Anda di halaman 1dari 15

07/12/2020

SISTEM PENGELOLAAN TATA


AIR DI LAHAN RAWA
(GAMBUT)

Oleh : Mashuri, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

ISU STRATEGIS DI Kebakaran


Hutan dan
INDONESIA LAHAN RAWA Lahan di
Indonesia

GUNA SISTEM TATA AIR


1.MENGHINDARI BANJIR/GENANGAN (MUSIM
HUJAN)
2.MENGHINDARI KEKERINGAN DI MUSIM
KEMARAU TERUTAMA KEBAKARAN

1
07/12/2020

Contoh Contoh
Sistem Sistem
Tata Air Tata Air

Contoh
Sistem
Tata Air

Contoh
Sistem
Tata Air

MENGHINDARI KEKERINGAN TERUTAMA


KEBAKARAN
Contoh
Sistem Contoh
Tata Air Sistem
Tata Air

2
07/12/2020

Pendahuluan

Pengelolaan air (tata air) di lahan rawa bukan hanya


dimaksudkan untuk menghindari terjadinya banjir/
genangan yang berlebihan di musim hujan, tetapi juga
harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di
musim kemarau terutama kebakaran. Disamping penting
untuk memperpanjang musim tanam, hal ini penting
untuk menghindari bahaya kekeringan lahan sulfat
masam dan lahan gambut.

Adanya keseimbangan antara IRIGASI dan


DRAINASE

3
07/12/2020

Sumber Air di Lahan Gambut

Keberadaan air di lahan gambut sangat dipengaruhi oleh


adanya hujan dan pasang surut/ luapan air sungai.
Karakter dari kedua sumber akan berpengaruh terhadap
tinggi dan lama genangan air di lahan gambut.
Lahan gambut yang sering menerima luapan air sungai
relatif lebih subur dibanding lahan gambut yang semata-
mata hanya menerima limpasan/curah hujan.

Pendahuluan

Tata Air Makro


Tata air makro adalah pengelolaan air dalam suatu
kawasan yang luas dengan cara membaut jaringan
reklamasi, sehingga keberadaan air bisa dikendalikan.
Bangunan-bangunan yang umum ada dalam suatu
kawasan reklamasi:
1. Tanggul banjir
2. Saluran intersepsi
3. Waduk retarder
4. Saluran drainase dan
5. Saluran irigasi

4
07/12/2020

Pendahuluan

Tata Air Makro

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut (Mikro)

Sistem Parit/handil di Tepi Sungai


Tujuan dari pembuatan parit/handil antara lain:
• Mengendalikan keberadaan air tanah di lahan gambut sesuai
dengan kebutuhan tanaman yang akan dibudidayakan (tidak
kering dimusim kemarau, tetapi tidak tergenang di musim hujan).
 dapat dilakukan dengan membuat flapgate.
• Mencuci asam organik dan anorganik serta senyawa lainnya yang
bersifat racun terhadap tanaman dan memasukkan air segar untuk
memberikan oksigen
• Sebagai media budidaya ikan dan sekat bakar (pencegahan
kebakaran)
• Sebagai sarana transportasi hasil panen

5
07/12/2020

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Parit/handil di Tepi Sungai


Parit dibuat dari pinggir sungai yang mengarah tegak
lurus ke arah daratan, dikiri dan kanan parit dibuat
pematang-pematang yang umumnya digunakan sebagai
jalan sekaligus batas kepemilikan lahan.
Parit dibuat secara bertahap sesuai dengan kondisi
perubahan lahan, pengaruh pasang surut (kedalaman
muka air) dan kedalaman gambut.

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Parit/handil di Tepi Sungai


Ciri sistem Parit:
• Lahan usaha tani berjarak 0.5 - 4 km dari tepi sungai atau sampai
ke ketebalan gambut maksimum 1 m.
• Ditepi sungai sudah ada tanggul yang terbentuk secara alami yang
dapat meminimalisir luapan banjir.
• Aliran air dalam parit terjadi dua arah (pembuangan - irigasi)
• Parit dipasang tabat untuk mencegah air keluar sewaktu surut.
• Lebar parit/handil berukuran 5 meter dan semakin menyempit ke
arah hulu parit.
• Pada setiap jarak 500 meter dibuat parit cacing (sebagai penyalur
air ke petak sawah)

6
07/12/2020

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Saluran Model Garpu/Kipas


Dikembangkan pada lahan pasang surut, yaitu lahan-
lahan yang terletak di dataran pantai atau dekat sungai,
baik yang terpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung oleh pasang surut.
Sistem garpu dibuat dengan alasan agar saluran-saluran
tidak sering menerobos pemukiman penduduk setempat.
Untuk mengatur air pasang surut, maka dibuat pintu-
pintu air (flapgate).

7
07/12/2020

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Saluran Model Garpu/Kipas

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Saluran Model Garpu/Kipas


Kelemahan sistem garpu
• Biaya pembuatan terlalu mahal (untuk lahan pertanian yang
sangat luas dan menggunakan alat berat)
• Lumpur yang mengendap dalam ruas-ruas saluran harus sering
diangkat untuk menghindari terjadinya pendangkalan.

Untuk mengatasi kelemahan ini disarankan untuk


membuat saluran terpisah antara irigasi dan drainase
(sistem aliran satu arah).

8
07/12/2020

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Aliran Satu Arah


Sistem aliran satu arah setidaknya memerlukan dua buah
saluran tersier yang berfungsi untuk irigasi (inlet) dan
drainase (outlet). Kedua saluran tersier ini harus
dilengkapi dengan pintu flapgate (pintu air otomatis).
Tinggi rendahnya muka air dalam saluran diatur melalui
pengaturan pembukaan pintu outlet (drainase).

Keuntungan sistem Aliran satu Arah:


• Terjadinya pergantian air segar di dalam saluran secara lebih
lancar
• Potensi endapan lumpur di dalam saluran kuarter lebih kecil
• Penumpukan senyawa racun dan air asam dapat dihindari

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Sistem Aliran Satu Arah

9
07/12/2020

Teknologi Pengelolaan Air di Lahan Gambut

Rancangan Sistem Tata-air Lahan Gambut

Dalam pengembangan tata air di kawasan hutan gambut harus


dibagai berdasarkan zonasi antar dua sungai, sehingga
keberadaan sungai menjadi kunci dalam penentuan zonasi.
Daerah pengembangan dibagi menjadi lima zone yakni:
• Zone 1 sebagai sabuk hijau (green belt) dengan lebar
masing-masing sekitar 1 km sebelah kiri dan kanan sungai
yang lebih ditujukan untuk tujuan konservasi;
• Zone 2a untuk tanaman pertanianpangan dengan potensial
pola tanam padi-padi-palawija/ sayuran;
• Zone 2b untuk tanaman pangan dengan potensial pola
tanam padi-palawija/sayuran-palawija/sayuran;
• Zone 3 untuk tanaman tahunan dan buah-buahan;
• Zone 4 untuk tanaman hutan.

10
07/12/2020

Rancangan Sistem Tata-air Lahan Gambut

Mempertahankan Resapan Air di Lahan Gambut


Kawasan bergambut yang berfungsi sebagai daerah
resapan air bagi daerah di bawahnya adalah daerah pada
bagian puncak kubah gambut (peat dome), yang dari segi
topografi merupakan daerah atas dan perlu dilindungi
supaya fungsi hidrologisnya dapat dipertahankan.

Skematisasi profil kubah gambut sebagai daerah resapan air


di antara dua buah sungai

11
07/12/2020

Mempertahankan Resapan Air di Lahan Gambut

Besarnya nilai L dan X1 serta X2 merupakan batas dimana luasan


Kawasan Lindung perlu dipertahankan supaya fungsi perlindungannya
untuk kawasan budidaya HTI di bawahnya dapat terjamin
keberlanjutannya.
Besarnya kemampuan menyimpan air di kubah gambut secara
volumetrik tergantung pada besarnya porositas tanah gambut dan
beda elevasi antara E1 dan E2.
Sifat fisik tanah gambut pada tingkat kematangan fibrik (rendah)
adalah:
- nilai porositas 80% ~ 90% volume,
- lengas tanah pada kapasitas lapang sekitar 45% volume,
- berat jenis 0,2 gr/cm 3, permeabilitas sekitar 53 – 69 cm/hari (rata-
rata 61 cm/hari).

Mempertahankan Resapan Air di Lahan Gambut

Kapasitas menyimpan Air (C) dapat dihitung sebagai berikut:

C  E1  E2  x FB x L x n m /m'
3

Dimana:
FB : faktor koreksi bentuk yang besarnya sekitar 0,6
L : Lebar kubah gambut yang dilindungi
E1 : elevasi lahan puncak kubah;
E2 : elevasi muka air di saluran paling atas
n : adalah angka total porositas rata-rata (80% ~ 90%);

Lengas tanah gambut pada kapasitas lapang pada kondisi vegetasi


hutan alami adalah sekitar 45% volume, sehingga dari total volume air
yang disimpan pada musim hujan (n) sekitar 50%nya akan dilepas
secara gravitasi sebagai aliran air bawah permukaan tanah ke daerah di
bawahnya.

12
07/12/2020

Mempertahankan Resapan Air di Lahan Gambut


Jumlah air yang dilepas dari kubah gambut pada musim kemarau harus
 jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi defisit air pada musim
kemarau di bagian bawahnya. Sehingga dengan demikian
persamaannya menjadi:

X1  X 2  x Defisit air MK  E1  E2  x FB x L x n x 0.5


Penurunan tanah gambut (subsidence) di lokasi HTI diduga dengan
persamaan dari Segeberg (1960):
1
S  k D T 0.707  k  0,05 
Ld
Dimana:
S : dugaan subsidence (m),
k : koefisien,
Ld : Volume bahan kering (dalam %),
D : elevasi muka air saluran drainase di bawah permukaan tanah (m),
T : tebal awal tanah gambut (m).

Sistem Tata Air Mikro Lahan Pasang Surut


Desain Sistem Pengairan/drainase Saluran tersier
Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro tergantung
kepada tipe luapan air pasang. Penataan air pada tingkat ini dapat
dilakukan dengan 2 sistem yaitu sistim aliran satu arah (one-way flow
system) dan sistim aliran dua arah (two-way flow system).

Saluran Kuarter dan Drainase


Saluran kuarter biasanya dibuat di setiap batas pemilikan lahan,
sedangkan di dalam petakan lahan dibuat saluran cacing dengan
interval 3 – 12 meter dan disekeliling petakan lahan tergantung pada
kondisi lahannya. Air di petakan lahan perlu diganti setiap dua
minggu pada saat pasang besar.

13
07/12/2020

Sistem Tata Air Mikro Lahan Pasang Surut


Saluran Kuarter dan Drainase
Bentuk dan Ukuran Saluran

Sistem Tata Air Mikro Lahan Pasang Surut


Saluran Kuarter dan Drainase
Bentuk dan Ukuran Saluran

14
07/12/2020

Sistem Tata Air Mikro Lahan Pasang Surut


Saluran Kuarter dan Drainase
Bentuk dan Ukuran Saluran

Selesai

15

Anda mungkin juga menyukai