Anda di halaman 1dari 3

1.

MATER PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN KOMPETENSI


DASAR
Materi yang terdapat pada buku siswa kelas XI semester gasal yaitu tentang
teori proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia.
2. MATERI SITUS PERADABAN ISLAM SYEKH ABDUL MUHYI
Di Kabupaten Tasikmalaya, tepatnya di Desa Pamijahan, Kecamatan
Bantarkalong, terdapat makam ulama yang konon sebagai penyebar agama
Islam di Tasikmalaya. Makam tersebut banyak diziarahi masyarakat dari
berbagai daerah, bahkan dari Provinsi Jawa Tengah hingga saat ini. Makan
ini tempat peristirahatan Syeikh Abdul Muhyi.
Dari berbagai literasi disebutkan bahwa sejarah penyebaran Islam oleh
Syeikh Abdul Muhyi di Tasikmalaya bermula saat usianya itu sekitar 27
tahun. Beliau beserta teman sepondok dibawa oleh gurunya Syeikh Abdul
Rouf bin Abdul Jabar menunaikan ibadah haji. Saat di Baitullah, gurunya
mendapatkan ilham yang menyebut bahwa salah satu santrinya ada yang
akan mendapatkan pangkat kewalian.
Dalam ilham itu dinyatakan, apabila sudah tampak tanda-tanda, maka
Syeikh Abdul Rauf harus menyuruh santrinya itu pulang dan mencari gua
di Jawa bagian barat untuk bermukim. Suatu saat sekitar waktu ashar di
Masjidil Haram tiba-tiba ada cahaya yang langsung menuju Syeikh Abdul
Muhyi dan hal itu diketahui oleh gurunya sebagai tanda-tanda tersebut.
Setelah kejadian itu, Syeikh Abdur Rauf membawa mereka pulang ke
Kuala (Aceh) tahun 1677 M. Sesampainya di Kuala, Syeikh Abdul Muhyi
disuruh pulang ke Gresik untuk minta restu dari kedua orang tua karena
telah diberi tugas oleh gurunya untuk mencari gua dan harus menetap di
sana. Sebelum berangkat mencari gua, Syeikh Abdul Muhyi dinikahkan
oleh orang tuanya dengan Ayu Bakta, putri dari Sembah Dalem
Sacaparana.
Tak lama setelah pernikahan, beliau bersama istrinya berangkat ke arah
barat dan sampailah di daerah yang bernama Darmo Kuningan. Atas
permintaan penduduk setempat Syeikh Abdul Muhyi menetap di Darmo
Kuningan selama 7 tahun terhitung dari tahun 1678 hingga 1685 M. Kabar
tentang menetapnya Syeikh Abdul Muhyi di Darmo Kuningan terdengar
oleh orang tuanya, maka mereka menyusul dan ikut menetap di sana.
Perjalanan Mencari Goa Pamijahan
Salah satu tokoh pemuda di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong,
Imam Mudofar menuturkan, Syeikh Abdul Muhyi berusaha untuk mencari
gua yang diperintahkan oleh gurunya Syeikh Abdul Rauf dengan mencoba
beberapa kali menanam padi, ternyata gagal karena hasilnya melimpah.
Padahal petunjuk dari gurunya itu, gua yang dicari akan ditemukan jika di
suatu tempat ditanami padi hasilnya tetap sebenih, artinya tidak menambah
penghasilan maka di sanalah gua itu berada.
“Karena tidak menemukan gua yang dicari, Syeikh Abdul Muhyi bersama
keluarga berpamitan kepada penduduk desa untuk melanjutkan perjalanan
mencari gua,” kata Imam kepada Ayotasik.com, Kamis (5/3/2020).
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sampailah beliau di
daerah Pamengpeuk yang termasuk wilayah Kabupaten Garut saat ini. Di
sini beliau bermukim selama 1 tahun antara tahun 1685-1686 M, untuk
menyebarkan agama Islam secara hati-hati mengingat penduduk setempat
waktu itu masih beragama Hindu.
Setahun kemudian ayahandanya, Sembah Lebewarta Kusumah meninggal
dan dimakamkan di Kampung Dukuh di tepi Kali Cikaengan. Beberapa
hari seusai pemakaman ayahandanya, beliau melanjutkan perjalan mencari
gua dan sempat bermukim di Batu Wangi. Perjalanan dilanjutkan dari Batu
Wangi hingga sampai di Lebaksiu dan bermukim di sana selama 4 tahun
yakni 1686- 1690 M.
Walaupun di Lebaksiu tidak menemukan gua yang dicari, beliau tidak
putus asa dan melangkahkan kakinya ke sebelah timur dari Lebaksiu yaitu
di atas gunung Kampung Cilumbu. Akhirnya beliau turun ke lembah
sambil bertafakur melihat indahnya pemandangan sambil mencoba
menanam padi.
Pada suatu hari, Syeikh Abdul Muhyi melihat padi yang ditanam telah
menguning dan waktunya untuk dipetik. Saat dipetik terpancarlah sinar
cahaya kewalian dan terlihatlah kekuasaan Allah.
Padi yang telah dipanen tadi ternyata hasilnya tidak lebih dan tidak kurang,
hanya mendapat sebanyak benih yang ditanam. Ini sebagai tanda bahwa
perjuangan mencari gua sudah dekat. Untuk meyakinkan adanya gua di
dalamnya maka di tempat itu ditanam padi lagi, sambil berdoa kepada
Allah, semoga goa yang dicari segera ditemukan.
"Dengan kekuasan Allah, padi yang ditanam tadi segera tumbuh dan waktu
itu juga berbuah dan menguning, lalu dipetik dan hasilnya ternyata sama,
sebagaimana hasil panen yang pertama. Di sanalah beliau yakin bahwa di
dalam gunung itu adanya goa,“ papar Imam.
Sewaktu Syeikh Abdul Muhyi berjalan ke arah timur, terdengarlah suara
air terjun dan kicaun burung yang keluar dari dalam lubang. Dilihatnya
lubang besar itu, di mana keadaannya sama dengan gua yang digambarkan
oleh gurunya. Seketika kedua tangannya diangkat, memuji kebesaran
Allah. Telah ditemukan gua bersejarah, di mana di tempat ini dahulu
Syeikh Abdul Qodir Al Jailani menerima ijazah ilmu agama dari gurunya
yang bernama Imam Sanusi.
Goa yang sekarang di kenal dengan nama Goa Pamijahan adalah warisan
dari Syeikh Abdul Qodir Al Jailani yang hidup kurang lebih 200 tahun
sebelum Syeikh Abdul Muhyi. Gua ini terletak di antara kaki Gunung
Mujarod. Sejak gua ditemukan, Syeikh Abdul Muhyi bersama keluarga
beserta santrisantrinya bermukim disana. Disamping mendidik santrinya
dengan ilmu agama, beliau juga menempuh jalan tharekat.

Anda mungkin juga menyukai