Anda di halaman 1dari 6

MATERI PERTEMUAN 5

Daftar Isi Materi 5

Dalam pelaksanaannya, manajemen laboratorium dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok,


yaitu:

A) Kelompok Pengelola

1. Struktur Organisasi Laboratorium


2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium
3. Keamanan dan Keselamatan Laboratorium
4. Penyimpanan, Pemeliharaan, dan Perbaikan Laboratorium
5. Monitoring & Evaluasi Laboratorium
6. Sistem Informasi Laboratorium

B) Kelompok yang Dikelola

1. Bangunan Laboratorium
2. Fasilitas Laboratorium
3. Alat-alat Laboratorium
4. Bahan-bahan Laboratorium
5. Administrasi Laboratorium

Pada materi 5 ini, kita akan membahas Kelompok Pengelola nomor 1-3, sedangkan nomor 4-6
dan Kelompok yang Dikelola akan dilanjutkan di pertemuan berikutnya.

A) Kelompok Pengelola

Kelompok pengelola merupakan para personel laboratorium yang diberikan beban sesuai dengan
bidang dan tanggung jawabnya agar memiliki keterampilan, dan pemahaman tentang
laboratorium itu sendiri.

Selain itu, para personel laboratorium juga harus mengetahui dan memahami tentang tugas dan
fungsinya berdasarkan peraturan dari lembaga institusi tersebut.
Jika peraturan laboratorium di institusi tersebut telah dijalankan dengan baik, maka laboratorium
layak mendapatkan sertifikasi baik di level nasional ataupun internasional.

1) Struktur Organisasi Laboratorium

 Laboratorium harus memiliki struktur organisasi agar pengelolaannya mudah, baik, dan
terkontrol. Penanggung jawab tertinggi organisasi di dalam laboratorium adalah Kepala
Laboratorium. Kepala Laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang
dilakukan dan juga bertanggung jawab terhadap seluruh peralatan yang ada.
 Para anggota laboratorium yang berada di bawah Kepala Laboratorium juga harus
sepenuhnya bertanggung jawab terhadap semua pekerjaan yang dibebankan padanya.
Untuk mengantisipasi dan menangani kerusakan peralatan diperlukan teknisi yang
memadai. Berikut ini contoh-contoh struktur organisasi laboratorium untuk sekolah dan
perguruan tinggi.
 Contoh 1: Struktur organisasi laboratorium di Sekolah

 Contoh 2: Struktur organisasi laboratorium di Perguruan tinggi

 Contoh 3: Struktur organisasi laboratorium MIPA di Perguruan tinggi

 Perlu diketahui, bahwa pada contoh 3 ini dapat diperluas. KaLab dapat dibagi menjadi
Kepala Seksi (Kasi). Untuk Matematika menjadi Kasi Matematika Terapan dan
Matematika Murni. Untuk Biologi menjadi Kasi Ilmu Tumbuh-tumbuhan, Ilmu Hewan,
Ilmu Manusia, dan Lingkungan Hidup. Untuk Fisika menjadi Kasi Fisika Murni dan
Fisika Terapan. Untuk Kimia menjadi Kasi Kimia Murni dan Kimia Terapan.
 Tidak menutup kemungkinan Kasi dipecah lagi menjadi Kasubsi (kepala sub seksi).
Misalnya untuk Fisika Murni, ada Kasubsi Mekanika, Kalor dan Termodinamika, Optika
Geometris, Optika Fisis, Listrik dan Magnet, serta Fisika Atom dan Inti. Untuk Fisika
Terapan, misalnya: Kasubsi Fisika Zat Padat, Elektronika, Fisika Komputasi,
Optoelektronika, Fisika Koloid, Fisika Nuklir, Geofisika, serta Astronomi dan
Astrofisika.
 Dengan demikian cakupan isi laboratorium MIPA dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Tetapi, menurut hemat saya, untuk sekolah cukup
berhenti pada kasi saja. Kalau di perguruan tinggi memang harus dikembangkan sesuai
dengan konsentrasi bidang ilmu yang dikembangkan di perguruan tinggi tersebut.
Mengenai anggota laboratorium IPA di sekolah, dapat diambil guru-guru yang tidak
menjadi Kalab atau Kasi. Jadi guru-guru satu bidang studi lain yang menjadi anggota
laboratorium IPA.

2) Standar Operasional Prosedur (SOP) Laboratorium

 Struktur organisasi dalam pengelolaan laboratorium diisi oleh para personelnya, yaitu
orang yang akan melaksanakan tugas pengelolaan laboratorium. Para personel akan
terdiri dari beberapa orang yang jumlahnya akan tergantung pada keadaan lab, jumlah
praktikan, dan tujuan para praktikan yang melaksanakan praktikum atau eksperimen di
laboratorium itu.
 Idealnya, personel-personel yang terlibat langsung yaitu berdasarkan pada birokrasi dan
hierarki tanggung jawab bidang kerja yang harus ditanganinya. akan terdiri dari: (1)
kepala laboratorium, (2) tenaga pembantu (Laboran), (3) pembimbing praktikum
(asisten), (4) tenaga teknisi. Antara para personil pengelola yang langsung dan jalur
vertikal secara administrasi harus terbina suatu hubungan yang harmonis, dan masing-
masing dapat memahami bahwa mereka semua itu merupakan komponen-komponen dari
sistem dalam pendidikan.
 Pembinaan personel secara teknis dan administratif dari waktu ke waktu harus selalu
ditingkatkan dan dibina sehingga pelaksananan kerjanya mencapai tujuan yang optimal.
Masing-masing personel tersebut harus memahami dan mengerti bidang kerja yang
menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku pada lembaganya dan
selalu berorientasi kepada tujuan dan fungsi laboratorium yang dibinanya.
 Bidang kerja, fungsi, dan tanggung jawab dari setiap personel laboratorium tertuang
dalam sebuah peraturan yang berlaku di sebuah lembaga disebut sebagai Standar
Operasional Prosedur (SOP). SOP ini dapat dibuat oleh Kepala Laboratorium atau
pimpinan di atasnya baik di level sekolah ataupun perguruan tinggi. SOP tersebut harus
disosialisasikan kepada setiap personel laboratorium baik dalam bentuk softfile ataupun
hardfile. Diharapkan setelah membaca dan memahami SOP ini, semua personel dalam
struktur organisasi laboratorium dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan
jelas, adil, dan tidak tumpang tindih.

3) Keamanan dan Keselamatan Laboratorium

 Untuk menyempurnakan pelaksanaan pengelolaan laboratorium, para personel


laboratorium pada setiap kesempatan, agar selalu meneliti berbagai aspek dari
komponen-komponen laboratorium, sehingga peranan laboratorium hasilnya optimum
dalam segi pencapaian tujuan instruksional, dan tujuan institusional, serta terbinanya
suatu profesionalisme dalam melaksanakan kerja.
 Suatu sistem pembinaan ketatalaksanaan kerja dan pembinaan dari para personil
laboratorium perlu diperhatikan oleh pihak yang berwenang baik secara teknis atau
administratif, karena pelaksanaan bekerja di laboratorium baik segi waktu pelaksanaan
kerja, disiplin yang diperlukan, atau hal-hal yang dapat merugikan kesehatan dirinya,
merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan pada waktu mereka melaksanakan
tugasnya.
 Karena itu untuk semua orang yang bekerja di laboratorium agar selalu mempelajari dan
memahami berbagai bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan dari laboratorium, dan juga
selalu harus memperhatikan faktor-faktor untuk membina keamanan dan keselamatan
(safety) dalam bekerja di laboratorium.
 Keamanan dan keselamatan laboratorium, serta keselamatan kerja di laboratorium
merupakan faktor penting dalam pengelolaan (manajemen) laboratorium. Hal ini perlu
perhatian dari penanggung jawab kegiatan laboratorium. Penanggung jawab pelaksana
kegiatan tidak boleh membiarkan praktikan melakukan kegiatan tanpa pengawasan dan
bimbingannya; terutama kepada murid-murid yang masih hijau dalam melakukan
kegiatan di laboratorium. Oleh sebab itu, penanggung jawab pelaksana kegiatan
laboratorium harus bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan laboratorium
pada umumnya serta keselamatan kerja praktikan.
 Penanggung jawab kegiatan laboratorium harus memahami dan mentaati tata tertib yang
berlaku di suatu laboratorium. Oleh sebab itu, penanggung jawab kegiatan laboratorium
harus faham mengenai: (1) beberapa macam kecelakaan dan sumber bahaya di
laboratorium, (2) pencegahan dan penanggulangan kecelakaan, misalnya: kebakaran,
kejutan aliran listrik (kesetrum), bahaya radiasi, bahaya temperatur yang tinggi,
keracunan, serta benda-benda tajam dan sebab-sebab mekanik.
 Selain keamanan dari kegiatan laboratorium, keamanan dari kegiatan inventarisasi alat
dan bahan juga perlu diperhatikan. Kegiatan keamanan tersebut meliputi:

a). Semua kegiatan inventarisasi harus memuat sumber dana darimana alat-alat ini
diperoleh/dibeli. Misalnya: dari DIP tahun 2004, ADB Project, Pemerintah Jepang (JICA),
Proyek Hibah Kompetisi dll.

b). Keamanan/security peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan laboratorium tersebut


harus tetap berada di laboratorium. Jika peralatan dipinjam harus ada jaminan dari si peminjam.
Jika hilang atau dicuri, harus dilaporkan kepada kepala laboratorium. Perlu diingat bahwa semua
barang dan peralatan laboratorium yang ada adalah milik negara, jadi tidak boleh ada yang
hilang.

 Tujuan yang ingin dicapai dari inventarisasi dan keamanan adalah: (1) mencegah
kehilangan dan penyalahgunaan (2) mengurangi biaya-biaya operasional (3)
meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya (4) meningkatkan kualitas kerja (5)
mengurangi resiko kehilangan (6) mencegah pemakaian yang berlebihan (7)
meningkatkan kerjasama.

Anda mungkin juga menyukai