Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dalam menjalankan tugasnya jika perseroan merugi maka setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris. Prinsip hukum yang ditegakkan apabila anggota Dewan Komisaris salah atau lalai menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau kelalaian itu perseroan mengalami kerugian, adalah setiap anggota Dewan Komisaris, bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas kerugian dimaksud. Bertitik tolak dari ketentuan di atas, dapat dikonstruksi tanggung jawab pribadi anggota Dewan Komisaris yang salah atau lalai melaksanakan tugas: 1. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan; 2. Tanggung jawab pribadi melekat pada diri anggota Dewan Komisaris apabila ia bersalah (guilty), atau lalai (negligence) menjalankan tugas pengawasan atau pemberian nasihat; 3. Meskipun kerugian itu timbul dari pengurusan Direksi, anggota Dewan Komisaris tetap bertanggung jawab secara pribadi, apabila dalam pengawasan pelaksanaan pengurusan Direksi itu terdapat unsur kesalahan atau kelalaian anggota Dewan Komisaris; 4. Luasnya tangggung jawab pribadi anggota Dewan Komisaris, sebatas kesalahan dan kelalaiannya. Dalam praktik, ketentuan ini sangat sulit menerapkannya. Sulit mengukur secara objektif sampai sebatas mana kesalahan itu atau kelalaian itu dilakukannya; 5. Apabila anggota Dewan Komisaris terdiri atas 2 atau lebih, tanggung jawab pribadi itu, bersifat tanggung jawab secara tanggung renteng (hoofdelijke aansprakelijk, jointly and severally liable) bagi setiap anggota Dewan Komisaris. Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri. Jadi jika perseroan mengalami kerugian maka Dewan Komisaris selaku organ pereroan yang melakukan pengawasan terhadap direksi, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian tersebut. Pertanggungjawaban tersebut jika anggota Dewan Komisaris salah atau lalai menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat, dan atas kesalahan atau kelalaian itu perseroan mengalami kerugian. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan (iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.
Tangung Jawab Dewan Direksi
Pasal 104 (1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas Perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. (2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. (3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan. (4) Anggota Direksi tidak bertanggungjawab atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan: a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) berlaku juga bagi Direksi dari Perseroan yang dinyatakan pailit berdasarkan gugatan pihak ketiga. 3. Regulasi Direksi dan Dewan Komisaris 1) Dewan Komisaris memberikan pengawasan terhadap Direksi atas implementasi rencana dan kebijakan Perseroan terkait : a. Kepatuhan perusahaan dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran Dasar Perseroan; b. Kepatuhan perusahaan terhadap seluruh perjanjian dan komitmen dengan pihak ketiga; c. Kepatuhan Direksi dalam menjalankan Perseroan sesuai RKAP dan/atau RJP; d. Pengelolaan Anak Perusahaan dan Perusahaan Patungan, termasuk didalamnya evaluasi arahan, visi dan misi Anak Perusahaan/ Perusahaan Patungan. 2) Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perseroan 3) Memantau dan memastikan bahwa Good Corporate Governance (GCG) telah diterapkan secara efektif dan berkelanjtuan 4) Memastikan bahwa dalam laporan tahunan Perseroan telah memuat informasi mengenai identitas, pekerjaan-pekerjaan utamanya, jabatan Dewan Komisaris di Perusahaan lain, termasuk rapat-rapat yang dilakukan dalam satu tahun buku (rapat internal maupun rapat gabungan dengan Direksi), serta honorarium fasilitas, dan/atau tunjangan lain yang diterima dari Perseroan 5) Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang disiapkan Direksi serta menandatangani laporan tahunan 6) Pengawasan khusus dan pemberian nasihat dan saran terhadap (1) Kebijakan Direksi dan (2) pelaksanaan atas kebijakan tersebut, terkait hal-hal berikut: a. Perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan berdampak pada usaha perusahaan dan kinerja perusahaan; b. Sistem pengendalian intern; c. Manajemen risiko; d. Sistem teknologi informasi; e. Pelaksanaan pengembangan karir; f. Akuntansi dan penyusunan laporan keuangan; g. Pengadaan barang dan jasa; h. Merespon dan menindaklanjuti keluhan dari stakeholders termasuk pengaduan yang berkaitan dengan Perusahaan (whistleblowing), dengan menelaah masukan yang diterima, dan bila perlu dapat dilakukan pembahasan atau pemberian pendapat/ saran kepada Direksi dan/ atau Pemegang Saham; i. Kebijakan mutu dan pelayanan; j. Pengelolaan sumber daya manusia, khususnya tentang manajemen karir, sistem dan prosedur promosi, mutasi dan demosi. k. Gejala penurunan kinerja Perseroan, yang diperkirakan akan berdampak pada tidak tercapainya target-target kinerja RKAP secara signifikan pada akhir tahun berjalan. Terhadap hal tersebut dapat segera dilakukan pembahasan oleh Dewan Komisaris, pemberian saran kepada Direksi dan/atau pelaporan kepada Pemegang Saham. 7) Guna pelaksanaan tugas pengawasan Dewan Komisaris di atas, maka Dewan Komisaris membutuhkan informasi yang perlu disediakan oleh Direksi, yaitu : a. Informasi berkala, antara lain laporan bulanan, triwulanan dan tahunan, antara lain berisi tentang kinerja keuangan dan operasi perusahaan, dengan standar waktu penyampaian sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan yang berlaku. b. Informasi insidentil, berisi informasi yang diminta oleh Dewan Komisaris sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangan Dewan Komisaris.