Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. S DENGAN CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)


DI RUANG ANGGREK RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :
JIMY RIZKI RIANDANI
I4B020028

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PURWOKERTO
2020

1
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal dan Jam Pengkajian : 31 Oktober 2020, 08.00 WIB


Tempat : Ruang Edelweis, RSUD Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
1. Nama : TN. S
2. Umur : 59 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Penididikan : SD
5. Pekerjaan : Tukang becak
6. Alamat : Purbalingga kidul 001/004
7. Nomor RM : 00697532
8. Diagnosa medis : CKR
II. Penanggung Jawab
1. Nama : NY. S
2. Umur : 51 tahun
3. Alamat : Purbalingga kidul 001/004
4. Hubungan dengan : Istri
pasien
III. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama :: Saat di bawa ke rumah sakit pasien mengatakan nyeri di
kepala bagian belakang.
P: Nyeri bertambah saat beraktivitas
Q: Nyeri seperti ada tekanan
R: kepala bagian belakang kanan
S: Nyeri berskala 6
T: Nyeri terjadi secara terus menerus
2. Riwayat pengkajian :: Pasien mengatakan terjatuh saat mencari bebeknya
sekarang ketika hujan Awal terjatuh pasien tidak merasakan
nyeri, namun makin lama nyerinya timbul. Pasien
diantar oleh keluarga ke RS dan masuk IGD pada
tanggal 30 oktober 2020 jam 16.00. Pasien
menjalankan perawatan di IGD dengan kesadaran
penuh. Saat di IGD, jalan nafas, frekuensi nafas dan
sirkulasi lancar. Pasien dipindah ke ruang anggrek pada

2
tanggal 30 oktober 2020 jam 18.00.. Saat pengkajian,
pasien terlihat lemas dan raut wajah menahan nyeri.
3. Riwayat penyakit : Pasien mengatakan memiliki tekanan darah yang sering
dahulu tinggi (hipertensi). Pasien pernah diperiksa pada tahun
2017 dan hasilnya terdapat gejala stroke ringan. Pasien
belum pernah di-opname. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi dan DM
4. Riwayat penyakit : Pasien mengatakan bahwa ibu dan kaka memiliki
keluarga riwayat penyakit stroke.

Keterangan:
: Laki-laki : Garis perkawinan
: Perempuan : Garis keturunan
: Satu rumah : klien

IV. Pola Kesehatan Fungsional (GORDON)


1. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan kesehatan adalah hal penting
- Pasien jarang mengkonsumsi suplemen atau vitamin
- Pasien hampir tidak pernah membeli obat di warung
b. Saat sakit
- Pasien mengatakan bahwa dirinya bisa segera pulih dan bisa
melakukan aktivitas sehari-harinya.
- Pasien mengatakan akan patuh terhadap obat yang diterimanya
- Pasien biasa berobat ke puskesmas jika sakit
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan makan 3-4 kali sehari.

3
- Pasien mengatakan biasa minum air putih kurang lebih 1,5 L gelas
setiap harinya.
- Pasien sering makan sayuran
b. Selama sakit
- Pasien terpasang infus untuk menyeimbangan cairan yang ada di
dalam tubuh.
- Pasien mengatakan tidak mual muntah
- Pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan dan tidak
mengalami perubahan pada indra perasa.
- Pasien tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan BAB lancar dengan frekuensi satu kali sehari
- Pasien mengatakan biasanya saat pagi hari, feses lunak berwarna
kuning kecoklatan.
- Tidak memiliki riwayat penyakit perkemihan
b. Saat sakit
- Saat pengkajian, pasien mengatakan belum BAB dalam sehari
- Warna urine sedikit kuning
- Pasien juga mengatakan tidak mengalami masalah BAK.
- BAK menggunakan alat bantu pispot
4. Pola Aktivitas Latihan
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan hari-harinya digunakan untuk bekerja sebagai
tukang becak
- Pasien bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
- Pasien mengatakan jarang olahraga
b. Saat sakit
- Pasien masih terbaring di kamar dan masih mendapat perawatan
sehingga belum bisa bekerja seperti biasanya
- Pasien mengatakan bahwa masih memerlukan bantuan saat
beraktivitas

4
5. Pola istirahat Tidur
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur
- pasien mengatakan bahwa tidak pernah menggunakan bantuan musik
relaksasi atau obat tidur.
- Tidur 6-8 jam/hari.
b. Saat sakit
- Pasien mengatakan sedikit terganggu tidurnya karena nyerinya yang
masih terasa
- Pasien mengatakan bisa tidur pada malam hari (sekitar 5-6 jam/ hari).
6. Pola kognitif-persepsi diri
a. Sebelum sakit
- Pasien sedikit tahu tentang penyakitnya
b. Saat sakit
- Pasien sedikit mengetahui tentang sebab akibat dari penyakitnya.
- Konsep Diri Pasien:
a) Gambaran diri: Pasien optimis dengan kondisi tubuhnya saat ini.
b) Ideal diri : Pasien menerima akan kondisi keadaan dirinya.
c) Harga diri : Pasien merasa saat ini dirinya sudah membaik dan
pasien terlihat memiliki kepercayaan diri yang positif.
d) Peran : Peran pasien sebagai pengayuh becak masih terhambat
karena saat ini masih bed rest di RS. Perannya sebagai ayah dan
juga saat ini masih terganggu.
e) Identitas diri : Persepsi terhadap dirinya sendiri terlihat baik.
7. Pola peran hubungan
- Pasien mengatakan tinggal bersama istri, dan anak yang kedua
- Pasien mengatakan bahwa memiliki hubungan yang harmonis
dengan keluarganya.
8. Pola seksualitas reproduksi
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit reproduksi
b. Saat sakit

5
- Pasien tidak memiliki masalah seksualitas reproduksi
9. Pola Toleransi Koping Stres
a. Sebelum sakit
- Pasien mengatakan jika ia menglami stress/masalah ia akan
menceritakan ke istrinya tentang masalahnya agar bisa menemukan
jalan keluar
b. Saat sakit
- Saat sakit pasien selalu ditemani oleh keluarga
- Pasien merasa tenang ditemani oleh keluarga.
V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Compos mentis       Kesadaran : E4V5M6
2. TTV
TD    : 171/81 mmHg Nadi   : 80 x/menit
RR        : 20 x/menit        Suhu     : 36,4 C
Ekstremitas : Akral hangat Pengisian kapiler : < 2 detik
Tangan kanan Tangan kiri SpO2 : 97%
(5) (5)
(5) (5)
Kaki kanan Kaki kiri
3. Kepala
a. Kepala : Terlihat adanya luka pada bagian kepala belakang kanan,
rambut mulai memutih dan bersih
Bentuk : Simestris
Keluhan : wajah terlihat tidaknyaman karena menahan nyeri
b. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih,
c. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak adasecret, tidak ada nyeri
saat dipalpasi, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : Mukosa lembab, tidak ada perdarahan gusi, bibir terlihat sedikit
kering, tidak ada lesi
e. Telinga : Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada serumen , tidak ada nyeri
tekan
f. Leher : Tidak ada pembesaran pembesan JVP

6
g. Thorax : Tidak ada retraksi diding dada
h. Paru-paru :
- Inspeksi : pergerakan dada simetris
- Palpasi : tidak teraba massa yang abnormal,
- Perkusi : terdengar sonor
- Auskultasi : suara paru vesikuler
i. Jantung :
- Inspeksi : tidak terlihat pembesaran
- Palpasi : teraba denyut jantung
- Perkusi : pekak
- Auskultas : terdengar lup dup
i
j. Punggung : Tidak ada lordosis, kifosis maupun skoliosis.
k. Abdomen : Tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan
l. Genitalia : Pasien tidak terpasang kateter

7
VI. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
Tanggal dan jenis Nilai normal Satuan Hasil Interpretasi
pemeriksaan
30/10/2020
Pemeriksaan darah
rutin:
Hemoglobin 13,7-17.3 g/dL 14,0 Normal
Leukosit 3,8-10,6 10`3/ul 9,5 Normal
Hematokrit 40-52 % 41 Normal
Eritrosit 4,4-59 10`6/uL 5,0 Normal
Trombosit 150-440 10`3/ul 266 Normal
MCH 26-34 Pg 28 Normal
MCHC 32-36 g/dL 35 Normal
MCV 80-100 iL 82 Normal
Diff Count
- Eosinofil 1-3 % 2 Normal
- Basofil 0-1 % 0 Normal
- Netrofil segmen 50-70 % 81 Meningkat
- Limfosit 25-40 % 10 Menurun
- Monosit 2-8 % 6 Normal
2. CT Kepala (MSCT Kepala tanpa Kontras)
Tanggal : 31/10/2020
Interpertasi :
1) Soft tissue swelling pada soft tissue parieto occipital dextra
2) Lesi hiperdens pada proyeksi tentorium dominan sinistra
DD: haemorrhage sub arachnoid minimal
3) Tampak infark cerebri multiple pada lobus parietal sinistra
4) Struktur mediana di tengah, tak deviasi
5) Sistema ventricle simetris, tak melebar
6) Cavum orbita, cavum nasi baik
7) Sinus paranasal, pneumatisasi mastoid baik
3. EKG

8
Tanggal: 30/10/2020
Interpretasi: Normal sinus rhytem

VII. Terapi :
Tanggal Jenis terapi/dosis Indikasi
31/10/202 Infus asering 20 tpm - Untuk memenuhi kebutuhan air dan
0 keseimbangan cairan (kehilamgan
cairan) secara akut
- Inj. Ketorolac (2x1) 30mg Terapi untuk mengurangi nyeri
- Inj. Ranitidin (2x1) 50mg Untuk menstabilkan asam lambung
- - Antibiotik untuk menghentikan
- Inj. Ceftriaxon (2x1) 1gr pertumbuhan bakteri
Inj. Furosemid (1x1) - Mengatasi hipertensi
Inj. Mecobalamin (2x1) Memperbaiki gangguan saraf
sensorik dan motorik
Inj. Citikolin (2x1) Mengurangi jaringan otak yang rusak
akibat cedera
01/11/202 Infus asering 20 tpm - Untuk memenuhi kebutuhan air dan
0 - keseimbangan cairan (kehilamgan
- cairan) secara akut
- Inj. Ketorolac (2x1) 30mg - Terapi untuk mengurangi nyeri
- Inj. Ceftriaxon (2x1) 1gr Antibiotik untuk menghentikan
- pertumbuhan bakteri
- Inj. Ranitidin (2x1) 50mg Untuk menstabilkan asam lambung
Inj. Citikolin (2x1) Mengurangi jaringan otak yang rusak
akibat cedera
Inj. Metilprednisolone Mengatasi penyakit yang
(3x62,5) menyebabkan peradangan
02/11/202 Infus asering 20 tpm - Untuk memenuhi kebutuhan air dan
0 - keseimbangan cairan (kehilamgan
- cairan) secara akut
- Inj. Ketorolac (2x1) 30mg - Terapi untuk mengurangi nyeri
- Inj. Ceftriaxon (2x1) 1gr Antibiotik untuk menghentikan

9
- pertumbuhan bakteri
- Inj. Ranitidin (2x1) 50mg Untuk menstabilkan asam lambung
Inj. Citikolin (2x1) Mengurangi jaringan otak yang rusak
akibat cedera
- Inj. Metilprednisolone (3x62,5)- Mengatasi penyakit yang
- menyebabkan peradangan

10
B. ANALISIS DATA
Nama Klien : TN. S
Ruang :Anggrek
Tanggal Data Masalah Etiologi
DO : Nyeri akut Agen cedera
- Pasien terlihat lemas dan raut fisik
wajah menahan nyeri
- wajah terlihat tidaknyaman
karena menahan nyeri
DS:
- Pasien mengatakan sedikit
terganggu tidurnya karena
nyerinya yang masih terasa
31/10/2020 - Saat di bawa ke rumah sakit
(08.30) pasien mengatakan nyeri di
kepala bagian belakang.
P: Nyeri bertambah saat
beraktivitas
Q: Nyeri seperti ada tekanan
R: kepala bagian belakang
kanan
S: Nyeri berskala 6
T: Nyeri terjadi secara terus
menerus
DO : Resiko Hipertensi
- Terlihat adanya luka pada ketidakefektifan
bagian kepala belakang kanan perfusi jaringan
TD : 171/81 mmHg otak
- Hasil CT Kepala: Tampak
31/10/2020 infark cerebri multiple pada
(08.30) lobus parietal sinistra
DS :
- Pasien mengatakan memiliki

11
tekanan darah yang sering
tinggi (hipertensi).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS

1. Nyeri akut b.d. agen cedera fisik d.d. keluhan nyeri setelah jatuh
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d. hipertensi d.d. tampak infark
cerebri pada hasil CT Kepala dan tekanan darah yang tidak terkontrol

12
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : TN. S


Ruang : Anggrek
No Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri 1. Mengetahui keadaan lokasi,
b.d. agen Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
cedera fisik keperawatan selama 3x24 jam komperehensif kualitas, intensitas dan faktor pencetus
d.d. keluhan diharapkan: 2. Ajarkan terapi dari nyeri
nyeri setelah Indikator Awal Target nonfarmakologi untuk 2. Secara fisiologis, keadaan relaksasi
Nyeri 2 4
jatuh meredakan nyeri (tarik ditandai dengan penurunan kadar
Ket:
1 = Sangat besar nafas dalam) epinefrin dan non epinefrin dalam
2 = Besar 3. Berikan obat untuk darah, menyebabkan penurunan
3 = Sedang
menurunkan nyeri ketegangan otot, metabolisme
4 = Terbatas
5 = Tidak ada 4. Dukung istirahat/tidur yang menurun, vasodilatasi dan peningkatan
Indicator Awal Target adekuat untuk membantu temperatur pada ekstremitasAgar nyeri
Menggunak 4 5
an analgesic menurunkan nyeri berkurang (Chandra dalam Wahyu,
yang 2020)
direkomend
sikan 3. Injeksi melalu pembuluh darah vena
Menggunak 3 4 agar lebih cepat menurunkan nyeri
an tindakan
4. Agar membantu meredakan nyeri
pencegahan

13
Ket :
1= Tidak pernah menunjukkan
2= Jarang menunjukkan
3= Kadang-kadang
menunjukkan
4= Sering menunjukkan
5= Secara konsisten
menunjukkan
2 Resiko Perfusi jaringan: serebral Monitor: tanda-tanda vital 1. Mengetahui TTV secara
ketidakefektifa Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu, komperehensif
n perfusi keperawatan selama 3 x24 jam status pernafasan 2. Mengetahui tingkat oksigen dari
jaringan otak diharapkan dapat dilakukan: 2. Monitor oksimetri nadi aliran darah
b.d. hipertensi Indicator Awal Target 3. Monitor sianosis sentral 3. Memantau tanda-tanda sianosis
d.d. tampak Tekanan 3 5 dan perifer
darah
infark cerebri sistolik
pada hasil CT Tekanan 3 4
darah
Kepala dan diastolik
tekanan darah Nilai rata- 2 4
rata tekanan
yang tidak darah
terkontrol Ket :
1= Deviasi berat dari rentang
normal

14
2= Deviasi yang cukup besar
dari rentang normal
3= Deviasi sedang dari rentang
normal
4= Deviasi ringan dari rentang
normal
5= Tidak ada deviasi dari
rentang normal

E. IMPLEMENTASI
Hari/Tangga Jam Implementasi Respon Paraf
l
Sabtu, 08.00 - Memberikan terapi injeksi (ketorolac) 30mg - S : Pasien masih mengeluhkan nyeri
31/10/2020 - Mengkaji nyeri klien secara komperehensif O : Obat masuk intravena melalui selang
08.30 - Mengajarkan terapi tarik nafas dalam infus
- Mengedukasi pasien untuk istirahat cukup - S : Pasien mengatakan nyeri mulai
- Mengecek TTV berkurang dari sebelumnya, bagian
10.00 - Mengedukasikan klien untuk menghindari kepala belakang kanan, nyeri secara terus
makanan yang dapat memicu meningkatnya menerus, nyeri seperti tertekan, nyeri
tekanan darah bertambah saat berdiri, skala nyeri 6
O : Pasien menjawab dengan kooperatif
walaupun sedikit terlihat linglung

15
- S : Pasien mengatakan ingin mencobanya
O : Pasien mengikuti demonstrasi
- S : Pasien mengatakan sedikit sulit tidur
karena masih nyeri
O : Pasien terlihat mengantuk
- S : Pasien mengatakan lemas saat berdiri
O : kedaan umum CM, TD:164/88, N:80,
Suhu:36,5
- S : Pasien mengatakan akan mengikuti
anjuran
O : Pasien terlihat sudah paham
Minggu, 08.00 - Memberikan terapi injeksi (ketorolac) 30mg - S : Pasien masih mengeluhkan nyeri
01/11/2020 - Mengkaji nyeri klien secara komperehensif O : Obat masuk intravena melalui selang
08.30 - Mengecek TTV infus
- S : Pasien mengatakan nyeri mulai
berkurang dari sebelumnya, bagian
kepala belakang kanan, nyeri hilang
timbul, nyeri seperti tertekan, nyeri
bertambah saat berdiri, skala nyeri 4
O : Pasien menjawab dengan kooperatif,
suda terlihat lebih tenang

16
- S : Pasien mengatakan masih
sempoyongan jika berdiri
O : kedaan umum CM, TD:197/96, N:79,
Suhu:35,5

Senin, 16.00 - Memberikan terapi injeksi (ketorolac) 30mg - S : Pasien masih mengeluhkan nyeri
02/11/2020 16.30 - Mengkaji nyeri klien secara komperehensif O : Obat masuk intravena melalui selang
- Mengecek TTV infus
- S : Pasien mengatakan nyeri mulai
berkurang dari sebelumnya, bagian
kepala belakang kanan, nyeri hilang
timbul, nyeri seperti tertekan, nyeri
bertambah saat berdiri, skala nyeri 3
O : Pasien menjawab dengan kooperatif,
suda terlihat lebih tenang
- S : Pasien mengatakan masih
sempoyongan jika berdiri
O : kedaan umum CM, TD:154/96, N:86,
Suhu:36,5

E. EVALUASI

17
Waktu Dx Evaluasi
Sabtu, Nyeri akut b.d. agen cedera fisik S : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang dari sebelumnya, bagian
31/10/2020 kepala belakang kanan, nyeri secara terus menerus, nyeri seperti tertekan,
(13.00) nyeri bertambah saat berdiri, skala nyeri 5
O : Pasien terlihat sikap melindungi bagian lukanya
A : Nyeri akut sebagian teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 2
Menggunakan 4 5 5
analgesic yang
direkomendsikan
Menggunakan 3 4 4
tindakan
pencegahan
P = pemberian analgesic dilanjutkan
Sabtu, Resiko ketidakefektifan perfusi S : Pasien mengatakan masih pusing saat berdiri
31/10/2020 jaringan otak b.d. hipertensi O : Pasien terlihat lemas, kesadaran penuh
(13.00) A : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak belum teratasi
Indicator Awal Target Akhir
Tekanan 3 4 3
darah sistolik
Tekanan 3 4 3
darah
diastolik
Nilai rata-rata 2 4 3
tekanan darah

18
P : Monitor TTV dilanjutkan
Minggu, Nyeri akut b.d. agen cedera fisik S : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang dari sebelumnya, bagian
01/11/2020 kepala belakang kanan, nyeri seperti tertekan, nyeri hilang timbul, nyeri
(13.00) bertambah saat berjalan, skala nyeri 4
O : Pasien terlihat lebi tenang, tidak meringis
A : Nyeri akut sebagian teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 3
Menggunakan 4 5 5
analgesic yang
direkomendsikan
Menggunakan 3 4 4
tindakan
pencegahan
P = pemberian analgesic dilanjutkan
Minggu, Resiko ketidakefektifan perfusi S : Pasien mengatakan sudah bisa berjalan, namun masih sedikit pusing
01/11/2020 jaringan otak b.d. hipertensi saat melangkah
(13.00) O : Pasien terlihat lebih beraktivitas, kesadaran penuh
A : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak sebagian teratasi
Indicator Awal Target Akhir
Tekanan 3 5 4
darah sistolik
Tekanan 3 4 4
darah
diastolik
Nilai rata-rata 2 4 3

19
tekanan darah
P : Monitor TTV dilanjutkan
Senin, Nyeri akut b.d. agen cedera fisik S : Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang dari sebelumnya, bagian
02/11/2020 kepala belakang kanan, nyeri seperti terkena benda tumpul, nyeri hilang
(19.00) timbul, nyeri bertambah saat duduk dan berjalan, skala nyeri 3
O : Pasien terlihat sudah bisa berjalan-jalan
A : Nyeri akut sebagian teratasi
Indikator Awal Target Akhir
Nyeri 2 4 3
Menggunakan 4 5 5
analgesic yang
direkomendsikan
Menggunakan 3 4 4
tindakan
pencegahan
P = pemberian analgesic dilanjutkan
Senin, Resiko ketidakefektifan perfusi S : Pasien mengatakan sudah bisa berjalan, namun masih sedikit pusing
02/11/2020 jaringan otak b.d. hipertensi saat melangkah
(19.00) O : Pasien terlihat lebih beraktivitas, kesadaran penuh
A : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak sebagian teratasi
Indicator Awal Target Akhir
Tekanan 3 5 5
siastol
Tekanan 3 4 4
diastol
Nilai rata-rata 2 4 3

20
tekanan darah
P : Edukasikan untuk tetap menjaga menu makan yang baik (yang dapat
menghindarkan dari meningkatnya tekanan darah)

21
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, W & Nely Q. 2020. Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Appendicitis Di Rsud Wates. Nursing Science Journal
(NSJ) Vol. 1, No. 1, Hal. 25-28
NANDA International. 2015. NANDA International Inc. Nursing Diagnoses:
Definitions&Classification 2015-2017, 10th Edition. Jakarta:EGC
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterma n, Wanger, C.M., (2016). ‘Nursing
Interventions Classification (NIC) edisi bahasa Indonesia edisi ke 6’. Singapore :
Elsevier Inc

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L, Swanson. E., (2016).’Nursing Outcomes
Classification (NOC) pengukuran outcomes kesehatan edisi 5’. Singapore :
Elsevier Inc

22

Anda mungkin juga menyukai