Kelompok :10
(IAIN)PURWOKERTO
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih kami
panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat hadir dihadapan pembaca. Adalah hanya dari pertolongan dan
izin Allah,
Paling terakhir, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur dan
hanya kepada-Nya pula urusan penulis kembalikan.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima yang difardhukan bagi setiap muslim
yang mampu sebanyak satu kali dalam seumur hidup. Oleh karena itu, ibadah Haji
bagi pribadi muslim adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan jika telah
mencapai syarat “istitha’ah”.
AKHLAK DAN TASAWUF DALAM BERIBADAH HAJI
B.Pengertian Haji
C.MAKNA/HAKEKAT HAJI
Namun demikian, Ibadah haji, bukan hanya sebatas ritual saja, tetapi sarat
dengan tujuan dan makna filosofis. Rukun dan wajib haji tidak hanya merupakan
ibadah semata, tetapi mempunyai makna dan falsafah mendalam sebagai pelajaran
berharga baik bagi pelaksana ibadah haji itu sendiri maupun bagi kita yang tidak
melaksanakannya.
Salah satu tugas dan kewajiban para jama’ah haji didalam melaksanakan
kewajiban hajinya, adalah memahami dan menghayati berbagai hikmah dan
manfaat yang terdapat didalamnya. Semakin tinggi penghayatannya, maka akan
semakin besar dampak positif yang diakibatkannya, baik untuk dirinya maupun
untuk ummat secara keseluruhan. Sebaliknya, jika penghayatan ini tidak ada sama
sekali, maka yang terjadi hanyalah sekedar pemenuhan pelaksanaan rukun Islam.
1
https://zaenalkhayat.wordpress.com/2014/05/30/akhlak-dalam-bingkai-ibadah-
nilai-etika-haji-dalam-membangun-etos-kerja/
1.Penyadaran kembali akan hakekat diri manusia sebagai hamba Allah yang
dlaif dan lemah, yang memiliki ketergantungan yang tinggi kepada-Nya, dan
sekaligus sebagai makhluk ijtimaiyyah (sosial) yang selalu terikat kepada
sesamanya. Seluruh segmen ibadah haji selalu mengandung dua hal ini, seperti
thawaf mengelilingi ka`bah, sai` antara shafa dan marwah, wukuf di padang
Arafah, dan sebagainya.
4.Seluruh segmen ibadah haji mencerminkan dinamika dan etos kerja yang
tinggi, yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain secara kontinyu, dan dari
satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Hal ini mencerminkan bahwa yang menjadi
ciri utama kaum muslimin, dan terutama para jama’ah hajinya, adalah mereka
yang hidupnya penuh dengan dinamika dan senantiasa berbuat yang terbaik bagi
umat dan bangsanya (Q.S. 94 : 5-8).
Beberapa hal nilai etika haji yang dapat diimplementasikan dalam upaya
meningkatkan etos kerja antara lain:
1. Niat. Niat haji harus suci karena akan mengerjakan sesuatu yang suci. Niat
suci ini harus senantiasa dibawa dimanapun dan kapanpun tidak hanya saat
mengerjakan ibadah haji. Dalam setiap aktivitas kita sehari-hari harus
senantiasa kita kembalikan niat kita sebagai ibadah. Segala sesuatu berasal
dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Semua yang kita kerjakan akan
mendapatkan balasan sesuai dengan niat kita. Ada satu hal yang agak
berbeda. Nabi meniatkan haji dengan jahar (diucapkan). Fungsinya untuk
menguatkan niat dalam hati. Jadi ada keselarasan antara yang zahir dan
batin.
2. Ihrom, yaitu adalah keadaan seseorang yang telah beniat untuk
melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Ketika ihram diharamkan
baginya melakukan perbuatan tertentu seperti memakai pakaian berjahit,
menutup kepala (bagi lelaki) dan muka (bagi perempuan), bersetubuh,
menikah, melontarkan ucapan kotor, membunuh binatang dan tumbuhan,
memotong rambut/ kuku, dan lain-lain. Dalam konteks peningkatan etos
kerja, sesorang harus meluruskan dan senantiasa menjaga niat, focus
dengan pekerjaannya. Tidak tergoda dengan berbagai hal yang dapat
mengganggu bahkan dapat menggagalkan pekerjaan, seperti korupsi,
menerima gratifikasi (sogok), selingkuh, menyakiti orang lain, merusak
lingkungan dll.
Ibadah haji, dari amalan paling pertama, yaitu talbiyyah, hingga amalan paling
akhir, yaitu thawaf wada’, penuh dengan pendidikan akhlak dengan Allah, Sang
Pencipta ‘azza wa jalla.
a.Ucapan Talbiyyah
ال شريك لك، إن الحمد والنعمة لك والملك، لبيك ال شريك لك لبيك،لبيك اللهم لبيك
Talbiyyah ini adalah puncak pengikraran iman dan tauhid, di mana hakikat
iman dan tauhid adalah pengagungan Allah dengan sebenar-benarnya. Pada
talbiyyah ini, kita mengikrarkan bahwa segala pujian, kenikmatan dengan
berbagai macam dan wujudnya, dan segala kekuasaan, termasuk ke dalamnya
mengatur alam semesta ini, hanya milik Allah, tiada satu pun yang menjadi sekutu
bagi Allah dalam semua hal-hal tersebut. Oleh karena itu sebagai kelaziman dari
ikrar, kita hanya bersyukur dengan menujukan segala macam ibadah kepada-Nya
semata.
Dan sikap yang demikian ini, merupakan puncak akhlak yang mulia dengan
Allah, di mana kita mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan, mengatur, dan
hanya Dia-lah yang berhak disembah. Untuk lebih mengetahui bahwa ucapan
talbiyyah ini adalah wujud nyata dari akhlak mulia dengan Allah3
b.Thawaf
Setiba jamaah haji di kota Mekkah, maka pertama yang dilakukan adalah bersuci,
lalu thawaf mengelilingi ka’bah. Thawaf adalah amalan yang sangat agung dan
dicintai Allah ta’ala:
و َع ِهدنَا إِلَى إِ ْب َرا ِهي َم وإس َماعيل أَ ْن طَهِّرا بَيتِ َي للطَّائِفِين َوالعا ِكفِين وال ُر َّكع السُّجود.
َ
3
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/reformasi-akhlak-melalui-ibadah-haji-
1.html
“Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Sucikanlah rumah-Ku
untuk orang-orang yang thawaf , yang I’tikaf, yang ruku’ dan sujud.” (QS Al
Baqoroh: 125)
Hari Arafah, adalah hari yang paling agung, hari yang padanya kaum
muslimin dengan jumlah yang sangat besar berkumpul di satu tempat, dengan
pakaian yang sama, amalan sama, tujuan sama. Hari yang padanya turun berbagai
rahmat Allah, dan diampunkan padanya dosa-dosa manusia, dan hari yang
padanya pula Allah paling banyak membebaskan manusia dari neraka. Pada hari
ini pula Allah menyempurnakan agama dan kenikmatan bagi umat ini:4
Haji sebagai wujud syukur adalah ibadah total dalam segala aspek. Terutama
terkait dengan kesehatan badan, harta kekayaan, sebagai bagian dari kemampuan
melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu, ibadah haji hanya diwajibkan atas
kaum muslimin yang telah mendapatkan anugerah dan kenikmatan tersebut.
4
Ibid
5
http://www.mushlihin.com/2013/10/artikel-islam/mengenal-nilai-akhlak-dalam-
ibadah-haji.php
Allah. Tanpa didasari oleh keimanan yang kuat, mustahil seorang hamba mau
melaksanakan ibadah haji.
Nilai akhlak terhadap rasul dalam ibadah haji adalah wujud kepatuhan mengikuti
ajarannya. Ibadah haji disampaikan Nabi Muhammad saw hubungannya dengan
syariat Islam yang disampaikan Nabi Ibrahim as. Dalam hubungan ini riwayat
tentang sahabat Umar r.a. ketika mencium hajar aswad mengatakan:
“Umar ra. berkata: sungguh aku mengetahui engkau hanyalah batu, sekiranya aku
tidak melihat kekasihku Rasulullah saw telah menciummu dan mengusapmu,
niscaya aku tidak akan mengusapmu dan menciummu.”
Dalam memenuhi kewajiban bagi dirinya, Islam mengingatkan manusia agar tidak
merugikan hak-hak orang lain. Islam melarang manusia untuk mengucapkan kata-
kata yang kotor.
Pada ibadah haji, ketika jamaah melakukan ihram ada beberapa larangan
yang harus ditinggalkan antara lain rafats, fusuq dan jidal. Hal tersebut sangat
aplikatif apabila setiap muslim mengaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Hal
ini sesuai dengan firman Allah surat al-Baqarah 197.
Mengendalikan hawa nafsu sebagai nilai akhlak dalam ibadah haji merupakan hal
sangat urgen. Sebab setiap saat setan menggoda jama’ah untuk mengajak pada
jalan yang sesat. Hal ini bisa dipahami ketika ihram banyak larangan-larangan
yang harus ditinggalkan oleh jamaah. Nilai yang terkandung di dalamnya adalah
agar jamaah mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk mendapatkan ridha dari
Allah.
3) Tolong menolong
Tolong menolong dapat dilihat ketika jamaah melempar jumrah. Ketika
ada jamaah yang tidak mampu untuk melaksanakan pelemparan jumrah, maka
jamaah lain wajib membantunya. Selain itu, bisa juga dilihat ketika ada jamaah
yang tersesat, maka bagi jamaah lain untuk membantu menunjukkan jalan yang
benar. Dengan tolong menolong di antara jamaah, maka akan tercipta suasana
yang damai sehingga ukhuwah islamiyah bisa terwujud di antara kaum muslimin.
4) Persaudaraan
Dalam ibadah haji, umat Islam berkumpul di suatu tempat dengan berbagai jenis
bangsa, suku atau ras yang berjauhan asal negara dan daerahnya. Dengan
perkumpulan yang berasal dari berbagai negara dan bangsa yang jauh itu, tentu
terjadi perkenalan dan persahabatan.6
6
Ibid