DIARE
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai “Diare” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu tugas
dari mata kuliah Keperawatan Anak, Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Kedokteran,
Universitas Mulawarman.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari
segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum
ini dapat memberikan manfaat untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit Diare.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB III…………………………………………………………………………………….
A. Asuhan Keperawatan ..............................................................................................
1. Pengkajian ........................................................................................................
2. Diagnose Keperawatan .....................................................................................
3. Perkembangan Keperawatan ............................................................................
4. Implementasi Keperawatan ..............................................................................
5. Catatan Perkembangan Keperawatan ...............................................................
BAB IV……………………………………………………………………………………
PENUTUP ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
2
kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang disebabkan oleh
penyakit diare (Departemen Kesehatan (Depkes,2013).
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?
6. Bagaimana cara penularan serta apa saja faktor resiko dari penyakit Diare ?
10. Apa saja pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare?
11. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare ?
6. Menjelaskan tentang cara penularan serta faktor resiko dari penyakit Diare
10. Mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Diare
3
11. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan pada penyakit Diare
4
BAB II
ISI
5
2.2 Etiologi Diare
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu
gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi
dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut
mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume
cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Disini diare
dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau
sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi
akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga
dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi. Komplikasi
kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian
kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan
yang diberikan.
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan Remaja
(Sodikin, 2011).
Jenis Diare Bayi Anak-anak Remaja
Akut • Gastroenteritis • Gastroenteritis
• Gastroenteritis • Keracunan • Keracunan
• Infeksi sistemik makanan makanan
akibat pemakaian • Infeksi sistemik akibat
antibiotik akibat pemakaian
pemakaian antibiotik
antibiotik
6
• Fibrosis kistik laktosa nervosa)
• Penyakit seliakus • Giardiasis
• Sindrom usus
pendek buatan
7
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
Terdapat beberapa pembagian diare ( Juffrie,2011) :
1. Pembagian diare menurut etiologi
a. Diare Spesifik
Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Contoh:
disentri.
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
8
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus meneyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadilah diare. Ketiga faktor makanan, ini terjadi apabila toksin
yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare
(Hidayat, 2006:12)
Inflamasi Noninflamasi
Mekanisme Invasi mukosa atau Enterotoksin atau
cytotoxin mediated berkurangnya kapasitas
inflammatory response absorpsi usus kecil
Lokasi Kolon, usus kecil bagian Usus kecil bagian
distal proksimal
Diagnosis Terdapat leukosit feses, Tidak ada leukosit feses,
kadar laktoferin feses kadar laktoferin feses
tinggi rendah
Penyebab
Bakteri Campylobacter* Shigella Salmonella* Escherichia
species Clostridium coli** Clostridium
difficile Yersinia Vibrio perfringens
parahaemolyticus Staphylococcus aureus
Enteroinvasive E.coli Aeromonas hydrophilia
9
Plesiomonas shigelloides Bacillus cereus Vibrio
cholerae
Cytomegalovirus* Rotavirus Norwalk
Virus Adenovirus Herpes
simplex virus
Entamoeba histolytica Cryptosporidium*
Microsporidium*
Parasit
Isospora Cyclospora
Giardia lamblia
Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan enzim, serta
mengabsorpsi nutriens. Gangguan kedua proses tersebut akibat infeksi akan
menimbulkan diare berair (watery diarrhea) dengan volume yang besar, disertai
kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan.6 Demam
jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel
radang.6 Usus besar berfungsi sebagai organ penyimpanan. Diare akibat
gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan
volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan
feses berdarah/mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu
ditemukan pada pemeriksaan feses (Medicinus Probiotics vol 22. N0 3, 2009)
Tanda dan Gejala DiareTanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak
menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir
dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila
terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat
10
badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit
menjadi kering (Octa dkk, 2014).
Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,ubun-ubunnya
biasanya cekung
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentukkelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasiringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong).Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopakmatanya
sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung,tidak sianosis, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidakada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(b) Auskultasi Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal,diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantungpasien normal hingga
meningkat, diare dengandehidrasi berat biasanya pasien mengalami
takikardidan bradikardi.
(2) Paru-paru
11
(a) Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hinggamelemah, diare dengan
dehidrasi berat pernapasannyadalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
(2) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik,pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik,pada pasien dehidrasi berat
kembali > 2 detik.
(3) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising
ususnyameningkat
i) Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT < 2 detik,
akral
dingin. Pada anakdehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin,sianosis.
j) Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perludi
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serumBiasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L,kalium > 5 mEq/L
(b) Pemeriksaan urinDiperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin
yangdiperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkanadanya
ketosis (Suharyono, 2008).
(c) Pemeriksaan tinjaBiasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah
ionnatrium, klorida, dan bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosaBiasanya pada pemeriksaan ini terjadi
peningkatan kadarprotein leukosit dalam feses atau darah
makroskopik(Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asamaatau
kehilangan basa (Suharyono, 2008).
12
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dandicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2,jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia.Dilakukan jika pasien mengalami
mual dan muntah.
(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan denganperdarahan segar
melalui rektum.
(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semuapasien jika pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnyanormal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
(b) Radiologi
(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocokmenjalani
kolonoskopi
(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigaimengalami
penyakit bilier atau prankeas
(c) Pemeriksaan lanjutan
(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasaakan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotikdari diare.
(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigaimembutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel,2014)
2.8 Komplikasi
13
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asambasa (asidosis
metabolik), karena:
a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidaksempurna, sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksiajaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karenatidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalamcairan intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam non-volatil,
maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2menyebabkan
pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasankusmaul) (Suharyono, 2008).
2. Hipoglikemia
Hypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderitadiare dan lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudahmenderita kekurangan kalori protein
(KKP), karena :
a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarangterjadi.
Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darahmenurun sampai 40%
pada bayi dan 50% pada anak-anak. Haltersebut dapat berupa lemas, apatis, peka
rangsang, tremor,berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan giziSewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizisehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diareatau muntahnya akan
bertambah hebat, sehingga orang tuahanya sering memberikan air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan denganpengenceran dalam waktu yang
terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsidengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
14
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, makadapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syokhipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat
mengakibatkan Perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita dapat meninggal
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yanghanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L). Hiponatremi
sering terjadi pada anak denganShigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan
oedema. Oralitaman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anaka
denganhiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaandengan
koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer Laktat atauNormal Saline (Juffrie, 201
2.9 Penatalaksanaan
a.Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan
(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO 3, KCL
dan glukosa.
15
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia
di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
(2) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan
sekresi usus, antiemetik
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan :
(a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendahdan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
(b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak
mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
(c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukanmisalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau
tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
b.Penatalaksanaan Keperawatan
16
Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan
melaluui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang
infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan
dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar
terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk segera mengatasi
dehidrasi.
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai setinfus yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu memantaunya.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,encer atau
sudah berubah konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegahbibir dan selaput
lendir mulut kering.
(e) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberimakan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:
1. Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan
di rumah:
a. Beri cairan tambahan
a) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kalipemberian.
b) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau airmatang sebagai
tambahan.
17
c) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 ataulebih cairan berikut
ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit atau
cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2
Pemberian Oralit
18
Jumlah 200 – 400 400 – 700 700 – 900 900 – 1400
d) Setelah 3 jam
19
(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi
(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).
3. Rencana terapi C
a. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat
(atau jika tak tersedia, gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.3
Pemberian Cairan
Umur Pemberian Pemberian
Pertama 30 ml/kg Berikut 70
Selama ml/kg
Selama
Bayi 1 jam* 5 jam
(dibawah umur 12 bulan)
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya
sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
20
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan
pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan menuju klinik.
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena.
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc sesuai dosis
dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:
1) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan
larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
2) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian tablet Zinc,
ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan
beberapa kali hingga satu dosis penuh.
21
3) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10 hari penuh,
meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain memberi pengobatan juga
dapat memberikan perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.
4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare akut. Hal
ini berdasarkan peranannya dalam menjaga keseimbangan flora usus normal yang
mendasari terjadinya diare. Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan
mengobati diare akut pada anak (Yonata, 2016).
3) Kebutuhan nutrisi
22
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang
menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan. Pemberian makanan harus
mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak menerimanya. Pada
umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan makanan biasa, dianjurkan makan
bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh. Hari esoknya jika
defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging yang tidak berlemak
(Ngastiyah, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan
e) Jenis cairan
f) Jumlah cairan
(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan
glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di
fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai seberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
23
(2) Terpai sistematik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan
sekresi usus, antiemetik
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg jenis makanan :
(d) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendahdan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis lainnya).
(e) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak
mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
(f) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukanmisalnya susu
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau
tidak jenuh (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
24
(a) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai setinfus yang
dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol infus waktu memantaunya.
(c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering,encer atau
sudah berubah konsistensinya.
(d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegahbibir dan selaput
lendir mulut kering.
(e) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberimakan lunak atau
secara realimentasi.
Penanganan diare lainnya yaitu dengan rencana terapi A, B dan C sebagai berikut:
1. Rencana terapi A
Penanganan diare dirumah, dengan menjelaskan pada ibu tentang 4 aturan perawatan
di rumah:
a. Beri cairan tambahan
d) Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kalipemberian.
e) Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau airmatang sebagai
tambahan.
f) Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 ataulebih cairan berikut
ini: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
2) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200
ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak oralit atau
cairan lain yang harus diberikan setiap kali anak berak:
25
d) Umur 1 sampai 5 tahun: 100 sampai 200 ml setiap kaliberak.
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit. Berikan oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2
Pemberian Oralit
26
b) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit
i) Setelah 3 jam
(2) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan.
(3) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus
lagi
(4) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah (lihat rencana terapi A).
6. Rencana terapi C
i. Memberikan cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan Ringer Laktat
(atau jika tak tersedia, gunakan cairan Nacl yang dibagi sebagai berikut:
27
Tabel 2.3
Pemberian Cairan
Umur Pemberian Pemberian
Pertama 30 ml/kg Berikut 70
Selama ml/kg
Selama
Bayi 1 jam* 5 jam
(dibawah umur 12 bulan)
j. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.
k. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum: biasanya
sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga tablet Zinc.
l. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
m. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
n. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara meminumkan
pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan menuju klinik.
(3) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat.
(4) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena.
28
7. Pemberian tablet Zinc untuk semua penderita diare
a. Pastikan semua anak yang menderita diare mendapatkan tablet Zinc sesuai dosis
dan waktu yang telah ditentukan.
b. Dosis tablet Zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:
5) Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan
larut ± 30 detik), segera berikan kepada anak.
6) Apabila anak muntah sekitar setenagh jam setelah pemberian tablet Zinc,
ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan
beberapa kali hingga satu dosis penuh.
7) Ingatkan ibu untuk memberikan tablet Zinc setiap hari selama 10 hari penuh,
meskipun diare sudah berhent, karena Zinc selain memberi pengobatan juga
dapat memberikan perlindungan terhadap diare selama 2-3 bulan ke depan.
8) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet Zinc segera setelah anak bisa minum atau makan.
8. Pemberian Perbiotik Pada Penderita Diare
Probiotik saat ini banyak digunakan sebagai salah satu terapi suportif diare akut. Hal
ini berdasarkan peranannya dalam menjaga keseimbangan flora usus normal yang
mendasari terjadinya diare. Probiotik aman dan efektif dalam mencegah dan
mengobati diare akut pada anak (Yonata, 2016).
29
3) Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga masukan
nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika,
pasien juga mengalami muntah-muntah atau diare lama, keadaan ini menyebabkan
makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan tidak lekas tercapai,
bahkan dapat timbul komplikasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2. Data Dasar
1. Pasien mengatakan sakit kepala
32
7.) Lemas dan lemah
Suara perut
hipertimpaniV
2 DS : Gangguan tidur Keletihan
- Pasien
mengatakan
bahwa kurang
tenaga karna
sering terjaga
BAB.
DO :
Lemas dan lemah
b.)
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor kulit menurun dan
membrane mukosa kering (D.0023 hal 64 SDKI)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d diare (D.0019
hal 56 SDKI)
3. Diare b.d inflamasi gastrointestinal d.d bising usus hiperaktif (D.0020 hal 58
SDKI)
33
Intervensi keperawaan
DIAGNOSA TUJUAN Dan KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Periksa turgor 1. Perubahan status hidrasi,
kehilangan cairan
intervensi selama 2x kulit, membran membran mukosa, turgor kulit
aktif d.d turgor kulit
menurun dan 24 jam maka status mukosa kering. menggambarkan berat
membrane mukosa
cairan membaik ringannya kekurangan cairan.
kering D.0023
dengan kriteria 2. Monitor intake 2. Dasar pengkajian
kardiovaskuler dan respons
hasil : dan output
terhadap penyakit
-Turgor kulit cairan
3. Memberikan pedoman untuk
meningkat 3. Hitung
menggantikan cairan
-Perasaan lemas kebutuhan
lemah cairan
4. Sebagai upaya pencegahan
-Membran mukosa 4. Berikan asupan
dehidrasi
membaik cairan oral
5. Untuk memberikan hidrasi
-Intake cairan 5. Anjurkan cairan tubuh secara parenteral
membaik memperbanyak
(L.03028 hal 107 asupan cairan
34
SLKI) oral
6. Anjurkan 6. Memberi rasa nyaman bagi
menghindari pasien
perubahan
posisi
mendadak 7. Untuk mengganti cairan tubuh
7. Kolaborasi yang hilang
pemberian
cairan IV RL
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui status nutrisi klien
ketidakmampuan tindakan selama
2x24jam diharapkan : status nutrisi
mencerna makanan
d.d diare D.0019 2. Monitor asupan 2. Mengetahui kekurangan
serat untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan 5. Makanan tinggi kalori dan
tinggi protein untuk
makanan tinggi memenuhi kebutuhan nutrisi
kalori dan tinggi
protein
6. Memaksimalkan ekspansi
6. Anjurkan posisi
paru, menurunkan kerja
duduk, jika pernapasan menurunkan
mampu resiko aspirasi
35
7. Kolaborasi
7. Menentukan jumlah kalori dan
dengan ahli gizi
nutrient untuk memenuhi gizi
untuk seimbang
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
Implementasi keperawatan
37
2. Memonitor intake dan Ds: Pasien
output cairan mengatakan
bahwa sudah 3x
BAB encer, dan 5x
muntah
Evaluasi Struktur:
Urin bag dalam
keadaan baik, dan
terdapat urinal
untuk membuang
urin dikamar kecil.
3. Menghitung kebutuhan Ds: Pasien
cairan mengatakan
bahwa merasa
sedikit mual pada
saat minum
Evaluasi struktur:
Terdapat dispenser
dengan pilihan air
hangat/dingin
diruangan
38
memperbanyak asupan
cairan oral Ds : Pasien
mengatakan
bahwa kurang
minum
Do : pasien teliahat
sudah minum air
setiap hari
sebanyak 2 liter
6. Menganjurkan atau delapan gelas
menghindari perubahan
posisi mendadak
Ds: Pasien
mengatakan
bahwa mulai
merasakan
perubahan saat
diberikan cairan
infus
Ds: Pasien
mengatakan
bahwa sudah 3x
BAB encer, dan 5x
muntah
Evaluasi Struktur:
D.0019 hal Sabtu / 22 Urin bag dalam
56 SDKI Februari 2020 / keadaan baik, dan
08.00 WITA terdapat urinal
untuk membuang
1. Mengidentifikasi status urin dikamar kecil.
nutrisi
Ds: Pasien
mengatakan
bahwa tidak nafsu
makan
39
Do: Makanan
pasien terlihat
tersisa
08.30 WITA
Evaluasi Struktur:
Makanan terlihat
2. Memonitor asupan menarik
makanan
Ds: Pasien
mengatakan
bahwa ia mencoba
untuk
menghabiskan
makanan tersebut
Do: Makanan
pasien masih
09.00 WITA terlihat sedikit
tersisa
Evaluasi struktur:
3. Memonitor berat badan Tanggapan ahli gizi
sangat cepat saat
diminta untuk
berkolaborasi
Ds: Pasien
mengatakan
penyebab ia diare
seperti makanan
terakhir yang ia
makan dan factor
pendukung lainnya
seperti stress dan
09.30 WITA ansietas
(Kecemasan)
40
Ds: Pasien
10.1 WITA menjelaskan jenis
dan jumlah
makanan apa saja
terakhir yang ia
makan
5. Memberikan makanan
tinggi kalori dan tinggi Do: Pasien terlihat
protein lemas, nyeri, dan
juga cemas
Ds: Pasien
mengatakan
bahwa fesesnya
cair, dan pada saat
BAB terkadang
banyak terkadang
sedikit
Evaluasi struktur:
6. Menganjurkan posisi terdapat pispot
duduk, jika mampu dalam keadaan
baik, dan terdapat
beberapa stok pot
feses
Ds: pasien
2. Memonitor warna, mengatakan
volume, frekuensi, dan makanan apa saja
41
09.00 WITA kosistensi tinja yang ia makan
Do: pasien terlihat
lemas dan lesu
Ds: pasien
3. Memonitor tanda dan mengatakan
gejala hypovolemia berapa kali ia BAB
Do: Pasien terlihat
meringis, dan
meringkuk
09.30 WITA
Ds: Pasien
mengatakan
tenggorokannya
4. Mengambil sampel kering
feses untuk kultur, jika Do: Pasien terlihat
perlu pucat, mukosa
mulut kering, bibir
pecah-pecah
Ds: Pasien
10.00 WITA mengatakan
bahwa ia bersedia
saat ingin diambil
sample
5. Menganjurkan Do: Feses terlihat
menghindari makanan cair
pembentuk gas, pedas, Evaluasi struktur:
10.30 WITA dan mengandung Feses pot tersedia
laktosa diruang perawat
Ds: Pasien
D.0041 hal 98 Sabtu / 22 mengatakan
SDKI Februari 2020 / bahwa terjadi
08.30 WITA perubahan pada
bentuk feses yang
tadinya cair
Memonitor peristaltik usus secara
menjadi padat
teratur
42
Do: Pasien tidak
lagi terlihat cemas
Struktur: Sediaan
obat tersedia
diruang perawat
Ds: Pasien
mengatakan
perutnya terasa
mulas
Evaluasi struktur:
Stetoskop tersedia
dalam keadaan
baik
43
BAB IV
PENUTUP
44
4.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau
lebih) dalam satu hari yang dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit
yang abnormal dalam usus. Diare juga didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare,
muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. WHO memperkirakan ada sekitar
4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu gangguan pada proses absorpsi
atau sekresi. Menurut mekanisme diare maka dikenal: diare akibat gangguan
45
absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar daripada kapasitas
absorpsi. Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan
imunologi.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada
anak dan balita. Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami
komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan
elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling penting walaupun
jarang diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia, demam,
edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang, intoleransi
laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
atau tidak langsung melalui lalat. . Selain hal-hal tersebut beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya
motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari
kuman, akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus
keracunan makanan, biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih
dominan dibandingkan diarenya sendiri. Demam juga mungkin menyertai diare
yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu, adanya perlukaan di mukosa usus akan
menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja sehingga diperlukan
pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi diare.
Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Untuk pengobatan farmakologis dapat digunakan golongan obat pengubah
konsistensi tinja (polycarbophil, attapulgite, kaolin-pectin, arang aktif), anti
motilitas (Lorepamide HCl, Diphenoxylate HCl/Atropine Sulfate), obat
antisekretorik (bismuth subsalisilat), dan golongan obat lain (primadex,
entrostop, scopma).
Sedangkan untuk pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan
cara pemberian oral rehidration atau memperbanyak intake cairan seperti air
46
mineral, sup atau jus buah, dengan tujuan untuk mengembalikan komposisi
cairan dan elektrolit tubuh yang sebelumnya mengalami dehidrasi akibat diare.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian ASI dan makanan
pendamping ASI pada bayi, menggunakan air bersih yang cukup, rajin mencuci
tangan, menggunakan jamban yang baik, memberi imunisasi campak pada anak,
serta melakukan pengelolaan sampah yang baik
4.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca
dapat melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya
dan dapat di pertanggungjawabkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol. 42 no. 7.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Berardi, R.R., et al. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs : An Interactive
Approach to Self Care 16th Edition. Washington DC : American Pharmascist
Association
Blenkinsopp A, Paxton P. Symptoms in the Pharmacy: A Guide to the Management
of Common Illness. 6th Ed. 2009, Blackwell Science Ltd.
Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry NK,
et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the Management of
Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases 2001;32:331-51.
Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,
Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI ;1996. 451-57.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment
in Internal Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian
Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.
Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea).
Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan
Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik
Thielman NM, Guerrant RL. Acute Infectious Diarrhea. N Engl J Med 2004;350:1:
38-47
49