BAB I
PENDAHULUAN
Kesalahan dalam pemantauan data dasar hidrologi suatu daerah aliran sungai akan
menghasilkan data yang kurang optimal. Kesalahan tersebut biasanya disebabkan
oleh jumlah pos hujan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kurang memadai
dan pola penyebaran pos hujan yang tidak merata. Demikian juga, pos hujan yang
tersedia yang ada saat ini dalam suatu DAS sudah memadai atau tidak serta jumlah
dan lokasinya dapat memantau karakteristik hidrologi di daerah tersebut atau
belum. Kemudian dalam kondisi dimana posisi stasiun hujan yang belum tepat
misalnya di bagian hilir DAS yang kondisi lereng/gunung dimana variasi hujan
(secara spasial) tinggi seharusnya membutuhkan banyak stasiun tetapi masih
sedikit. Maka salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah melakukan suatu studi
rasionalisasi jaringan pos hujan yang ada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk
menganalisa pos hujan yang efektif dan efisien, sehingga dapat diketahui pos-pos
mana yang sangat dominan dan atau dapat direlokasi. daerah datar terdapat banyak
stasiun hujan sedangkan di bagian hulu DAS.
Ruang lingkup yang digunakan dalam pembahasan laporan ini adalah sebagai
berikut.
1. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan tahun 1986-2005 di 5
stasiun, yaitu PH-010 Penengahan, PH-019 Way Ketibung, PH-031 Way
Pisang, PH-032 Bumi Sari, dan PH-033 Negara Ratu.
2. Penentuan luasan DAS dan curah hujan rata-rata suatu daerah dengan metode
Aljabar dan Thiessen.
3. Penentuan distribusi frekuensi curah hujan dengan metode normal, log normal,
gumbel, dan log pearson III.
4. Penentuan uji kecocokan distribusi frekuensi dengan menggunakan uji chi-
kuadrat dan uji smirnov-kolgomorov.
Adapun metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Analisis data
BAB II
LANDASAN TEORI
Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Besarnya
intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya cura hujan dan frekuensi
kejadiannya. Intensitas curah hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data
curah hujan baik secara statistik maupun secara empiris.
Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan rancangan dan rencana (perhitungan
potongan melintang dan lain-lain) adalah curah hujan jangka waktu yang pendek
dan bukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan tahunan atau
bulanan. Curah hujan tersebut berdasarkan volume debit (yang disebabkan oleh
curah hujan) dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir,
rencana peluap suatu bendungan, gorong-gorong melintasi jalan dan saluran,
selokan-selokan samping. (Sostrodarsono; Takeda,1976).
Analisis frekuensi untuk curah hujan secara umum dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa jenis distribusi probabilitas kontinu antara lain:
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Gumbel
4. Distribusi Log Pearson III
Dalam tahap perencanaan ini dengan hasil pengolahan data yang didapat,
digunakan analisis frekuensi distribusi log pearson III dan distribusi gumbel.
2.3. Debit
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak
(debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini
digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman
et.al., 1986, dalam Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan
asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata
di seluruh daerah pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi
(tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah sebagai berikut :
𝑄 = 0,278. 𝐶. 𝐼. 𝐴
Dimana :
Q : Debit (m/detik)
0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
C : Koefisien aliran
Hujan yang jatuh pada suatu DAS akan berubah menjadi aliran di sungai. Dengan
demikian terdapat suatu hubungan antara hujan dan debit aliran, yang tergantung
pada karakteristik DAS. Untuk menentukan besarnya debit sungai berdasarkan
hujan perlu di tinjau hubungan antara hujan dan aliran sungai. Besarnya aliran
didalam sungai ditentukan terutama oleh besarnya hujan, intensitas hujan, luas
daerah hujan, lama waktu hujan, luas daerah sungai dan ciri- ciri daerah aliran
(Subarkah, 1980).
Data curah hujan dan debit merupakan data yang sangat penting dalam perencanaan
suatu proyek pembangunan bangunan air. Analisis data hujan dimaksudkan untuk
mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan wilayah
adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir (Sosrodarsono & Takeda, 1977).
Dalam analisis hidrologi sering diperlukan penentuan hujan rata-rata pada daerah
tersebut. Terdapat tiga metode dalam menentukan hujan rata-rata, salah satunya
metode Thiessen Poligon. Cara ini diperoleh dengan membuat poligon yang
memotong tegak lurus pada tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan
demikian tiap pos stasiun Rn akan terletak pada suatu poligon tertentu An. Dengan
menghitung perbandingan luas untuk setiap stasiun yang besarnya = An/A, dimana
A adalah luas daerah penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi
curah hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan pada
masing-masing pos yang mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua pos stasiun.
𝐴1 . 𝑑1 + 𝐴2 . 𝑑2 + 𝐴3 . 𝑑3 … … … 𝐴𝑛 . 𝑑𝑛 ∑ 𝐴𝑛 . 𝑑𝑛
𝑑= =
𝐴 𝐴
Keterangan:
A = Luas areal (km2)
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal
d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n
A1, A2, A3,...An= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n
Adapun parameter statistik yang digunakan untuk menentukan jenis distribusi data
ialah sebagai berikut :
1. Harga Rata-Rata (𝑋̅)
Rumus:
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖
𝑋̅ =
𝑛
Dimana :
𝑋̅ : Curah hujan maksimum harian rata-rata (mm)
𝑋1 : Curah hujan di stasiun ke-I (mm)
𝑛 : Banyaknya jumlah data
∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)
𝑆𝑥 = √
𝑛−1
Dimana :
𝑆𝑥 : Standar Deviasi
𝑋1 : Curah hujan di stasiun hujan ke-I (mm)
𝑋̅ : Curah hujan rata-rata (mm)
𝑛 : Jumlah data
𝑛2 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)4
𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1) × (𝑛 − 2) × (𝑛 − 3) × 𝑆 4
Dimana:
𝐶𝑘 : Koefisien Curtosis
𝑋𝑖 : Curah hujan di stasiun hujan ke-I (mm)
𝑋̅ : Curah hujan maksimum harian rata-rata (mm)
𝑛 : Jumlah data
𝑆 : Deviasi standar
𝑆𝑋
𝐶𝑉 =
𝑋̅
Dimana:
𝐶𝑉 : Koefisien variasi
𝑆𝑋 : Deviasi standar
𝑋̅ : Curah hujan rata-rata (mm)
Rumus:
𝑛 𝐸𝑓𝑖 − 𝑂𝑓𝑖 2
𝑋2 = ∑ [ ]
𝑖=1 𝐸𝑓𝑖
Dimana:
𝑋 2 : Harga Chi Square
𝐸𝑓𝑖 : Banyaknya frekuensi yang diharapkan pada data ke-i
𝑂𝑓𝑖 : Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama pada data ke-i
n : Jumlah data
Prosedur perhitungan uji Chi Square adalah sebagai berikut:
1) Urutkan data pengamatan dari besar ke kecil
2) Hitunglah jumlah kelas yang ada (K) = 1 + 3,322 log n. Dalam
pembagian kelas disarankan agar setiap kelas terdapat minimal tiga
buah pengamatan.
∑𝑛
3) Hitung nilai 𝐸𝑓 = [∑ 𝐾]
𝐷𝐾 = 𝐾 − (𝑅 + 1)
Dimana:
DK : Derajat Kebebasan
K : Banyaknya Kelas
R : Banyaknya ketertarikan (biasanya diambil R=2 untuk distribusi
normal dan binomial dm R=1 untuk distribusi Polygon dan Gumbel)
b. Uji Keselarasan Smirnov Kolmogorof
Pengujian kecocokan sebaran dengan metode ini dilakukan dengan
membandingkan probabilitas untuk tiap variabel dari distribusi empiris
dan teoritis sehingga didapat perbedaan (∆) tertentu. Perbedaan maksimum
yang dihitung (∆maks) dibandingkan dengan perbedaan kritis (∆cr)
untuk suatu derajat nyata dan banyaknya varian tertentu, maka sebaran
sesuai jika (∆maks) < (∆cr).
Rumus:
𝑋𝑇 = 𝑋̅ + (𝑘 . 𝑆)
Dimana :
𝑋𝑇 : Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm)
𝑋̅ : Harga rata-rata curah hujan (mm)
S : Standar deviasi (simpangan baku)
k : Nilai variable reduksi Gauss periode ulang T tahun
𝑆
𝑋𝑇 = 𝑋̅ (𝑌 − 𝑌𝑛 )
𝑆𝑛 𝑇
Dimana :
𝑋𝑇 : Curah hujan dengan periode ulang T tahun (mm)
𝑋̅ : Harga rata-rata curah hujan (mm)
𝑌𝑇 = 𝑌̅ + 𝑘. 𝑆
Dimana:
X : Curah hujan (mm)
𝑌𝑇 : Nilai logaritmik dari X atau log X dengan periode ulang tertentu
𝑌̅ : Rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y
S : Deviasi standar nilai Y
k : Karakteristik distribusi peluang log pearson tipe III
2.5. Intensitas
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi
pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas,
jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi
cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang
jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit. Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah
hujan (definisi BMKG), diantaranya yaitu hujan kecil antara 0 – 21 mm per hari,
hujan sedang antara 21 – 50 mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm
per hari. Terdapat beberapa metode untuk menentukan nilai intensitas curah hujan,
diantaranya metode Mononobe dan Sherman.
Untuk menghitung hujan rencana dengan rumus mononobe harus tersedia data
hujan harian. Bentuk umum dari rumus mononobe adalah :
2⁄
𝑅24 24 3
𝐼= ×[ ]
24 𝑡
Dimana:
I : Intensitas curah hujan
R24 : Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
t : Lamanya hujan (24 jam)
BAB III
METODOLOGI
Sebaran
Normal Gumbel
Memenuhi
Intensitas
Debit