”
“ Kuturunkan tanganku dan melihat sekeliling. Tak ada lagi tempat
duduk untuk kepindahan ibu ini. Kalau ia memaksa pindah, ia akan
dapat tempat di jalan raya yang jauh dari imam. Namun ia benar-
benar telah berdiri dan ancang-ancang mau cari tempat lain.
Melihat kenyataan itu, tanpa setahukku agaknya Wudya juga
memerhatikan kejadian barusan. Lalu katanya
“Ibu biar saya saja yang pindah menempati mbak saya ini. Biar ibu
duduk berdampingan dengan saya aja. Kita sama-sama satu jemaah
sholat Id kan bu?”
“Melihat mukena yang dikenakan Widya, yang bahkan warnanya
hijau tosca bermotif bordiran bunga, ditambah senyum ramah
Widya, ibu berwajah seram melebihi teroris itu luluh dan
menyetujui usul Widya. Ia duduk kembali di tempatnya dan
menanya Widya”
“Jadi ia kakanya, mbak? Kok beda tampilannya?” (209-210).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu mendapatkan

penindasan dari seorang Ibu saat hendak melaksankan sholat idul Adha

karena pakaiannya. Sang ibu enggan bersebalahan dengan Ayu bahkan

tak menjawab salam dan menerima jabat tangan Ayu. Sang ibu malah

memperhatikan penampilan Ayu yang menggunakan jubah dan kaos

kaki. Membuat sang ibu bergidik dan mengucap „teroris‟. Saat ada

acara di rumah, Ayu tak memakai cadar. Seorang tetangga dengan

culasnya mengomentari Ayu yang tak memakai cadar. Hal itu dapat kita

lihat dari kutipan di bawah ini.

“Selesai acara, mereka semua menikmati snack sembari minum teh


jahe hangat dan saling bercerita. Widya dan Ibu mertua di bantu
mas Pur, membagikan ranjang besek untuk di bawa pulang.
Seorang ibu mendekat ke arahku dan berbisik.”
“Cantik sekali mbak Ayu kalau di lepas cadarnya. Benar-benar
baru tahu loh saya!” katanya denga lirikan culas” (437).
95

Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa seorang tetangga tiba-

tiba mendekat ke arah Ayu dan dengan berbisik mengatakan Ayu cantik

kalau tak memakai cadar sambil melirik culas. Penindasan lain yang di

terima Ayu karena pakaiannya yaitu cercaan dari seorang ibu. Hal itu

dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Ada apa bu? Napa ibu tiba-tiba bicara seperti itu?”


“Alah! Tak usah pura-pura bego ya? Heh! Kau kemanakan cadar
ninjamu itu, istri teroris! Belum genap seratus hari suaminya di
tembak polisi, sudah runtang-runtung sama pak polisi. Tak tahu
malu! Ih !”
“Loh! Bu? Apa urusan ibu, saya mau jalan sama polisi atau hakim
atau presiden sekalipun! Apa urusan ibu? Kita tak ada urusan apa
pun! Ibu jangan cari gara-gara ya?”
“Eh kau berani ngancam juga rupanya ya? Sudah ketularan kekasih
gelapnya itu! Dasar munafik! Baju ninja tapi hatinya busuk! Masa
suami sendiri di habisi pake tangan polisi. Manusia apa mahluk
jadi-jadian sih kamu ini!”
“Astaghfirullah! Aku tak bisa meladeni orang seperti ini. Hatiku
panas. Wajahku panas. Serasa seluruh dunia memaksaku telanjang
dan lalu mereka memakanku hidup-hidup, perbagian tubuh ini
dibetotnya, di cabik dan dikunyahnya, diiris sesukanya. Dikuliti
sejadinya. Aku mangsa yang dipaksa terkapar tak berdaya.”
“Bibirku bergetar. Kugandeng tangan Abdillah dengan tangan
kanan dan tangan kiriku segera menekan tombol panggilan untuk
Bahrul? Ragu-ragu sejenak. Apa jadinya kalo persoalan kian
melebar dan aku jadi bulan-bulanaan urusan seperti ini? Bisa makin
runyam persoalannya” (466-467).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui jika Ayu mendapat

perlakuan buruk dari seorang ibu. Sang ibu mengatakan Ayu berbaju

ninja tapi berhati busuk.


96

c. Ayu Dituduh Menjalin Hubungan Gelap Dengan Bahrul

Penindasan lain yang di terima Ayu yaitu, terkait dengan

hubungan istimewanya dengan Bahrul yang merupakan seorang polisi.

Hal itu dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Loh! Sudah pulang bu? sapaku sembari menatap belanjaan yang


berjibun.”
“Salah seorang dari ibu-ibu memandang mataku. Lama ia
mengamat-amat sekitar wajahku, lalu ia bertanya.”
“Maaf! Apa ada yang ngajak bicara saya ya?” matanya serasa
hendak merobek cadar yang kukenakan.”
“Akau paham kemana arah pembicaraan ibu itu, namun kutekan
hatiku untuk menahan emosi yang nyaris meledak. Dan kujawab
tanyanya dengan santai.”
“Iya bu Ani, tadi saya menyapa jenengan. Kok gasik banget pulang
belanja segini banyak, bu. Saya aja baru berangkat.”
“Oooo lha ya gasik, kan saya kalau ke pasar tak mampir-mampir
dulu atau ngobrol-ngobrol dulu di tengah jalan dengan pak polisi
ganteng!”
“Oh!”
“Sungguh aku terkejut dan ingin memberinya seribu jawaban.
Namun kembali kutekan-tekankan dalam hati, bahwa memang
harus banyak-banyak bersabar menghadapi orang-orang yang tidak
tahu. Apalagi, yang tidak tahu dan tidak mau bertanya tahu alias
tak mau tahu. Penuh curiga dan negatif thinker” (202-203).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu mendapat

sindiran dari seorang ibu yang tak sengaja bertemu di jalan. Sindiran

tersebut terkait Ayu yang sebelumnya mengobrol dengan Bahrul di

jalan setelah pulang belanja. Ayu sanagat terkejut mendengar perkataan

sang ibu. Ingin rassanya Ayu memberikan seribu jawaban terkait

dengan ucapan sang ibu. Ayu hanya bisa bersabar menghadapi orang-

orang macam ibu tersebut. Penindasan lain terkait hubungan istimewa

Ayu dengan Bahrul yaitu ketika Widya menggantikan Ayu arisan ibu-

ibu kampung. Para ibu-ibu dengan leluasanya menjadikan Ayu sebagai


97

bahan gosipan mereka. Hal itu dapat kita ketahui dari kutipan di bawah

ini.

“Ketika sore itu Widya harus menggantikanku arisan ibu-ibu


kampung, itulah yang terjadi. Mereka mengunyah kenduri cerita
fiksi yang dikarang otak yang kekurangan imajinasi. Seputar diriku
dan Bahrul Alam. Dengan keasikan purna layaknya
memperebutkan kue ulang tahun, kisah kami dicabiknya, dikuliti
dan dihisap darahnya setetes demi setetes hingga tuntas.”
“Baru kali ini loh aku sukses melihat wajahnya. Selama hampir
sepuluh tahun kami bertetangga. Bayangkan !”
“Dimana ia membuka wajahnya, bu Murti?”
“Ya di depan kekasih gelapnya itulah, bu. Masa di depanku!”
“Dia punya kekasih gelap? Dengan model pakaian seperti itu,
massih juga memiliki kekasih gelap?” (342).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu mendapatkan

penindasan terkait hubungannya dengan Bahrul. Para ibu

menggosipkan Ayu, mengatakan bahwa Ayu melepas cadarnya di

depan kekasih gelapnya. Para ibu mengatakan jika hubungan Ayu

dengan Bahrul adalah sebuah hubungan gelap. Penindasan lainnya

yakni, tetangga Ayu yang menguping pembicaraan Ayu dan Bahrul di

telepon dan di sebarkan dari satu mulut ke mulut lainnya. Hal itu dapat

kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Eh mbak Widya, kok sendirian aja ke pasarnya? Mana


mbakyunya? Lagi sibuk nggoreng rindu ya bersama sang doi?”
“Eh bu Rita, lagi belanja apaan nih!”, Widya pepete.
“Biasalah, mbak. Belanja harian yang biasa. Mau nggoreng ikan
bandeng yang biasa. Nanti di dapur juga pakai wajan yang biasa.
Beda dengan mbakyunya mbak Widya. Ya kan?”
“Bedanya apa bu ?”
“Woo, mungkin kemaren sore mbak Widya masih di kampus ya,
pas mbak Ayu tilpun-tilpunan sama..., eh sekarang pacarnya pak
polisi ya? Bener kan mbak?”
“Bu Rita dapat Tahu dari mana?”
98

“Dari bu Murti. Kan bu Murti sering mergoki mbak Ayu dan polisi
cakep itu berduaan di jalan situ, depan rumah bu Murti. Trus kata
bu Murti, kalau lagi pacaran, cadar mbak Ayu di lepas loh!” (354).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu menjadi

bahan gosip para tetangganya. Bu Rita bercerita bahwa Ayu dan Bahrul

jalan berduaan. Kalau sedang pacaran, cadar Ayu di lepas. Selain itu,

para tetangga juga menguping pembicaraan Ayu dengan Bahrul di

telpon. Penindasan lain yang di terima Ayu terkait hubungannya dengan

Bahrul dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.

“... kemarin saat aku ditilpun Bahrul. Rupanya ia serius menaikan


pendengaran untuk mengkopi percakapan itu dan kini
menafsirkannya sesuka hatinya.”
“Ada dua hal yang menjadi bahan tafsirannya. Menggoreng rindu
dan menggelinjang seperti ikan lele. Dua kalimat interpretable yang
memang bisa di maknai secara interpretatif itu, telah mengobsesi di
benak bu Rita dan mungkin semalaman ia membayang-bayang alur
fiksinya kemana dan seperti apa.”
“Saya nih yang paham. Wong saya mendengarnya sendiri dengan
kuping saya”, bu Rita antusias. “Mohon maaf loh mbak wid. Mbak
sampeyan itu kemarin saat tilpun-tilpunan sama pacarnya yang
polisi itu, tak saya sangka ngomongnya saru-saru. Bener itu! Masa
dia bilang „aku sampai menggelinjang seperti ikan lele nih, mass?‟.
Ih! Saru nggak ya bicara sama laki-laki lain seperti itu?” (358).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa tetangga Ayu

menguping pembicaraan Ayu dan Bahrul di telepon. Kemudian mereka

menyimpulkan sendiri apa yang mereka dengar. Membuat sebuah kisah

tanpa mencari tahu kebenaran cerita tersebut. kemudian dengan

leluasanya mereka menyebarkan cerita fiksi tanpa dasar tersebut dari

satu mulut ke mulut lainnya. Penindasan lain yang di terima Ayu terkait

hubungannya dengan Bahrul yaitu, terkait kematian suami Ayu yang

belum genap seratus hari. Ayu di katakan tak tahu malu oleh seorang
99

ibu karena sudah jalan dengan polisi. Hal itu dapat kita lihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ada apa bu? Napa ibu tiba-tiba bicara seperti itu?”


“Alah! Tak usah pura-pura bego ya? Heh! Kau kemanakan cadar
ninjamu itu, istri teroris! Belum genap seratus hari suaminya di
tembak polisi, sudah runtang-runtung sama pak polisi. Tak tahu
malu! Ih !”
“Loh! Bu? Apa urusan ibu, saya mau jalan sama polisi atau hakim
atau presiden sekalipun! Apa urusan ibu? Kita tak ada urusan apa
pun! Ibu jangan cari gara-gara ya?”
“Eh kau berani ngancam juga rupanya ya? Sudah ketularan kekasih
gelapnya itu! Dasar munafik! Baju ninja tapi hatinya busuk! Masa
suami sendiri di habisi pake tangan polisi. Manusia apa mahluk
jadi-jadian sih kamu ini!”
“Astaghfirullah! Aku tak bisa meladeni orang seperti ini. Hatiku
panas. Wajahku panas. Serasa seluruh dunia memaksaku telanjang
dan lalu mereka memakanku hidup-hidup, perbagian tubuh ini
dibetotnya, di cabik dan dikunyahnya, diiris sesukanya. Dikuliti
sejadinya. Aku mangsa yang dipaksa terkapar tak berdaya.”
“Bibirku bergetar. Kugandeng tangan Abdillah dengan tangan
kanan dan tangan kiriku segera menekan tombol panggilan untuk
Bahrul? Ragu-ragu sejenak. Apa jadinya kalo persoalan kian
melebar dan aku jadi bulan-bulanaan urusan seperti ini? Bisa makin
runyam persoalannya” (466-467).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu mendapat

perlakuan buruk dari seorang ibu. Ibu tersebut mengatakan bahwa

Bahrul adalah kekasih gelap Ayu. Menuduh Ayu membunuh suaminya

dengan tangan polisi.

d. Ayu Dituduh sebagai Dalang di Balik Kematian Suaminya

Penindasan lain yang diterima Ayu yaitu, Ayu di tuduh sebgai

dalang di balik kematian suaminya yang tewas di tembak polisi. Hal itu

dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Baru kali ini loh aku sukses melihat wajahnya. Selama hampir
sepuluh tahun kami bertetangga. Bayangkan !”
“Dimana ia membuka wajahnya, bu Murti?”
100

“Ya di depan kekasih gelapnya itulah, bu. Masa di depanku!”


“Dia punya kekasih gelap? Dengan model pakaian seperti itu,
masih juga memiliki kekasih gelap?”
“Karena itulah suaminya di habisi! Ssst!”
“Suaminya dihabisi siapa bu Murti?”
“Waduh-waduh! Seru amat nih ceritanya. Siapa menghabisi siapa,
hayoo!” komentar ibu yang lain, yang baru saja merapat barisan.”
“Ssst! Jangan keras-keras yaa. Tuh ada adiknya. Nanti ia dengar
lagi. Bisa dilaporin kita-kita” (342-343).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Ayu di gosipkan

para tetangga sebagai orang yang telah membunuh suaminya.

Penindasan lain terkait dituduhnya Ayu sebagai dalang di balik

kematian suaminya dapat kita lihat dari kutipan di bawah ini.

“Saat cerita memasuki alur misteri yang teramat bahaya, ketika bu


Murti menggambarakan prasangka hitamnya tentang kematian mas
Ardi, bukan akibat aksi teror tapi sengaja dihabisi oleh Bahrul atas
suruhanku, bulu kuduk Widya langsung berdiri tak bisa
dinormalkan. Refleks ia nengok kearah para penggosip dengan
keberaniannya berbohong yang dahsyat. “
“Jadi si Ninja itu merekayasa pembunuhan atas suaminya sendiri”
massa iya sih?”
“Kalau nggak, masa ada Ninja seperti itu di gandrungi polisi
ganteng yang kini leluasa menemuinya itu? Eh tahu nggak, si Ninja
selalu membuka cadarnya kalau lagi dua-duaan ma doinya itu loh!”
“Kalau tak pake cadar wajahanya cantik atau penuh jerawat ya?”
“Memang cantik sih! Makanya polisi ganteng itu kepincut habis
sama dia. Tapi cantik-cantik kok hatinya kejam gitu!”
“Kalau benar ia merekayasa pembunuhan suaminya, berarti sudah
lama dong pacarannya sama mas polisi ganteng?”
“Mungkin saja. Mestinya sejak suaminya belum di habisi polisi
dong”(344).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui Ayu di tuduh dengan

sengaja membunuh suaminya. Para ibu menggambarkan prassangka

hitamnya bahwa kematian Ardi, bukan akibat kasus teror tapi sengaja di

habisi oleh Bahrul atas suruhan Ayu. Penindasan lainnya terkait


101

tuduhan yang diterima Ayu atas kematian suaminya dapat kita ketahui

dari kutipan di bawah ini.

“Masa baru seratus harinya saja sudah dilupakan? Mentang-


mentang sudah punya pacar baru ya?”
“Kok tega nian si Ninja itu ya?”
“Gimana nggak tega? Apa kamu belum dengar, an yang
merekayasa pembunuhan si Ardi itu ya istrinya yang bercadar
hitam itu! Karna ia kepincut sama polisi ganteng itu!”
“Polisi ganteng yang mana, mbakyu?”
“Bapaknya si Aidil, kawan sekolah anaknya mbak Ayu itu.
Mungkin dulu ketemunya di sekolah anaknya itu”
“Ya ampun! Gara-gara kepincut sama polisi ganteng terus suami
sendiri dibununuhnya?”
“Pake tangan orang lain!”
“Siapa?”
“Ya kawan-kawan pacarnya itu. Para polisilah! Kan si Ardi
diisukan sebagai teroris! Trus di kejar-kejar polisi dan di habisi di
depan masjid. Ngenes amat nasib Ardi yang baik dan alim itukan?”
(425-426).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui, bahwa Ayu di katakan

kepincut dengan Bahrul si polisi ganteng kemudian dengan teganya

suami sendiri di bunuh dengan tangan orang lain. Menurut prassangka

hitam para tetangga, Ardi yang terduga teroris di bunuh oleh para polisi

teman-teman Bahrul atas suruhan Ayu. Penindasan lainnya yang Ayu

terima terkait tuduhan yang di terima Ayu sebagai dalang di balik

kematian Ardi suaminya dapat kita ketahui dari kutipan di bawah ini.

“Ada apa bu? Napa ibu tiba-tiba bicara seperti itu?”


“Alah! Tak usah pura-pura bego ya? Heh! Kau kemanakan cadar
ninjamu itu, istri teroris! Belum genap seratus hari suaminya di
tembak polisi, sudah runtang-runtung sama pak polisi. Tak tahu
malu! Ih!”
“Loh! Bu? Apa urusan ibu, saya mau jalan sama polisi atau hakim
atau presiden sekalipun! Apa urusan ibu? Kita tak ada urusan apa
pun! Ibu jangan cari gara-gara ya?”
“Eh kau berani ngancam juga rupanya ya? Sudah ketularan kekasih
gelapnya itu! Dasar munafik! Baju ninja tapi hatinya busuk! Masa
102

suami sendiri di habisi pake tangan polisi. Manusia apa mahluk


jadi-jadian sih kamu ini!”
“Astaghfirullah! Aku tak bisa meladeni orang seperti ini. Hatiku
panas. Wajahku panas. Serasa seluruh dunia memaksaku telanjang
dan lalu mereka memakanku hidup-hidup, perbagian tubuh ini
dibetotnya, di cabik dan dikunyahnya, diiris sesukanya. Dikuliti
sejadinya. Aku mangsa yang dipaksa terkapar tak berdaya.”
“Bibirku bergetar. Kugandeng tangan Abdillah dengan tangan
kanan dan tangan kiriku segera menekan tombol panggilan untuk
Bahrul? Ragu-ragu sejenak. Apa jadinya kalo persoalan kian
melebar dan aku jadi bulan-bulanaan urusan seperti ini? Bisa makin
runyam persoalannya” (466-467).

Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa, Ayu di sebut

manusia munafik. Berpakaian ninja tapi berhati busuk. Karena dengan

tega membunuh suaminya dengan tangan para polisi teman-teman

Bahrul. Ayu hanya bisa beristighfar atass ucapan ibu tersebut. hatinya

panas, wajahnya pun menjadi panas. Serasa seluruh dunia memaksa

Ayu telanjang dan lalu mereka memakan Ayu hidup-hidup, perbagian

tubuh ini dibetotnya, di cabik dan dikunyahnya, diiris sesukanya.

Dikuliti sejadinya. Ayu mangsa yang dipaksa terkapar tak berdaya.

3. Rencana Pembelajaran Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El


khalieqydi Kelas XII SMA

Pembahasan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy ini meliputi

kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pencapaian, materi

pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, tujuan pembelajaran,

metode pembelajaran, media pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.


103

9) Kompetensi Inti

Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,

menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangssaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

10) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah menganalisis

teks cerita fiksi dalam novel baik melalui lisan maupun tulisan.

11) Indikator Pencapaian

Indikator merupakan dasar secara spesifik yang dapat dijadikan

ukuran untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran. Indikator

berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya

perubahan perilaku siswa. Indikator rencana pembelajaran dalam

penelitian ini yakni menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah Al Khalieqy

12) Tujuan Pembelajaran

Sesuai dengan indikator tujuan pembelajaran novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy yakni, siswa mampu menganalisis

unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.


104

13) Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam rencana pembelajaran novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khalieqyadalah metode diskusi,

pemberian tugas, dan ceramah.

14) Media pembelajaran

Media pembelajaran dalam novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khalieqy sebagai berikut:

a) Laptop

b) Lcd

c) Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy

d) Buku pendamping

15) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran

novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy sebagai berikut.

d) Pengertian novel.

e) Unsur-unsur intrinsik dalam novel .

16) Langkah-langkah pembelajaran

Pertemuan I

1. Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa,

memngabsen siswa, dan mengkondisikan kelas.

b) Guru menyampaikan kompetensi dasar.


105

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy.

2. Kegiatan inti

a) Guru memberikanmateri unsur intrinsik.

b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik

novel.

c) Guru meminta siswa membentuk kelompok.

d) Guru memberitugaskepada setiap kelompok untuk

membaca novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khaeliqy.

e) Guru menyediakan subjek penelitian (novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khaeliqy) dan meminta siswa

membaca novel. Guru meminta siswa untuk mengerjakan

tugas kelompok dirumah. Tugasnya, berupa membaca

novel, menganalisis unsur intrinsik dalam novel Akulah

Istri Teroris karya Abidah El Khaeliqy.

f) Guru membatasi waktu penyelesaian tugas kelompok.

3. Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang

pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.


106

Pertemuan II

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa,

mengabsen siswa, dan mengkondisikan kelas.

b) Guru menyampaikan kompetensi dasar.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya.

b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah di bahas

dengan cara memantau keaktifan siswa.

c) Siswa membentuk kelompok.

d) Siswa mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis

unsur intrinsik dan mencari penindasan yang di alami tokoh

wanita novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El

Khaeliqy.

e) Kelompok lain memberi tanggapan.

f) Siswa diberi arahan

untukmemperbaikipekerjaannyaberdasarkanhasildiskusidan

kemudiandisimpulkan

g) Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa

menerima material dalam bentuk penghargaan.


107

3) Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang

pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.

17) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasar-

kan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran

perminggu dengan mempertimbangkan kompetensi dasar, keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi

dasar. Alokasi waktu dalam rencana pembelajaran novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khalieqy 4x45 menit (2 kali pertemuan).

18) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar

mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja,

melainkan buku pelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar.

Sumber belajar dapat berupa novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy, buku pendamping, dan lain sebagainya.

19) Penilaian Hasil Belajar

Penilaian dapat diberikan pada saat proses belajar masih

berlangsung dan dapat diberikan secara khusus. Terdapat tiga jenis

penilaian yaitu, penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan

penilaian keterampilan. Pemaparannya sebagai berikut.


108

a. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri,

dan penilaian antar teman;

b. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan tes esai, tes lisan,

dan penugasan;

c. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan tes praktik.


BAB V

PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi uraian singkat hasil

analisis data dari penelitian ini, sedangkan saran berisi masukan penulis kepada

pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah

disajikan dalam bab IV, disimpulkan sebagai berikut ini.

1. Unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy adalah

sebagai berikut: (a) tema: seorang wanita yang mengalami penindasan (b)

tokoh utama:Ayu, sedangkan tokoh tambahannya yaitu Ardi, Bahrul,

Widya, Ibu, Bapak, Mertua, Winda, Ustadz Bahri, Tetangga, Ibu Murti, Bu

Rita. Penokohan dalam novel ini dihadirkan secara utuh dan sebagian; (c)

alur:maju; (d) latar tempat:masjid Mujahidin, kantor polisi, pengadilan, TK,

di bawah pohon jambu, rumah, dan pasar;latar waktu: pagi, sore, malam;

latar sosial: beragama islam, tradisi seratus hari, bersikap baik; (f) amanat:

bersikaplah terbuka dan menerima kritikan dari orang lain, perangilah orang

kafir dengan ilmu pengetahua, terapkan sikap sopan santun dimana pun.

2. Feminis marxis atau sosialis membahas tentang penindasan yang diterima

tokoh wanita dalam cerita. Penindasan tersebut berupa (1) pelabelan tokoh

wanita sebagai istri teroris, (2) cara berpakaian tokoh utama yang berbeda

dari perempuan sekitarnya, (3) tokoh utama yang dituduh menjalin

109
110

hubungan gelap, (4) tuduhan terhadap tokoh utama sebagai dalang

kejahatan di balik kematian suaminya.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Akulah Istri Teroris karya Abidah

El Khaeliqy di Kelas XII SMA sebagai berikut: (a) guru menyampaikan

materi; (b) guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik novel; (c)

guru meminta siswa membentuk kelompok; (d) guru memberi tugas

membaca novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khaeliqy; (e) siswa

mempresentasikan hasil analisisnya; (f) siswa lainnya memberi tanggapan

setelah presentasi kelompok lain selesai; (g) guru mengomentari hasil

presentasi; (h) siswa diberi arahan untuk memperbaiki pekerjaannya

berdasarkan hasil diskusi (i) guru bersama siswa membuat kesimpulan

tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memiliki beberapa saran

sebagai berikut.

1. Bagi Pendidik

Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang bermanfaat untuk

diajarkan kepada peserta didik dengan yang ada pada novel tersebut.

2. Bagi PesertaDidik

Bagi peserta didik, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi dan menambah wawasan keterampilan siswa dalam karya

sastra.
111

3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai referensi atau pembanding untuk melakukan penelitian yang

serupa.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru


Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arumsari,LiezaDewi. 2006. Dimensi Jender dalam Novel Bibir Merah Karya


Achmad Munif: Tinjauan Sastra Feminis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Baribin, Raminah. 1985. Teori Dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP
Semarang Press.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Kencana Press. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Djajanegara, Sunarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Emzir, Dan Rohman Saifur. 2016. Teori Dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Dan Penelitian Sastra. Yogyakarta.


CAPS.

Mansoer, Fakih. 2008. Analisis Gender Dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada Press.

Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta. Cakrawala Media.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori Metode Dan Teknik Penelitian Sastra.
Jogjakarta. Pustaka Pelajar.

Rohmadi dan Subiyantoro. 2009. Model Pembelajaran Bahasa Dan Seni.


Surakarta. Yuma Pustaka.

112
113

Stanton, Roberts. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sugihastuti, dan Suharto. 2005. Kritik Sastra Feminis Teori Dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukirno, 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta.


Pustaka Pelajar.

Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman Yang Efektif. Purworejo. UMP


Press.

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis Teori Dan Aplikasinya Dalam Sastra
Indonesia. Penenerbit Ombak. Yogyakarta.
114

Lampiran 1

Judul : Akulah Istri Teroris

Jenis buku : Fiksi

Penulis : Abidah El Khalieqy

Tahun Terbit : Jakarta, 2014

Jumlah Halaman : 478 halaman

Penerbit : Solusi Publishing


115

Lampiran 2

Sinopsis novel

Akulah Istri Teroris

Ayu adalah seorang wanita yang suaminya tewas di tembak di depan


Masjid Mujahiddin. Ardi adalah nama suami Ayu, Ardi tewas karena di tuduh
sebagai seorang teroris. Ardi di tembak oleh sekompi aparat setelah sholat di
Masjid Mujahidin. Hati Ayu rasanya hancur mengetahui suami yang ia cintai
tewas dengan alasan yang menurutnya tak masuk akal. Tak lama dari kejadian
penembakan Ardi, rumah Ayu di periksa oleh polisi. Mengundang para tetangga
yang penasaran dengan kejadian yang barusan terjadi. Para tetangga mulai
membuat cerita tentang Ardi yang tewas karena di tembak. Ayu pun menjadi
pusat perhatian mata para tetangga. Mulut mereka mulai membicarakan Ayu, kini
Ayu mendapat panggilan baru dari kejadian tersebut. Dengan kejamnya Ayu di
sebut sebagai istri teroris oleh para tetangga. apalagi pakaian Ayu yang berlapis-
lapis, kerudungnya yang besar, dan Ayu pun memakai cadar, semakin membuat
Ayu di juluki sebagai „istri teroris‟. Setelah kejadian penembakan tersebut, hari-
hari Ayu di penuhi dengan cacian, makian, dan hinaan dari para tetangga. Setiap
Ayu keluar rumah, para tetangga mulai membicarakan Ayu, bahkan anak Ayu pun
tak luput dari sasaran mulut tajam para tetangga.

Ayu datang ke kantor polisi untuk menyelidiki sebab kematian suaminya.


Di kantor polisi Ayu bertemu dengan seorang polisi yang datang saat pemakaman
suaminya. Bahrul nama polisi tersebut. Bahrul yang duda dengan satu anak
memiliki perasaan dengan Ayu. Bahrul sering memberi perhatian kepada Ayu,
sering mengantar anak Ayu ke sekolah karena anak Bahrul pun satu kelas dengan
Anak Ayu. Abhrul yang sering main ke rumah, membuat para tetangga penasaran
dengan hubngan Ayu dengan Bahrul. Para tetangga mulai menyimpulkan , bahwa
Ayu dan Bahrul memiliki hubungan gelap. Lebih parahnya lagi, ada tetangga
yang mengatakan bahwa Ayu sebagai dalang di balik tewasnya Ardi. Ayu di
tuduh oleh para tetangga telah merencanakan kematian suaminya, dan Bahrul
sebagai kaki tangan Ayu untuk melaksanakan rencana tersebut. Ayu hanya bisa
116

menahan amarah dan sakit mendengar berita tersebut. Ayu berdoa kepada Allah
supaya penderitaan ini cepat berakhir.

Sampai akhir pun Ayu tetap di tuduh sebagai istri teroris, di tambah
dengan istri teroris yang menjalin hubungan gelap dengan polisi. Ayu hanya bisa
terus bersabar dan terus memohon perlindungan kepada Allah SWT.
117

Lampiran 3

Biografi Pengarang

Abidah El Khalieqy lahir di Jombang, Jawa Timur. Setamat Madrasah


Ibtidaiyah, melanjutkan sekolah di Pesantren Putri Modern PERSIS, Bangil,
Pasuruan. Di Pesantren ini ia menulis puisi dan cerpen dengan nama Idasmara
Prameswari, Ida Arek Ronopati, atau Ida Bani Kadir. Memperoleh ijazah
persamaan dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah Klaten, dan menjadi juara
penulis puisi Remaja Se-Jawa Tengah (1984). Alumni Fakultas Syariah IAIN
Sunan Kalijaga ini menulis tesis – Komuditas Nilai Fisik Perempuan dalam
Persfektif Hukum Islam (1989). Pernah aktif dalam Forum Pengadilan Puisi
Yogyakarta (1987-1988), Kelompok Diskusi Perempuan Internasional (KDPI)
Yogyakarta, 1988-1989. Menjadi peserta dalam
pertemuan APWLD (Asia Pasific Forum on
Women, Law And Development, 1988).
Karya-karya penyair dan novelis yang
bertinggal di kota budaya ini, telah dipublikasikan di
berbagai media masa lokal maupun nasional,
diantaranya The Jakarta Post, Jurnal Ulumul Quran,
Majalah Horizon, Republika, Media Indonesia, Suara
Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Jawa Post, dan lain-lain.
Serta dimaktubkan dalam berbagai buku antologi sastra, seperti: Kitab Sastra
Indonesia, Angkatan Sastra 2000, Wanita Pengarang Indonesia, ASEANO: An
Antologi of Poems Shoustheast Asia, Album Cyber Indonesia (Australia),
Selendang Pelangi (antologi perempuan penyair Indonesia), Para Pembisik,
Dokumen Jibril, Nyanyian Cinta dan lain-lain, juga dalam beberapa antologi
sastra Festival Kesenian Yogyakarta; Sembilu Pagelaran, Embun Tajjali dan
Ambang. Membacakan karya-karyanya di Taman Ismail Marzuki (1994 dan
2000). Mewakili Indonesia dalam ASEAN Writers Conferenc/Workshop Poetry di
Manila, Philipina (1995). Menjadi pendamping dalam Bengkel Kerja Penulisan
Kreatif MASTERA (Majlis Sastra Asia Tenggara, 1997). Membacakan puisi-
puisinya di sekretariat ASEAN (1998), Konferensi Perempuan Islam Se Asia-
118

Fasifik dan Timur Tengah (1999). Mendapat Penghargaan Seni dari Pemerintah
DIY (1998). Mengikuti Program SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya) di
berbagai SMU di kota besar Indonesia (2000-2005). Menjadi pemenang dalam
Lomba Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003). Dinobatkan sebagai
salah satu tokoh muda “Anak Zaman Menerobos Batas” versi Majalah Syir‟ah
(2004). Menjadi pemakalah dalam Pertemuan Sastrawan Melayu-Nusantara
(2005). Dialog tentang Sastra, Agama dan Perempuan, bersama Camillia Gibs, di
Kedutaan Kanada (2007). Membacakan karyanya dalam Internasional Literary
Biennale (2007). Bukunya yang sudah terbit; Ibuku Laut Berkobar
(1987), Menari di Atas Gunting (2001), Atas Singgasana (2002) Genijora (2004),
Mahabbah Rindu (2007), dan Nirzona (2008). Serta antologi cerpen dalam bentuk
draft; Jalan Ke Sorga (2007) dan The Heavens Gulf (2008).
119

Lampiran 4

SILABUS

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Kebumen


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XII
Semester :2
KompetensiInti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran,
damai), santun, responsive dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
120

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.9 Menganalisis isi dan  Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik  Menemukan isi (unsure intrinsic dan ekstrinsik)
kebahasaan novel  Unsur kebahasaan dan kebahasaan (ungkapan, majas, peribahasa)
 Ungkapan novel
 Majas  Menyusun novel berdasarkan rancangan
 Peribahasa  Mempresentasikan, menomentari, dan merevisi
unsur-unsur intrinsic dan kebahasaan novel, dan
hasil penyusunan novel.
121
Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 1 Kebumen

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/2

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perlaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan mintanya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
122

B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.
C. Indikator
Menganalisis unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El
Khalieqy.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan peserta didik mampu menganalisis unsur-
unsur intrinsik novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.
C. Materi Pembelajaran

1. Pengertian novel.

2. Unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan
amanat).

D. Alokasi Waktu

4 X 45 menit (2x Pertemuan)

E. Metode Pembelajaran

1. Tanya jawab

2. Diskusi

3. Pemberian tugas

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan I

4. Kegiatan Awal

e) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, memngabsen siswa,

dan mengkondisikan kelas.

f) Guru menyampaikan kompetensi dasar.

g) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

h) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy.
123

5. Kegiatan inti

a) Guru memberikan materi unsur intrinsik.

b) Guru dan siswa bertanya jawab tentang unsur intrinsik novel.

c) Guru meminta siswa membentuk kelompok.

d) Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk membaca novel

Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khaeliqy.

e) Guru menyediakan subjek penelitian (novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khaeliqy) dan meminta siswa membaca novel. Guru meminta

siswa untuk mengerjakan tugas kelompok dirumah. Tugasnya, berupa

membaca novel, menganalisis unsur intrinsik dalam novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khaeliqy.

f) Guru membatasi waktu penyelesaian tugas kelompok.

6. Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang

telah dilakukan.

b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.

c) Pertemuan II

4) Kegiatan Awal

a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, mengabsen siswa,

dan mengkondisikan kelas.

b) Guru menyampaikan kompetensi dasar.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.


124

d) Guru dan siswa bertanya jawab tentang novel Akulah Istri Teroris karya

Abidah El Khalieqy.

5) Kegiatan Inti

a) Guru menanyakan tugas pertemuan sebelumnya.

b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah di bahas dengan cara

memantau keaktifan siswa.

c) Siswa membentuk kelompok.

d) Siswa mempresentasikan hasil dari tugas menganalisis unsur intrinsik

dan mencari penindasan yang di alami tokoh wanita novel Akulah Istri

Teroris karya Abidah El Khaeliqy.

e) Kelompok lain memberi tanggapan.

f) Siswa diberi arahan untuk memperbaiki pekerjaannya berdasarkan hasil

diskusi dan kemudian disimpulkan

g) Guru memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa menerima

material dalam bentuk penghargaan.

6) Kegiatan Akhir

a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang

telah dilakukan.

b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.

G. Sumber Belajar

1. Novel Akulah Istri Teroris karya Abidah El Khalieqy.

2. Buku pelengkap materi pembelajaran.


125

H. Media Belajar

1. LCD

2. Laptop

3. Novel

4. Buku pendamping

I. Penilaian

1. Tes esai

a. Bacalah novel Pinus karya Rosa Amanda Salim!

b. Setelah selesai membaca, carilah unsur intrinsik yang terdapat dalam


novel tersebut dan jelaskan!

2. Tes lisan

Tes lisan dilakukan pada saat kegiatan diskusi dan anggota kelompok
menyampaikan hasil diskusi sementara kelompok lain menanggapi.
126
Lampiran 6

Unsur Intrinsik Novel Akulah Istri Teroris Karya Abidah El Khalieqy


No Data Kutipan Novel Halaman
1. Tema
Seorang wanita yang mengalami penindasan. 11
“namun apa yang terjadi jika laki-laki pilihan itu ternyata seorang
teroris? Atau yang diduga teroris? Kelak sepanjang masa, istrinya akan
disebut „istri teroris‟, tanpa ada kata „mantan‟ dan menuai stigma
sepanjang abad. Tak peduli jika ternyata suaminya sebenarnya
hanyalah tukang jahit, guru honorer, pengusaha mebelair, atau tukang
sayur. Begitulah setiap hari wajahku dilempar kata makian dan cercaan
yang memerah kuping” .
2. Tokoh dan penokohan
a. Ayu (tokoh utama)
Amanah 26
“Jaga anak-anak kita ya, mi. Mereka amanah Tuhan”
“Patilah, bi. Memangnya siapa juga selain umi yang akan menjaga
mereka selama ini?"
“Ya, mi. Abi percaya kau bisa menjaga amanah, seberat
apapun,”suamiku tiba-tiba mencium keningku, satu hal yang tak biasa
ia lakukan,”Meski tanpa abi di sisimu,” lanjutnya.”
Sholehah 51
“Ya Rabbi! Jika benar para malaikat-Mu telah mengambil nyawa
suamiku, mohon terimalah ia sii sisi-Mu. Sayangilah dia. Ampuni
segenap dosa dan salah yang telah ia lakukan. Sejahterakan dan
muliakan kedatangannya. Serta luaskan tempat kembalinya, Amin ya
arhamar rahimin!”
“Welha ..., kau sedang berdoa tho nduk?”, bapak geleng-geleng
kepala.
Kurang sabar 68
“Aku tak sabar menanti tanpa kepastian, bisa bertemu pak kapolres
atau tidak. Sebenarnya siapa yang harus kami temui? Kepada siapa
kami bertanya tentang kasus yang kami hadapi? Karena tak tahan lagi
dengan penantian , aku berbisik pada bapak.”
“Pak bagaimana kalau kita masuk saja keruang Kapolres. Sepertinya di
dalam tidak ada tamu lain.”
“jangan begitu nduk. Sabarlah sedikit lagi. Biar bapak tanyakan lagi
sama pak RT, bagaimana sebaiknya.”
Tabah dan ikhlas 94
“Ya, pak. Kalau menurut saya sebaiknya mas Ardi segera dikuburkan.
Saya sudah ikhlas. Insya-Allah di syahid dijalan-Nya. Amin!”
“Amin amin! Bapak lihat kau begitu tabah, nduk. Bapak bangga
padamu. Baiklah kalau kalau begitu.”
Kuat hati 118-119
“Istri teroris udah bangun!”
“Aku terkesiap kaget dan nyaris nengok ke wajah pembisik itu, namun
127

segera kuurungkan, mengingat kebutuhanku yang mendesak ke toilet.


Lagi pun kurang bijaksana merespon nada-nada minor terhadap tamu
kita sendiri, yang kedatangnnya untuk membantu urusan kita. Jadi
kukuatkan hati saja agar tak mudah matah dan terpancing dengan hal-
hal bodoh semacam itu.”
Taat beribadah 388
“Siiip! Kalau gitu entar malam Ayu mau tahajud”
“Untuk menentukan pilihanmu?”
“iya. Katanya ibu kasihan sama mas Bahrul, biar ia tak bertepuk
sebelah tangan, Ayu akan Iistijharah dulu, mohon petunjuk sama
Allah!”
“Bagus itu! Mohon petunjuk sama Gusti Allah! Itulah yang sesuai
dengan syariat ajaran agama kita”, ibu antusias.”
Semangat 465
“Wah! Menarik kali sebenarnya. Tapi kuliah saya tinggal skripsi ini!
Jadi lagi sibuk-sibuknya. Ditambah urus anak-anak. Sepertinya tak ada
waktu lagi yang tersisa. Mungkin lain kali bisa gabung ya, bu?”
“iya tak apa-apa. Saya salut sama mbak Ayu, sudah ada 2 anak masih
semangat kali melanjutkan kuliahnya. Itu kemarin kawannya ya?
Cakep kayak bintang film. Apa beliau ayahnya Aidil yang sekelas
dengan Salsa?”
b. Ardianto
Suami Ayu yang terduga sebgai teroris 21
“Setelah wudhuk dan mengenakan baju koko model Aladdin yang
biasa dipakainya saat sholat atau pergi ke masjid, termasuk dalam
kesehariannya. Suamiku yang bernama Ardianto, mencari Aisyah dan
menimang-nimang Abdillah yang kala itu berumur dua tahun.”
“Oke, mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf..., mas Ardi tertembak!” 32-33
“Apa!? Tertembak? Siapa yang nembak? Dimana?”
“Sekompi aparat, mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali lagi maa.
Saya permisi. Salamu‟alaikum.”
Alim dan sopan 43
“Gak nyangka ya, si Ardi yang Alim dan sopan, yang suka bercanda
dengan Irma (putri salah satu tetangga, kawannya Aisyah), ternya
teroris?”
Baik 66
“Nah! Itu juga menjadi tanda tanya kami semua, pak. Setahu kami,
mas Ardi orangnya baik dan tak punya aktifitas aneh-aneh, sepanjang
kami mendengarkan pengajiannya dan bergaul selaku jamaah, selaku
makmum dan imamnya. Entah diluar itu.”
c. Bahrul
Ramah dan murah senyum 160
“Aku belum menemukan jawaban.”
Maka kujawab sekenanya pertanyaan ibu.”
“Beliau memang ramah dan murah senyum, bu. Dah ramah, ganteng
lagi. Tul nggak bu?”
128

Sikap yang kebapakan 173


“Dengan kebapakan, Bahrul Alam mengelus kepala Aisyah dari
belakang dan kujawab tanyanya dengan mengalihkan pertanyaan ke
Aisyah.”
Sikapnya hangat 325
“Boleh jadi sikap hangat Bahrul yang tak menjarak sama sekali
menjadikan Aisyah tak mampu berpikir lagi untuk menolak
keramahannya. Saking semangatnya, sampai nyaris lupa dengan tas
punggungnya. Aisyah langsung naik di boncengan motor gede bahrul
yang segede macan tutul itu.”
Ganteng, santun, dan penyayang 330-331
“Iya mas Bahrul itu hebat. Laki-laki terganteng sedunia deh! Pokoknya
serasi banget jika disandingkan dengan mbak Ayu. Selain ganteng, ia
juga santun dan penyayang. Perhatian dan dermawan juga kayaknya.
Dan satu lagi nih!”
“Apalagi?” tanyaku antusias, karena penasaran banget.”
“ matanya tak bisa membohongi dunia. Ia lagi fall‟n in loooove!”
d. Widya
Toleran dan pngertian 31
“Widya Wuri Handayani, adikku persis yang usianya berjarak dua
tahun di bawahku, selalu toleran dan penuh pengertian dengan
kondisiku, kondisi keungan kami yang standar biasa, tidak kekurangan
namun juga tidak berkelebihan. Meski numpang di rumahku,
sebenarnya bapak juga memberinya sangu untuk kuliah dan uang
bulanan.
Terbuka 209
“Meski Widya tidak selalu sepaham denganku, contohnya masalah
cadar dan kaos kaki, namun adiku satu ini sangat terbuka untuk diajak
dialog. Jadi aku juga selalu membuka diri untuk dikritik dan siap
menerima kritikannya.”
“Dalam banyak kasus kesalah-pahaman masyarakat dalam menilaiku
sejak penggunaan cadar dan kaos kaki, Widya tampil sebagai tameng
yang melindungiku, meski ia sendiri tak bercadar dan tak berkaos
kaki.”
e. Ibu
Selalu mendukung 112-113
“Hari esuk. Ayu takut membayang hari esuk, bu. Pokoknya Ayu
mohon bapak-ibu terus mendampingi Ayu nggih? Sampai Ayu benar-
benar bisa mandiri dan survive”
“Ya pastilah cah ayu? Masa ibu tega ninggalin anak ibu sendirian
dalam kondisi seperti ini. Bahkan ibu tak ikhlas jika anak ibu terus
seperti ini. Ayu mesti bangkit dan menata kembali kehidupannya,
masa depan kalian masih panjang. Ibu yakin kau kuat dan tegar dan
bisa! Yah !”
“Nggih, bu. Makasih banyak atas supportnya yang mantaaaaf!”
129

pengertian 131
“Kurangkul ibuku yang cantik dan tetap cantik di usia senjanya. Beliau
kelihatan terus menyantik lebih dalam. Kian bertamabah usia, kian
menyantik saja kebijaksanaan dan keluhurannya. Aku menghormati
ibu dan mengayomi. Yang penuh pengertian dan sarat rasa asih.”
Jujur dan mulia 239
“Ceilee! Benar nih, mbak Ayu anak kesayangan ya, bu?” tiba-tiba
Bahrul menggodaku.”
“Oala..nak Bahrul ..., kalau yang namanya ibu itu yaa ..semua anaknya
pasti kesayangan. Tak ada yang namanya kekecualian. Misalnya kok si
bungsu, lalu paling disayang atau yang semacam itu. Ndaklah!
Semuanya sama.”
“Berarti? Berarti?” Bahrul kian menggodaku.”
“Berarti ada yang lain yang sangat menyayanginya” terang ibu
sembari nepuk-nepuk pundakku.”Paling tidak itulah harapan ibu, Ya
kan, nduk?”
“Yee...ibu. Kok ndanya menyedihkan gitu sih!”
“haha!” Beliau nggak terima, bu” Bahrul malah
menertawakanku,“Tapi menurut saya, yang dikatakan ibu semua
benar. Baik kenyataan atau harapan seorang ibu, selalu jujur dan mulia
dan demi kebaikan semua anak-anaknya. Setuju, mbak Ayu?”
f. Bapak
Memaksa 416
“Idih! Apa hububgan kedatangan si Mahmud dan rencana kerjaku sih!
Bapak ini ada-ada saja”
“Bukan begitu. Maksud bapak, kalau ternyata si Mahmud itu cocok di
hatimu, kamu kan tidak harus cari kerjaan dan bisa tetap kuliah dengan
nyaman. Wong kamu sendiri kemarin sudah dengar sendiri kan? Si
Mahmud mendukung sekali jika kau mau melanjutkan kuliahmu”
“Memangnya niat Mahmud kesini mau apaan toh!”
“Kalau dia sih mau melihat-lihat para distributor mebelnya. Tapi kan
bapak numpang mobilnya, jadi ya mampir ke sinilah! Wong dia juga
kawan lamamu kan?”
“Sudah jelas dan gamblang, pasti bapak ingin menjodohkanku dengan
Mahmud, karena ia sudah mapan dan statusnya duda. Kupikir inilah
saatnya aku menjelaskan ke bapak, bahwa sebenarnya aku sudah jatuh
hati pada Bahrul Alam.”
g. Mertua
Mendukung 145
“Ehm..., hampir lima tahun mungkin. Tapi kayaknya masih bisa
dilanjutkan, bu. Tapi intinya, ibu mendukung Ayu kan kalau Ayu jadi
ngelanjutin?”
“Insyaa-Allah ibu akan selalu mendukung apa pun saja yang baik-baik
dan bernilai positif untukmu, nduk. Untuk kebaikan cucu-cucu ibu
juga.”
130

Pengayom dan pengertian 146


“Kalau umunya ibu mertua bagai ibu tiri kisahnya, lihatlah ibu
mertuaku yang bak ibu kandung ini. Serasa kumiliki 2 ibu yang sama
penyayangnya. Sama-sama pengayom dan memiliki pengertian tinggi
atas kebutuhan anak-anaknya. Meski beliau sendiri hanyalah sempat
menamatkan Sekolah Menengah. Menatunya ini disupportnya untuk
meraih sarjana.”
“Ayu akan menamatkan S1, bu”, bisikku di kupingnya.”
“Tidak hanya S1. Jika Ibu ada rezeki, kau boleh meraih S1 dan S3-mu,
nduk. Mengapa tidak?”
“Masya Allah1 Ayu boleh nerusin S2 dan S3? Dan ibu akan support
dana untuk semuanya?”
h. Winda
Sok tahu 253
“Ehm...apa almarhum belum pernah menjelaskan padamu tentang
garis perjuangan kelompok kita para mujahid?”
“Aku terbengong-bengong mendengar pernyataan Winda yang terasa
sok tahu dan mau tahu tentang kehidupan kami, aku dan almarhum
suamiku. Apa Winda merasa karena dulu kami sekelas dan
sepengajian, lalu seterusnya kami akan menjadi satu kelompok?‟
i. Ustadz Bahri
Alim dan karismatik 212
“Kami? Bersama siapa sajakah Winda Ajeng akan datang? Pastinya
dengan suaminya, ustadz Bahri yang Alim dan karismatik. Dulu
Winda menyebutnya dengan panggilan romantis seorang calon istri,
mass Bahri. Mungkin sampai sekarang ia memanggilnya demikian.
Seperti aku memanggil Ardianto Wibowo dengan panggilan mass
Ardi. Atau juga, hanya memanggilnya abi, karena mereka telah
dikaruniai anak pula.”
Peduli 316
“Nggih, bu, pak! Ayu selalu ingat nasihat-nasihat itu. Juga support dari
ustadz dan Winda. Terimakasih banyak untuk semuanya ya. Semuanya
juga tak terlupakan loh. Karena sangan mengesan juga nih!”
„Bisa saja. Sama-sama ya, mbak Ayu, yang penting bagaimana kita
terus bangkit ditengah gempuran prahara sekencang apapun! Dari
winda saya banyak tahu apa yang dirasakan para akhwat seperti mbak
Ayu. Stigmatisasi terhadap istri para mujahid, kadang terasa amat
kejam. Tapi saya yakin mbak Ayu sudah siap mental menghadapi
semua itu.”
j. Tetangga
Penggosip 9
“Meski rumah ini berdekatan dengan pasar, aku tak bisa merdeka
sesukanya belanja dan memilih sayuran secara bebas layaknya para
ibu-ibu yang lain saat belanja. Karena sekalinya aku keluar rumah,
baru beberapa langkah saja kaki ini menginjak jalanan, telingaku telah
menangkap suara-suara bernada minor yang mampu membanjirkan
131

keringat dingin di tubuh.”


“Tu si ninja mau belanja, lapar juga agaknya, ya?” kata seorang ibu
kepada kawannya”
“bukan lapar, tapi belanja besar untuk persediaan logistik
jaringannya”, bisik ibu satunya, dengan nada lebih tinggi dari pada
suara pidato.”
Penggosip 44
“istrinya pake kerudung Ninja, lha suaminya aja teroris”
“Masya Allah! Apa yang mereka bicarakan? Sepertinya itu suara ibu
Dewi dan bu Hasanah, tetanggaku yang rumahnya terdekat di sebelah
kanan dan rumah persis. Seorang bapak menyahuti pembicaraan tanpa
ujung itu.”
Menggunjing 118-119
“Istri teroris udah bangun!”
“Aku terkesiap kaget dan nyaris nengok ke wajah pembisik itu, namun
segera kuurungkan, mengingat kebutuhanku yang mendesak ke toilet.
Lagi pun kurang bijaksana merespon nada-nada minor terhadap tamu
kita sendiri, yang kedatangnnya untuk membantu urusan kita. Jadi
kukuatkan hati saja agar tak mudah marah dan terpancing dengan hal-
hal bodoh semacam itu.”
“Siapa sangka kalau esuk hari dan esuknya lagi, tiap ada persentuhan
dan pertemuan tak sengaja, perjumpaan yang disengaja, nada-nada
seperti itu selalu saja mengalun dengan keras, memekakkan telinga
dan mendera hati, menyayatnya hingga serpih. Apa salahku wahai!”
k. Bu Murti
Menggunjing 343
“Ketika sore itu Widya harus menggantikanku arisan ibu-ibu
kampung, itulah yang terjadi. Mereka mengunyah kenduri cerita fiksi
yang dikarang otak yang kekurangan imajinasi. Seputar diriku dan
Bahrul Alam. Dengan keasikan purna layaknya memperebutkan kue
ulang tahun, kisah kami dicabiknya, dikuliti dan dihisap darahnya
setetes demi setetes hingga tuntas.”
“Baru kali ini loh aku sukses melihat wajahnya. Selama hampir
sepuluh tahun kami bertetangga. Bayangkan !”
“Dimana ia membuka wajahnya, bu Murti?”
“Ya di depan kekasih gelapnya itulah, bu. Masa di depanku!”
....
“Lalu para ibu lainnya, karena penasaran banyak kawannya saling
mendelikkan pandangan ke arah mulut bu Murti, dan kuping-kuping
juga sama menaikkan pendengaran, mereka pun sama merapat ke arah
duduk bu Murti yang baru menemukan Harta Karun cerita menarik.”
Penggosip 344
“Saat cerita memasuki alur misteri yang teramat bahaya, ketika bu
Murti menggambarakan prasangka hitamnya tentang kematian mas
Ardi, bukan akibat aksi teror tapi sengaja dihabisi oleh Bahrul atas
suruhanku, bulu kuduk Widya langsung berdiri tak bisa dinormalkan.
132

Refleks ia nengok kearah para penggosip dengan keberaniannya


berbohong yang dahsyat. “
Berburuk sangka 426-427
“Kabarnya besok juga tak ada yasinan. Dasar pelit! beramal untuk
suami yang yang sudah tak berdaya saja kok berat. Kalau bukan
manusia bakil, apa namanya, coba!”
“Bukan bakil, bu. Tapi bakhil! Alias kikir bin mentakhil!”
“Hahaha! Mbakyu ini pinter bahasa pantun jaman Mataraman.”
“Ssst! Jangan keras-keras kalau rasan-rasan (menggosip). Tu ada
adiknya! Entar di bilangin sama mbakyunya”
“Biarkan madhul (ngadu)sana! Memangnya aku takut ?”
“Kalaun dia ninja, aku Hatori. Hikhik!”
“bukannya Hatori juga ninja?”
“Wee malah keliru sebut ini mulutku.”
“Begitulah serunya mereka bancakan diriku. Mereka purak (makan
bersama) ramai-ramai tubuh dan jiwaku seakan-akan diri ini telah
membangkai. Mereka hisap dan kunyah bangkai itu senikmatnya,
serindunya. Bangkai di atass talam. Bangkai saudaranya sendiri.”
l. Bu Rita
Penggosip dan menguping 354
“Eh mbak Widya, kok sendirian aja ke pasarnya? Mana mbakyunya?
Lagi sibuk nggoreng rindu ya bersama sang doi?”
“Eh bu Rita, lagi belanja apaan nih!”, Widya pepete.
“Biasalah, mbak. Belanja harian yang biasa. Mau nggoreng ikan
bandeng yang biasa. Nanti di dapur juga pakai wajan yang biasa. Beda
dengan mbakyunya mbak Widya. Ya kan?”
“Bedanya apa bu ?”
“Woo, mungkin kemaren sore mbak Widya masih di kampus ya, pas
mbak Ayu tilpun-tilpunan sama..., eh sekarang pacarnya pak polisi ya?
Bener kan mbak?”
“Bu Rita dapat Tahu dari mana?”
“Dari bu Murti. Kan bu Murti sering mergoki mbak Ayu dan polisi
cakep itu berduaan di jalan situ, depan rumah bu Murti. Trus kata bu
Murti, kalau lagi pacaran, cadar mbak Ayu di lepas loh!”
Mengarang gosip 358
“Saya nih yang paham. Wong saya mendengarnya sendiri dengan
kuping saya”, bu Rita antusias, “Mohon maaf loh mbak Wid. Mbak
sampeyan kemarin waktu tilpun-tilpunan sama pacarnya yang polisi
itu, tak asya sangka, ngomongnya saru-saru. Bener itu! Masa di bilang
„aku sampai menggelinjang seperti ikan lele nih mas?. Ih! Saru nggak
ya bicara sama laki-laki seperti itu?”
“Mbak Maryam dan Widya terlongong tak percaya dengan apa yang
didengarnya. Namun sebelum sempat mengomentari kisah fiktif bu
Rita, ada ibu lain yang ikut nimbrung pembicaraan. Salah satu ibu
yang antri di kedai bu Siyem. Bu Ana namanya.”
“mungkin untuk mbak Ayu, hal seperti ndak sarulah, bu. Kan mbak
133

Ayu memang punya aliran lain dari kita. Ndak sama dengan kita-kita
wong biasa ini. Dia alirannya berbeda,‟ katanya sembari melirik
Widya dan mbak Maryam.”
“Oiya ya, memang alirannya berbeda ya, bu Ana”, mereka cekikikan
berdua lalu meninggalakan Widya dan mbak Maryam tanpa permisi.”
3. Alur
a. Tahap Penyituasian
“Aku ingin menengok ke arah dua ibu yang tengah menguntitku dan 9
menyapanya, namun nyaliku tertahan tak mampu keluar secara
merdeka. Dulu sebelum suamiku ditembak aparat, jika ada bisik-bisik
seperti itu, aku masih punya nyali meresponnya secara bijaksana.
Namun setelah maghrib naas itu, dunia, menjadi berubah dalam
pandangan mata dan hatiku.”
“...apa yang terjadi jika laki-laki pilihannya itu ternyata seorang 12
teroris? Atau yang diduga teroris? Kelak sepanjang masa, istrinya akan
disebut „istri teroris‟ tanpa ada kata „mantan‟ dan menuai stigma
sepanjang abad. Tak peduli jika ternyata suaminya sebenarnya
hanyalah tukang jahit, guru honorer, pengusaha mebelair, atau tukang
sayur. Begitulah wajahku tiap hari dilempari kata makian dan cercaan
yang memerah kuping.”
b. Tahap Pemunculan Konflik
“Oke mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf ..., mas Ardi tertembak!” 32-33
“Apa!? Tertembak ?Siapa yang nembak? Dimana?‟
“Sekompi aparat mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali lagi, maaf.
Saya permisi! Salamu‟alaikum!”
“Senja menggelap di pelupuk mata. Dunia tak berwarna. Tubuhku
menggeremang aku ingin berteriak memanggil Widya yang tengah
mencicipi kreasinya. Namun mulutku kaku dan tenggorokanku cekat
saja, tak mampu berkata-kata. Mataku membelalak dan mulutku
melongo seakan melihat setan melintas depan rumah.”
“Mas Ardi ...!,” desahku lirih, “tertembak?”)

“Kami densusu 88 diperintah menggeledah rumah tersangka teroris 38-39


buruan, Ardianto !Laksanakan!”
“Siap!”
....
“Tiba-tiba suara sepatu membuka kamar kami dan mengurai isi lemari
pakaian, menjungkirkan kasur Aisyah dan Widya dan tak menemukan
apa-apa. Kami bertiga dilewati begitu saja, tak ditanya dan tak
tersentuh kebrutalan sore itu. Selintas aku mengamati penampilan 3
laki-laki berpakaian preman berpostur tinggi gagah dan rambutnya
gondrong seperti penyair.”
“Usai mengabari mereka semua, telingaku baru mendengar keributan 43
para tetangga. Barangkali sejak para gondrong memasuki rumah tadi,
mereka telah melihat dan saling menanyakan peristiwa apa yang
tengah terjadi. Namun aku sibuk dengan urusan kami sendiri. Kini
134

suara-suara itu baru terdengar jelas. Sebagian hanya berbisik


mendengung seperti tawon.”
“Gak nyangka si Ardi yang alim dan sopan, yang suka bercanda
dengan Irma (anak salah satu tetangga kawannya Aisyah), ternyata
teroris?”
“jangan-jangan di dalam rumahnya ia merakit banyak bom?”
“Pantass istrinya pakai kerudung Ninja, lha suaminya teroris.”
c. Tahap Peningkatan Konflik
“Usai mengabari mereka semua, telingaku baru mendengar keributan 43
para tetangga. Barangkali sejak para gondrong memasuki rumah tadi,
mereka telah melihat dan saling menanyakan peristiwa apa yang
tengah terjadi. Namun aku sibuk dengan urusan kami sendiri. Kini
suara-suara itu baru terdengar jelas. Sebagian hanya berbisik
mendengung seperti tawon.”
“Gak nyangka si Ardi yang alim dan sopan, yang suka bercanda
dengan Irma (anak salah satu tetangga kawannya Aisyah), ternyata
teroris?”
“jangan-jangan di dalam rumahnya ia merakit banyak bom?”
“Pantas istrinya pakai kerudung Ninja, lha suaminya teroris.”
“Sudah-sudah! jangan keras-kerass kalu ketawa dong kalau ketawa, 118
nanti bu Ninja terbangun, gimana hayo!”
“Bisa di bom tuh mulut usil!”
“Siapa takut? Kan tukang bomnya udah ko-it ! Ups!”
“Tukang bomnya sudah ko-it? Pastilah maksudnya mass Ardi, tukang
bom dan telah meninggal dunia sekarang. Dan aku adlah istri tukang
bom yang telah ko-it itu. Karena telah ko-it, sekarang statusku mantan
istri tukang bom. Alias teroris ! Namun anehnya, mereka tak pernah
berbisik menyebutkan „mantan istri teroris‟. Sebutan bagiku sesuai
selera mereka adalah istri teroris.”
d. Tahap Klimaks
“Loh! Sudah pulang bu? sapaku sembari menatap belanjaan yang 202-203
berjibun.”
“Salah seorang dari ibu-ibu memandang mataku. Lama ia mengamat-
amat sekitar wajahku, lalu ia bertanya.”
“Maaf! Apa ada yang ngajak bicara saya ya?” matanya serasa hendak
merobek cadar yang kukenakan.”
“Akau paham kemana arah pembicaraan ibu itu, namun kutekan hatiku
untuk menahan emosi yang nyaris meledak. Dan kujawab tanyanya
dengan santai.”
“Iya bu Ani, tadi saya menyapa jenengan. Kok gasik banget pulang
belanja segini banyak, bu. Saya aja baru berangkat.”
“Oooo lha ya gasik, kan saya kalau ke pasar tk mampir-mampir dulu
atau ngobrol-ngobrol dulu di tengah jalan dengan pak polisi ganteng!”
“Oh!”
Sungguh aku terkejut dan ingin memberinya seribu jawaban. Namun
kembali kutekan-tekankan dalam hati, bahwa memang harus banyak-
135

banyak bersabar menghadapi orang-orang yang tidak tahu. Apalagi,


yang tidak tahu dan tidak mau bertanya tahu alias tak mau tahu. Penuh
curiga dan negatif thinker.”
e. Tahap Penyelesaian
Alur terbuka, pembaca dipersilakan menyimpulkan sendiri akhir
cerita.
4. Latar
Latar tempat
a. Masjid Mujahidin
“Oke mbak. Saya ingin mengabarkan, maaf ..., mas Ardi tertembak!” 33
“Apa!? Tertembak ?Siapa yang nembak? Dimana?‟
“Sekompi aparat mbak. Di halaman Mujahiddin. Sekali lagi, maaf.
Saya permisi! Salamu‟alaikum!”
b. Kantor polisi
“Sekarang kami telah tiba di halaman kantor polisi. Pak RT kami 67
persilahkan melangkah duluan, kami kami belum tahu harus melewati
rute mana saja untuk bisa bertemu dengan pak Kapolres. Bersama pak
RT bapak dan Ustadz. Aku menyusul bersama Farid dan dua
kawannya.”
“Pak RT menemui satpam, dan menanyakan dimana ruangan Pak
Kapolres. Lalu kami menuju tempat yang di tunjuk pak satpam. “
“Maaf bapak-bapak mau kemana? Ada yang bisa di bantu?”
“Kami ingin bertemu pak Kapolres. Apa beliau ada?”
“Kebetulan beliau sedang adda tamu. Kalau boleh tahu, ada keperluan
apa ya? Sudah bikin janji dengan bapak belum ya?”
“Belum, tapi ini penting. Mohon kami diizinkan untuk bertemu dengan
beliau.”
“Maaf, pak. Harusnya ada janjian dulu baru bisa ketemu bapak. Lagian
sekarang bapak masih ada tamu. Silahkan bapak-bapak tunggu
sebentar di kursi itu ya,” katanya sembari menunjuk kursi panjang di
sebelah ruangan pak Kapolres”
c. Pengadilan
“Polisi itu bahkan mengantarku hingga duduk di kursi depan para 155
hakim . ruangan itu penuh. Selintas kulihat jamaah mas Ardi duduk
dalam barisan sekian kursi, jamaah Masjid Mujahidin, para tetangga,
pak RT, Pak Ustadz, lalu para wartawan yang tadi wawancara.”
“Kubenamkan diriku dalam kursi yang entah telah diduduki oleh
berapa puluh-ribu manusia yang gelisah dan penuh takut akan
nasibnya. Beginikah rasanya duduk sebagai seorang saksi sebuah
peristiwa dan ditatap pak hakim beserta sekian mata yang, tak suka
atau pun tidak suka. Kutahu banyak mata tengah menatapku, namun
perasaanku tawar-tawar saja. Hatiku setenang danau Kalimutu. “
d. TK Raudhatul Athfal
“Mbak Ayu? Ada apa dengan putrinya?” 173
“Refleks aku menengok ke arahnya, karena lamat-lamat sepertinya aku
mengenal suara itu. Ternyata benar. Aku telah mengenalnya.”
136

“Mas Bahrul? Kok ada di sini?,” ia berjalan ke arah kami.”


“Memangnya tak boleh? Memangnya hanya..., siapa ini namanya?”
“Melihat orang asing, kemarahan Aisyah mereda dan ia cepat-cepat
menyembunyikan wajahnya diantara kerudung panjangku, merasa
malu, dan mungkin agak takut.”
“Aku segera membawa Aisyah ke dalam kelas dan menjelaskan pada 177
bu guru masalah keterlambatannya. Sepanjang masuk bersamaku,
mata Aisyah terus menoleh ke arah devi dan Tutut, yang duduk
bersebelahan. Ia mencengkram tanganku dan tak mau melepaskannya
hingga duduk.”
e. Dibawah pohon jambu
“Sembari mengawasi Aisyah dan Abidilah yang tengah bermain di 407
bawah pohon jambu, aku memeriksa kondisi bunga-binga itu. Piol
yang tengah berbunga harum, berwarna biru. Bagian bunga dekat
tangkai sebelah dalam berwarna putih. Daun piol menyerupai bentuk
daun kaki kuda atau gagan.”
f. Rumah
“Meski rumah ini berdekatan dengan pasar, aku tak bisa merdeka 9
sesukanya belanja dan memilih sayuran secara bebas layaknya para
ibu-ibu yang lain saat belanja. Karena sekalinya aku keluar rumah,
baru beberapa langkah saja kaki ini menginjak jalanan, telingaku telah
menangkap suara-suara bernada minor yang mampu membanjirkan
keringat dingin di tubuh.”
g. Pasar
“sesampai pasar, ternyata keramaian tengah berada di puncaknya. 204
Kami berdesak-desakkan untuk bisa memperoleh barang yang
diinginkan. Karena akan menyambut Winda sengaja aku pilih bahan-
bahan kuliner yang khas Jogja. Ditambah persediaanku sendiri untuk
seminggu ke depan.”
Latar waktu
a. Sore hari
“Suamiku balik kembali ke arah kami, aku dan Abdillah dan mengelus 26-27
kepala Abdillah. Entah aku merasa, sore itu suamiku benar-benar aneh.
Ia mondar-mandir saja antaraku Aisyah dan Abdillah. Bahasa
tubuhnya aduhai dramatisasi. Aku sebal dan bertanya-tanya, apakah
suamiku punya tanggungan hutang banyak dan hendak mengatakan
pdaku, agar aku ikut beripaya mengembalikannya? Atau ada persoalan
lain?”
“Sore semilir di beranda rumahku, yang mungil. Bunga jambu Air 407
mulai menebarkan aroma wangi sejak shubuh tadi, kini lebih nyata
harumnya dibawa angin ke hidungku yang tertutup cadar hitam.
Beberapa hari lalu, Widya telah membeli dekian macam bunga di
kebun bunga milik Atjung. Ada piol, bunga pacar dan palma kuning.”
b. Pagi Hari
“Suatu pagi yang semilir di Kampus Biru, aku pernahb 75
membayangkan bisa jalan-jalan ke Eropa, misalnya mengunjungu
137

Bologna atau Venezia di Itali, atau menyambangi negara-negara


terjauh dalam peta dunia, seperti Swedia , atau ke Tunisia di Aafrika.
Rasanya eksotik benar membayangkan tempat-tempat jauh dengan
segala keasingannya. Imajinasiku mengembara liar menembus batas. “
“Astagfirullah! Dah pagi rupanya?” 91
“Aku bangun dan kukira massih menggenggam tujuh kuntum melati di
tangan. Ternyata yang kugenggam erat tadi adalah ujung guling
Abdillah. Bibirku senyum-senyum sendiri mengingati sambungan
mimpi ajaib di taman Bologna. Mimpi indah yang aneh dan to be
continued. Mimpi yang bikin ketagihan. “
“Hingga hari kemarin, Aisyah tak pernah komplain atau berpikiran 169-170
lain tentang urusan pengantar. Ia nyaman-nyaman saja dan tetap ceria
melewati hari-hari sekolahnya, namun pagi ini, usai mandi dan sarapan
dan mengenakan seragam sekolah, Aisyah diam membatu sembari
mengunyel-unyel kepala boneka kelincinya. Terlihat demikina gemas
hatinya.”
c. Malam hari
“Angin malam terasa kian menggigil, meski tak ada dingin yang 47
menyergap. Barangkali suasana hatiku yang berantakan telah sukses
menyihir malam menjadi sepekat kuburan. Di ujung entah, ada
bayangan hitam, yang mendatangiku dari banyak penjuru. Bayangan
itu mendekat dengan seribu taring dan seratus cakar, siap
melumatkanku jadi berkeping-keping.”
“Setelah malam, kini aku yang menggigil.”
“Kau masih disitu Wid?”, dengan bibir bergetar, kucoba memecah
malam.”
“Amin maturnuwun bu. Sekarang sudah larut malam. Sebaiknya ibu 72
rehat ya. Tu bapak sudah tidur.”
“kamu juga mesti segera istirahat, jaga kesehatanmu. Tu suara si dede,
sepertinya baru bangun.”
“Nggih bu, saya permisi lihat dede dulu.”
“memang Abdillah biasa terbangun di tengah malam untuk minum
susudan lanjut tidur kembali. Aku bersyukur di tengah perasaan capai
luar biasa, Abdillah tak rewel, seakan tahu menjaga perasaan ibunya.
Karena lelah dan malam kian meninggi, bahkan nyaris pagi, aku pun
menyerah, pada kantuk dan terlelap di samping si bungsu.”
Latar sosial
a. Ustadz
“Kami? Bersama siapa sajakah Winda Ajeng akan datang? Pastinya 212
dengan suaminya, ustadz Bahri yang Alim dan karismatik. Dulu
Winda menyebutnya dengan panggilan romantis seorang calon istri,
mass Bahri. Mungkin sampai sekarang ia memanggilnya demikian.
Seperti aku memanggil Ardianto Wibowo dengan panggilan mass
Ardi. Atau juga, hanya memanggilnya abi, karena mereka telah
dikaruniai anak pula.”
138

b. Polisi
“Pak polisi?” 157
“Ia mengangguk. Tersenyum dan menyilahkanku untuk cepat-cepat
masuk mobil. Seakan dia adalah sopir pribadi yang penuh pengabdian
dan melayaniku dengan keramahan dan kepatuhan. Melihat perlakuan
seperti itu, tak tahan aku untuk tak bertanya.”
“Boleh tahu nama bapak?”
“Spontan saja tangannya menunjuk kokard yang adda di dada sebelah
kiri. Aku malu dan menertawakan kebodohan yang bertumpuk-
tumpuk, tiap menghadapi si tampan yang simpatik ini.”
“Bahrul Alam?” aku mengeja dengan bodoh
“kembali ia tersenyum dan mengacungkan kedua jempolnya.”
“Jadi nak Bahrul ini seorang polisi? Jabatannya apa di kepolisian?” 238
tanya ibu.”
“Saya Brigade Mobile, ibu. Biasa di sebut Brimob.”
“Weleh-weleh! Mana ibu tahu kalau sedang berhadapan dengan
seorang Brimob. Lha bajunya aja santai gini. Ibu kira ya Cuma
ayahnya si? Siapa tadi, Nduk?” tanya ibu ke arahku yang baru saja
duduk di sampingnya.”
c. Mahasiswa
“Selagi asik menikmati keindahan piol biru, Widya pulang dari 408
kampus dan berteriak girang.”
“Proposalku diterima. Horeee!”
5. Amanat
a. Bersikaplah terbuka dan menerima kritikan dari orang lain.
“Meski Widya tidak terlalu sepaham denganku, contohnya masalah 209
cadar dan kaos kaki, namun adikku satu ini sangat terbuka untuk
diajak dialog. Jadi aku selalu membuka diri untuk dikritik dan siap
menerima kritikannya”.
b. Perangilah orang kafir dengan ilmu pengetahuan
“Dalam pikiranku, untuk memerangi orang-orang kafir, senjata kita 256
adalah ilmu pengetahuan. Manusia yang benar-benar berilmu, akan
tahu siapa Penciptanya dan kemauan Sang Pencipatanya. Maka ia akan
selalu berseberangan dengan orang-orang yang menegasikan
keberadaan Sang Pencipta. Ilmu itulah senjata ampuh untuk menebas
mereka.”
c. Terapkan sikap sopan santun dimana pun.
“Jika sopan santun pergaulan kita terapkan dimana pun, kita akan 398
ringan melangkah karena tak ada benturan masalah dengan pihak
mana pun dan nikmat rasanya menyelami samudra kehidupan yang
luas membentang ini.”
139

Anda mungkin juga menyukai