Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memantapkan kestabilan sarana perhubungan lalu-lintas


angkutan darat yang sangat penting artinya bagipembangunan nasional sebagai
perwujudan nyata terhadap pelayanan jasa distribusi yang meliputi jasa angkutan
dan jasa perdangangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu
jringan jalan dan jembatan merupakan hal yang utama untuk dijaga kemampuan
daya layannya. Pemerintah memiliki wewenang untuk mengupayakan sistem
jaringan jalan dan jembatan yang mantap sesuai dengan tuntutan zaman dalam
rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional dalam menuju masyarakat
yang adil dan sejahtera.
Jembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam
sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan nasional di
masa yang akan datang. Oleh sebabitu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi
perlu diperhatikan sehingga dapat mencapai sasaran umur jembatan yang
direncanakan.
Pertemuan jalan dari arah Kebasen, Rawalo, Purwokerto dan
Banyumas di simpang Patikraja membuat kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas
ditambah adanya pasar patikraja yang jaraknya deket dengan persimpangan.
Dengan adanya Jembatan Serayu Pegalongan- Mandirancan diharapkan dapat
mengurangi kemacetan di sekitar pasar patikraja dengan mengurangi lalu lalu
lintas kendaraan melalui jembatan baru tersebut.
Dari uraian diatas jelas kelihatan bahwa keberadaan jembatan baru
menjadi prioritas untuk mengatasi masalah tersebut.Pembuatan jembatan baru
mutlak diperlukan untuk menjamin kelancaran lalu lintas di ruas jalan Patikraja-
Mandirancan.
Dengan adanya jembatan baru yang menghubungkan ruas jalan Gunung
tugel - Mandirancan, perekonomian khususnya di Kecamatan Patikraja,
Kecamatan Kebasen dan wilayah sekitar dapat tumbuh dan berkembang serta
menstimulasi pertumbuhan di bidang-bidang lainnya. Untuk melaksanakan
kegiatan pembuatan jembatan baru guna mengurangi permasalahan tersebut diatas,
diperlukan suatu kajian dalam bentuk feasibility studi (Studi Kelayakan) dalam
rangka mengidentifikasi kebutuhan pembangunan , permasalahan yang timbul

1
terhadap pembangunan jembatan yang layak ditangani baik dari kelayakan teknik,
sosial, ekonomi dan lainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi dan karakteristik lalu lintas sebelum dan sesudah ada
rencana pembangunan jembatan Serayu Pegalongan- Mandirancan tersebut?
2. Berapa selisih nilai waktu antara adanya jembatan tersebut dengan kondisi
eksisting?
3. Berapa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) setelah ada jembatan?
4. Bagaimana kelayakan pembangunan jembatan dari sisi teknis, sosial dan
ekonomi?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Menganalisakondisi dan karakteristik jalan eksisting sebelum dan sesudah ada


rencana pembangunan Jembatan Serayu Pegalongan- Mandirancan ?
2. Berapa selisih nilai waktu antara adanya Jembatan Serayu Pegalongan-
Mandirancan dengan kondisi eksisting?
3. Berapa penghematan biaya operasi kendaraan (BOK) setelah ada Jembatan
Serayu Pegalongan- Mandirancan ?
4. Menganalisa tingkat kelayakan ekonomi dan teknis pembangunan Jembatan
Serayu Pegalongan- Mandirancan .

1.4 Batasan masalah

1. Alternatif letakJembatan Serayu Pegalongan- Mandirancan bersumber


dari trase yang ditetapkan oleh SDA-BM Kabupaten Banyumas.
2. Peninjauan lalu lintas hanya pada analisa volume, kapasitas dan tingkat
kinerja yang meliputi : derajat kejenuhan dan kecepatan.
3. Tinjauan teknis dilakukan hanya pada data yang tersedia.

1.5 Wilayah Studi

Keberadaan jembatan terletak di dan wilayah administrasi adalah , Desa


Pegalongan dan Desa Mandirancan Kecamatan Patikraja dan Desa Mandirancan
kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas.

2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Studi Kecamatan Patikraja-Kecamatan Kebasen

3
Gambar 1.2 Lokasi studi di Sungai Serayu, Sisi satu Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja, sisi keduadi Desa Mandirancan Kecamatan Kebasen

4
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Gambaran Umum
a. Kondisi
Geografis
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian dari wilayah
Provinsi Jawa Tengah, yang terletak diantara 108º 39 ‘17” - 109º 27 ’15” Bujur
Timur dan 7 º 15 ’05” - 7º 37 ’10” Lintang Selatan dan berbatasan dengan
beberapa wilayah Kabupaten yaitu :
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten
Pemalang.
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara
dan Kabupaten Kebumen.
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Cilacap.
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes.
Secara administratif Kabupaten Banyumas terbagi menjadi 27
kecamatan dan 301 desa serta 30 kelurahan dengan Purwokerto sebagai Ibukota
Kabupaten yang berada pada titik koordinat 109 ° 13 ' 81,1 " Bujur Timur dan 7
° 25 ' 39,9 " Lintang Selatan.
Total luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah seluas 132.758 Ha
atau sekitar 4,08% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha)
dengan jarak bentang terjauh dari Barat ke Timur 96 Km dan dari Utara ke
Selatan sejauh 46 Km. Lebih dari 45% wilayah Kabupaten Banyumas
merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta
membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas
sebagian besar berada pada kisaran 25 - 100 M dari permukaan laut (dpl) yaitu
seluas 42.310,3 Ha, dan 100 – 500 M dari permukaan laut (dpl) yaitu seluas
40.385,3 Ha.

Berdasarkan kelompok penggunaan lahan, dari total luas wilayah


seluas 132.758 Ha, yang merupakan lahan sawah adalah sekitar 32.292 Ha atau
sekitar 24,32%, dimana sekitar 25.909 Ha merupakan sawah irigasi dan sekitar
6.383 Ha merupakan sawah tadah hujan, sedangkan 100.466 Ha atau sekitar
75,68% dari total luas wilayah adalah lahan bukan sawah, dimana 51.798 Ha
merupakan lahan pertanian bukan sawah dan 48.668 Ha lahan bukan pertanian.
Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata
suhu udara 26,3°C, suhu minimum sekitar 24,4°C dan suhu maksimum sekitar
30,9°C. Hari hujan rata-rata pertahun selama tahun 2012 sebanyak 126 hari
dengan curah hujan rata-rata 3.048 mm pertahun. Kecamatan yang paling sering
terjadi hujan di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Kembaran dengan rata-
rata hari hujan pertahun sebanyak 153 hari hujan dan curah hujan rata-rata
pertahun mencapai 434 mm selama tahun 2012, sedangkan Kecamatan yang
paling sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Somagede dengan rata-rata hari
hujan pertahun sebanyak 52 hari hujan dan curah hujan rata-rata pertahun
mencapai 128 mm dan kecamatan yang paling sedikit curah hujannya adalah
Kecamatan Kemranjen dengan curah hujan sebesar 62 mm dengan 54 hari hujan.
b. Penduduk

Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kabupaten banyumas Tahun 2015


  Jenis Kelamin (ribu)  
Kabupaten/Kota Sex (thousand)   Rasio Jenis
Kelamin Sex
Regency/City Laki-Laki Perempuan Jumlah   Ratio
  Male Female Total  
1 Lumbir 21 841 22 348 44 189   97,73
2 Wangon 37 598 37 693 75 291   99,75
3 Jatilawang 29 102 29 588 58 690   98,36
4 Rawalo 23 435 23 472 46 907   99,84
5 Kebasen 28 976 28 600 57 576   101,31
6 Kemranjen 32 701 32 530 65 231   100,53
7 Sumpiuh 25 664 25 511 51 175   100,60
8 Tambak 21 455 21 288 42 743   100,78
9 Somagede 16 330 16 680 33 010   97,90
10 Kalibagor 24 202 23 808 48 010   101,65
11 Banyumas 23 183 23 337 46 520   99,34
12 Patikraja 26 695 26 727 53 422   99,88
13 Purwojati 15 805 15 937 31 742   99,17
14 Ajibarang 47 377 46 816 94 193   101,20
15 Gumelar 23 305 22 743 46 048   102,47
16 Pekuncen 32 633 33 347 65 980   97,86
17 Cilongok 58 354 57 465 115 819   101,55
18 Karanglewas 31 529 30 741 62 270   102,56
19 Kedungbanteng 27 537 26 525 54 062   103,82
20 Baturraden 25 278 25 546 50 824   98,95
21 Sumbang 40 460 40 184 80 644   100,69
22 Kembaran 39 686 39 480 79 166   100,52
23 Sokaraja 41 478 41 693 83 171   99,48
24 Purwokerto Selatan 37 590 37 974 75 564   98,99
25 Purwokerto Barat 25 456 26 436 51 892   96,29
26 Purwokerto Timur 28 503 29 743 58 246   95,83
27 Purwokero Utara 31 210 32 314 63 524   96,58
99,8
Banyumas 817 383 818 526 1 635 909  
6

2.2 Gambaran Umum Kecamatan Patikraja


1. Geografis
Patikraja adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas,
Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Letak Kecamatan Patikraja berbatasan
dengan Sebelah Barat Kecamatan Rawalo, Sebelah Utara Kecamatan
Purwokerto Selatan, Sebelah Timur Kecamatan Banyumas, dan Sebelah
Selatan Kecamatan Kebasen. Luas Kecamatan Patikraja adalah 43,23 Km2.
Dengan tinggi dari per- mukaan laut rata-rata 70 m. Sedangkan topografi
permukaan daratan, kecamatan ini relative datar dengan sedikit perbukitan.
Desa Patikraja merupakan desa yang memiliki wilayah terluas
dengan luas wilayah 5,77 km2 atau sekitar 13,3 per- sen dari luas
wilayah Kecamatan Patikraja sedangkan terluas kedua yaitu desa Sawangan
Wetan dengan luas 5,41 km2 atau sekitar 12,5 persen. Desa Kedungwuluh
Kidul merupakan desa yang luas wilayahnya terkecil yaitu1,66 km2
atau sekitar 3,8 persen dariluas wilayah Kecamatan Patikraja.
2. Pemerintahan
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat, dan Camat sekarang
yang menjabat adalah Drs.H A Khaerul Zubair, MM. Se- dangkan Desa
dipimpin oleh Kepala Desa (Kades).
Secara administrasi Kecamatan Patikraja terdiri dari 13 Desa.
Untuk mempermudah koordinasi,setiap desa terbagi menjadi be- berapa
Kadus (Kepala Dusun),Setiap Kadus terbagi lagi oleh beberapa RW (Rukun
War- ga).dan tiap RW terdiri dari beberapa RT (Rukun Tetangga)
Jumlah desa di Kecamatan Patikraja, adalah 13 Desa,, 68 Rukun
Warga (RW) dan 328 Rukun Tetangga (RT). Desa di Kecamatan Patikraja
yang berstatus Perkotaan ada 6 Desa yaitu Patikraja, Patikra- ja,
Pegalongan, Kedungrandu, Sidabowa dan Kedungwringin. Kecamatan
Patikraja mayoritas suku Jawa dan beragama Islam.

3. Penduduk
Rasio jenis kelamin adalah per- bandingan penduduk laki-laki
dan penduduk perempuan. Jika nilai rasio di- atas 100 berarti jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk per- empuan, jika nilai rasio
dibawah 100 be- rarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah
penduduk laki-laki.
Di Kecamatan Patikraja pada tahun 2014 ada 6 desa yakni
Patikraja, Patikraja, Pegalongan, Sokawera Kidul, Karangan- yar dan
Sidabowa mempunyai rasio jenis kelamin dibawah 100, ini berarti jumlah
penduduk di ke empat desa tersebut mempunyai penduduk perempuan lebih
banyak.Sedangkan desa yang lain mempu nyai rasio jenis kelamin diatas
100 yang artinya di desa tersebut lebih banyak penduduk laki-
laki.Persentase penduduk Kecamatan Patikraja tahun 2014 yang paling
banyak menyumbang penduduknya adalah desa Kedungwringin yaitu
14,10% dengan jumlah penduduk 7.537 orang, sedangkan persentase
terkecil didesa Karanganyar yaitu 3,12% ini artinya mempuyai penduduk
paling sedikit di Kecamatan Patikraja dengan total penduduk 1.645 orang.
4. Perdagangan
Salah satu pusat perekonomian bagi suatu daerah adalah
pasar.Sehingga keberadaannya sangatlah penting tidak hanya bagi pendorong
roda perekonomian tapi juga bagi ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat
sekitar. Secara keseluruhan di Kecamatan Patikraja terdapat 1 pasar yaitu
Pasar Patikraja yang berada di , Desa Pegalongan dan Desa Mandirancan .
Jika dilihat dari perkembangannya pasar di kecama- tan Patikraja tidak
berubah kondisi secara umum masih cukup baik
Tabel 2.2 Jumlah kios atau warung di Kecamatan Patikraja
Toko /
Pasar
Desa Pasar Kios /
hewan
Warung
Sawangan Wetan 0 55 0
Karangendep 0 36 0
Patikraja 0 87 0
Patikraja 1 185 0
Pegalongan 0 29 0
Sokawera Kidul 0 22 0
Wlahar Kulon 0 17 0
Kedungrandu 0 65 0
Kedungwuluh Kidul 0 15 0
Kedungwuluh Lor 0 31 0
Karanganyar 0 15 0
Sidabowa 0 61
Kedungwringin 0 69 0

Jumlah 1 687 0
2.3 Gambaran Umum Kecamatan Kebasen
1. Geografis
Secara geografis Kecamatan Kebasen berada di wilayah
Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kebasen yang
terdiri dari 12 desa berbatasan dengan beberapa wilayah administrasi lain.
• Sebelah Utara : Kecamatan Patikraja
• Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
• Sebelah Timur : Kecamatan Banyumas
• Sebelah Barat : Kecamatan Rawalo
Topografi permukaan daratan kecamatan Kebasen relatif berbukit, mulai
desa paling utara (desa Mandirancan) sampai desa paling timur (desa
Adisana).Sedangkan wilayah kecamatan Kebasen yang wilayahnya datar
tanpa ada per- bukitan yaitu desa Cindaga.
Luas wilayah Kecamatan Kebasen adalah 53,99 Km2, sekitar 4,07 % dari
luas wilayah Ka- bupaten Banyumas (1327,59 Km2). Pekarangan dan
bangunan adalah penggunaan lahan terluas di kecamatan Kebasen (31,75%)
yang tersebar di 12 desa. Sedangkan penggunaan lahan terluas berikutnya
adalah tegal/kebun (19,29%). Adapun penggunaan lahan untuk persawahan
(17,1%), Hutan Negara (16,96%), Perkebunan Rakyat 10,47%, Lain-lain
(4,19%), dan yang paling kecil adalah penggunaan lahan untuk Kolam
(0,33%).

2. Pemerintahan
Secara administrasi, kecamatan Ke- basen terbagi menjadi 12 desa, 37
dusun/dukuh, 81 rukun warga (RW) dan 374 rukun tetangga (RT) dengan
jumlah penduduk 57.576 orang. Adapun nama dari 12 desa sebagai berikut :
1. Adisana
2. Bangsa
3. Karangsari
4. Randegan
5. Kaliwedi
6. Sawangan
7. Kalisalak
8. Cindaga
9. Kebasen
10.Gambarsari
11.Tumiyang
12.Mandirancan

Kecamatan Kebasen terbagi menjadi 12 desa, yang terdiri dari 37


dusun/dukuh, 81 rukun warga (RW), 374 rukun tetangga (RT) dan desa
Kalisalak memiliki jumlah RT terbanyak yaitu 62.
Jika dilihat berdasarkn desa, maka desa Kalisalak memiliki jumlah RT
terbanyak, yaitu 62 RT. Sedangkan jumlah RT paling sedikit di desa
Tumiyang, sebanyak 10 RT.
Kantor kecamatan Kebasen sebagai pusat administrasi tingkat kecamatan
berada di desa Gambarsari dengan jumlah pegawai kantor Keca- matan
sebanyak 20 orang. Sedangkan jumlah pegawai di seluruh desa mencapai
171 orang.

3. Penduduk
Distribusi penduduk kecamatan Kebasen menurut desa dapat dilihat pada
gambar diagram ling- karan di bawah. Dimana desa yang memberikan
kontri- busi paling besar adalah desa Cindaga yaitu 17 persen, dan yang
paling sedikit adalah desa Tumiyang 2 persen.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa desa Cindaga memiliki tingkat
kepadatan penduduk paling tinggi dibandingkan dengan desa lain. Hal ini
mungkin disebabkan karena desa Cindaga adalah satu-satunya desa di
kecamatan Kebasen yang topografinya berupa dataran yang rata, sehingga
penduduk akan lebih mudah dalam membangun perumahan/bangunan yang
akan digunakan untuk bermukim.
enduduk Kecamatan Kebasen pada akhir tahun 2015 total dari 12 desa
adalah 57.576 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 15.900 keluarga.
Komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 28.976 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 28.600 jiwa. Perbandingan jumlah penduduk lak-laki
dan penduduk perempuan (sex rasio) penduduk kecamatan Kebasen sebesar
101,31 yang artinya penduduk laki-laki di kecamatan Kebasen 1,31 persen
lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.
Dengan luas wilayah 53,99 Km2, kepadatan penduduk Kecamatan Kebasen
1.066,22 jiwa per Km2. Desa yang memiliki tingkat kepadatan paling tinggi
adalah desa Cindaga, sedangkan desa yang tingkat kepadatannya paling kecil
adalah desa Tumiyang.
Persentase pertumbuhan penduduk kecamatan Kebasen pada tahun 2015
sebesar 0,56 %. Nilai persen- tase pertumbuhan penduduk tersebut dihitung
dari selisih jumlah penduduk tahun 2015 dengan tahun 2014 dibagi jumlah
penduduk 2014 dan dikalikan 100%. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi
oleh pertumbuhan alami dan per- tumbuhan migrasi. Pertumbuhan alami
adalah pertum- buhan penduduk yang dipengaruhi oleh kelahiran dan ke-
matian, sedangkan pertumbuhan migrasi adalah pertum- buhan penduduk
yang dipengaruhi oleh adanya migrasi datang dan pindah.

4. Ekonomi
Mayoritas penduduk kecamatan Ke- basen adalah petani, baik itu petani
sendiri maupun petani buruh. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian di
kecamatan Kebasen sangat berperan penting dalam perekonomian.Adapaun
komoditas pertanian yang ada di kecamatan Kebasen adalah padi dan
palawija.Un- tuk komoditas palawija seperti jagung, kedelai, ka- cang hijau,
kacang tanah, dan ubi kayu. Namun komoditas pertanian yang jelas
mayoritas adalahmenggunakan beras sebagai bahan makanan pokok seperti
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tahun 2015 produksi padi di kecamatan Kebasen mencapai 8.654 Ton,
Jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar
10.278 ton dan paling banyak ada di desa Kalisalak 1.357 ton . Dan produksi
padi paling sed- kit ada di desa Tumiyang sebanyak 98 ton . Untuk
komoditas jagung tahun 2015 tidak ada produksi, sedangkan untuk tahun
2013 produksi jagung di Kecamatan Kebasen sebanyak 279 ton. Selain
komoditas jagung, komoditas pertanian lain yang menurun di tahun 2015
adalah ketela pohon dan kacang tanah. Dari kesulurahan komoditas Per-
tanian di Kecamatan Kebasen pada Tahun 2015 untuk produksi padi
mengalami penurunan produk- tifitas,hal ini dikarenakan karena perubahan
cuaca yang tidak menentu.dan untuk beberapa komoditas ada yang
mengalami kenaikan produksi.

2.4 Prasarana Transportasi darat Kabupaten Banyumas


Jalan merupakan prasarana penting transportasi darat yang digunakan
untuk melakukan perjalanan jarak dekat, jarak sedang maupun jarak jauh. Baik
dalam kota, antar kota maupun antar provinsi. Di Kabupaten Banyumas
terdapat beberapa status ruas jalan yaitu jalan Nasional, jalan Propinsi dan jalan
Kabupaten. Pada umumnya jalan kabupaten banyak terdapat di dalam kota,
sedangkan jalan propinsi dan nasional banyak terdapat di pinggir kota atau
dikenal sebagai jalan Ringroad atau Jembatan Pegalongan Patikraja yang
befungsi untuk mengurangi kemacetan dalam kota sehingga dialihkan ke
pinggiran kota.

Tabel 2.3 Ruas jalan Nasional dan jalan Propinsi di Kabupaten Banyumas

Jalan Jalan Jalan


Kabupaten/Kota Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
Regency/City National Province Regency/City
Road Road Road
01. Kab. Cilacap 177,118 55,660 1.010,120
02. Kab. Banyumas 170,999 44,270 1.302,480
03. Kab. Purbalingga 0,000 45,380 687,360
04. Kab. Banjarnegara 59,297 83,610 641,520
05. Kab. Kebumen 53,967 30,090 598,940
06. Kab. Purworejo 40,242 82,780 1.040,420
07. Kab. Wonosobo 31,994 115,940 809,190
08. Kab. Magelang 46,171 139,140 657,660
09. Kab. Boyolali 35,441 53,861 551,830
10. Kab. Klaten 34,226 44,410 790,380
11. Kab. Sukoharjo 13,880 52,010 1.219,520
12. Kab. Wonogiri 33,546 178,140 1.020,100
13. Kab. Karanganyar 11,300 121,045 763,330
14. Kab. Sragen 32,083 58,005 956,260
15. Kab. Grobogan 0,000 211,940 896,170

Total panjang jalan nasional di Kabupaten Banyumas adalah 170,999


km, total Panjang jalan Provinsi di Kabupaten Banyumas adalah 44,270 km dan
total Panjang jalan Kabupaten adalah 1.302,480 km (BPS 2014).

2.5 Tata Ruang Wilayah Studi


Rencana Tata Ruang Wilayah untuk kegiatan Pembangunan Jembatan Serayu
Pegalongan- Mandirancan yang berlokasi di Desa Pegalongan Kecamatan
Patikraja dan Desa Mandirancan Kecamatan Kebasen berdasarkan Advice
Planning No. 050/1208/-Ol/PR/2019 dan Perda Kabupaten Banyumas No.10
tahun 2011 – 2031 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas,
pada Peta Rencana Pola Ruang lokasi yang dimohon masuk pada kawasan
Pertanian dan Permukiman Perkotaan pada Pasal 81 huruf (b), pasal 83 ayat 4
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan ketentuan:
Berdasarkan PP No. 38 tahun 2011, pasal 22 ayat 3: Pemanfaatan sepadan
sungai sebagaimana pada ayat satu hanya dapat dilakukan untuk keperluan
tertentu. Penjelasan keperluan tertentu dalam pemanfaatan bantaran dan sepadan
sungai salah satunya adalah bangunan sarana sumber daya airdan fasilitas
jembatan dan dermaga.
Rekemondasi : kegiatan pendirian bangunan Pembangunan Jembatan
Pegalongan – Mandirancan yang direncanakan sesuai dengan aturan tata ruang,
dengan syarat tidak menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak
lingkungan, tidak mendimbulkan pencemaran, tidak menganggu fungsi
peresapan air, tidak menyebabkan penurunan kualitas air dan daya resap air,
tidak mengancam kerusakan serta menurunkan kualitas sungai.

Anda mungkin juga menyukai