Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ferika Nuryami

Nim : 2010811014

Kelas : A Ganjil

Dasar Asessmen

Menganalisa kasus berdasarkan HIMPSI

Kasus 1

Ferika adalah seorang psikolog dan telah membuka praktek konseling sedangkan Winan
adalah seorang IRT dan memiliki seorang anak,Ferika dan winan telah berteman lama mereka
jarang bertemu karena kesibukan masing masing.Suatu hari winan datang ketempat praktek
ferika untuk konseling masalah yang dialaminya,Ferika membantu winan sebagai seorang
psikolog untuk membantu permasalahan Winan,Setelah kejadian tersebut Ferika berinisiatif
menemui orang tua winan dan menceritakan masalah yang dihadapi oleh winan,ferika
menganggap tindakannya benar karena ferika merasa bahwa winan adalah teman kecilnya,Ferika
juga menunjukkan semua dokumen hasil konseling winan kepada orang tua winan.Ferika
melakukan hal ini tanpa persetujuan dari klien (winan)

Analisis

Ferika telah melakukan pelanggaran pada pasal pasal pada bab XIV

 Pasal 72 ayat 1d
Kualifikasi Konselor dan Psikoterapis

yang berbunyi :
mampu bertanggung jawab untuk meng-hindari dampak buruk akibat proses konseling
atau terapi yang dilaksanakannya terhadap klien.
Ferika terkena pasal ini karena ferika telah mengungkapkan hasil tes dan rekaman
wawancara konseling winan kepada orangtua winan tanpa mempertimbangkan dampak
buruk yang mungkin akan dihadapi oleh winan dengan begitu ferika tidak melakukan
tanggung jawabnya sebagai konselor untuk menghindari dampak buruk akibat proses
konseling yang dilakukannya bersama winan

 Pasal 73 ayat 3
yang berbunyi:

Informed Consent didokumentasikan sesuai prosedur yang tetap. Hal-hal yang perlu
diinfor-masikan sebelum persetujuan konseling/terapi ditandatangani oleh orang yang
akan menjalani Konseling Psikologi/Psikoterapi adalah sebagai berikut:
a. proses Konseling Psikologi/Psikoterapi,
b. tujuan yang akan dicapai,
c. biaya,
d. keterlibatan pihak ketiga jika diperlukan,
e. batasan kerahasiaan,
f. memberi kesempatan pada orang yang akan menjalani Konseling/Terapi untuk
mendiskusikannya sejak awal.
Dalam kasus ini tidak dijelaskan mengenai isi dari surat persetujuan yang diberikan ferika
kepada winan mengenai keterlibatan pihak ketiga yang berhak mengetahui informasi
yang winan berikan kepada ferika disini juga sangat jelas bahwa klien ferika adalah
winan maka seharusnya ferika membicarakan mengenai informasi winan diantara
mereka berdua saja tidak diberikan pada pihak ketiga

 Pasal 74
Yang berbunyi:

Ketika psikolog memberikan jasa konseling psiko-logi/psikoterapi pada beberapa orang


yang memiliki hubungan keluarga atau pasangan (misal: suami istri, significant others,
atau orangtua dan anak) maka perlu diperhatikan beberapa prinsip dan klarifikasi
mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Siapa yang menjadi pengguna layanan psikologi tersebut, peran dan hubungan
psikolog bagi masing-masing orang yang terlibat dan/atau dilibatkan dalam proses
terapi.
b) Kemungkinan penggunaan layanan dan informasi yang diperoleh dari masing-
masing orang atau keluarga yang terlibat dalam proses terapi dengan
memperhatikan azas kerahasiaan. (lihat Bab V buku kode etik ini tentang
Kerahasiaan).

c) Jika secara jelas psikolog harus bertindak dalam peran yang bertentangan (misal
sebagai terapis keluarga dan kemudian menjadi saksi untuk salah satu pihak dalam
kasus perceraian), psikolog perlu mengambil langkah dalam menjelaskan atau
memodifikasi, atau menarik diri dari peran-peran yang ada secara tepat. (lihat pasal
16 tentang Hubungan Majemuk dan pasal 60 tentang Peran Majemuk dalam
Forensik buku Kode Etik ini).
dalam kasus ini winan tidak bermaksud seorang diri dan tak ingin melibatkan
keluarganya pada proses konseling hal ini menentukan bahwa keluarga winan tida berhak
mengetahui informasi yg diberikan winan kepada ferika pada pasal ini ferika melanggar
karena memberi tahu info klien kepada kleuarga yang tidak berhak mengetahuinya

 Pasal 16 ayat 2 dan 3 (bab IV)


Hubungan Majemuk

(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi sedapat mungkin menghindar dari


hubungan majemuk apabila hubungan majemuk tersebut diper-timbangkan dapat
merusak objektivitas, kom-petensi atau efektivitas dalam menjalankan fungsinya sebagai
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, atau apabila beresiko terhadap eksploitasi atau
kerugian pada orang atau pihak lain dalam hubungan profesional tersebut
.(3) Apabila ada hubungan majemuk yang diper-kirakan akan merugikan, Psikolog
dan/atau Ilmuwan Psikologi melakukan langkah-langkah yang masuk akal untuk
mengatasi hal tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan ter-baik orang yang
terkait dan kepatuhan yang maksimal terhadap Kode etik.
Dalam kasus ini ferika dan winan memiliki hubungan majemuk yaitu sebagai teman kecil
dan konselor ferika sebagai seorang konselor tidak menghindari hubungan majemuknya
yang dapat merusak objektivitasnya dalam melakukan konseling dengan ani

 Pasal 24 (Bab V)
Mempertahankan kerahasiaan data

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib me-megang teguh rahasia yang menyangkut
klien atau pengguna layanan psikologi dalam hubungan dengan pelaksanaan
kegiatannya. Penggunaan keterangan atau data mengenai pengguna layanan psikologi
atau orang yang menjalani layanan psikologi yang diperoleh Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi dalam rangka pemberian layanan Psiko-logi, hendaknya mematuhi hal-hal
sebagai berikut;
a) Dapat diberikan hanya kepada yang ber-wenang mengetahuinya dan hanya memuat
hal-hal yang langsung berkaitan dengan tujuan pemberian layanan psikologi.
b) Dapat didiskusikan hanya dengan orang-orang atau pihak yang secara langsung
berwenang atas diri pengguna layanan psikologi.
c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak
ketiga hanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan pengguna layanan
psikologi, profesi, dan akademisi.Dalam kondisi tersebut indentitas orang yang
menjalani pemeriksaan psikologi tetap dijaga kerahasiaannya.
Dalam kasus ini ferika telah melanggar karena ferika telah gagal menjaga kerahasiaan
ferika melanggar pasal 24a dan 24 b karena ia mengkomunikasikan hasil tes dan rekaman
wawancara konseling kepada oranftua winan yang bukan merupakan pihak yang secara
langsung berwenang atas diri pengguna layanan psikologi ferika melanggar ppasal 24c
karena ia tidak menkomunikasikan hasil konseling tersebut untuk kepentingan pengguna
layanan psikologi,profesi,akademisi.

 Pasal 25 ayat 2a dan 2b (Bab V)


Lingkup orang
a)Pembicaraan yang berkaitan dengan layanan psikologi hanya dilakukan dengan
mereka yang secara jelas terlibat dalam permasalahan atau kepentingan tersebut.
b) Keterangan atau data yang diperoleh dapat diberitahukan kepada orang lain atas
persetujuan pemakai layanan psikologi atau penasehat hukumnya.
Ferika melanggar pasal ini karena orang tua wianan adalah pihak yang secara jelas
terlibat dalam permasalahan yang dialami oleh winan,ferika juga tidak meminta
persetujuan winan sebagai layanan psikologi

Saran
o Menghindari hubungan majemuk
o Menjaga semua mengenai informasi (hasil konseling) klien
o menjaga keprofesionalannya sebagai psikolog

Anda mungkin juga menyukai