Anda di halaman 1dari 4

2.

Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi


Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Dalam menjalankan tugasnya jika perseroan merugi maka setiap anggota Dewan
Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas
2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng
bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
Prinsip hukum yang ditegakkan apabila anggota Dewan Komisaris salah atau lalai menjalankan
tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau kelalaian itu perseroan
mengalami kerugian, adalah setiap anggota Dewan Komisaris, bertanggung jawab secara pribadi
(personal liability) atas kerugian dimaksud.
Bertitik tolak dari ketentuan di atas, dapat dikonstruksi tanggung jawab pribadi anggota Dewan
Komisaris yang salah atau lalai melaksanakan tugas:
1. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan;
2. Tanggung jawab pribadi melekat pada diri anggota Dewan Komisaris apabila ia bersalah
(guilty), atau lalai (negligence) menjalankan tugas pengawasan atau pemberian nasihat;
3. Meskipun kerugian itu timbul dari pengurusan Direksi, anggota Dewan Komisaris tetap
bertanggung jawab secara pribadi, apabila dalam pengawasan pelaksanaan pengurusan
Direksi itu terdapat unsur kesalahan atau kelalaian anggota Dewan Komisaris;
4. Luasnya tangggung jawab pribadi anggota Dewan Komisaris, sebatas kesalahan dan
kelalaiannya. Dalam praktik, ketentuan ini sangat sulit menerapkannya. Sulit mengukur secara
objektif sampai sebatas mana kesalahan itu atau kelalaian itu dilakukannya;
5. Apabila anggota Dewan Komisaris terdiri atas 2 atau lebih, tanggung jawab pribadi itu,
bersifat tanggung jawab secara tanggung renteng (hoofdelijke aansprakelijk, jointly and
severally liable) bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota
Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
Perseroan ke pengadilan negeri.
Jadi jika perseroan mengalami kerugian maka Dewan Komisaris selaku organ pereroan yang
melakukan pengawasan terhadap direksi, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
tersebut. Pertanggungjawaban tersebut jika anggota Dewan Komisaris salah atau lalai
menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau kelalaian itu
perseroan mengalami kerugian. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat
membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah
melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan
kepailitan; dan (iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya
kepailitan.

Tangung Jawab Dewan Direksi


Pasal 104
(1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada
pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi
ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
(2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau
kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan
dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung
jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.
(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota Direksi
yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
(4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:
a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh
tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku juga bagi
Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga.
3. Regulasi Direksi dan Dewan Komisaris
1) Dewan Komisaris memberikan pengawasan terhadap Direksi atas implementasi rencana dan
kebijakan Perseroan terkait :
a. Kepatuhan perusahaan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan Anggaran Dasar Perseroan;
b. Kepatuhan perusahaan terhadap seluruh perjanjian dan komitmen dengan pihak ketiga;
c. Kepatuhan Direksi dalam menjalankan Perseroan sesuai RKAP dan/atau RJP;
d. Pengelolaan Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan, termasuk didalamnya evaluasi
arahan, visi dan misi Anak Perusahaan/ Perusahaan Patungan.
2) Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perseroan
3) Memantau dan memastikan bahwa Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan
secara efektif dan berkelanjtuan
4) Memastikan bahwa dalam laporan tahunan Perseroan telah memuat informasi mengenai
identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan Komisaris di Perusahaan lain,
termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat internal maupun rapat
gabungan dengan Direksi), serta honorarium fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima
dari Perseroan
5) Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang disiapkan Direksi serta
menandatangani laporan tahunan
6) Pengawasan khusus dan pemberian nasihat dan saran terhadap (1) Kebijakan Direksi dan (2)
pelaksanaan atas kebijakan tersebut, terkait hal-hal berikut:
a. Perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan berdampak pada usaha perusahaan dan
kinerja perusahaan;
b. Sistem pengendalian intern;
c. Manajemen risiko;
d. Sistem teknologi informasi;
e. Pelaksanaan pengembangan karir;
f. Akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
g. Pengadaan barang dan jasa;
h. Merespon dan menindaklanjuti keluhan dari stakeholders termasuk pengaduan yang
berkaitan dengan Perusahaan (whistleblowing), dengan menelaah masukan yang diterima,
dan bila perlu dapat dilakukan pembahasan atau pemberian pendapat/ saran kepada
Direksi dan/ atau Pemegang Saham;
i. Kebijakan mutu dan pelayanan;
j. Pengelolaan sumber daya manusia, khususnya tentang manajemen karir, sistem dan
prosedur promosi, mutasi dan demosi.
k. Gejala penurunan kinerja Perseroan, yang diperkirakan akan berdampak pada tidak
tercapainya target-target kinerja RKAP secara signifikan pada akhir tahun berjalan.
Terhadap hal tersebut dapat segera dilakukan pembahasan oleh Dewan Komisaris,
pemberian saran kepada Direksi dan/atau pelaporan kepada Pemegang Saham.
7) Guna pelaksanaan tugas pengawasan Dewan Komisaris di atas, maka Dewan Komisaris
membutuhkan informasi yang perlu disediakan oleh Direksi, yaitu :
a. Informasi berkala, antara lain laporan bulanan, triwulanan dan tahunan, antara lain berisi
tentang kinerja keuangan dan operasi perusahaan, dengan standar waktu penyampaian
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan yang berlaku.
b. Informasi insidentil, berisi informasi yang diminta oleh Dewan Komisaris sesuai dengan
lingkup tugas dan kewenangan Dewan Komisaris.

Anda mungkin juga menyukai