Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A.     DEFINISI

Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar

glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara

makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom

hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,

gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat

dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

Hipoglikemia = Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia

apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998). Definisi kimiawi dari hipoglokemia

adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula

darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A, 1997)

Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi

ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai

kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau

pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji

glukose darah. Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa

kurang dari 50 mg/%. Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi

kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini

dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk

seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20%

hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan

gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin
terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai

asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan

Dextrostix berulang.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi

serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

B.     ETIOLOGI

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita

diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :

 Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda

suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak

dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang

disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila

menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula

darah sendiri.

 Lupa makan atau makan terlalu sedikit.


Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali

sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah

harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda

konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

 Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat

anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga

kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik

untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

 Minum alkohol tanpa disertai makan

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan

menurun.

 Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat

diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah

mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari

maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

 Penebalan di lokasi suntikan

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi

suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang

sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan

penyerapan insulin menjadi lambat.

 Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.


Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda

harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau

diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.

  Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh

usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan

glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah

menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

 Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon

ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka

pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.

  Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.

  Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam

beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin

tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

C.     PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada

glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat

memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam

beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada
suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system

saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan

mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah

dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar

glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi

tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya

jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme

karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes

ketoasidosis.

 dehidrasi

 kehilangan elektrolit

  asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan

berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua

factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang

berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan

elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria

berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita

ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400

hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-

asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,

pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan

keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan

menimbulkan asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik

akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti

perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel

otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan

fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit

kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara

pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala

adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat

berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia

yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan

kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
 Pathway Hipoglikemia

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

D.     MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf

otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami

hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien yang

mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia

unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari hipoglikemia karena penderita

terlambat untuk mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar gula darahnya.

Gejala umum penderita Hipoglikemia :


1.      Keringat dingin

2.      Letih

3.      Sakit kepala

4.      Lapar

5.      Iritabilitas

6.      Tidak enak badan

7.      Denyut nadi cepat

8.      Menggigil

9.       Mual-muntah

10.   Hipotensi

11.   Pucat dan kulit dingin

12.   Pandangan kabur

13.   Keluar banyak keringat

14.   Tremor

E.     PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA

1.      Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret

yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

§   Chin lift/ Jaw thrust

§   Suction

§   Guedel Airway

§   Instubasi Trakea

2.      Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :

§   Beri oksigen

§   Posisikan semi Flower

3.      Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah

§   Cek capillary refill

§   Auskultasi adanya suara nafas tambahan

§   Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.

§   Cek Frekuensi Pernafasan

§   Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan

§   Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4.      Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri

atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi

fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai

dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

SEKUNDER HIPOGLIKEMIA

Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1.      Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan

diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2.      Riwayat :

o    ANC

o    Perinatal
o    Post natal

o    Imunisasi

o    Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

o    Pemakaian parenteral nutrition

o    Sepsis

o    Enteral feeding

o    Pemakaian Corticosteroid therapi

o    Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

o    Kanker

3.      Data fokus

Data Subyektif:

o    Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

o    Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin

o    Rasa lapar (bayi sering nangis)

o    Nyeri kepala

o    Sering menguap

o    Irritabel

Data obyektif:

o    Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,

o    Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat

dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

o    Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe

                         Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat penyakit sekarang

 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-

penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social,

obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau

obat antihiperglikemik oral.

                         Data Obyektif

 Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan

istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau

aktifitasLetargi/disorientasi, koma

 Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan

darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena

jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

 Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan

kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang

 Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan

berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer,

pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia


berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus

lemahdan menurun, hiperaktif (diare)

 Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan

masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu,

haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,

kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan

kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah

(napas aseton)

 Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,

parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma

(tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam

menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

 Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan

palpitasi, tampak sangat berhati-hati

 Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan

meningkat

 Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot

pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)

 Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita

 Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,

penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit,

pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.

F.     DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA

Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia

1.         Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral)

dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2.         Gula darah 2 jam post pradial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam

3.         Pemeriksaan HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang

sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.

Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko

terjadinya komplikasi.

4.         Pemeriksaan elektrolit, Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah

terganggu

5. Pemeriksaan Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

G.   PENCEGAHAN

 Memeriksa kadar gula darah secara teratur. Rajin-rajinlah memeriksa kadar gula

darah sesuai anjuran dari dokter. Anda dapat melakukan pemeriksaan gula darah

sendiri menggunakan glukometer (alat pengukur gula darah) di rumah. Pelajari cara

penggunaannya sesuai petunjuk pemakaian alat atau pengarahan dokter.

 Atur pola makan. Usahakan untuk mengatur jadwal makan menjadi tiga kali makan

besar yang diselingi dengan makanan ringan. Atur jadwal makan Anda agar berselang

empat atau lima jam sekali, dan jangan pernah melewatkan waktu makan. Jangan lupa

juga untuk mengganti kalori yang terbuang apabila Anda merasa telah beraktivitas

lebih banyak daripada biasanya

 Pilih menu makanan seimbang. Konsumsi menu makan seimbang dapat membantu

mencegah Anda dari kondisi gula darah rendah. Pastikan untuk mencukupi asupan

protein, seperti daging ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang kedelai, atau tahu dan

tempe, dalam menu makanan Anda. Protein akan membantu menjaga gula bertahan

lebih lama selama diserap oleh tubuh.

Selain itu, jangan lewatkan karbohidrat kompleks yang bisa didapat dari beras merah
atau roti gandum. Lengkapi diet sehat dengan buah-buahan yang merupakan sumber

gula alami, seperti buah semangka, pisang, pir, mangga dan anggur

 Sedia camilan. Siapkan makanan ringan yang mengandung karbohidrat dan protein di

kantor, di rumah, atau di perjalanan. Makanan ringan atau camilan dapat membantu

mencegah gula darah rendah

 Patuhi petunjuk dokter. Anda yang menderita diabetes disarankan selalu mematuhi

petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat-obat antidiabetes, termasuk insulin. Aturan

pola makan dari dokter atau ahli gizi Anda juga harus dipatuhi. Tujuannya adalah agar

gula darah tetap stabil dan terhindar dari komplikasi penyakit.

H.  PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA

Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :

 Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.

 Tidak mengganggu regulasi DM.

Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai berikut :

1.      Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.

2.      Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV)  → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex)

dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.

Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004) ; Smeltzer &

Bare (2003) sebagai berikut:

·         Tergantung derajat hipoglikemi:

Ø  Hipoglikemi ringan:
 Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau 2-3

sendok teh sirup atau madu.

 Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya

 Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice

cream, cake

Ø  Hipoglikemi berat:

 Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.

 Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman

Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :

1.      Dekstrosa

Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang, atau

perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa dalam air pada

konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan

konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak – anak.

2.      Glukagon

Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan

pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus

diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan yang berkualitas profesional, glukagon

dapat diberikan oleh subcutan atau intramuskular.


I. ANALISA DATA

NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 DATA SUBJEKTIF: Penyakit DM tipe 2 Ketidakmampuan
1. Klien mengatakan sering merasa mengabsorpsi nutrien
lapar Glukosa darah tidak
2. Klien mengatakan BB turun 4 kg dapat di trasnfer ke
dalam satu bulan ini jaringan

Glikogen otot menurun


DATA OBJEKTIF :
1. Hasil pemeriksaan GDS : 41 mg/dl
2. Sebelumnya klien meminum Pemecahan lemak dan
metformin dalam dosis yang berlebih dari protein di hati
anjuran dokter
3. BB klien sekarang : 68 kg Merangsang hipotalamus
BB sebelum : 72 k

Nafsu makan meningkat

gula darah tidak berubah


menjadi energi tapi tetap
beredar di peredaran
darah

kalori tidak bisa masuk


ke dalam sel yang
menyebabkan sulitnya
berat badan , Aktivitas,
obat insulin, makan
sedikit
2 DATA SUBJEKTIF: Kekurangan insulin Pola nafas tidak efektif
1. Klien mengatakan pusing
2. Klien mengatakan sakit kepala Pemecahan lemak
meningkat
3. Penglihatan kabur
4. Sulit bernafas
Pemecahan lemak
DATA OBJEKTIF : (lipolisis) menjadi asam
1. Klien tampak pucat asam lemak bebas
gliserol
2. Terlihat sulit bernafas
3. R>20 Asam lemak bebas akan
diubah menjadi badan
keton oleh hati

Asidosis
Respiasi meningkat

Pola nafas tidak efektif

3 DATA SUBJEKTIF: DM tipe II Ketidakefektifan perfusi


1. Klien mengatakan suka terasa jaringan perifer
kesemutan pada jari-jari tangan atau kaki
2. Klien mengatakan memiliki riwayat
DM 4 tahun lalu Tidak melakukan
aktifitas
DATA OBJEKTIF:
1. TTV klien :
Ketidakefektifan perfusi
S :35°C jaringan perifer
2. Akral klien dingin
3. Klien tampak tremor
4 DATA SUBJEKTIF : DM tipe 2 keletihan
1. Klien mengatakan tubuhnya lemas
2. Klien mengatakan merasa letih
tubuh gagal mengubah
3. Klien merasa tidak enak badan
gula menjadi energi
4. Klien mengatakan mudah lelah

DATA OBJEKTIF : Aktivitas, kurang asupan


1. Klien terbaring lemas makan, stress, obat
insulin

Mudah letih
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Defisit nutrisi kurang b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien d.d BB kurang, klien

lemah
2 Pola Napas Tidak Efektif b.d penurunan energi d.d hypoglikemi, RR diatas normal
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Diabetes militus d.d RBS dibawah

normal
4 Keletihan b.d kelesuan fisiologis : hipoglikemia d.d klien lemas

N.    RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

 INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
DEFISIT Setelah dilakukan 1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
NUTRISI tindakan keperawatan
(D.0019) bd selama 2x24 jam, 1. Observasi
diharapkan masalah  Identifikasi status nutrisi
Status nutrisi membaik  Identifikasi alergi dan intoleransi
(L. 03030), dengan makanan
kriteria hasil :  Identifikasi makanan yang disukai
1. BB klien normal  Identifikasi kebutuhan kalori dan
kembali jenis nutrient
2. Hasil GDS  Identifikasi perlunya penggunaan
normal : <200 mg/dl selang nasogastrik
3. Klien tidak  Monitor asupan makanan
mengonsumsi obat  Monitor berat badan
anti diabetes dalam  Monitor hasil pemeriksaan
dosis berlebih laboratorium
2. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika
perlu
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlU

2. PROMOSI BERAT BADAN

1. Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalorimyang
dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
2. Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien( mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan melalui NGT
atau Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan

POLA NAPAS Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)


TIDAK tindakan keperawatan
EFEKTIF selama 2x24 jam, Observasi
(D.0005 diharapkan POLA
NAFAS MEMBAIK  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
(L.01004), dengan napas
kriteria hasil :  Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
 Klien tidak merasakan hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
nyeri di kepala saat ataksik0
beraktivitas  Monitor kemampuan batuk efektif
 Klien tidak merasa  Monitor adanya produksi sputum
pusing dan sesak  Monitor adanya sumbatan jalan napas
RR batas normal
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

 Atur interval waktu pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

B. MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)

Observasi

 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,


usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan


head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika


tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
PERFUSI Setelah dilakukan 1. Observasi
PERIFER tindakan keperawatan  Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi
TIDAK selama 1x24 jam, perifer, edema, pengisian kalpiler, warna,
diharapakan perfusi suhu, angkle brachial index)
EFEKTIF  Identifikasi faktor resiko gangguan
jaringan perifer
(D.0009) sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,
meningkat (L.02011),
dengan kriteria hasil : hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
 TTV dalam batas  Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
normal :
2. Terapeutik
 TD:120/80 mmHg  Hindari pemasangan infus atau
 N:60-100 x/menit pengambilan darah di area keterbatasan
 S: 36,5-37,5°C perfusi
 RR:16-24x/menit  Hindari pengukuran tekanan darah pada
 Akral klien tidak ekstremitas pada keterbatasan perfusi
teraba dingin  Hindari penekanan dan pemasangan
 Klien tidak torniquet pada area yang cidera
merasakan  Lakukan pencegahan infeksi
kesemutan lagi  Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Klien tidak tremor  Lakukan hidrasi
3. Edukasi

 Anjurkan berhenti merokok


 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol
tekakan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
 Ajurkan melahkukan perawatan kulit
yang tepat(mis. Melembabkan kulit kering
pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

B. MANAJEMEN SENSASI PERIFER (I. 06195)

1. Observasi
 Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
 Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi tajam atau
tumpul
 Periksa perbedaan sensasi panas atau
dingin
 Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
 Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
3. Edukasi
 Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
 Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
 Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

KELETIHAN Setelah dilakukan EDUKASI AKTIVITAS/ISTIRAHAT (1.12362)


(D.0057) tindakan keperawatan
selama 1x24 jam, 1. Observasi
diharapkan TINGKAT  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
KELETIHAN menerima informasi
MENURUN 2. Terapeutik
 Sediakan materi dan media
(L.05046), dengan
pengaturan aktivitas dan istirahat
kriteri hasil :  Jadwalkan pemberian pendidikan
      1.   Klien tidak kesehatan sesuai kesepakatan
merasa lemas  Berikan kesempatan kepada pasien
      2.   Klien tidak dan keluarga untuk bertanya
merasa letih 3. Edukasi
      3.   Klien merasa  Jelaskan pentingnya melakukan
enak badan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
       Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istirahat
 Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis. kelelahan, sesak
nafas saat aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

B. MANAJEMEN ENERGI

1. Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan
emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai