Anda di halaman 1dari 13

PALIATIF CARE PADA RETINO BLASTOMA

Di susun Oleh

BASYIRNA IKA

Nim:16172005

Dosen Pembimbing : Ns. Saiful riza M.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM ILMU STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10%
anak usia prasekolah dan 10% anak  usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun
seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini
mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir,
usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas.
Setidaknya anak  diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila
telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko. Untuk itu kami menyusun
makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke
masyarakat luas yang mana di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami
sebagai perawat perlu memahami memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan retino blastoma.

2 Tujuan

A. Tujuan Umum: Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.

2. Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.

3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.

4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.

5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.

6. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma


7. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1Definisi

Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik 
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ). Retinoblastoma
adalah kanker pada retina (daerah di belakang mata yang peka terhadap cahaya) yang
menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun. 2% dari kanker pada masa kanakkanak adalah
retinoblastoma. Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler
yang ditemukan pada anakanak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar
kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor diretina
dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh menembus keluar (eksofitik). Pada
beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan. Sering terjadi perubahan degeneratif,
diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50%
menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke saudara sebesar 4-7%.
Retinoblastoma adalah kanker yang dimulai dari retina  –  lapisan sensitif di dalam mata.
Retinoblastoma umumnya terdapat pada anak-anak. Retina terdiri dari jaringan syaraf yang
merespon cahaya masuk ke mata.

1. kelainan kromosom Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel
dominant protektif yang berada dalam pita kromosom . Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua
mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak  (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).

2. faktor genetik  Gen cacat RB1 dapat warisan dari orang tua baik, pada beberapa anak,
bagaimanapun, mutasi terjadi pada tahap awal perkembangan janin. Tidak diketahui apa
yang menyebabkan kelainan gen, melainkan yang paling mungkin menjadi kesalahan acak
selama prosescopy yang terjadi ketika sel membelah
A) Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir
sama  jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Pada orang dewasa. Ora
serrata berada disekitar 6,5 mm dibelakang garis Scwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di
belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan
epitel pigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrane bruch , khoroid, dan scelera.
Di sebagian besar tempat , retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah hingga
membentuk ruang subretina. Tetapi pada discus optikus dan ora serata, retina dan epithelium
pigmen retina saling melekat kuat. Retina menerima asupan darah dari dua sumber :
khoriokapilaria yang berada tepat di luar membrane bruch yang memperdarahi sepertiga luar
retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar fotoreseptor dan lapisan epitel
pigmen retina: serta cabang-cabang dari ateria sentralis retina yang memperdarahi dua pertiga
sebelah dalam. Retina terdiri dari 10 lapisan, mulai dari sisi dalam. Membrane limitans interna
Lapisan serat saraf  Lapisan sel ganglion Lapisan fleksiformis dalam Lapisan inti dalam
Lapisan fleksiformis luar Lapisan inti luar Membrane limitan eksterna Lapisan fotoreseptor
(sel batang dan sel kerucut) Ephithelium pigmen retina B. Fisiologi Retina Retina adalah
jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat
optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu transducens yang efektif.
Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah ransangan cahaya
menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan, serta saraf retina melalui saraf
optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Macula bertanggung jawab untuk ketajaman
penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagaian besar selnya adalah sel
kerucut. Macula terutama digunakan untuk  ketajaman sentral dan warna (fotopik) sedangkan
bagian retinanya, yang besar tediri dari fotoreseptor batang dan digunakan terutama untuk
penglihatan perifer dan malam (skotopik)
2.2 Patofisiologi
Retino Blastoma berasal dari jaringan embrional retinal bersifat malignancy, kongenital
dan herediter serta dapat menyerang atau tumbuh 1 atau kedua mata. Tumor tumbuh melalui
mutasi genetik secara spontan atau sporadis atau diturunkan melalui autosomal dominant. Jika
letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin
membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang
menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata,
akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol
ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula serta
secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutama hati

2.3 Manifestasi klinis


1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang
tidak normal.
3.Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata
depan,uveitis, endoltafmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4.Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5.Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6.Tajam penglihatan sangat menurun.
7.Nyeri
8.Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca
terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.

2.4 Klasifikasi

1.Golongan I Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik 
2.Golongan II Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis baik.
3.Golongan III Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil,
Prognosis meragukan
4.Golongan IV Tumor multiple sampai ora serata, Prognisis tidak baik.
5.Golongan V Setengah retina terkena benih di badan kaca, Prognosis buruk.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing: 

Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)

Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.

Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus
optikus yang dipotong saat enuklasi.
Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.

Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan
degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50
% menurunkan anak dengan retinoblastoma.

2.5Komplikasi

Komplikasi Retinoblastoma yaitu:

1. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita retinoblastoma. Contohnya
Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan lunak yang lain, melanoma malignan,
berbagai jenis karsinoma, leukemia dan limfoma dan berbagai jenis tumor otak 

2. Komplikasi vaskular : kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan dapat terlihat

3. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi hipoplasia pada tulang
dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan dosis radiasi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi


anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan
diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang :

1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai pembuluh
darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan berbatas kabur

2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila tumor


mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.

3. USG : Adanya massa intraokuler

4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio lebih
besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler (Normal ratsio
Kurang dari 1)

5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan


metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata. 2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan retinoblastoma ialah enukleasi bulbi yang disusul dengan radiasi. Apabila
retinoblastoma sudah meluas sampai ke jaringan orbita maka dilakukan eksenterasi orbita
disusul dengan radiasi dan bila diberikan kemoterapi (Ilyas dkk, 2002). Harus dilakukan
pemantauan teratur pada anak yang menderita retinoblastoma dan keturunan berikutnya.
Konseling genetik harus ditawarkan dan anak dengan orang tua yang pernah mengalami
retinoblastoma harus diawasi sejak bayi (James dkk, 2005). Bila tumor masih terbatas
intraokular, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik. Tergantung dari letak, besar,
dan tebal,pada tumor yang masih intraokular dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser,
atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk  mempertahankan visus. Pada tumor
intraokular yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila
tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas dirongga orbita, dilakukan kombinasi
eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena
20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama
osteosarkom.

A) Terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat
efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker
yang kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil
terapi ini berhasil baik
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran
kanker. Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :
a. Ukuran kanker
b. Lokasi kanker
c. Apakah sudah menjalar atauy belum
d. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
e. Adanya komplikasi
f. Riwayat keluarga
g. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas.

B) Pembedahan:
 Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah
dengan mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang
mungkin.

 Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan


orbita ialah dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
 Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa  – sisa sel
tumor
BAB III

Asuhan Keperawatan Pada Retinoblastoma:

A.Pengkajian Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma

1. Sejak kapan sakit mata dirasakan Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya,
dan sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang dialami.
Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.

2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan Trauma dapat memberikan kerusakan
pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan
kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.

3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya Retinoblastoma
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.

4. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya. Retinoblastoma dapat


menyebabkan bola mata menjadi besar.

5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling
sering diberikan oleh penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh
tumor yang bermetastase.

6. Penyakit mata sebelumnya Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata


sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan
penderita.

7. Penyakit lain yang sedang diderita Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan
yang buruk, dapat pula memperburuk keadaan klien

8. Usia penderita Dikenal

9. Riwayat Psikologi

a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien:
cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.

b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan
umum yang dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.

11. Pemeriksaan Khusus Mata

a. Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di


dalam bola mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam
penglihatan sangat menurun.

b. Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan
saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan
VI maka akan menyebabkan mata juling.

c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata,
sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.

d. Pemeriksaan Pupil Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan


keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.

e. Pemeriksaan funduskopi Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil


saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak
dalam badan kaca.

f. Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan
tekanan bola mata meningkat.

B.Pengelompokan Data

DataSubjektif 

a.Mengeluh nyeri pada mata

b.Sulit melihat dengan jelas

c.Mengeluh sakit kepala


Merasa takut

Data Objektif 

a.Mata juling (strabismus)

b.Mata merah

c.Bola mata besar


d.Aktivitas kurang

e.Tekanan bola mata meningkat

f.Gelisah

g.Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)

h.Tajam penglihatan menurun

i.Sering menangis

j.Keluarga sering bertanya

k.Ekspresi meringis

l.Tak akurat mengikuti instruksi

m.Keluarga nampak murung

n.Keluarga nampak gelisah

o.Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi

Diagnosa Goal Statement (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Keperawatan Gangguan


Mempertahankan lapang persepsi ketajaman penglihatan sensori tanpa kehilangan lebih
Orientasikan pasien Dengan penglihatan lanjut. terhadap lingkungan, mengetahui
Tentukan ketajaman staf, orang lain di ekspresi penglihatan, catat apakah areanya.
perasaan satu atau kedua mata Letakkan barang yang pasien dapat terlibat.
dibutuhkan/posisi bel mempermud pemanggil dalam ah tindakan  jangkauan. keperawatan
Dorong klien untuk  selanjutnya mengekspresikan perasaan tentang

kehilangan/kemungkin an kehilangan penglihatan. Lakukan tindakan untuk


membantu pasien untuk  menangani keterbatasan penglihatan, contoh, atur
perabot/mainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam Ketajaman o
penglihatan dapat digunakan untuk  mengetahui gangguan penglihatan yang terjadi
Orientasi akan o mempercepat penyesuaian diri pasien di lingkungan baru Mempermudah

pengambilan barang jika dibutuhkan Nyeri akut Rasa nyeri yang ri rasakan pasien
berkurang / hilang Tentukan riwayat o nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
intensitas (skala 0 – 10) dan tindakan penghilangan yang digunakan Cemas berhubungan
dengan penyakit yang diderita klien.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: reposisi) Persetujuan dan aktifitas
hiburan klien dan (misalnya: mudik, keluarga telefisi). akan Bicarakan dengan
mempermud individu dan keluarga ah penggunaan terapi pelaksanaan distraksi, serta
metode terapi pereda nyeri lainnya. Ajarkan tindakan pereda nyeri Beri individu pereda
Untuk selanjutnya rasa sakit yang optimal klien dapat dengan analgesik  melakukan
tindakan Dengan mengetahui pereda nyeri secara skala nyeri penderita mandiri maka
dapat ditentukan tindakan yang sesuai untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut Tindakan
kenyamanan dasar dapat menurunkan rasa nyeri Kecemasan dapat segera teratasi. Kaji
tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba  – tiba dan pengetahuan
kondisi saat ini. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan dengan keluarga
bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan .

penglihatan tambahan. Dorong pasien untuk  mengakui masalah dan mengekspresikan


perasaan. Identifikasi sumber/orang yang menolong. Untuk mempermudah rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan selanjutnya Kolaborasi dengan keluarga pasien akan
mempercepat proses penyembuhan.

Resiko cidera trauma.

Risiko keterlambatan perkembangan

Resiko cedera berkurang. Orientasikan pasien klien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain
yang ada di areanya. Anjurkan keluarga memberikan mainan yang aman (tidak pecah), dan
pertahankan pagar tempat tidur. Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada
tempat sentral pandangan klien dan mudah untuk dijangkau. Orientasi akan mempercepat
penyesuaian diri pasien di lingkungan baru

Dukungan keluarga penting dalam proses penyembuhan pasien


BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel
batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang
ditemukan pada anakanak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar
kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Pasien dengan
retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya pengetahuan dari
pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat
harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera
diobati. 3.2 Saran Berdasarkan hasil pembuatan makalah ini penulis mengharapkan terutama
kepada pembaca khususnya mahasiswa STIKES CERIA BUANA agar menambah wawasan
tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien prilaku kekearsan dalam
ilmu keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

(Anonim Oktober 2010,09:00) (Anonim) retinoblastoma.com/retinoblastoma/frameset1.htm


(07 Oktobebr 2010,10:00) Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
http://www.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc-a20

Copyright © 2019 EDOC.SITE. All rights reserved.

About Us | Privacy Policy | Terms of Service | Copyright | Contact Us | Cookie Policy

We use cookies, as explained in our cookie policy, to give you the best experience on our
website. If you agree to our use of cookies, please close this message and continue to use this
site.

Anda mungkin juga menyukai