Anda di halaman 1dari 29

Eskalator adalah salah satu transportasi vertikal berupa konveyor untuk

mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak ke atas dan
ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau rantai yang digerakkan oleh motor.
Karena digerakkan oleh motor listrik , tangga berjalan ini dirancang untuk
mengangkut orang dari bawah ke atas atau sebaliknya. Untuk jarak yang pendek
eskalator digunakan di seluruh dunia untuk mengangkut pejalan kaki yang mana
menggunakan elevator tidak praktis. Pemakaiannya terutama di daerah pusat
perbelanjaan, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan fasilitas umum lainnya.
Keuntungan dari eskalator cukup banyak seperti mempunyai kapasitas
memindahkan sejumlah orang dalam jumlah besar dan tidak ada interval waktu tunggu
terutama di jam-jam sibuk dan mengarahkan orang ke tempat tertentu seperti ke pintu
keluar, pertemuan khusus dll.
Eskalator adalah suatu alat untuk transportasi orang antara lantai sebuah
bangunan (misalnya, pusat perbelanjaan, Bandar udara, dll) terdiri dari rantai motor
yang digerakkan oleh individu, langkah-langkah yang saling berhubungan yang
bergerak ke atas atau bawah di trek, sehingga derajat untuk tetap dalam posisi
horizontal . Eskalator digunakan di seluruh dunia, untuk mempercepat gerakan pejalan
kaki di tempat-tempat lift akan menjadi tidak praktis.area utama pergunakan termasuk
department store, mall, bandara, sistem transit, pusat konvensi, hotel dan gedung-
gedung publik.
Manfaat yang banyak tangga.Mereka memiliki kemampuan untuk memindahkan
sejumlah besar orang dan dapat ditempatkan dalam ruang fisik yang sama di mana
untuk menginstal langkah sederhana.Anda tidak perlu istirahat (kecuali lalu lintas
sangat besar), dapat digunakan untuk mengarahkan orang menuju pintu keluar utama
dan mungkin kedap air untuk penggunaan di luar.Namun, perawatan harus dilakukan
untuk membersihkan tangga karena hanya akan menjadi kombinasi fungsi dan estetika.
Sejauh ini beban rumah tangga. beban perkantoran, beban pabrik, beban lampu
penerangan khususnya penerangan yang ada di swalayan dan mal - mal masih sangat
tidak hemat energi.
Eskalator adalah suatu alat angkut yang lebih dititk beratkan pada pengangkutan
orang dengan arah yang miring dari lantai bawah miring ke lantai atasnya. Standart
kemiringan antara 30-35 derajat. Dengan kemiringan lebih dari 10 derajat sudah masuk
kategori escalator.
Panjang eskalator disesuaikan dengan kebutuhan, lebar untuk satu orang kurang
lebih 60 cm, untuk 2 orang sekitar 100-120 cm.Mesin escalator terletak dibawah lantai.
Karena terdiri dari segmen tiap anak tangga maka escalator dapat diset untuk bergerak
maju atau mundur

ESCALATOR

11.1. Pengenalan Peralatan


Secara umum peralatan escalator terdiri atas :

1. Rangka struktur (frame)


2. Rel (rail)
3. Rantai dan roda gigi (chain & gear)
4. Anak tangga (step)
5. Dinding penyangga rel tangan (balustrade)
6. Pegangan tangan (hand rail)
7. Lantai pijak (landing plates)
8. Lantai bergerigi (combplates)
9. Ruang mesin
10. Pencahayaan (lighting)
11. Unit penggerak (drive unit)
12. Peralatan listrik (electrical parts)

11.1.1. Rangka Struktur (frame)


Ada dua jenis rangka struktur, yaitu :
1.       Rangka struktur dengan menggunakan solid H beam
2.       Rangka struktur dengan pemasangan konstruksi besi siku
a.       Rangka struktur dengan menggunakan solid H – beam
Pada umumnya rangka struktur dibagi atas tiga bagian :

1.       Rangka atas (upper frame)


2.       Rangka tengah (middle frame)
3.       Rangka bawah (lower frame)
Ketiga bagian rangka tersebut dirakit dilokasi pemasangan dengan menggunakan baut
khusus (punch bolt).
Keuntungan dari penggunaan rangka struktur dengan solid H beam adalah :
1.       Memudahkan transportasi (bisa dimasukkan kedalam kontainer)
2.       Memudahkan pengaturan jalan masuk ke lokasi pemasangan
3.       Lebih mudah untuk dipindahkan setelah unit dipsang.

1. Sedangkan kerugiannya : Lebih berat dari rangka struktur konstruksi besi siku
2. Untuk pemasangannya diperlukan tenaga terampil.

a.    Rangka struktur dengan pemasangan konstruksi besi siku


Berbeda dengan escalator yang menggunakan rangka solid H beam, rangka jenis ini
dikirim ke lokasi pemasangan dalam satu kesatuan yang talah dirakit lebih dahulu
dipabrik pembuat.
Keuntungan dari penggunaan rangka konstruksi besi siku adalah :

1. Lebih ringan dibandingkan rangka solid H beam.


2. Lebih cepat didalam pemasangannya

Kerugiannya adalah :

1. Memerlukan transportasi khusus, terutama untuk unit – unit yang panjang/tinggi.


2. Jalan masuk kelokasi pemasangan perlu dipersiapkan dari awal saat
pelaksanaan pekerjaan.
3. Setelah dipasang agak sulit dipindahkan.

                  Rel (rail)


Rel berfungsi untuk mengarahklan gerakan luncuran roda rantai penggerak anak
tangga (step chain roller) dan roda anak tangga(step roller). Rel harus dipasang dan
disetel dengan benar agar gerakan roda anak tangga dan roda rantai penggerak anak
tangga halus dan lurus, didalam pengoperasiannya rel ini harus diberi pelumas,
material untuk rel ini umumnya besi siku.
11.1.3. Rantai dan roda gigi (chain and gear)
Rantai dan roda gigi merupakan peralatan penggerak anak tangga dan pegangan
tangan.
Ada beberapa jenis rantai :

1. Rantai penggerak utama (driving chain)


2. Rantai penggerak anak tangga (step chain)
3. Rantai penggerak pegangan tangan (hand rail driving chain)

Ada beberapa janis roda gigi :

1. poros roda gigi atas (upper terminal gear)


2. Poros roda gigi bawah (lower terminal gear)

11.1.4. Anak Tangga (step)


Anak tangga merupakan tempat pijakan dari penumpang escalator dan bagian
permukaannya harus selalu dalam keadaan horizontal pada saat membawa
penumpang. Adapaun material yang digunakan harus terbuat dari bahan – bahan yang
tidak mudah terbakar seperti aluminium, stainless steel dan besi cor.
Untuk memudahkan penumpang dalam membedakan satu anak tangga dengan anak
tangga yang lain harus diberi warna kuning. Ukuran dari anak tangga ini pada
umumnya :

1. 600 mm, untuk satu orang per anak tangga.


2. 800 mm, (permintaan khusus)
3. 1000 mm, untuk dua orang per anak tangga.
11.1.5. Dinding Penyangga Rel Tangan (balustrade)

Yang dimaksud dengan balustrade adalah dinding kiri dan kanan dari escalator. Dasar
dinding yang berdekatan dengan tangga biasanya terbuat dari kaca yang ditemper
dengan ketebalan 10 mm (tempered glass balustrade), dapat juga mengguanakan
stainless steel balustrade. Stainless steel balustrade dipakai untuk escalator yang
dipasang pada stasiun kereta, bandar udara atau tempat lain yang sejenis, dimana
banyak kemungkinan balustrade tersebut terkena benturan dari luar.
11.1.6. Pegangan Tangan (handrail)Dinding penyangga (balustrade) kiri dan kanan
harus dilengkapi dengan rel penyangga tangan (handrail) yang dapat bergerak kontinu
dan bersamaan arah dengan gerak tangga saat berjalan. Kecepatannya harus sama
dengan kecepatan tangga saat berjalan.
Pegangan tangan berfungsi untuk membantu penumpang pada saat melangkah masuk
atau keluar dari anak tangga, agar penumpang tidak jatuh atau terseret. Material yang
dipergunakan untuk pegangan tangan ini adalah karet khusus (hypalon) dengan yang
tahan panas, dimana panas tersebut sebagai akibat – gesekan – gesekan, baik yang
disebabkan oleh mekanisme penggerak ataupun oleh gesekan antara handrail dengan
frame handrail (aluminium).
Untuk mekanisme handrail ini juga dilengkapi dengan switch pengaman terhadap
benda – benda asing yang terjepit. Pada handrail (1 unit escalator terdapat 2 handrail)
kelilingnya harus tersambung secara sempurna, artinya tidak boleh ada sambungan
yang dapat menyebabkan macet akibat toleransi kurang lebih 2mm, dengan sisi
sampingnya, Panas yang timbul akibat gesekan adalah antara 40 0 – 450 C (merupakan
panas maksimum untuk kondisi ruangan tanpa AC).

Mekanisme handrail ini menggunakan penggerak utama berasal dari rol – rol step yang
digerakkan oleh rantai dan ditekan pula dengan rol – rol khusus yang menekan handrail
sehingga akibat tekanan tersebut dan adanya putaran dari rol – rol tersebut
menyebabkan handrail dapat bergerak.
Dalam 1 unit escalator terdiri dari 4 unit rol (2 unit untuk menekan dan menggerakkan
bagian atas dan 2 unit bagian bawah), penggerak handrail dan masing – masing terdiri
dari 4 rol. Bahan rol tersebut adalah besi cor dan dibagian permukaannya dilapisi oleh
karet tahan panas.

11.1.7. Lantai pijak (Landing Plates)

Lantai pijak penting ditempatkan pada bagian masuk dan keluar escalator dikedua
ujung escalator. Lantai selain berfungsi untuk tempat pijakan masuk dan keluar juga
berfungsi sebagai penutup bagian mekanis escalator. Oleh karena itu harus dapat
dibuka atau diangkat untuk memudahkan perbaikan escalator. Lantai ini
harus dibuat dari material yang tahan api dan mampu memberikan kemantapan saat
berpijak.
11.1.8. Lantai Bergerigi (combplates)
Selain lantai pijak yang menutup ruang – ruang mesin maupun ruang mekanis
escalator, ada lagi lantai spesifik yang melengkapi escalator yaitu lantai pijak yang
mempunyai alur – alur bergerigi di ujungnya. Lantai ini fungsinya sebagai lantai
pendarat bagi penumpang escalator dan alur – alur geriginya berfungsi untuk menyisir
kotoran yang ada pada tangga (yang juga beralur).
Gigi pada combplates harus mempunyai kesejajaran dengan alur – alur pada tangga
dan ujungnya tidak boleh sampai mengenai alur – alur dalam ditangga tersebut. Bagian
yang begerigi harus dapat dipisahkan dengan bagian utama lantai sehingga jika gigi –
gigi tersebut patah akan mudah untuk menggantinya. Jarak antara ujung gigi dengan
alur dalam ditangga dan jarak antara akar gigi dengan bagian atas dari alur ditangga
harus berada diantara 2,5 mm sampai 4 mm
11.1.9. Ruang Mesin

Ruang mesin harus mempunyai kelonggaran yang cukup untuk seseorang melakukan
perbaikan atau perawatan bagian – bagian mekanis dari penggerak escalator. Ventilasi
yang tersedia harus cukup agar panas radiasi dari mesin dapat segera keluar.
Pencahayaan juga harus ada pada ruang mesin, lampu – lampunya harus dilindungi
agar tidak mudah pecah terkena alat – alat atau gerak – gerak mekanis komponen
mesin. Pintu – pintu untuk perawatan dan perbaikan harus mempunyai kunci yang
hanya dapat dibuka oleh orang yang berkepentingan saja sehingga tidak sembarang
orang dapat membukanya.
11.1.10. Pencahayaan (lighting)
Jaringan listrik untuk pencahayaan pada daerah yang dekat dengan kaki, pencahayaan
pada dinding balustrade, dan pencahayaan pada ruang mesin harus terpisah dari
jaringan listrik untuk motor penggerak sehingga jika terjadi kegagalan pada motor atau
komponen lainnya, lampu – lampu yang menerangi escalator akan tetap menyala.

11.1.11. Unit Penggerak (drive unit)

Unit penggerak terdiri dari :


a.       motor penggerak (motor induksi)
b.       Reduction gear box
c.       Rem magnet (magnetic brake)
Motor penggerak adalah motor induksi 3 phasa dengan arus bolak – balik, frekuensi 50
Hz, dapat terhubung bintang atau delta, dengan star-delta starting ataupun direct on
line starting. Putaran dari motor penggerak ini kemudian diturunkan oleh reduction gear
box, sehingga didapat kecepatan linear kurang lebih 30 meter permenit. Untuk
menahan gerakan anak tangga pada saat motor terhenti, ataupun pada saat suplay
daya terputus dipasang rem magnet.

11.1.12. Peralatan Listrik (Electrical Parts)

Peralatan listrik dapat dibagi atas :

a.       Panel kontrol


Panel kontrol berfungsi untuk pengatur arah gerak naik dan turun dan juga berfungsi
untuk mematikan atau menghidupkan motor escalator.
b.       Kontak pengaman
Escalator dilengkapi dengan kontak – kontak pengaman, baik untuk mencegah
terjadinya kecelakaan pada penumpang, maupun untuk mencegah kerusakan escalator
itu sendiri.
Ada dua jenis kontak pengaman :
1.       Reset secara otomatis (automatic reset)
2.       Reset secara manual (manual reset)
Adapun beberapa kontak pengaman yang umum dipasang :
1.       Handrail inlet safety switch
Berfungsi untuk mematikan escalator bila terdapat benda asing yang menahan gerakan
pegangan tangan (handrail), ada 4 (empat) buah kontak pengaman yang dipasang :
kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah, namun dilihat dari arah gerak escalator
hanya 2 buah yang berfungsi :
-        arah naik : kanan dan kiri atas
-        arah turun : kanan dan kiri bawah

1. Skirt guard safety switch

Berfungsi untuk mematikan escalator bila ada benda asing yang terjepit diantara skirt
guard dan step (anak tangga), dipasang pada sisi kanan dan kiri. Jumlahnya
disesuaikan dengan panjang escaltor namun pada umumnya 6 (enam) buah. Kontak
adalah jenis reset otomatis.

2. Driving chain safety switch

Berfungsi untuk mematikan escalator bila rantai penggerak utama putus. Kontak tidak
otomatis reset (manual reset).

3. Step chain tension safety switch

Berfungsi untuk mematikan escalator bila salah satu rantai penggerak anak tangga
(step chain) putus atau tidak tegang. Kontak tidak otomatis reset.

4. Step roller safety switch

Berfungsi untuk mematikan escaltor bila roda anak tangga keluar dari rel (tidak normal).
Kontak tidak otomatis reset.

5. Step travel safety switch

Berfungsi untuk mematikan escalator bila ada gerakan anak tangga yang tidak normal.
Kontak tidak otomatis reset.

a.   Panel Pengoperasian (operating panel board)

Panel pengoperasian sesuai dengan namanya adalah untuk menghidupkan atau


mematikan escalator. Fungsi yang umum tersedia :
1. Tombol nyala (starting switch)

Tombol nyala harus ditempatkan pada kedua ujung escalator (atas dan bawah) dan
penempatannya harus sedemikian rupa sehingga saat dinyalakan oleh operator, ia
dapat melihat pergerakkan tangga. Tombol ini sebaiknya menggunakan type tombol
yang berfungsi dengan memutar kunci (key operated switch)

2. Tombol mati (stop switch)

Tombol mati mempunyai warna merah dan ditempatkan di kedua ujung escalator
berdekatan dengan tombol nyala. Jika tombol ini digunakan, maka ia harus dapat
memotong seluruh arus listrik  yang bekerja pada motor penggerak maupun rem.

3. Tombol mati darurat (emergency stop switch)

Tombol darurat ini harus berwarna merah dan ditempatkan di kedua ujung escalator
pada posisi yang memungkinkan untuk segera dijangkau tetapi harus pula cukup
terlindung dari penyalaan yang tidak disengaja. Jika tombol ini ditekan, ia harus segera
mematikan arus yang bekerja ada motor penggerak maupun pada rem.

4. Tombol pendeteksi rantai putus ( broken step chain device)

Tiap escaltor harus dilengkapi dengan tombol yang dapat segera berfungsi mematikan
arus listrik ke motor penggerak dan mengaktifkan rem jika rantai tangga terputus atau
terenggang melampaui batas maksimum regangan jika gerak rantainya terganggu.

5. Tombol pendeteksi kegagalan motor penggerak (broken drive devices)

Jika escalator mempunyai sistem penggerak menghubungkan motor dengan sproket


tangga melalui transmisi rantai, maka tombol ini harus ditempatkan pada posisi yang
memungkinkan segera memotong arus listrik ke motor dan mengaktifkkan rem saat
rantai penggerak putus.
Untuk cara – cara pengoperasian yang benar, dapat dibaca dari manual operasi yang
diberikan oleh masing – masing pabrik pembuat. Beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pengoperasian escalator :

1. Pada saat terjadi kebakaran, gempa bumi atau keadaan darurat lain, hendaknya
seluruh escalator segera dimatikan oleh petugas, blokir jalan masuk / keluar
escalator dan umumkan agar penumpang tidak menggunakan escalator.

2. Untuk mencegah kerusakan escalator dan juga demi keselamatan, dianjurkan


untuk mematikan escalator bila :

a.         Salah satu pegangan tangan tidak berjalan


b.         Ada bunyi tabrakan / gesekan yang tidak normal
c.      Keluar asap / bau terbakar dari panel kontrol maupun dari motor atau rem magnet.
d.        Ada balustrade kaca yang pecah.
e.         Ada salah satu penutup yang lepas
f.         Jumlah penumpang melebihi kapasitas

3. Adapun hal – hal yang dianjurkan untuk diperhatikan

a.       Dilarang membuang sampah diatas anak tangga escalator


b.      Anak kecil hendaknya didampingi orang tua
c.      Dilarang duduk diatas anak tangga
d.      Dilarang menaiki / duduk pada pegangan tangan

11.2. Pemilihan Escalator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan :


a. Ketinggian dari lantai – kelantai (riser)

Setiap escalator dibuat berdasarkan ketinggian dari lantai kelantai dimana escalator
tersebut akan dipasang. Kesalahan menentukan ketinggian dari lantai ke lantai akan
mengakibatkan perbedaan permukaan escalator dan lantai terakhir

b. Jumlah kapasitas

Berdasarkan kapasitas / kemampuan yang dipilih kemudian ditentukan jumlah dari


escalator yang akan dipasang perlantai baik untuk arah naik maupun untuk arah turun.

c. Konfigurasi pemasangan

Ada dua jenis konfigurasi


1.        Sejajar / paralel
2.        Silang (crossing)
Konfigurasi silang merupakan pilihan terbaik untuk kelancaran arus penumang, namun
bila diinginkan penumpang untuk berkeliling terlebih dahulu seperti halnya pada pusat
perbelanjaan, departemen store maka konfigurasi sejajar merupakan pilihan yang
terbaik.

d. Jenis balustrade

Untuk escalator dengan kondisi operasi urban traffic, hendaknya dipilih panelled
stainless balustrade, sedangkan untuk penggunaan pada pusat perbelanjaan dan
sejenis lebih cocok dipakai jenis transparant glass balustrade. Bila penerangan
disekeliling tidak mencukupi atau bila diinginkan oleh desainer interior dapat dipilih
transparantbalustrade dengan lampu penerangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemasangan escalator :

a. Reaksi dan jarak tumpuan (reaction and support spacing)

Berdasarkan jarak dari lantai kelantai yang telah ditentukan dan juga berdasarkan sudut
(30/35 derajat), maka dapat ditentukan support spacing yang dibutuhkan agar escalator
tersebut dapat terpasang, toleransi umunya berkisar antara 20 mm sampai 40 mm. Kita
tidak perlu menghitung karena brosur umumnya telah disediakan tabel dari support
spacing ini, beserta keterangan reaksi yang harus dipikul oleh struktur penunjangnya.

b. Pit (sumuran)

Untuk escalator pada lokasi paling bawah diperlukan pit (sumuran), dimensi untuk pit ini
(kedalaman, lebar dan panjang) harus dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kedap air
(water proof).

c. Ruang antara (clearence)

Ruang antara yang dibutuhkan adalah minimum 2200 mm dihitung dari level anak
tangga, sepanjang perjalanan dari anak tangga.

11.3. Perawatan Escalator

Kita bicara mengenai suatu arti dari suatu perawatan escalator “true value
maintenance”. Dalam perawatan escalator berarti kita melakukan suatu penghematan
karena memperpanjang umur dari peralatan tersebut, jika :
-          Dilakukan oleh ahlinya
-          Menggunakan peralatan (tools) yang cocok
-          Memakai suku cadang yang tepat dan asli (correct genuine parts)
-          Dilaksanakan secara sistematis
Berdasarkan pengalaman, maka biaya perawatan escalator adalah :

1. Kurang lebih 3 % dari harga barang pertahun untuk sistem menyeluruh / terpadu
(full maintenance)
2. Kurang lebih 2 % dari harga barang pertahun untuk sekadar oiling and greasing
(OG- Maintenance)
Umur rata – rata escalator yang wajar, jika dirawat secara teratur, sistematis periodik,
dapat mencapai labih dari 40 tahun. Setelah berumur 30 sampai 40 tahun terserah
kepada pemiliknya atau pengelola gedung.
Escalator yang tidak dirawat akan rusak dalam waktu kurang lebih 5 – 6 tahun. Bila
dirawat sekedarnya akan rusak pada umur 8 – 10 tahun. Sebagai contoh perbandingan
biaya perawatan escalator setelah 40 tahun, dengan perawatan sama
dengan 40 x 3 % = 120 % dari harga – harga awal. Sdangkan tanpa perawatan akan
mengalami 4 atau 5 kali ganti baru atau 3 kali lipat lebih mahal.

11.3.1. Sistem Perawatan

Ada dua cara berlangganan pemeliharaan escalator yang pada umumnya dilaksanakan
oleh agen pemegang merk dagang, yaitu :
A.   Full or Comprehensive Maintenance (OM)
Sistem perawatan terpadu meliputi :
1.   Pemeriksaan berkala (periodic check up)
2.   Pelumasan (lubrication)
3.   Penyetelan kembali (re-adjustment)
4.   Penggantian part (replacement)
5.   Reparasi, kecuali jika ada kerusakan tidak wajar (repair)
6.   Test tahunan (annual test)
7.   Pelayanan macet (call back service)
B.   Oil and Grease (OG), meliputi :
1.   Pemeriksaan berkala
2.   Pelumasan
3.   Penyetelan sekedarnya (minor adjustment)
Sedangkan point no 4 – 7 atas dasar laporan/ pesanan terpisah, dan persetujuan
tersendiri antara pelaksana dan pemilik atau pengelola gedung.
Keuntungan dan kerugian antara dua sistem
Atas dasar pengalaman maka sistem OM (full Maintenance) mempunyai banyak
keuntungan dan secara total pada akhirnya lebih menguntungkan dibandingkan sistem
OG.
Daftar perbandingan :

FULL MAINTENANCE (OM) OIL AND GREASE (OG)

1.  Anggaran biaya tidak berubah tiap 1. Biaya naik – turun tergantung repair
– tiap tahun dapat dianggarkan. dan part – part yang diganti.
2. Tidak perlu negosiasi atas suatu 2. Atas dasar laporan kerusakan dan
kerusakan persetujuan.
3. Biaya mahal pada awalnya tetapi 3. Biaya murah pada awalnya karena
secara keseluruhan setelah + 10 escalator baru belum ada keausan
tahun menjadi lebih murah, atau kerewelan
seterusnya lebih ekonomis.
4. Beban moral pemilik terhadap 4. Manajemen gedung bertanggung
penyewa gedung berkurang jika jawab atas kecelakaan
terjadi kecelakaan penumpang akibat kelalaian
keterlambatan mengganti part

11.3.2. Prosedur Pelaksanaan

Escalator dibagi atas dua macam golongan komponen :

1.   komponen utama yang senantiasa bekerja selama operasi memerlukan perawatan rata
– rata 80 jam setahun.
a.   Traction machine termsuk motor dan brake
b.   Controller, tombol – tombol dan travelling cables fixtures
c.   - Rantai penarik (traction / chain) dan sproket
- Rantai pembawa step
d.   Governor dan tripping switch
e.   Step roller and step track
f.   Hand rails dan lain – lain

2.  Komponen sampingan yang kurang / tidak berfungsi atau hanya berfungsi jika terjadi
bahaya / emergency, memerlukan perawatan rata – rata 30 jam / tahun.
a. Step
b. Balustrade
c. Safety device
d. Indle – sheave
e. Landing step dan decking
masing – masing komponen mendapat giliran pemeriksaan / perawatan sesuai
jadwalnya sehingga tidak ada yang terlupakan mulai dari peralatan pit terbawah sampai
ujung atas kamar mesin.

ELEVATOR (LIFT)

Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pertama pada perencanaan bangunan
bertingkat banyak -ialah masalah transportasi vertikal umumnya dan transportasi
manusia khususnya.

Alat untuk transportasi vertikal dalam bangunan bertingkat adalah lift atau elevator. Alat
transportasi vertikal dalam bangunan bertingkat tersebut akan memakan volume
gedung yang akan menentukan efisiensi gedung. Pemilihan kapasitas-kapasitas lift
akan menentukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung,
terutama proyek-proyek komersil.

Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai yang
minimal, percepatan yang komfortabel, angkutan vertikal yang cepat, pernualan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.

Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah:


1.Waktu menunggu (Interval, waiting time).
2.Daya angkut (Handling capacity).
3.Waktu perjalanan bulak-balik lift (Round trip time).

1.WAKTU MENUNGGU (INTERVAL, WAITING TIME)

Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan negara di mana gedung itu
ada. Orang-orang di kota besar lazimnya kurang sabar dibanding dengan orang-orang
di kota kecil. Untuk proyek-proyek komersil perkantoran diperhitungkan waktu
menunggu sekitar 30 detik.

Waktu menunggu = waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.

Penting:

Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saat-saat
sibuk, maka untuk proyek-proyek perkantoran yang, beberapa lantainya disewa oleh
satu penyewa, jumlah lift totalnya harus ditambah dengan 20-40%, sebab sebagian lift
di dalam zone yang disewa satu penyewa tersebut dipakai untuk lalu lintas antar lantai,
sehingga waktu menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90 detik atau
lebih.
Waktu menunggu juga sangat variabel tergantung jenis gedung. Contoh-contohnya
sebagai berikut:
a.perkantoran 25 - 45 detik
b.flat 50 - 120 detik
c.hotel 40 - 70 detik
d.asrama 60 - 80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift ialah
kapasitas lift x 1,5 detik per penumpang.

2.DAYA ANGKUT LIFT (HANDLING CAPACITY)

Daya angkut lift tergantung dari kapasitas dan frekuensi pemuatannya. Standard daya
angkut lift diukur untuk jangka waktu 5 menit/ jam pada jam sibuk (rush-hour).

Daya angkut 1 lift dalam 5 menit adalah:

Dimana :
kapasitas lift (orang) dan daya angkut 75 kg/orang.

4.WAKTU PERJALANAN BOLAK-BALIK LIFT (ROUND TRIP TIME)

Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan, sebab perjalanan lift antar lantai
pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada
perjalanan lift non stop, kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lift bergerak
beberapa lantai dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6 m/detik baru dapat
mencapai kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai.
Dalam praktek, perhitungan elevator dilakukan oleh Supplier lift yang menghitung
kebutuhan lift berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak-balik lift terdiri dari:
a.Penumpang memasuki lift di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/orang dan
untuk lift dengan kapasitas m orang perlu waktu…… . 1,5 m detik
b.Pintu lift menutup kembali 2 detik
c.Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat ……… (n-1) 2 detik
d.Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai
dalam 1 zone sebanyak (n-1) lantai:
(n-1) x m/n-1 x 1.5 detik 1,5 m detik
e.Pintu lift menutup kembali di setiap lantai
tingkat: (n-2) 2 detik
f. Perjalanan bolak-balik dalam 1 zone detik

g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik


JUMLAH detik

Di mana:
T = waktu perjalanan bolak-balik lift (Round trip time).
h = tinggi lantai sampai dengan lantai.
s = kecepatan rata-rata lift.
n = jumlah lantai dalam 1 zone.
M = kapasitas lift.

Jenis, macam dan fungi Lift :

1. Lift Penumpang

Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai bukaan pintu center opening
(co).

2. Lift Observation

Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi belakangnya terbuat dari kaca
dan ruang luncurnya juga di design dari kaca yang berfungsi untuk menampilkan
keindahan design arsitektur dan memberikan kenyamanan penumpang kereta karena
dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.

3. Lift Barang atau biasa disebut Lift Service

Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat yang tertentu dan
mempunyai bukaan pintu side opening (so), dalam keadaan darurat atau kebakaran, lift
barang harus dapat difungsikan sebagai lift kebakaran.

4. Lift pasien biasa disebut Lift Bed

Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan belakang
(through door) berfungsi untuk mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga
diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300 mm.

5. Lift Automobile

Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga memerlukan ukuran ruang


kereta sampai l =2.750 mm d =6.300 mm tergantung peruntukan jenis mobil yang akan
diangkut. Lift ini berkecepatan rendah yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai sistem
bukaan pintu atas – bawah dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) panel pintu.

6. Lift fire.
Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran lift harus dapat
dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi bagi fire brigade. Lift yang berfungsi
juga sebagai lift fire adalah lift service atau disebut juga lift barang. Karena
kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, pintu lift dan saluran kabel
power harus tahan api selama minimal 1 jam, sedangkan pada lobby lantai dasar
didekat lift fire harus dipasang fire man switch untuk keperluan operasional petugas fire
brigade.

Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi menjadi

 Bangunan rendah sampai 6 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg dengan kecepatan 60 mpm


atau 75 mpm.

 Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~ 1.150 kg dengan kecepatan 90 mpm


atau 105 mpm.

 Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~ 1.350 kg dengan kecepatan 120


mpm atau 150 mpm.

 Bangunan tinggi diatas 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg dengan kecepatan 150 mpm


~ 300 mpm.

Dasar pemilihan passenger elevator meliputi :

1. Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada peruntukan


gedung yang bersangkutan yaitu

No Jenis gedung Per luas bersih


1. Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20

12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30

14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40


2. Hotel

-. unit kamar 2 orang

-. function rooms 10 m²/orang


3. Rumah Sakit

-. Kamar pasien 3 ~ 4 bed /kamar

-. Ruang praktek 3 orang /ruang

-. Ruang tunggu 10 m²/orang


4. Apartment

1 bed room (1 br) 2 orang

2 bed room (2 br) 3 orang

3 bed room (3 br) 4 orang

penthouse (ph) 6 orang

2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)

Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.

Standard AAI yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah = 25 ~ 35 detik

* gedung kantor komersial = 25 ~ 35 detik

* gedung kantor instansi = 30 ~ 40 detik

* hotel berbintang = 40 ~ 60 detik

* hotel resort = 60 ~ 90 detik

* rumah sakit = 40 ~ 60 detik

* apartement kelas mewah = 50 ~ 70 detik

* apartment kelas menengah = 60 ~ 80 detik

* apartment kelas biasa = 80 ~ 120 detik

* gedung sekolah / kuliah = 40 ~ 90 detik

3. Handling Capacity (HC dalam %)


Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut sejumlah orang tiap 5 menit
pertama saat jam-jam padat (rush hour) yang dihitung dalam %.

Standard HC (%) dalam 5 menit yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah = 10 ~ 12 %

* gedung kantor komersial = 11 ~ 13 %

* gedung kantor instansi = 14 ~ 17 %

* hotel berbintang = 8 ~ 10 %

* hotel resort = 6 ~ 8 %

* rumah sakit = 10 %

* apartement kelas mewah = 5 ~ 7 %

* apartment kelas menengah = 6 ~ 8 %

* apartment kelas biasa = 10 ~ 11 %

* gedung sekolah / kuliah = 2,5 ~ 25 %

5.BEBAN PUNCAK LIFT (PEAK LOAD)

Beban puncak diperhitungkan berdasarkan, persentasi empiris terhadap jumlah


penghuni gedung, yang diperhitungkan hams terangkat oleh lift-lift dalam 5 menit
pertama jam-jam padat (rush-hour).
Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah:
a.perkantoran 4% x jumlah penghuni gedung
b.flat 3% x jumlah penghuni gedung
c.hotel 5% x jumlah penghuni gedung

Data-data untuk penaksiran jumlah penghuni gedung:


a.perkantoran 4 m2/orang
b.flat 3 m2/orang
c.hotel 5 m2/orang

6.EFISIENSI BANGUNAN (BUILDING EFFICIENCY)


Efisiensi lantai adalah persentasi luas lantai yang dapat dihuni atau disewakan terhadap
luas lantai kotor.
Untuk proyek perkantoran adalah:
10 lantai: 85%
20 lantai: lantai 1 - 10 80%
lantai 11 - 20 85%
30 lantai: lantai 1 10 75%
lantai 11 20 75%
lantai 21 30 85%
40 lantai: lantai 1 10 75%
lantai 11 20 80%
lantai 21 30 85%
lantai 31 40 90%
Data-data ini hanyalah untuk keperluan perhitungan lift saja.

Efisiensi bangunan sangat tergantung luas lantai yang dipakai oleh inti gedung di mana
tabung lift ada di dalamnya. Besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung
tinggi gedung.
Secara empiris luas inti gedung adalah sekitar 5-10 x luas tabung lift. Proyek
perkantoran memerlukan luas inti yang lebih besar daripada proyek flat.

7.PERHITUNGAN JUMLAH LIFT DALAM 1 ZONE

Jika beban puncak lift dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P% x jumlah
penghuni gedung alas dasar a" 1112 per orang luas lantai netto, maka beban puncak
lift:

Dimana :
P = Persentasi empiris beban puncak lift (%)
a = luas lantai kotor per tingkat (ml)
n = jumlah lantai
k = luas inti gedung (1112)
a" = luas lantai netto per orang (M2)
Sedangkan: k= 5 x N x m x 0,3 = 1,5 m N

8. SISTEM ZONE BANYAK (MULTI ZONE SYSTEM)

Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, orang berusaha memperkecil volume gedung


yang dipergunakan untuk sirkulasi vertikal, terutama dalam bangunan Unggi (lebih dari
20 lantai).
Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak-balik lift yang memperpendek waktu
menunggu lift terutama di lantai dasar. Untuk tujuan ini orang melakukan zoning lift
artinya pembagian kerja kelompok-kelompok lift, misalnya 4 lift melayani lantai 1 - 15, 4
lift melayani lantai 16-30, jadi tidak berhenti di lantai 1-15.
Karena ada kelompok 4 lift yang tidak berhenti di lantai 1-15 maka dalam tabung-
tabungnya tidak diadakan lubang pinto ke luar; ini merupakan penghematan biaya
sirkulasi vertikal.
Dalam hal ada zoning lift maka perNtungan jumlah lift diadakan untuk tiap zone, yang,
mempunyai waktu perjalanan bolak-balik lift masing-masing.

Contoh Perhitungan
Suatu gedung 30 lantai dengan luas rata-rata a = 1200 m2, tinggi lantai sampai dengan
lantai h = 3.60 meter dibagi dalam 2 zone: zone bawah 15 lantai, dan zone atas 15
lantai.
Gedung tersebut direncanakan untuk dilayani oleh lift-lift berkecepatan rata-rata
4m/detik dan kapasitas m = 20 orang/lift.

Perhitungan Zone - 2
Waktu perjalanan bolak-balik lift (antara lantai 1 - 15 non-stop) dengan kecepatan rata-
rata S2 = 5 m/detik.

ELEVATOR (LIFT)

Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pertama pada perencanaan bangunan
bertingkat banyak -ialah masalah transportasi vertikal umumnya dan transportasi
manusia khususnya.

Alat untuk transportasi vertikal dalam bangunan bertingkat adalah lift atau elevator. Alat
transportasi vertikal dalam bangunan bertingkat tersebut akan memakan volume
gedung yang akan menentukan efisiensi gedung. Pemilihan kapasitas-kapasitas lift
akan menentukan jumlah lift yang mempengaruhi pula kualitas pelayanan gedung,
terutama proyek-proyek komersil.

Instalasi lift yang ideal ialah yang menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai yang
minimal, percepatan yang komfortabel, angkutan vertikal yang cepat, pernualan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.

Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah:


1.Waktu menunggu (Interval, waiting time).
2.Daya angkut (Handling capacity).
3.Waktu perjalanan bulak-balik lift (Round trip time).

1.WAKTU MENUNGGU (INTERVAL, WAITING TIME)

Kesabaran orang untuk menunggu lift tergantung kota dan negara di mana gedung itu
ada. Orang-orang di kota besar lazimnya kurang sabar dibanding dengan orang-orang
di kota kecil. Untuk proyek-proyek komersil perkantoran diperhitungkan waktu
menunggu sekitar 30 detik.
Waktu menunggu = waktu perjalanan bolak-balik dibagi jumlah lift.

Penting:

Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saat-saat
sibuk, maka untuk proyek-proyek perkantoran yang, beberapa lantainya disewa oleh
satu penyewa, jumlah lift totalnya harus ditambah dengan 20-40%, sebab sebagian lift
di dalam zone yang disewa satu penyewa tersebut dipakai untuk lalu lintas antar lantai,
sehingga waktu menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90 detik atau
lebih.
Waktu menunggu juga sangat variabel tergantung jenis gedung. Contoh-contohnya
sebagai berikut:
a.perkantoran 25 - 45 detik
b.flat 50 - 120 detik
c.hotel 40 - 70 detik
d.asrama 60 - 80 detik
Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift ialah
kapasitas lift x 1,5 detik per penumpang.

2.DAYA ANGKUT LIFT (HANDLING CAPACITY)

Daya angkut lift tergantung dari kapasitas dan frekuensi pemuatannya. Standard daya
angkut lift diukur untuk jangka waktu 5 menit/ jam pada jam sibuk (rush-hour).

Daya angkut 1 lift dalam 5 menit adalah:

Dimana :
kapasitas lift (orang) dan daya angkut 75 kg/orang.

3.WAKTU PERJALANAN BOLAK-BALIK LIFT (ROUND TRIP TIME)

Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan, sebab perjalanan lift antar lantai
pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada
perjalanan lift non stop, kecepatan kemampuannya baru tercapai setelah lift bergerak
beberapa lantai dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6 m/detik baru dapat
mencapai kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai.
Dalam praktek, perhitungan elevator dilakukan oleh Supplier lift yang menghitung
kebutuhan lift berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya.
Secara pendekatan, waktu perjalanan bolak-balik lift terdiri dari:
a.Penumpang memasuki lift di lantai dasar yang memerlukan waktu 1,5 detik/orang dan
untuk lift dengan kapasitas m orang perlu waktu…… . 1,5 m detik
b.Pintu lift menutup kembali 2 detik
c.Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat ……… (n-1) 2 detik
d.Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai
dalam 1 zone sebanyak (n-1) lantai:
(n-1) x m/n-1 x 1.5 detik 1,5 m detik
e.Pintu lift menutup kembali di setiap lantai
tingkat: (n-2) 2 detik
f. Perjalanan bolak-balik dalam 1 zone detik
g. Pintu membuka di lantai dasar 2 detik
JUMLAH detik

Di mana:
T = waktu perjalanan bolak-balik lift (Round trip time).
h = tinggi lantai sampai dengan lantai.
s = kecepatan rata-rata lift.
n = jumlah lantai dalam 1 zone.
M = kapasitas lift.

Jenis, macam dan fungsi Lift :

1. Lift Penumpang

Berfungsi untuk mengangkut penumpang dan mempunyai bukaan pintu center opening
(co).

2. Lift Observation

Adalah sama dengan lift penumpang namun pada sisi belakangnya terbuat dari kaca
dan ruang luncurnya juga di design dari kaca yang berfungsi untuk menampilkan
keindahan design arsitektur dan memberikan kenyamanan penumpang kereta karena
dapat melihat tata letak ruang dalam bangunan.

3. Lift Barang atau biasa disebut Lift Service

Berfungsi untuk mengangkut barang dalam jumlah dan berat yang tertentu dan
mempunyai bukaan pintu side opening (so), dalam keadaan darurat atau kebakaran, lift
barang harus dapat difungsikan sebagai lift kebakaran.

4. Lift pasien biasa disebut Lift Bed

Mempunyai bukaan pintu side opening (so) pada 2 (dua) sisi yaitu muka dan belakang
(through door) berfungsi untuk mengangkut patient stretcher (brandkar) sehingga
diperlukan ukuran ruang kereta sebesar l =1.500 mm d = 2.300 mm.

5. Lift Automobile
Berfungsi untuk mengangkut kendaraan (mobil) sehingga memerlukan ukuran ruang
kereta sampai l =2.750 mm d =6.300 mm tergantung peruntukan jenis mobil yang akan
diangkut. Lift ini berkecepatan rendah yaitu 20, 30, 45 mpm dan mempunyai sistem
bukaan pintu atas – bawah dengan 2 (dua) atau 3 (tiga) panel pintu.

6. Lift fire.

Dalam keadaan darurat/kebakaran, minimal satu diantara jajaran lift harus dapat
dipergunakan untuk evakuasi ataupun transportasi bagi fire brigade. Lift yang berfungsi
juga sebagai lift fire adalah lift service atau disebut juga lift barang. Karena
kebutuhannya maka dinding ruang luncur, kamar mesin lift, pintu lift dan saluran kabel
power harus tahan api selama minimal 1 jam, sedangkan pada lobby lantai dasar
didekat lift fire harus dipasang fire man switch untuk keperluan operasional petugas fire
brigade.

Penggunaan lift pada bangunan bertingkat dibagi menjadi

 Bangunan rendah sampai 6 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 300 kg ~ 1.000 kg dengan kecepatan 60 mpm


atau 75 mpm.

 Bangunan menengah rendah 6 ~ 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.000 kg ~ 1.150 kg dengan kecepatan 90 mpm


atau 105 mpm.

 Bangunan menengah tinggi 20 ~ 30 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.150 kg ~ 1.350 kg dengan kecepatan 120


mpm atau 150 mpm.

 Bangunan tinggi diatas 20 lantai,

Mengunakan kereta kapasitas 1.350 kg ~ 1.600 kg dengan kecepatan 150 mpm


~ 300 mpm.

Dasar pemilihan passenger elevator meliputi :

1. Penentuan jumlah populasi orang dalam gedung berdasar pada peruntukan


gedung yang bersangkutan yaitu

No Jenis gedung Per luas bersih


1. Perkantoran 10 m²/orang, untuk lt. 1 ~ 20
12 m²/orang, untuk lt. 21 ~ 30

14 m²/orang, untuk lt. 31 ~ 40


2. Hotel

-. unit kamar 2 orang

-. function rooms 10 m²/orang


3. Rumah Sakit

-. Kamar pasien 3 ~ 4 bed /kamar

-. Ruang praktek 3 orang /ruang

-. Ruang tunggu 10 m²/orang


4. Apartment

1 bed room (1 br) 2 orang

2 bed room (2 br) 3 orang

3 bed room (3 br) 4 orang

penthouse (ph) 6 orang

2. Average Arrival Interval (AAI dalam detik)

Waktu tunggu rata – rata yang diperlukan dalam satuan detik.

Standard AAI yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah = 25 ~ 35 detik

* gedung kantor komersial = 25 ~ 35 detik

* gedung kantor instansi = 30 ~ 40 detik

* hotel berbintang = 40 ~ 60 detik

* hotel resort = 60 ~ 90 detik

* rumah sakit = 40 ~ 60 detik

* apartement kelas mewah = 50 ~ 70 detik


* apartment kelas menengah = 60 ~ 80 detik

* apartment kelas biasa = 80 ~ 120 detik

* gedung sekolah / kuliah = 40 ~ 90 detik

3. Handling Capacity (HC dalam %)

Batas kemampuan maksimum kereta dalam mengangkut sejumlah orang tiap 5 menit
pertama saat jam-jam padat (rush hour) yang dihitung dalam %.

Standard HC (%) dalam 5 menit yang berlaku umum,

* gedung kantor mewah = 10 ~ 12 %

* gedung kantor komersial = 11 ~ 13 %

* gedung kantor instansi = 14 ~ 17 %

* hotel berbintang = 8 ~ 10 %

* hotel resort = 6 ~ 8 %

* rumah sakit = 10 %

* apartement kelas mewah = 5 ~ 7 %

* apartment kelas menengah = 6 ~ 8 %

* apartment kelas biasa = 10 ~ 11 %

* gedung sekolah / kuliah = 2,5 ~ 25 %

5.BEBAN PUNCAK LIFT (PEAK LOAD)

Beban puncak diperhitungkan berdasarkan, persentasi empiris terhadap jumlah


penghuni gedung, yang diperhitungkan hams terangkat oleh lift-lift dalam 5 menit
pertama jam-jam padat (rush-hour).
Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah:
a.perkantoran 4% x jumlah penghuni gedung
b.flat 3% x jumlah penghuni gedung
c.hotel 5% x jumlah penghuni gedung

Data-data untuk penaksiran jumlah penghuni gedung:


a.perkantoran 4 m2/orang
b.flat 3 m2/orang
c.hotel 5 m2/orang

6.EFISIENSI BANGUNAN (BUILDING EFFICIENCY)

Efisiensi lantai adalah persentasi luas lantai yang dapat dihuni atau disewakan terhadap
luas lantai kotor.
Untuk proyek perkantoran adalah:
10 lantai: 85%
20 lantai: lantai 1 - 10 80%
lantai 11 - 20 85%
30 lantai: lantai 1 10 75%
lantai 11 20 75%
lantai 21 30 85%
40 lantai: lantai 1 10 75%
lantai 11 20 80%
lantai 21 30 85%
lantai 31 40 90%
Data-data ini hanyalah untuk keperluan perhitungan lift saja.

Efisiensi bangunan sangat tergantung luas lantai yang dipakai oleh inti gedung di mana
tabung lift ada di dalamnya. Besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung
tinggi gedung.
Secara empiris luas inti gedung adalah sekitar 5-10 x luas tabung lift. Proyek
perkantoran memerlukan luas inti yang lebih besar daripada proyek flat.

7.PERHITUNGAN JUMLAH LIFT DALAM 1 ZONE

Jika beban puncak lift dalam suatu gedung diperhitungkan sebesar P% x jumlah
penghuni gedung alas dasar a" 1112 per orang luas lantai netto, maka beban puncak
lift:

Dimana :
P = Persentasi empiris beban puncak lift (%)
a = luas lantai kotor per tingkat (ml)
n = jumlah lantai
k = luas inti gedung (1112)
a" = luas lantai netto per orang (M2)
Sedangkan: k= 5 x N x m x 0,3 = 1,5 m N

8. SISTEM ZONE BANYAK (MULTI ZONE SYSTEM)

Untuk meningkatkan efisiensi bangunan, orang berusaha memperkecil volume gedung


yang dipergunakan untuk sirkulasi vertikal, terutama dalam bangunan Unggi (lebih dari
20 lantai).
Juga untuk memperpendek waktu perjalanan bolak-balik lift yang memperpendek waktu
menunggu lift terutama di lantai dasar. Untuk tujuan ini orang melakukan zoning lift
artinya pembagian kerja kelompok-kelompok lift, misalnya 4 lift melayani lantai 1 - 15, 4
lift melayani lantai 16-30, jadi tidak berhenti di lantai 1-15.
Karena ada kelompok 4 lift yang tidak berhenti di lantai 1-15 maka dalam tabung-
tabungnya tidak diadakan lubang pinto ke luar; ini merupakan penghematan biaya
sirkulasi vertikal.
Dalam hal ada zoning lift maka perNtungan jumlah lift diadakan untuk tiap zone, yang,
mempunyai waktu perjalanan bolak-balik lift masing-masing.

Contoh Perhitungan
Suatu gedung 30 lantai dengan luas rata-rata a = 1200 m2, tinggi lantai sampai dengan
lantai h = 3.60 meter dibagi dalam 2 zone: zone bawah 15 lantai, dan zone atas 15
lantai.
Gedung tersebut direncanakan untuk dilayani oleh lift-lift berkecepatan rata-rata
4m/detik dan kapasitas m = 20 orang/lift.

Perhitungan Zone - 2
Waktu perjalanan bolak-balik lift (antara lantai 1 - 15 non-stop) dengan kecepatan rata-
rata S2 = 5 m/detik.

Anda mungkin juga menyukai