Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU MINGGUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM KARDIOVASKULER : SOP


PEMASANGAN EKG & SOP PEMASANGAN INFUS

Disusun oleh :

WAHYU APRIYANI
NIM. (2011028)

PRODI S-1 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH SURABAYA TA.


2020/2021
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER

Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi)
Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan
komunikasi dokter(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis). Kegiatan ini penting sebagai awal dari
pemeriksaan fisik dan dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada
pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita lakukan pemeriksaan fisik
maka diagnosis sudah dapat diperkirakan.
Secara khusus pemeriksaan fisik kardiovaskuler dalam pelaksanaannya tidak beda jauh dengan
sistim lain yaitu secara berurutan dilakukan pemeriksaan melihat (inspeksi), meraba (palpasi),
mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler biasanya dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan
denyut nadi . Kemudian diperiksa tekanan vena jugularis, dan akhirnya baru pemeriksaan jantung.
Dalam pemeriksaan selanjutnya pada jantung disamping ditemukan adanya hasil pemeriksaan
normal, juga bisa kita dapati kelainan-kelainan hasil pemeriksaan fisik yang meliputi antara lain :
batas jantung yang melebar, adanya berbagai variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan
berupa bising (murmur).
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pemeriksaan penunjang cukup membantu
pemeriksa dalam menegakkan diagnosis.

Indikasi :
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler dilakukan untuk :
1. Kelengkapan dari rangkaian anamnesis yang dilakukan pada pasien
2. Mengetahui diagnosis penyakit dari seorang pasien
3. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
4. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
5. Dipakai sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna terhadap pasien.
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler :

Tujuan pembelajaran :

Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik kardiovaskuler normal
maupun tidak normal secara berurutan.

Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu:
1. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
2. Melakukan pemeriksaan Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi secara terperinci
3. Melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
4. Mengenal dan menentukan variasi abnormal bunyi jantung dan bunyi tambahan (bising)

Media dan alat bantu pembelajaran :


a. Daftar panduan belajar untuk pemeriksaan fisik kardiovaskuler
b. Stetoskop, lap, wastafel (air mengalir), probandus / manekin / Auscultation trainer dan
Smartscope / Amplifier speaker system / Dual head training stetoscope
c. Status penderita pulpen, pensil.

Metode Pembelajaran
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Parsipasi aktif dalam skills lab. (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
DESKRIPSI KEGIATAN

KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI


1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran 30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
tanya & jawab 2. Dua orang dosen (instruktor/co-instruktur) memberikan
contoh bagaimana cara melakukan anamnesis secara umum.
Satu orang dosen iInstruktur) sebagai dokter dan satu sebagai
pasien. Mahasiswa menyimak dan mengamati
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya
dan dosen (instruktur) memberikan penjelasan tentang aspek-
aspek yang penting
4. Selanjuntya kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
pada manikin atau probandus
5. Mahasiswa dapat memperhatikan dan menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti dan dosen (instruktur)
menanggapinya.
3. Praktek bermain 100 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Seorang
peran dengan umpan menit mentor diperlukan untuk mengamati 2 pasangan
balik 2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai dokter
(pemeriksa) dan satu orang sebagai pasien secara serentak
3. Mentor memberikan tema khusus atau keluhan utama kepada
pasien dan selanjutnya akan ditanyakan oleh si pemeriksa
(dokter)
4. Mentor berkeliling diantara mahasiwa dan melakukan
supervisi menggunakan ceklis
5. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali
4.Curah pendapat/ 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : Apa yang dirasakan mudah ? Apa
diskusi yang sulit ? Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswwa
yang berperan sebagai pasien. Apa yang dapat dilakukan
oleh dokter agar pasien merasa lebih nyaman ?
2. Dosen (instruktur) menyimpulkan dengan menjawab
pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti
Total waktu 150
menit
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVAKULER

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

1. Inspeksi dan palpasi


NO LANGKAH KLINIK KASUS
1 Melakukan inspeksi dari sisi kanan pasien dan dari arah kaki penderita untuk
menentukan apakah simetris atau tidak simetris
2. Kemudian lakukan inspeksi dari sisi sebelah kanan tempat tidur pada dinding
depan dada dengan cermat, perhatikan adanya pulsasi
3. Perhatikan daerah apex kordis, apakah iktus kordis nampak atau tidak nampak
4. Mempalpasi iktus kordis pada lokasi yang benar
5. Meraba iktus kordis dengan ujung jari-jari, kemudian ujung satu jari
6. Meraba iktus kordis sambil mendengarkan suara jantung untuk menentukan
durasinya
7 Mempalpasi impuls ventrikel kanan dengan meletakkan ujung jari-jari pada sela
iga 3,4 dan 5 batas sternum kiri
8 Meminta penderita untuk menahan napas pada waktu ekspirasi sambil
mempalpasi daerah diatas
9 Mempalpasi daerah epigastrium dengan ujung jari yang diluruskan untuk
merasakan impuls/pulsasi ventrikel kanan
10 Arah jari ke bahu kanan
11 Mempalpasi daerah sela iga 2 kiri untuk merasakan impuls jantung pada waktu
ekspirasi
12 Mempalpasi daerah sela iga 2 kanan untuk meraskan impuls suara jantung
dengan tekhnik yang sama

2. Perkusi
NO LANGKAH KLINIK KASUS
1. Melakukan perkusi untuk menentukan batas jantung yaitu dengan menentukan
batas jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor
2. Menentukan batas jantung kanan relatif dengan perkusi dimulai dengan penentuan
batas paru hati, kemudian 2 jari diatasnya melakukan perkusi dari lateral ke
medial
3. Jari tengah yang dipakai sebagai plessimeter diletakkan sejajar dengan sternum
sampai terdenganr perubahan bunyi ketok sonor menjadi pekak relatif (normal
batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan)
4. Batas jantung kiri relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, terletak pada
sela iga 5-6 linea medioclavicularis kiri
5. Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan
perkusi pada linea axillaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke
tympani merupakan batas paru-paru kiri. Dari Batas paru-paru kiri dapat
ditentukan batas jantung kiri relatif
5. Dari atas (fossa supra clavicula) dapat dilakukan perkusi ke bawah
6. Mencatat hasil perkusi untuk mentukan batas jantung
3. Auskultasi

NO LANGKAH KLINIK KASUS


1. Penderita diminta untuk rileks dan tenang
2. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30o
3. Dalam keadan tertentu penderita dapat dirubah posisinya (tidur miring, duduk)
4. Penderita diminta bernapas biasa
5. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya
suara tambahan
6. Mulailah Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar :
 Di daerah apeks / Iktus kordis untuk mendengar bunyi jantung yang berasal
dari katup mitral ( dengan corong stetoskop)
 Di daerah sela iga II kiri untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari
katup pulmonal (dengan membran)
 Di daerah sela iga II kanan untuk mendengan bunyi jantung berasal dari aorta
(dengan membran)
 Di daerah sela iga 4 dan 5 di tepi kanan dan kiri sternum atau
ujung sternum untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup
trikuspidal (corong stetoscop)
2. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
3. Bedakan antara sistolik dan diastolik
4. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
5. Perhatikan adanya suara-suara tambahan atau suara yang pecah
6. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik atau diastolik
7. Tentukan daerah penjalaran bising dan tentukan titik maksimunnya
8. Catat hasil auskultasi
SOP Pemasangan (EKG) Elektrokardiografi

1.  Pengertian

Aktivitas perekamanan Tindakan Merekam Aktivitas Listrik Jantung yang berasal dari
Nodus Sinoatrial yang dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi) dalam
jantung yang  menyebabkan jantung konstraksi, yang dapat direkam melalui
elektroda yang dilekatkan pada kulit.

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perpotensial atau perubahan


Voltase yang terdapat dalam jantung. 
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan listrik jantung.

2.  Tujuan EKG

1. Gangguan Irama Jantung


2. Pembesaran Atrium atau Ventrikel
3. Iskemik atau Infark Miokard
4. Infeksi lapisan jantung
5. Gangguan Elektrolit
6. Penilaian fungsi jantung
7. Efek obat

3.  Indikasi Pemasangan EKG

1. Adanya kelainan irama jantung


2. Adanya kelainan Myocard, Hypertrofi Atrial dan Ventrikel
3. Adanya pengaruh obat
4. Gangguan elektrolit
5. Adanya Perikarditis
6. Pembesaran Jantung

4.  Persiapan Alat
Memeriksa kelengkapan alat EKG yang digunakan, sebagai berikut :

1. Mesin EKG
2. Gel
3. Tisue/Kasa
4. Kertas EKG

5.  Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien
2. Menjelaskan tujuan akan dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien
3. Meminta persetujuan pasien
4. Mengatur posisi pasien

6.  Prosedur pemasangan EKG

1. Cuci Tangan
2. Tutup sampiran atau jaga privaci pasien
3. Buka baju pasien
4. Bersihkan lokasi yang akan dipasang EKG
5. Beri Gel pada lokasi yang akan dipasang Elektroda
6. Pasang Elektroda
7. Lepas Elektroda
8. Bersihkan Bekas Gel dengan tisue
9. Pakai baju pasien kembali
10. Liat Hasil
11. Bereskan alat
12. Dokumentasikan Hasil EKG
13. Cuci Tangan
14. Kolaborasikan dengan dokter

Lokasi Pemasangan Elktrode

A. Limb leads (elektroda ektremitas)

 Tangan Kanan : Merah


 Tangan Kiri : Kuning
 Kaki Kanan : Hijau
 Kaki Kiri : Hitam

B. Chest lead
 V1 : ICS 4 Sternal Line Kanan
 V2 : ICS 4 Sternal Line Kiri
 V3 : Pertengahan V2 dan V3
 V4 : ICS 5 Mid-Clavicular Line Kiri
 V5 : Anterior Axillary Line Kiri, segaris dengan V4
 V6 : Mid-Axillary Line Kiri, segaris dengan V4

7.  Dokumentasi
Dokumentasikan Nama Pasien dan Usia pasien pada hasil EKG

8. Kolaborasi dengan dokter


Kolaborasi ini bertujuan untuk menentukan tindak selanjutnya yang akan dilakukan dan
pemberian terapi obat jika terdapat kelainan pada hasil EKG yang telah dilakukan.
PROTAP DAN SOP PEMASANGAN INFUS

A.        Tahap Pra Interaksi


1.    Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada. Menanyakan apakah ada riwayat alergi
atau ada penyakit-penyakit lain yang diderita.
2.  Mencuci tangan (SOP mencuci tangan).
3.  Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
a.   Meja/trolly serupa meja suntik, tersedia diatasnya :
1)   IV catheter (abocath) yang akan digunakan.
2) IV catheter cadangan atau wing needle.
3)    Infusion set terbungkus steril.
4)   Cairan infus yang akan digunakan.
5)  Kapas alkohol 70% secukupnya.
6)   Larutan betadine secukupnya.
7)   Kasa steril ukuran 2 cm x 2 cm.
8)    Plester, gunting verband.
9)    Sarung tangan bersih.
10)  Bengkok.
11)  Tali pembendung/ tourniquet.
12)  Pengalas.
13)  Bak instrument (ukuran sedang).
14)  Spalk (bila perlu untuk anak-anak).
b.      Standart infus.

B.       Tahap Orientasi.


1.    Memberikan salam kepada pasien sebagai pendekatan terapeutik. (Selamat pagi, Selamat
siang…Pak/Bu….)
2.    Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien/ keluarganya. -----
3.    Menanyakan kesiapan mental pasien sebelum dilakukan tindakan.
4.   Meminta pasien atau keluarganya mengisi dan menandatangani formulir persetujuan
tindakan medis (formulir informed consent).
C.       Tahap Kerja.
1. Menempatkan alat dan bahan ke dekat pasien (untuk memudahkan dalam melakukan
tindakan).
2. Mengambil larutan IV (cairan infus) dan menggantungkan pada standart infus, sambil
diperiksa label cairan infus sudah sesuai dengan program terapi atau belum.
3. Membuka infus set dari bungkusnya, kemudian mengatur klem roll sekitar 2 – 4 cm (1-2
inchi) di bawah bilik drip dan setelah itu mengembalikan klem roll ke posisi off (terkunci).
4. Memasukkan infus set ke dalam kantong cairan, dengan :
a. Melepas penutup pelindung kantong cairan tanpa menyentuh lubangnya.
b. Melepas penutup pelindung dari penusuk selang, kemudian penusuk selang ditusukkan
ke dalam lubang kantong cairan dengan posisi kantong infus tegak lurus.
5.      Mengisi bilik drip (tabung reservoir) infus, dengan :
a. Menekan bilik drip kemudian lepaskan dan biarkan bilik drip terisi cairan infus hingga
setengahnya.
b. Melepas pelindung jarum dan klem roll untuk membiarkan cairan mengalir melalui
selang sampai selang bebas udara, setelah itu jarum ditutup kembali.
c. Cairan yang terbuang ditampung di dalam bengkok.
d.  Mengembalikan klem roll ke posisi off (terkunci) agar cairan infus tidak menetes.
e. Selang infus yang sudah disiapkan diletakkan di bak instrument, didekatkan pada
pasien, untuk memudahkan dalam menghubungkan selang infus dengan catheter infus
(abocath).
6.    Menentukan daerah vena yang akan digunakan disesuaikan keperluan dengan rencana
pengobatan (punggung tangan kanan/kiri, kaki kanan / kiri), dipilih tempat yang strategis,
dalam arti memudahkan untuk pemberian obat intra vena dan memberi kenyamanan pada
pasien maupun petugas.
7.  Memasang perlak dan alasnya dibawah anggota tubuh yang akan diinfus.
8.   Membersihkan area yang akan dilakukan penusukan dari bulu-bulu (bila ada) dengan
gunting.
9.  Memasang tali pembendung/ tourniquet pada jarak 5 cm di atas tempat penusukan
dengan diklik, kemudian tali pembendung ditarik agar kencang.
10. Memasang sarung tangan steril (SOP memasang sarung tangan).
11. Meminta pasien untuk mengepalkan tanganuntuk membantu mendilatasi vena, sehingga
vena tampak jelas. Bagi penderita yang tidak sadar, metode untuk mendilatasi vena dapat
dilakukan dengan menggerakkan anggota tubuh ( ekstrimitas ) dari distal ke proximal di
bawah tempat vena yang dimaksud atau menepuk perlahan di atas vena.
12. Membersihkan permukaan kulit yang akan ditusuk dengan larutan betadine dengan
gerakan sirkuler dari dalam keluar dan membiarkan tempat tersebut mengering. Bila
penderita alergi terhadap betadine, dapat digunakan alkohol 70 %.
13. Melencangkan kulit dengan memegang tangan / kaki dengan tangan kiri, kemudian
petugas yang lain menyiapkan IV catheter.
14. IV catheter yang sudah dipegang dengan tangan kanan, ditusukkan ke dalam pembuluh
vena dengan lubang jarum menghadap ke atas, sudut tusukan 30 – 40 arah jarum sejajar
dengan arah vena,lalu didorong perlahan.
15. Apabila jarum masuk ke dalam pembuluh vena, darah akan tampak masuk ke dalam
bagian reservoir jarum , maka hentikan dorongan.
16. Memisahkan bagian jarum dari bagian canul catheter dengan memutar bagian jarum
/mandrin ke belakang perlahan, lanjutkan mendorong canul ke dalam vena secara
perlahan sambil diputar sampai seluruh canul masuk.
17. Mencabut bagian jarum sehubungan dari canul catheter. Tahan canul dengan ibu jari
tangan kiri, agar darah tidak menetes keluar.
18. Melepas tourniquet.
19. Menghubungkan canul dengan infusion set.
20. Membuka saluran /klem roller untuk memulai infus dengan memperhatikan apakah
tetesan lancar, atau lokasi penusukan membengkak. Apabila terjadi pembengkakan pada
daerah penusukan, menandakan terjadi extravasasi cairan sehingga penusukan harus
diulang mulai dari awal. Apabila tetesan lancar dan tidak ada extravasasi, maka dilakukan
fiksasi.
21. Melakukan fiksasi dengan memasang plester kecil(1,25 cm) di bawah catheter dengan sisi
lengket menghadap ke atas dalam posisi menyilang. Hal ini untuk mencegah pelepasan
catheter dari vena secara tidak sengaja. Pada bayi atau balita fiksasi diperkuat dengan
spalk.
22. Memberi bantalan kassa, yang sudah diberi betadine, dengan ukuran 2 cm x 2 cm pada
rangkai penusukan kemudian diplester.
23. Mengatur kecepatan aliran/ tetesan infus tepat per menit sesuai dengan instruksi dokter.
24. Menuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta ukuran jarum pada bantalan /
plester yang dipasangkan pada tempat infus.

D.       Tahap Terminasi.


1. Merapikan pasien. Menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.
2.   Penyuluhan pasca pemasangan infus. Memberikan pesan kepada pasien / keluarganya
apabila ada keluhan akibat pemasangan infus, misal : nyeri, bengkak, badan demam/
menggigil atau cairan tidak lancar agar melapor kepada petugas yang berjaga.
3.  Berpamitan dengan pasien. Memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
dilakukan.
4.    Membereskan alat-alat dengan membuang bahan habis pakai.
5.  Memilah sampah medis dan non medis dan dibuang pada tempatnya masing-masing.
6.   Mensterilkan peralatan yang telah dipanaskan ( SOP sterilisasi alat).
7.     Melepas sarung tangan dan mencuci tangan (SOP mencuci tangan).
8.    Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan. Hal yang perlu dicatat antara lain : waktu
pemberian cairan, jenis cairan dan tetesan, jumlah cairan yang masuk, serta reaksi
pasien terhadap cairan yang masuk.

Anda mungkin juga menyukai