Anda di halaman 1dari 5

AGAMA TASK12

TASK6:

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pancasola dalam ajaran Agama Kristen!

Sila ke-1: KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila pertama mengatakan bahwa Tuhan itu satu (esa), dan sila ini sejalan dengan perkataan Musa
dalam Ulangan 6:4 yang mengatakan bahwa TUHAN itu esa. Bahkan Tuhan Yesus sendiri juga
menegaskan bahwa “Tuhan itu esa” (Markus 12:29).

Sila ke-2: KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Sila kedua menjelaskan bahwa sebagai sesama manusia, kita harus bersikap adil dan senantiasa
memperlakukan manusia lain dengan beradab. Perintah untuk menegakkan dan mengejar
keadilan ini juga ditegaskan TUHAN dalam Yesaya 56:1 dan Ulangan 16:20. Mengapa kita
diperintahkan menjadi manusia yang adil? Karena Dia sendiri mencintai keadilan (Ibrani 1:9).

Sila ke-3: PERSATUAN INDONESIA

Sila ketiga menekankan untuk menjaga persatuan dan perdamaian dengan seluruh rakyat
Indonesia. Alkitab dalam Roma 14:19 meminta kita untuk, “..mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.” Paulus juga menasihati supaya,
“..seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat
bersatu dan sehati sepikir.” (1 Korintus 1:10).

Sila ke-4: KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

Sila keempat mengingatkan agar dalam melakukan segala sesuatu, hendaknya kita dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan, serta menyelesaikan permasalahan yang muncul dengan bermusyawarah
terlebih dahulu. Tentang hikmat dan kebijaksanaan, Alkitab menceritakan kisah tentang Raja
Salomo yang memimpin orang Israel dengan hikmat dan kebijaksanaan (1 Raja 3:16-27). Alkitab
juga menjelaskan bahwa untuk mendapat hikmat, kita harus memintanya kepada Allah (Yakobus
1:5).

Sedangkan penyelesaian masalah dengan permusyawaratan juga beberapa kali dilakukan dalam
Alkitab. Salah satunya adalah pemilihan Matias untuk menggantikan Yudas Iskariot. Para rasul
telah bermusyawarah dan membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah
Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu (Kisah Rasul
1:15-26).
Sila ke-5: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Sila kelima lebih ditujukan untuk para pemimpin agar terus menciptakan keadilan sosial untuk
rakyat Indonesia, terutama bagi rakyat miskin dan rakyat kecil yang terpinggirkan. Pesan bagi
para pemimpin ini juga tertulis dalam Mazmur 82:3, “Berilah keadilan kepada orang yang lemah
dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!”

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi dasar bagi negara Indonesia,
tidaklah bertentangan dengan ajaran Alkitab dan sebaliknya, banyak ayat dalam Alkitab yang
selaras dengan kelima sila di Pancasila. Maka dari itu sebagai warga negara Indonesia yang baik,
hendaknya kita menghormati Pancasila sebagai ideologi dasar bangsa serta mendukung segala
keputusan pemerintah yang baik, karena ada tertulis,

“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah,
yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”
(Roma 13:1).

TASK7:

Jelaskan apa yang dimaksud dengan lima rukun Islam!

Syahadat: menyatakan tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah.

Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.

Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang membutuhkan.

Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan.

Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka yang
berkecukupan

TASK8:

Jelaskan secara singkat apa itu agama-agama lokal Nusantara dan diskriminasi seperti apa yang
mereka alami hingga saat ini.

Agama-agsama local masyarakat Indonesia merupakan kepercayaan adat istiadat atau


kebudayaan pengabdian untuk leluhur mereka, dan biasanya mereka dimenglami diskriminasi
karena dianggap tidak percaya kepada Tuhan dan percaya kepada hal takhayul.
TASK9:

Menurut Anda, apakah kebebasan beragama dan berkeyakinan itu? Jelaskan!

Kebebabasan beragama dan berkeyakinan merupakan hak seseorang untuk percaya/menganut


kepada suatu ajaran agama atau aliran tertentu tanpa ada nya paksaan tapi yang timbul dari dasar
hati nurani orang itu sendiri.

TASK12:

Source: https://geotimes.co.id/kolom/politik/menjaga-semangat-kepahlawanan/

Kepahlawanan dalam konteks berbangsa dan bernegara adalah proses perjuangan dalam
merintis, memerdekakan, dan menjaga keutuhan keindonesiaan. Inti dari keindonesiaan adalah
keanekaragaman suku, adat istiadat, bahasa, ras, dan kepercayaan (agama).

Menjaga keutuhan keindonesiaan, dengan demikian, menjaga semangat toleransi dalam negara
multikultural. Dan menjaga semangat kepahlawanan sama artinya dengan menjaga keutuhan
negara yang multikultural. Semangat inilah yang dibangun Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda
1928, dan Hari Pahlawan 10 November 1945.

Semangat kepahlawanan seperti ini mutlak harus kita jaga karena, bagi Indonesia, kondisi
multikultural merupakan realitas objektif yang tak bisa dibantah oleh siapa pun. Dalam bahasa
Profesor Ahmad Syafii Maarif, kondisi multikultural merupakan fakta keras. Fakta yang tak bisa
dilunakkan, atau dikompromikan dengan dalih apa pun.

Bahkan semangat menjaga ideologi suatu agama yang sangat kuat tertanam dalam jiwa
seseorang pun tak bisa dijadikan alat untuk merontokkan keindonesiaan. Sekali semangat
keindonesiaan rontok karena fanatisme agama, kita akan terpecah belah. Diskriminasi dan
ketidakadilan akan tumbuh karena keinginan untuk mengutamakan agama tertentu.

Kita percaya bahwa Indonesia merdeka karena patriotisme para ulama dan tokoh-tokoh agama.
Itulah mengapa Indonesia dikatakan merdeka karena berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa.
Karena ada keyakinan yang kuat bahwa tanpa ada semangat spiritual, perjuangan kemerdekaan
tidak akan menguat dan bergelora.
Inti dari ajaran agama adalah semangat kemanusiaan yang merdeka. Semurni-murni tauhid yang
ditanamkan pahlawan nasional Tjokroaminoto pada murid-muridnya, termasuk Sukarno, adalah
tauhid yang memerdekakan kemanusiaan. Manusia tauhid adalah manusia yang merdeka, yang
hanya tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itulah, setiap upaya untuk membangkitkan semangat keagamaan seraya menihilkan
keindonesiaan adalah bertentangan dengan semangat kepahlawanan. Karena semangat
keagamaan dan keindonesiaan berada dalam satu tarikan nafas yang tak bisa dipisahkan. Tapi,
ini juga bukan alasan untuk mempolitisasi agama. Mengeksploitasi semangat agama untuk
meraih kekuasaan.

Politisasi agama harus dilawan, seperti juga upaya-upaya untuk menanggalkan semangat
kebangsaan dalam membangun semangat keagamaan. Pada saat agama dieksploitasi untuk
meraih kekuasaan, pada saat itulah benih-benih diskriminasi dan ketidakadilan telah tertanam.
Tidak ada makan siang yang gratis. Setiap dukungan politik bukanlah sesuatu yang tanpa
pamrih. Setiap dukungan bermakna investasi yang harus dipetik pada saat kekuasaan sudah ada
di genggaman.

Kita tidak sedang memisahkan agama dari politik, tapi yang kita lawan adalah eksploitasi agama
untuk kepentingan politik. Semangat juang agama yang seyogianya kita bangun adalah semangat
untuk menjaga kemanusiaan, kebersamaan, toleransi, dan saling menghormati keberagaman.

Munculnya sejumlah indikasi intoleransi sebagaimana yang tercermin dalam sejumlah survei
politik akhir-akhir ini seyogianya membuat kita waspada, bahwa ada semangat yang muncul
untuk merusak keindonesiaan. Semangat yang apabila tidak kita antisipasi bisa membuat kita
terpecah belah seperti yang terjadi di sebagian negara Timur Tengah.

Semangat inilah, saya kira, yang melandasi Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan yang sekarang sudah
ditetapkan menjadi UU tentang Ormas. Bahwa ada bagian-bagian yang perlu diperbaiki kita
setuju, dan ada beragam mekanisme konstitusional untuk memprosesnya.
Mengapa mayoritas anggota DPR menyetujui Perppu Ormas harus dimaknai bahwa masih ada
semangat dari para wakil rakyat untuk menjaga keutuhan Indonesia sebagai bangsa dan negara
yang berisi keragaman suku, ras, bahasa, adat istiadat, dan agama.

Keputusan Mahkamah Konstitusi untuk mengakui aliran kepencayaan dalam administrasi


kependudukan sebagai agama yang bisa dicantumkan dalam Karta Tanda Penduduk (KTP) juga
harus kita maknai dalam semangat membangun keindonesiaan.

Dalam Indonesia yang multikultural tidak boleh ada kelompok, sekecil apa pun kelompok itu,
yang diabaikan hak-haknya sebagai warga negara. Kebebasan beragama, dan kebebasan
menjalankan keyakinan agama, adalah hak warga negara yang dijamin UUD 1945. Dan jaminan
konstitusi ini harus termanifestasi dalam ketentuan perundang-undangan yang kedudukannya
berada di bawah UUD 1945.

Seperti terhadap Perppu, yang kemudian diputuskan DPR, kita juga harus menghormati
keputusan MK. Bahkan, menurut saya, keputusan MK ini bisa menjadi wujud nyata
(objektifikasi) dari sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”–sila yang paling
banyak dikritik karena masih banyak realitas objektif dalam kehidupan kebangsaan kita yang
bertentangan dengan sila ini.

Maka, yang merayakan keputusan MK seyogianya bukan hanya para penghayat aliran
kepercayaan, tapi juga kita semua yang berkomitmen menjaga semangat keindonesiaan.

Kemerdekaan bangsa dan keutuhan keindonesiaan adalah hasil perjuangan para pahlawan kita di
zaman dulu. Dan menjaga semangat kepahlawanan adalah tugas kita, generasi zaman sekarang.

Anda mungkin juga menyukai