Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai alat
tukar menukar dalam lalu lintas perekonomian. Banyak orang yakin bahwa uang merupakan
salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan, dan orang tidak pernah merasa cukup
dalam memilikinya. Akan tetapi, para ahli ekonomi berpendapat bahwa kenaikan jumlah
uang beredar di dunia, tidak akan membuat hidup orang lebih bahagia. Alasannya adalah,
meskipun dengan uang itu orang dimungkinkan untuk membeli output orang lain, jumlah
barang dan jasa yang tersedia bagi setiap orang untuk dibeli tergantung pada jumlah output
yang dihasilkan, bukan tergantung pada jumlah uang yang dimiliki oleh semua orang.
Kenaikan jumlah uang beredar di dunia tidak akan mengubah jumlah barang yang dihasilkan
dan barang yang tersedia untuk konsumsi, walaupun jumlah uang itu mungkin akan
menyebabkan timbulnya inflasi.1

Konsep uang dalam perspektif islam berbeda dengan konsep uang dalam perspektif
konvensional. Dalam perspektif islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang dalam perspektif konvensional sering kali
diartikan secara bolak balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital. Karena
besarnya peranan uang dalam kehidupan di dunia, serta adanya keracuan konsep uang dalam
pemikiran konvensional, maka dibutuhkan kajian-kajian mendalam mengenai uang, agar
keberadaan uang tersebut dapat menciptakan maslahah.

I. 2 Rumusan Masalah
1. Apa itu uang dan apa fungsinya serta bagaimana sejarah perkembangananya?
2. Apakah time value of money itu? dan bagaimana konsepnya?
3. Bagaimana konsep uang dalam islam?
4. Bagaimanakah konsep economic value of time itu?

1
Richard G. Lipsey dkk, 1990, Pengantar Makroekonomi, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta, Hal. 164.

1
I. 3 Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan uang, fungsi uang, serta sejarah
perkembangannya.
2. Memahami apa yang dimaksud dengan time value of money beserta konsepnya.
3. Mengetahui konsep uang dalam islam.
4. Memahami apa yang yang dimeksud dengan economic value of time.

BAB II

2
PEMBAHASAN

II. 1 Definisi Uang (Nuqud)2

Kata uang (nuqud) tidak terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW karena
bangsa Arab umumya tidak menggunakan kata nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka
menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas, kata dirham
untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan kata wariq
untuk menunjukkan dirham perak, kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sedangkan kata
fulus (uang tembaga) alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang
murah.

Kata dirham, dinar, dan wariq terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Firman Allah
SWT.: “Di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta
yang banyak (qinthar), dikembalikannnya kepadamu; dan di atara mereka ada orang yang
jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali
jika kamu selalu mengaihnya.” (QS. Ali Imran: 75)

Firman Allah yang menceritakan tentang Nabi Yusuf: “Dan menjual Yusuf dengan
harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya
kepada yusuf.” (QS. Yusuf: 20)

Dan firman Allah SWT menceritakan tentang Ashabul Kahfi, “Maka suruhlah salah
seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu (Wariq) ini, dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa
makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seseorangpun.” (QS. Al Kahfi: 19)

Nabi SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan:
“Jangan kalian jual satu dinar dengan dua dinar, dan satu dirham dengan dua dirham.”
Juga Nabi SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudry:
“Jangan kalian jual emas dengan emas, perak dengan perak kecuali sama nilai, ukuran dan
timbangan”.

2
Ahmad Hasan, 2005, Mata Uang Islami: Telaah komprehensif Sistem Keuangan Islami, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, Hal. 2-10.

3
Menurut Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun, uang adalah apa yang digunakan manusia
sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.3

Dr. Muhammad Zaki Syafi’i mendefinisikan uang sebagai Segala sesuatu yang
diterima khalayak untuk menunaikan kewajiban-kewajiban.

Sedangkan J.P Coraward mendefinisikan uang sebagai Segala sesuatu yang diterima
secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar ukuran nilai harga
dan media penyimpan kekayaan.

Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang diterima secara
luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas sebagai alat pembayaran utang-utang dan
pembayaran harga barang dan jasa”.

II. 2 Fungsi Uang4


1. Uang sebagai Standar Ukuran Harga dan Unit Hitungan

Uang adalah standar ukuran harga, yakni sebagai media pengukur nilai harga
komoditi dan jasa, dan perbandingan harga setiap komoditas dengan komoditas lainnya.
Pada sistem barter sangat sulit untuk mengetahui harga setiap komoditas terhadap
komoditas lainnya. Demikian juga harga sebuah jasa terhadap jasa-jasa lainnya.

Uang dalam fungsinya sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai
dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk ukuran jarak, atau
ampere untuk mengukur tegangan listrik, atau kilogram sebagai standar timbangan atau
kubik sebagai ukuran volume (isi). Demikianlah uang sebagai alat yang mesti diperlukan
untuk setiap hitungan dalam ekonomi baik oleh produsen atau konsumen. Tanpa itu, tidak
mungkin baginya untuk melakukan penghitungan keuntungan atau biaya-biaya.

2. Uang sebagai Media Pertukaran (Medium of Exchange)

Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk pertukaran komoditas
dan jasa. Fungsi ini menjadi sangat penting dalam ekonomi maju, dimana pertukaran
terjadi oleh banyak pihak. Seseorang tidak memproduksi setiap apa yang dibutuhkan, tapi

3
Adiwarman A. Karim, 2007, Ekonomi Makro Islami, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 80.
4
Ahmad Hasan, Op. Cit., Hal. 12-21

4
terbatas pada barang tertentu, atau bagian dari barang atau jasa tertentu yang dijual
kepada orang-orang untuk selanjutnya ia gunakan untuk mendapatkan barang atau jasa
apa yang ia butuhkan. Orang memproduksi barang dan menjualnya dengan bayaran uang,
selanjutnya dengan uang itu ia gunakan untuk membayar pembelian apa yang ia
butuhkan. Dengan demikian, uang membagi proses pertukaran ke dalam dua macam:

a. proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang


b. proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang

3. Uang sebagai Media Penyimpan Nilai

Maksud para ahli ekonomi dalam ungkapan mereka: ”uang sebagai media penyimpan
nilai” adalah bahwa orang yang mendapatkan uang kadang tidak mengeluarkan
seluruhnya dalam satu waktu, tapi ia sisihkan sebagian untuk membeli barang atau jasa
yang ia butuhkan pada waktu yang ia inginkan, atau ia simpan untuk hal-hal tak terduga
seperti sakit mendadak atau menghadapi kerugian tak terduga.

Menyimpan barang itu sendiri tentu sangat susah, karena ada yang tidak bisa bertahan
lama, ada yang membutuhkan biaya tambahan dalam pemeliharaannya. Sedangkan uang
berfungsi untuk menyimpan daya tukar dengan mudah. Demikianlah proses penjualan
barang atau jasa dengan pembayaran uang jika tidak dilanjutkan dengan proses
pembelian, tapi menyimpan uang itu, yakni cukup dengan proses nilai barang (uang),
jelas fungsi uang sebagai media penyimpan nilai.

4. Uang Sebagai Standar Pembayaran Tunda

Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa uang adalah unit ukuran dan standar untuk
pembayaran tunda. Dan sebagian lagi berpendapat sebagai media pembayaran yang
ditunda. Menurut mereka bahwa proses jual-beli tidak selalu selesai dengan uang kontan,
tapi atas dasar utang sekiranya pemilik barang memajang barangnya di pasar dan bertemu
pembeli yang sedang tidak membawa uang, lalu ia jual dengan pembayaran tunda.

Dr. Ismail Hasyim dalam memperjelas fungsi ini menerangkan, “bahwa transaksi
terjadi pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi diserahkan pada waktu akan
datang. Karena itu dibutuhkan standar ukuran yang digunakan untuk menentukan harga,
dan uang bisa melakukan fungsi ini.” dalam buku Pengantar Ekonomi (Muqaddimah fi

5
al-Iqtishad): “Fungsi khusus dalam mengukur pembayaran-pembayaran yang menjadi
hak pada masa mendatang seperti utang-utang misalnya.”

II. 3 Sejarah Uang5

Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka


memperoleh makan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis
kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. masing-masing
individu memenuhikebutuhan makannya secara mandiri. Dalam periode yang dikenal sebagai
periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.

Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan
dan interaksi antarsesama manusia pun semakin meningkat tajam. Satu sama lain mulai
saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri. sejak saat itulah, manusia mulai mempergunakan berbagai cara dan
alat untuk melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi kabutuhan mereka.
Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat
menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter. Maka periode itu disebut
zaman barter.

Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang
bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran.
Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan
kondisi double coincidence of wants ini. Misalnya, pada suatu ketika seseorang yang
memiliki beras membutuhkan garam. Namun pada saat yang bersamaan, pemilik garam tidak
membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging, sehingga syarat terjadinya barter
antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit
muamalah antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima
oleh semua pihak. Alat tukar demikian kemudian disebut uang. Pertama kali uang dikenal
dalam peradaban Sumeria dan Babylonia.

Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari


perkembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam 4 jenis, yaitu uang barang,
uang logam, uang kertas, dan uang giral atau uang kredit.
5
Nurul Huda dkk, 2009, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, Jakarta, Kencana, Hal. 75-78.

6
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa diperjual
belikan apabila barang tersebut digunakan buka sebagai uang. Namun tidak semua barang
bisa menjadi uang, di perlukan 3 kondisi utama, agar suatu barang bisa dijadikan uang, antara
lain:

 Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.


 Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama.
 Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.

Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak
yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak.
Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas atau toko-toko
perhiasan. Mereka melihat bukti peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak di
tempat mereka juga bisa diterima di pasar.

Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan
nilai yang besar dari emas atau perak yang dimilikinya. Karena kertas ini didukung oleh
kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas ini sebagai alat
tukar, jadi aspek penerimaan masyarakat secara luas dan umum berlaku, sehingga
menjadikan uang kertas berlaku sebagai alat tukar yang sah.

Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui
pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainya. Uang giral ini merupakan simpanan
nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain
untuk melakukan pembayaran. Artinya cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank manapun
bisa digunakan sebagai alat pembayaran barang, jasa, dan utang.

II. 4 Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)6

Dalam ekonomi konvensional time value of money didefinisikan sebagai:7

6
Najmudin, 2011, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, CV Andi Offset, Yogyakarta,
Hal. 97-98.
7
Adiwarman A. Karim, 2011, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Hal. 504.

7
“A dollar today is worth more than a dollar in the future because a dollar today can be
invested to get a return”

Menurut ekonom konvensional, ada dua hal yang mendasari konsep time value of
money, yakni:8

1. Kehadiran dari Inflasi (Presence of Inflation)

Katakanlah tingkat inflasi 10% per tahun. Seseorang dapat membeli sepuluh potong
pisang goreng hari ini dengan membayar sejumlah Rp 10.000,-. Namun bila ia
membelinya tahun depan, dengan jumlah uang yang sama, yaitu Rp 10.000,-, ia hanya
dapat membeli sembilan potong pisang goreng. Oleh karena itu ia akan meminta
kompensasi untuk hilangnya daya beli uangnya akibat infalsi.

2. Preferensi konsumsi sekarang untuk konsumsi masa depan (preference present


consumption to future consumtion)

Bagi umumnya individu, present consumption lebih disukai daripada future


consumption. Katakanlah tingkat inflasi nihil, sehingga dengan uang Rp 10.000,-
seseorang tetap dapat membeli sepuluh pisang goreng hari ini maupun tahun depan. Bagi
kebanyakan orang, mengkonsumsi sepuluh pisang goreng hari ini lebih disukai dari pada
mengkonsumsi sepuluh pisang goreng tahun depan. Dengan argumentasi ini, meskipun
suatu perekonomian tingkat inflasinya nihil, seseorang lebih menyukai Rp 10.000,-hari
ini dan mengkonsumsi hari ini. Oleh karena itu, untuk menunda konsumsi, ia meminta
kompensasi.9

Konsep nilai waktu uang (time value of money) merupakan salah satu kerangka dasar
pemikiran terhadap suatu keputusan dan kebijakan dalam keuangan modern. Dengan arti
sederhana dapat dikatakan bahwa uang memiliki nilai waktu. Contohnya uang Rp 1.000.000,-
saat ini tidak sama nilainya dengan Rp 1.000.000,- setelah satu tahun mendatang. Seseorang
individu yang rasional akan lebih memilih uang sejumlah Rp 1.000.000,- saat ini
dibandingkan dengan Rp 1.000.000,- satu tahun lagi.

8
Ibid., 504-505.
9
Dalam ekonomi konvensional kompensasi ini disebut real interest rate. Berapa besar kompesasi ini ditentukan
oleh preferensi terhadap current consumption; semakin besar preferensinya semakin besar kompensasinya. Bila
tingkat ekspektasi inflasi ditambahkan atas real interest rate ini, hasil penjumlahan ini disebut nominal interest
rate.

8
Alasan penalarannya adalah apabila seseorang menerima Rp 1.000.000,- hari ini,
maka ia dapat menginvestasikannya (menabung di Bank atau pada aktiva lainnya) dengan
tingkat keuntungan tetap sebesar 10% misalnya, sehingga dia akan mendapatkan uang Rp
100.000,- sebagai bunga selama setahun. Oleh karena itu, Rp 1.000.000,- saat ini setara
dengan 1.100.000,- setelah satu tahun kemudian ketika tingkat bunganya 10%. Dengan
demikian, uang dianggap memiliki nilai waktu.

Contoh di atas dapat lebih digambarkan dengan bantuan garis waktu (timeline) di
bawah ini.

Tahun 0 1

Nilai 1.000.000 1.100.000


PV compound rate (10%) FV

Begitu pula, jika seseorang menerima Rp 1.000.000,- satu tahun dari hari ini, maka
nilai tersebut hari ini adalah Rp 909.100,-

Tahun 0 1

Nilai 909.100 1.000.000


PV discount rate (10%) FV

Compoun rate dan discoun rate pada contoh di atas adalah sebutan lain untuk interest
rate (tingkat bunga) yang digunakan pada teknik atau proses perhitungan yang berbeda.
Compound rate (tingkat majemuk) digunakan ketika menghitung FV (fututre value atau nilai
masa yang akan datang), sedangkan discount rate (tingkat diskoto) digunakan ketika
menghitung PV (present value atau nilai saat ini). Kedua contoh di atas dapat diperpanjang
jangka waktunya lebih dari satu tahun dan dapat dikembangkan dengan beberapa contoh
perhitungan yang berkaitan dengan bagaimana menentukan nilai pada masa mendatang dari
jumlah uang tunai hari ini atau dinamakan juga proses pemajemukan dan menentukan nilai
hari ini dari sejumlah uang masa depan yang disebut proses pendiskotoan.

Trade off antara uang tunai sekarang dan pada masa mendatang tersebut antara lain
bergantung pada tingkat (rate) tertentu yang dapat diperoleh dengan cara melakukan
investasi. Nilai masa depan dari sejumlah arus kas akan menjadi lebih besar dari nilai
sekarang mengingat tingkat bunga (compounding atau discounting ) atau nilai waktu uang
adalah positif.

9
II. 5 Konsep Nilai Waktu Uang10
1. Konsep Future Value

Bunga berganda (compound interest) atau sering disebut bunga majemuk


menunjukkan bahwa bunga suatu pokok pinjaman (atau simpanan) juga akan dikenakan
bunga pada periode selanjutnya. Jika bunga tersebut diberlakukan, maka future value
(nilai yang akan datang ) adalah jumlah dari nilai awal (V0) tumbuh setelah t tahun.

Dengan demikian, untuk menghubungkan nilai masa yang akan datang dengan nilai
sekarang dapat dibentuk rumus singkat sebagai berikut:

FVt = V0 (1 + r)t

Keterangan:

FVt = Future value, nilai yang akan datang pada tahun ke-t
V0 = Nilai pada tahun ke-0 (saat ini)
t = Jumlah periode
r = Tingkat bunga, atau tingkat keuntungan

Contoh : Seseorang menginvestasikan Rp 10.000,00 saat ini dalam deposito dengan


tingkat bunga (r) 10% per tahun. Maka nilai masa yang akan datang, yaitu satu tahun
kemudian adalah:

FVt = V0 (1 + r)t

FV1 = 10.000 (1 + 0,10)1

FV1 = 11.000

Bila dibuat tabel sampe tahun ke-5, maka Rp 10.000,00 dengan bunga majemuk 10%
per tahun akan tampak pada tabel berikut :

Tahun Nilai Awal Bunga Nilai Akhir

1 10.000 1.000 11.000

10
Najmudin, Op. Cit., Hal.101-107.

10
2 11.000 1.100 12.100

3 12.100 1.210 13.310

4 13.310 1.310 14.641

5 14.641 1.464 16.105

2. Konsep Present Value

Konsep compound value pada bagian sebelumnya bertujuan untuk menghitung jumlah
uang pada akhir periode di waktu mendatang. Sedangkan discount value sebaliknya
dimaksudkan untuk menghitung besarnya jumlah uang pada awal periode. Perhitungan
dengan cara pendiskontoan merupakan kebalikan dari cara pemajemukan, yaitu :

Vt
V0 = PV =
(1 + r)t
Keterangan:

PV = Present value, nilai sekarang pada tahun ke-0


Vt = Nilai masa yang akan datang pada tahun ke-t

Present value (nilai sekarang) merupakan jumlah yang jika dimiliki sekarang dan
diinvestasikan pada tingkat bunga tertentu r%, maka akan sama dengan penerimaan yang
akan datang pada tanggal jatuh tempo.

Contoh: Misalnya Anda akan menerima uang bonus sejumlah Rp 4.000.000,00


setelah 2 tahun bekerja. Berapakah besarnya nilai sekarang uang tersebut bila r = 10%?

V2 4.000.000
PV = = = 3.305.785
(1+ r)2 (1 + 0,10)2
3. Konsep Future Value Annuity

Anuitas didefinisikan sebagai suatu pembayaran berkala (atau seri penerimaan) dari
suatu jumlah yang tetap selama waktu tertentu. Pembayaran tersebut dapat dilakukan
pada setiap akhir periode (tahun) atau dapat juga setiap awal periode. Bila dibayar pada

11
awal periode, maka disebut anuitas due. FVA (future value annuity) dinyatakan dengan
rumus:

A x ((1 + r)t – 1)
FVAt =
r
Contoh : Seorang debitur melunasi angsuran hutangnya sebesar Rp 10 juta tiap tahun
selama 3 kali pembayaran. Bila tingkat bunga pinjaman 10%, berapakah jumlahnya pada
akhir tahun ke-3?

10.000.000 x ((1 + 0,10)3 – 1)


FVA3 =
0,1
10.000.000 x (0,331)
FVA3 =
0,1
FVA3 = 33.100.000

II. 6 Konsep Uang dalam Islam11

Dalam islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil
dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada dalam ilmu finance.

Konsep uang dalam ekonomi islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi
konvensional tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional
diartikan secara bolak balik (interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai
capital.

Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu yang bersifat
flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept. Semakin cepat
perputaran uang (flow concept), akan semakin baik. Misalnya, seperti contoh pada aliran air
masuk dan aliran air keluar sewaktu air mengalir, disebut sebagai uang, sedangkan apabila air

11
Adiwarman A. Karim, 2007, Ekonomi Makro Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 77-89.

12
tersebut mengendap, maka disebut sebagai capital. Wadah tempat mengendapnya adalah
private goods, sedangkan air adalah public goods.

Dalam islam, capital is private goods, sedangkan money is public goods. Uang yang
ketika mengalir adalah public goods (flow concept), lalu mengendap ke dalam kepemilikan
seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi (private good).

Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa
menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh, jalan raya. jalan raya dapat
digunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunyai
kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak mempunyai kendaran. Begitu pula dengan uang.

Sebagai public goods, uang dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang lebih
kaya. Hal ini bukan karena simpanan mereka di Bank, tetapi karena aset mereka, seperti
rumah, mobil, saham, dan lain-lain. Yang digunakan di sektor produksi, sehingga
memberikan peluang yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak
uang. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan untuk dapat
memperoleh keuntungan dari public goods (uang) tersebut. Oleh karena itu, penimbunan
(hoarding) dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut.
Selain itu juga akan dikenakan zakat. Jadi, jika dan hanya jika private goods dimanfaatkan
pada sektor produksi, maka kita akan memperoleh keuntungan.

Tabel perbedaan konsep uang dalam Islam dan konvensional

KONSEP ISLAM KONSEP KONVENSIONAL


 Uang tidak identik dengan modal  Uang sering kali diidentikkan dengan modal
 Uang adalah public goods  Uang (modal) adalah private goods
 Modal adalah private goods  Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher
 Uang adalah flow concept  Uang (modal) adalah stock concept bagi
 Modal adalah stock concept Cambridge School

II. 7 Economic Value of Time

Dalam pandangan islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nilai waktu antara satu orang

13
dengan yang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor yang menentukan nilai
waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna)
dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efesien akan
mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya. Oleh karena itu,
siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama, dan ras, secara sunnatullah, ia akan
mendapatkan keuntungan di dunia.

Di dalam islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun yang dicari
adalah keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja
harus efektif dan efisien, namun juga harus didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang
akan mendatangkan keuntungan di akhirat. Sebaliknya, keimanan yang tidak mampu
mendatangkan keuntungan di dunia berarti keimanan yang tidak diamalkan.

Jika ditarik dalam konteks ekonomi, maka keuntungan adalah diperoleh setelah
menjalankan aktivitas bisnis. Jadi barang siapa yang melakukan aktivitas bisnis secara efektif
dan efisien, ia akan mendapatkan keuntungan. Namun demikian, ada pertanyaan dasar yang
perlu didiskusikan, yaitu apa ukuran yang dapat digunakan untuk menetapkan besar
keuntungan yang diramalkan jika dasar interest rate adalah dilarang dalam ajaran islam.

Dalam ekonomi syari’ah, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga
bai’ mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan karena:

1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value
added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat melaksanakan
kewajibannya kepada pihak lain.

Begitu pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil, dapat
digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual (actual return), bukan
dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Transaksi bagi hasil berbeda dengan
transaksi jual beli atau transaksi sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil
hubungannya bukan antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewakan.
Dalam transaksi bagi hasil, yang ada adalah hubungan antara pemodal dengan yang
memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada pihak yang telah melaksanakan
kewajibannya namun masih tertahan haknya. Shahibul maal telah melaksanakan

14
kewajibannya, yaitu memberikan sejumlah modal, yang memproduktifkan modal (mudharib)
juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut. Hak bagi
shahibul maal dan mudharib adalah berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut,
sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau
keuntungan.

Perbedaan antara interest rate dengan discount rate dalam pandangan ekonomi
konvensional dan ekonomi syari’ah

Certainty Return Uncertainty Return


Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi
Konvensional Syari'ah Konvensional Syari'ah

Interest Rate Keuntungan dalam Discount Rate  Discount Rate ditentukan


ditentukan oleh: jual beli/sewa ditentukan oleh: atas dasar harapan
1. Preferency menyewa secara 1. Preferency keuntungan (expected
current bayar tangguh current return), dan digunakan
comcumtion. ditentukan oleh : comcumtion. untuk menentukan nisbah
2. Expected 1. Tingkat 2. Expected bagi hasil
inflation. keuntungan inflation.  Bagi hasil yg harus
setiap kali 3. Premium for dibayar adalah nisbah bagi
transaksi. uncertanty, hasil dikalikan dengan
2. Frekuensi dgn kata lain, pendapatan aktualnya (
transaksi dalam actual return actual return)
satu periode. dipaksakan  Dengan kata lain
harus sama pendapatan aktual (actual
dgn expected return) tidak harus sama
return-nya dengan pendpatan yang
diharapkan (expected
return)

Seperti yang sudah diuraikan diatas, dalam islam tidak mengenal time value of money,
yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah bagi hasil
di Bank Syari’ah. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan.
Return on capital ini tidak sama dengan return on money. Return on capital tergantung pada
jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil, sedangkan return on money berkaitan dengan
interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan diawal, dan untuk itu digunakan
projected return. Jika kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sama

15
dengan angka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka aktual, bukan angka
proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa islam tidak mengenal time value of money. Time
mempunyai economic value jika dan hanya jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan
menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh
return.

BAB III

PENUTUP

16
III. 1 Kesimpulan

Uang adalah segala sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat umum sebagai alat
tukar menukar dalam lalu lintas perekonomian. Fungsi uang yaitu sebagai standar ukuran
harga dan unit hitungan; sebagai media pertukaran (Medium of Exchange); sebagai media
penyimpan nilai; dan sebagai standar pembayaran tunda. Sejarah perkembangan uang dimulai
dari masa barter, yang kemudian dilanjutkan ketahap uang barang, tahap uang logam, tahap
uang kertas, dan tahap uang giral/uang kredit.

Dalam ekonomi konvensional time value of money didefinisikan sebagai: “A dollar


today is worth more than a dollar in the future because a dollar today can be invested to get
a return”. Menurut ekonom konvensional, ada dua hal yang mendasari konsep time value of
money, yakni: kehadiran dari inflasi, dan preferensi konsumsi sekarang untuk konsumsi masa
depan.

Dalam islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic
value of time. Konsep uang dalam ekonomi islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, uang adalah uang, uang bukan capital.
Sebaliknya, dalam ekonomi konvensional uang sering kali diartikan secara bolak balik, yaitu
uang sebagai uang dan uang sebagai capital.

DAFTAR PUSTAKA

17
Hasan, Ahmad. 2005. Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Huda, Nurul dkk. 2009. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana.

Karim, Adiwarman A. 2011. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Karim, Adiwarman A. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Lipsey, Richard G., dkk. 1990. Pengantar Makroekonomi. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.

Muhammad. 2004. Dasar-dasar Keuangan Islami. Yogyakarta: Ekonisia.

Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern. Yogyakarta:


C.V Andi Offset.

18

Anda mungkin juga menyukai