Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRATIKUM

DIFUSI OBAT MELALUI KULIT ATAU KUKU

KELOMPOK 5

ANGGOTA:

1. FADHILLA DWIUTARI

2. HANIFAH PUSPITA HADI

3. CICI LORENZA

4. RAHMI MULYANI

DOSEN:

DR MUSLIM SUARDI, M.SI, APT

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR

BUKITTINGGI

2021
I. TUJUAN

Mahasiswa dapat dapat menentukan bagiamana difusi melalui kuku dan lamanya.

II. TEORI

Kuku sebagai tambahan dari kulit, merupakan lempeng tanduk yang bertugas
melindungi ujung-ujung jari tangan dan kaki. Selain itu, sepanjang evolusi manusia, kuku
berfungsi untuk menggaruk dan pertahanan, serta untuk fungsi tangan optimal. Tanpa
kuku, sensitifitas jari dapat berkurang sebanyak 50%, dan kemampuan memegang sulit,
karena tidak ada tekanan kuku terhadap jari.

Struktur kuku yang terdapat dalam Syaifuddin (2009) dasar kuku mengandung
lapisan-lapisan epidermis dan dermis, di bawahnya mempunyai rabung memanjang. Di
sini terdapat kelenjar keringat dan folikel. Sel-selnya banyak mengandung fibril
sitoplasma yang hilang pada tahap akhir setelah sel menjadi homogen (berstruktur
sama) lalu menjadi zat tanduk, dan menyatu dengan lempeng kuku. Pada lapisan dalam
matriks kuku mengandung melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen pada
ras hitam.

Lempeng kuku terdiri atas sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas,
badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh
kapiler darah di dalam dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke
permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula. Di dalam Junqueira dan
Carneiro (2007) juga disebutkan bahwa lempeng kuku yang hampir transparan dan
epitel tipis dari dasar kuku merupakan “jendela petunjuk” yang berguna untuk
mengetahui jumlah oksigen dalam darah dengan melihat warna darah dalam pembuluh
dermis. Menurut Rao et al.) perubahan kuku juga dapat terjadi secara umum biasanya
pada orang tua, yaitu termasuk warna, kontur, pertumbuhan, permukaan, ketebalan,
dan histologi. Pada saat terjadi penuaan kuku, yang meningkat adalah kalsium,
sedangkan kadar besi menurun.

Menurut Baran, Dawber, Haneke, Toste, dan Bristow (2003) anatomi mikroskopis
kuku adalah sebagai berikut:

1. Lipatan Kuku (Nail Fold) Lipatan kuku proksimal mirip dengan struktur kulit tetapi
biasanya tidak memiliki kelenjar sebasea. Dari area distal sampai proksimal lipatan kuku,
kutikula menggambarkan atau mencerminkan permukaan lempeng kuku. kutikula terdiri
dari modifikasi stratum korneum dan berfungsi untuk melindungi struktur di dasar kuku,
khususnya matriks germinativum dari lingkungan tidak baik seperti iritasi, alergi, serta
bakteri dan jamur patogen.

2. Matriks Kuku (Nail Matrix) Proksimal (dorsal) dan distal (intermediet) matriks kuku
menghasilkan bagian yang penting bagi kuku. seperti halnya epidermis kulit, matriks
memiliki lapisan pemisah basal yang menghasilkan keratinosit. Keratinosit inilah yang
mengeras lalu mati, serta memberikan kontribusi pada lempeng kuku. Matriks kuku juga
mengandung melanosit yang menyebabkan pigmentasi pada keratinosit. Dalam keadaan
normal, pigmen tidak terlihat pada orang berkulit putih. Tetapi pada kebanyakan orang
yang berkulit hitam menunjukkan melanogenesis yang tidak sempurna.

3. Palung Kuku (Nail Bed) Palung kuku terdiri dari epidermis dan bagian dermis yang
mendasari penutupan periosteum falang distal. Terdapat pembuluh darah, limfatik, dan
sel-sel lemak.

4. Lempeng atau Badan Kuku (Nail Plate)

Terdiri dari 3 lapisan horizontal, yaitu: lamina dorsal tipis, lamina intermediet tebal, dan
lapisan ventral dari palung kuku. Dilihat dari mikroskopisnya, terdiri dari sel-sel skuamus
yang mati, pada orang tua biasanya tampak massa acidophilic yang disebut tubuh
pertinaks. Lempeng kuku kaya kalsium, ditemukan sebagai fosfat dalam kristal
hidroksiapatit.

Unsur-unsur lain yang hanya dalam jumlah kecil, seperti:

tembaga, mangan, seng, dan besi. Konsentrasi kalsium pada kuku 10 kali lipat dari pada
rambut. Kalsium tidak secara signifikan berkontribusi untuk membuat kuku menjadi
keras. Kekerasan kuku terutama dikarenakan adanya protein belerang yang padat dari
matriks. Kelengkungan normal kuku berkaitan dengan bentuk tulang falang yang
mendasari lempeng kuku, yang secara langsung diikat oleh jaringan ikat antara epitel
subungual dan periosteum.

Adapun bagian-bagian kuku menurut Tresna yaitu sebagai berikut:

1. Badan kuku atau lempeng kuku (nail plate) yaitu bagian yang kelihatan dari kuku yang
berada di atas palung kuku mulai dari atas batas akar sampai tepi ujung lepas.

2. Akar kuku (free edge) yaitu akar kuku berada pada dasar kuku dan tersembunyi
dibawah kulit, akar kuku berasal dari jaringan yang tumbuh yaitu matriks atau
kandungan kuku.

3. Ujung lepas yaitu merupakan bagian yang berbatasan dengan badan kuku dan ujung
jari.

Selain itu Tresna juga menjelaskan jaringan-jaringan yang berbatasan dengan kuku,
yaitu :

1. Palung Kuku Bagian dari kulit tempat kuku berada. Palung kuku banyak terdapat
pembuluh darah yang menyediakan makanan untuk pertumbuhan yang terus-menerus
bagi kuku. Palung kuku juga terdapat urat syaraf.

2. Kandungan kuku Bagian palung kuku yang berada di bawah akar kuku dan banyak
terdapat urat syaraf, getah bening, dan pembuluh darah. Bulan sabit (lanula) kelihatan
keputih-putihan, yang berada di dasar (bawah) badan kuku. Warna pucat pada lanula
disebabkan pemberian darah berkurang di sekitar perkandungan kuku.

3. Kulit kuku (cuticle) yaitu bagian epidermis yang menutupi pinggir sekeliling kuku.
4. Eponychium yaitu sambungan dari cusificle, yaitu badan kuku yang menutupi lanula.

5. Hyponichium yaitu bagian dari epidermis yang berada di bawah ujung lepas.

6. Mantel atau penutup kuku yaitu lipatan yang berada di kulit dan tempat akar kuku.

7. Dinding kuku yaitu lipatan-lipatan kecil kulit yang menutupi pinggirpinggir kuku.

8. Alur kuku yaitu lipatan yang dalam di kedua samping badan kuku.

III. PROSEDUR KERJ

Alat:

1. lumpang

2. stamfer

3. gelas ukur

4. mikroskop

5. pisau

6. plastik

7. gunting

8. stopwatch

bahan:

1. daun inai kering dan basah

2. aqua dest

3. vaselin

4. kuku

PROSEDUR KERJA

1. daun inai kering di tumbuk dengan menggunakan lumpang dan stanfer dan di tambah
sedikit air dan di pasangkan kekuku

2. daun inai kering ditumbuh dan ditambahkan vaselin dan di pasangkan ke kuku

3. daun inai basah di tumbuk dengan di dalam lumpang dan di pasangkan kekuku

4. amati difusi yang terjadi pada kuku pada waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 30 menit.

5. Dan catat
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

DAUN INAI 5 MENIT 10 MENIT 15 MENIT 30 MENIT

KERING+ AIR MERAH TAMBAH MERAH TAMBAH MERAH MERAH SEKALI

KERING+ VASELIN TIDAK MERAH AGAK MERAH AGAK MERAH AGAK MERAH
SEDIKIT

BASAH TIDAK MERAH TIDAK MERAH TIDAK MERAH TIDAK MERAH

PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini yaitu melihat difusi melalui kulit atau kuku dengan menggunakan daun inai
kering tambah air, daun inai kering tambah vaselin dan daun inai basah , denga cara daun inai di
tumbuk di dalam lumpang sampai halus dan di pasangkan pada kuku secara bersamaan dimana
dalam rintang waktu 5 menit, 10 menit, 15 ment, 30 menit pada kuku panjang, dan di amati yang
terjadi, dari hasil dapat dilihat bahwa yang mengalami difusi paling cepat yaitu daun inai keing di
tambah air yang memberikan wrana walau hanya dalam waktu 5 menit, sedangkan daun inai kering
tambah vaselin dan daun inai basah membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan warna, itu
disebabkan karna simplisia yang dikeringkan dapat mejaga kestabilan senyawa, kandungn kimia
tidak berubah sehingga simplisia tidak berjarmur yang dapat merusak kandungan kimianya,
sedsngkan daun inai kering tambah vaselin membutukjan waktu untuk warna merah kaerna vaselim
dapat mempengaruhi penyerapakan daun inai kedalam kuku kaerna valin dalam bentuk minyak,
bahan dalam bentuk minyak tidak dapat meyerap dalam kuku atau kuli hanya d atas permukaan
kulit atau kuku saja.

PENUTUP
KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.

Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI,.

Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London:


Pharmaceutical Press.

Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing.


London: Pharmaceutical Press.

Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting. London:


Pharmaceutical Press.

Basri, S.2003. “Kamus Lengkap Kimia”. Jakarta: Rineka Cipta.

Bird, T. 1994. Kimia Fisik untuk Universitas”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama..

Daintith, J.1994.” Kamus Lengkap Kimia”. Edisi Baru. Alih Bahasa : Suminar
Achmadi, Ph.D. Jakarta : Erlangga..

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Gaya Baru.

Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika Terapan.

Edisi II. Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti Sjamsiah, Apt.
Surabaya : Airlangga University Press..
Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada Press. .

Gennaro, A. R., et all., 1990, Remingto’s Pharmaceutical Sciensces, Edisi 18th, Marck
Publishing Company, Easton, Pensylvania

Anda mungkin juga menyukai