Anda di halaman 1dari 4

Nama : Intan Maulia C. H.

Nim : 191611101063
Kelas : 3F

1. Sebut dan jelaskan klasifikasi maloklusi menurut angle dan tipe maloklusi menurut dewey ?
2. Jelaskan cara menentukan diskrepansi pada model ?
3. Jelaskan cara menentukan jarak gigit dan tumpang gigit ?
4. Jelaskan cara menentukan klasifikasi skeletal berdasarkan sefalometri ?
5. Jelaskan cara menentukan prognosis pada pasien ?
6. Sebutkan dan jelaskan etiologi maloklusi menurut graber ?

1. A. Klasifikasi maloklusi menurut angle


 Maloklusi Kelas I : cusp mesiobukal molar pertama permanen rahang atas terletak
pada bukal groove molar pertama permanen rahang bawah (neutroklusi).
 Maloklusi Klas II : cusp mesiobukal molar pertama permanen rahang atas terletak
pada mesiobukal molar pertama permanen dan distobukal premolar kedua rahang
bawah (distoklusi)
a) Maloklusi Klas II divisi 1 : Gigi anterior atas condong ke depan (protrusi)
b) Maloklusi Klas II divisi 2 : Gigi anterior atas condong ke lingual
 Malokluso Klas III (Mesioklusi) : cusp mesiobukal molar pertama permanen rahang
atas terletak pada distobukal molar pertama permanen dan mesiobukal molar kedua
permanen rahang bawah
a). True klas III : skeletal klas III.
b). Pseudo klas III : mandibula bergerak ke depan saat menutup mulut.
c). Subdivisi : satu sisi klas III, satu sisi klas I.
B. Klasifikasi maloklusi modifikasi Dewey
1) Klas 1 modifikasi dewey :
a). Tipe 1 : berdesakan anterior.
b). Tipe 2 : protrusi I atas.
c). Tipe 3 : crossbite anterior.
d). Tipe 4 : crossbite posterior.
e). Tipe 5 : M1 permanen drifting ke mesial.
f). Tipe 6 : deep bite, pergeseran garis median.
2) Klas III modifikasi dewey :
a). Tipe 1 : edge to edge.
b). Tipe 2 : I bawah crowding dan lebih ke lingual dari I atas.
c). Tipe 3 : crossbite anterior, I atas berdesakan.

2. a. Tempat yang tersedia


 Menggunakan metode Moyers dibagi 6 segmen yaitu sisi mesial molar
pertamanen permanen - sisi distal caninus, sisi distal caninus - sisi mesial caninus
dan sisi mesial caninus sampai sisi mesial insisiv permanen.
 Metode nance dengan brasswire.
b. Tempat yang dibutuhkan menggunakan analisis foto rontgen
X = X’. Y
Y’
X = lebar gigi permanen pengganti
Y = lebar gigi sulung pada model studi
X’ = lebar gigi permanen pada foto rontgen
Y’ = lebar gigi sulung pada foto rontgen
c. Diskrepansi dihitung dengan selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang
dibutuhkan. apabila diskrepansi 1-4 mm maka non ekstraksi, 5-9 mm adalah non
ekstraksi (border line) yang nantinya ada fase evaluasi yaitu perhitungan kembali saat
gigi permanen pengganti terakhir akan erupsi, dan apabila diskrepansi lebih dari 10
mm maka ekstraksi.

3. a. Tumpang gigit (overbite) : jarak vertikal antara incisal I RA dengan Incisal I RB,
normalnya 1-2 mm. Apabila tumpang gigit < 1-2 mm maka openbite, tumpang gigit 0
maka edge to edge dan apabila >1-2 mm maka deepbite
b. Jarak gigit (overjet) : jarak horizontal antara incisal I RA dengan bidang labial I RB
atau bidang incisal I RB terhadap labial I RA (apabila terjadi gigitan
terbalik/crossbite), normalnya 2-3 mm. Apabila <2-3 mm maka crossbite, apabila >2-
3 mm maka protrusi.

4. Pasien dapat dikatakan maloklusi tipe skeletal apabila nilai dari SNA >82 derajat, dimana
nilai normal nya 82 derajat, sedangkan nilai dari SNB >80 derajat, nilai normal 80
derajat, nilai ANB normalnya 0-4 derajat, Sudut MP (madibula plane) normalnya 32
derajat, Sudut OP (oklusal plane) normalnya 14 derajat.

5. Prognosis dapat dilihat dari keoperatifan pasien, dukungan dari keluarga pasien, pasien
dalam masa tumbuh kembang, tipe maloklusi, dan nilai PAR Indeks, dimana prognosis
baik apabila pasien kooperatif, keluarga pasien mendukung, pasien dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan, maloklusi tipe dental dan nilai par indeks kecil. Selain
itu, prognosis sedang apabila maloklusi skeletal, dan prognosis buruk apabila maloklusi
dento-skletal.

6. Graber menyatakan etiologi maloklusi berasal dari faktor umum dan faktor lokal.
a. Faktor umum meliputi herediter misal dari keluarga pasien ada yang berdesakan,
protrusi. DDM (disharmoni dental maxiller) yaitu ketidakharmonisan antara ukuran
gigi dengan lengkung rahang) seperti ukuran gigi normal, lengkung rahang sempit,
kerusakan kongenital (misalnya: celah palatum, cerebral palsy, dan sifilis),lingkungan
terdiri dari prenatal (misalnya: trauma dan pola makan ibusaat kehamilan) dan
postnatal (misalnya: cedera kelahiran, cerebralpalsy, dan cedera TMJ), kondisi
metabolis (misalnya:ketidakseimbangan endokrin, gangguan metabolis, dan
penyakitinfeksi), defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk seperti bernafas melalui mulut
dengan periksa menggunakan kaca mulut yang dimasukkan ke dalam mulut pasien
apabila berembun maka pasien bernafas mulut yang ditandai klinis yaitu lengkung
rahang sempit, palatum sempit dan tinggi, protrusi rahang atas tampak nyata.
menghisap jari ditandai dengan ciri klinis hipotonus otot bibir, protrusi RA, openbite
anterior. Penelanan yang salah yaitu pada saat menelan lidah menjulur ke depan
ditandai ciri klinis open bite, protrusi. Menghisap bibir bawah ditandai dengan ciri
klinis bibir bawah menekan I RB ke lingual, gigi anterior RA ke labial sehingga
protrusi, open bite. postur, dan trauma.
b. Faktor lokal meliputi anomali jumlah gigi (supernumerary teeth dan missingteeth),
anomali bentuk dan ukuran gigi, premature loss menyebabkan pergeseran garis
median, persistensi menyebabkan palatoversi dan linguoversi, letak salah benih
menyebabkan berdesakan, prolongedretention, keterlambatan erupsi gigi permanen,
ankylosis, karies, dan tumpatan yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai