A. DEFINISI
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998). Definisi kimiawi dari hipoglokemia
adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi
ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau
pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji
glukose darah. Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa
kurang dari 50 mg/%. Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi
kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini
dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk
seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20%
hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan
gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin
terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai
asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan
Dextrostix berulang.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi
B. ETIOLOGI
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah
harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi
suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan
glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah
Gangguan hormonal.
ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam
beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin
C. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada
suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
dehidrasi
kehilangan elektrolit
asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua
factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati,
pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan
keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
Pathway Hipoglikemia
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien yang
mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia
unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari hipoglikemia karena penderita
2. Letih
3. Sakit kepala
4. Lapar
5. Iritabilitas
8. Menggigil
9. Mual-muntah
10. Hipotensi
12. Pandangan kabur
14. Tremor
1. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret
§ Suction
§ Guedel Airway
§ Instubasi Trakea
2. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
§ Beri oksigen
3. Circulation
4. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi
fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai
SEKUNDER HIPOGLIKEMIA
1. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan
diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Sepsis
o Enteral feeding
o Kanker
3. Data fokus
Data Subyektif:
o Nyeri kepala
o Sering menguap
o Irritabel
Data obyektif:
o Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
Data subyektif :
Riwayat penyakit dahulu
Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-
penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social,
obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau
Data Obyektif
Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan
aktifitasLetargi/disorientasi, koma
Sirkulasi
darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
Eliminasi
Nutrisi/Cairan
(napas aseton)
Neurosensori
(tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam
Nyeri/kenyamanan
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya
meningkat
Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat
meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral)
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. Pemeriksaan HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang
sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan.
HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
terganggu
G. PENCEGAHAN
Memeriksa kadar gula darah secara teratur. Rajin-rajinlah memeriksa kadar gula
darah sesuai anjuran dari dokter. Anda dapat melakukan pemeriksaan gula darah
sendiri menggunakan glukometer (alat pengukur gula darah) di rumah. Pelajari cara
Atur pola makan. Usahakan untuk mengatur jadwal makan menjadi tiga kali makan
besar yang diselingi dengan makanan ringan. Atur jadwal makan Anda agar berselang
empat atau lima jam sekali, dan jangan pernah melewatkan waktu makan. Jangan lupa
juga untuk mengganti kalori yang terbuang apabila Anda merasa telah beraktivitas
mencegah Anda dari kondisi gula darah rendah. Pastikan untuk mencukupi asupan
protein, seperti daging ayam tanpa kulit, ikan, telur, kacang kedelai, atau tahu dan
tempe, dalam menu makanan Anda. Protein akan membantu menjaga gula bertahan
Selain itu, jangan lewatkan karbohidrat kompleks yang bisa didapat dari beras merah
atau roti gandum. Lengkapi diet sehat dengan buah-buahan yang merupakan sumber
gula alami, seperti buah semangka, pisang, pir, mangga dan anggur
kantor, di rumah, atau di perjalanan. Makanan ringan atau camilan dapat membantu
pola makan dari dokter atau ahli gizi Anda juga harus dipatuhi. Tujuannya adalah agar
H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.
2. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex)
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004) ; Smeltzer &
Ø Hipoglikemi ringan:
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau 2-3
Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat, ice
cream, cake
Ø Hipoglikemi berat:
Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa dalam air pada
konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah pengobatan
pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus
Asidosis
Respiasi meningkat
Mudah letih
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Defisit nutrisi kurang b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien d.d BB kurang, klien
lemah
2 Pola Napas Tidak Efektif b.d penurunan energi d.d hypoglikemi, RR diatas normal
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Diabetes militus d.d RBS dibawah
normal
4 Keletihan b.d kelesuan fisiologis : hipoglikemia d.d klien lemas
INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
DEFISIT Setelah dilakukan 1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
NUTRISI tindakan keperawatan
(D.0019) bd selama 2x24 jam, 1. Observasi
diharapkan masalah Identifikasi status nutrisi
Status nutrisi membaik Identifikasi alergi dan intoleransi
(L. 03030), dengan makanan
kriteria hasil : Identifikasi makanan yang disukai
1. BB klien normal Identifikasi kebutuhan kalori dan
kembali jenis nutrient
2. Hasil GDS Identifikasi perlunya penggunaan
normal : <200 mg/dl selang nasogastrik
3. Klien tidak Monitor asupan makanan
mengonsumsi obat Monitor berat badan
anti diabetes dalam Monitor hasil pemeriksaan
dosis berlebih laboratorium
2. Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlU
1. Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalorimyang
dikomsumsi sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu
Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien( mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan melalui NGT
atau Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
Hidangkan makan secara menarik
Berikan suplemen, jika perlu
Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1. Observasi
Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prostesis, sepatu, dan pakaian
Periksa perbedaan sensasi tajam atau
tumpul
Periksa perbedaan sensasi panas atau
dingin
Periksa kemampuan mengidentifikasi
lokasi dan tekstur benda
Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
Monitor perubahan kulit
Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
2. Terapeutik
Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
3. Edukasi
Anjurkan penggunaan termometer
untuk menguji suhu air
Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
Anjurkan memakai sepatu lembut dan
bertumit rendah
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
B. MANAJEMEN ENERGI
1. Observasi
Identifkasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan
emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan