Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA

Penelitian tentang Perempuan Pekerja di Sektor Informal Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan
Keluarga dan Pengentasan Kemiskinan

DISUSUN OLEH :

INDRI OKTAVIANI (B1A019379)

MUHAMMAD AUDI PUTRA TIYADI (B1A019389)

AISYAH DWI PRADHAMITA (B1A019399)

DOSEN :

NOEKE SRI WARDHANI, S.H.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG

Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 Jumlah penduduk di indonesia sendiri terdapat
269, 6 juta jiwa dan jumlah penduduk di Kota Bengkulu sendiri 351.298 jiwa yang terdiri atas 176.535
orang laki-laki dan 174.763 perempuan pada tahun 2015.

Bagi kebanyakan keluarga, sebelum krisis laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja, kini perempuan
terpaksa memperpanjang jam kerjanya karena kaum laki-laki telah kehilangan pekerjaan. Penurunan
pendapatan keluarga juga berdampak pada menurunnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan
pelayanan dasar lainnya serta terjadinya peningkatan kasus kekerasan didalam rumah tangga yang
disebabkan oleh tekanan ekonomi akibat kerisis, juga merupakan salah satu dampaknya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan cara yang tepat untuk mengentas kemiskinan .

Pembagian peran dan fungsi pada perempuan sudah menghambat perkembangan kemajuan
perempuan dalam masyarakat. Perempuan yang selalu dianggap lemah sehingga mereka dimanjakan
oleh budaya yang telah lahir di daerah masing-masing. Perempuan pun berhasil masuk dalam anggapan
tersebut sehingga mereka menganggap dirinya hanya cocok didapur, mengurus anak dan juga suami.
Jika mereka memiliki kesibukan yang lain diluar rumah mereka hanya dapat menggunakan sedikit waktu
mereka karena tugas utamanya adalh sebagai ibu rumah tangga dirumah.

Namun seiring perkembangan zaman, telah memunculkan kritikan dari berbagai tokoh mengenai
perbedaan gender. Kenyataannya ketimpangan perempuan bukan karena konstruksi sosial semata,
namun juga karena kurangnya pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh perempuan sehingga
mereka dianggap kurang berkompeten dalam ikut serta meningkatkan kesejahteraan dalam
keluarganya.

Undang-Undang Ketenagakerjaan No 14 Tahun 1969 yang mempengaruhi UU No 13 Tahun 2003


menyatakan adanya kesamaan hak tanpa diskriminasi antara tenaga kerja laki-laki di pasar kerja (pasal 5
dan 6). Anggapan bahwa perempuan selayaknya mengurus rumah tangga dan keluarga, sementara
kaum laki-laki diharapkan dapat lebih banyak berperan disektor publik ditepis oleh Elizabth(2007:57)
yang menyatakan bahwa perempuan sekarang tidak hanya menjadi teman hidup saja atau hanya
mengurus ruumah tangga,tetapi juga mampu untuk menciptakan ketahanan ekonomi rumah tangga.
Sehingga peran perempuan dalam menopang kehidupan keluarganya semakin nyata. Perempuan tidak
hanya mengurus keluarga tetapu sudah banyak yang bekerja diluar rumah sebagai pekerja di sektor
infromal.

Rendahnya pendidikan dan sulitnya mencari pekerjaan para kaum perempuan lebih memilih untuk
bekerja di sektor informal. Menurut forum pendampingan buruh nasional pekerja sektor informal yaitu
ada beberapa bagian termasuk sektor perdagangan, pedagang yang dapat menggerakkan dagangannya
berpindah-pindah tempat secara instan dipastikan infromal,seperti pedagang asongan,kaki lima,keliling
atau pedagang pinggir jalan dan yang memiliki warung pun merupakan sektor informal.

PERMASALAHAN

1. Apa faktor-faktor penyebab perempuan bekerja di sektor informal?


2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat perempuan bekerja di sektor informal?
3. Apakah hasil perempuan bekerja di sektor informal dapat mencukupi kebutuhan keluarga?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini berusaha untuk mengangkat pengalaman dan pengetahuan perempuan dalam
kehidupannya bermasyarakat, yang mencakup hubungan gender didalammya. Dalam kehidupan
bermasyarakat ada seperangkat hubungan sosial (social relations) yang mengandung aspek kekuasaan
yaitu hubungan sosial antara jenis kelamin (gender relations) dan hubungan sosial antar kelas (class
relations).

Gender merupakan suatu konstruksi sosial yang mengatur hubungan (struktur) dan menggalokasikan
peranan, hak, kewajiban serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses
sosialisasi. Gender menyangkut beberapa asumsi pokok:

1) Gender menyangkut kedudukan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat; hubungan laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat terbentuk secara sosio kultural, dan bukan atas dasar biologis (alamiah).
2) Secara sosiokultural, hubungan ini mengambil bentuk dalam dominasi laki-laki dan subordinasi
perempuan.

3) Pembagian kerja dan pembedaan yang bersifat sosial sering kali dinaturali-sasikan (dianggab
“kodrat”) melalui idiologi, mitos dan agama.

4) Gender menyangkut stereotip feminin dan maskulin.

Dalam kehidupan masyarakat, menurut penganut teori ini semua unsur saling terkait satu sama lain,
layaknya sebuah sistem. Untuk mencapai keseimbangan hidup dalam masyarakat setiap unsur yang
terkait tersebut hendaklah menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan status yang
didudukinya dalam kehidupan. Begitu juga dalam kehidupan keluarga, keluarga adalah sistem sosial
terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi seorang ayah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
adalah dengan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Begitu juga seorang ibu yang notabenenya
adalah perempuan berfungsi sebagai pengelola rumah tangga. Namun kenyataan yang terjadi adalah
pada saat perempuan harus menjalankan fungsi secara ganda, yakni menjadi pengelola rumah tangga
dan ikut serta mencari nafkah. Melalui kenyataan ini maka akan terjadi pergeseran peran dan fungsi
dalam kehidupan keluarga. Secara teoritis, penelitian ini termasuk dalam kajian sosiologi ekonomi
khususnya kajian tentang perempuan yang bekerja pada sektor informal.

Wanita di Sektor Informal

Kondisi perempuan yang tersubordinatif dalam mengakses kehidupan ekonomi menjadikan perempuan
sebagai kelompok yang rentan. Hal itu terlihat jelas pada perempuan yang bekerja di sektor informal.
Oleh karena itu, penanganan perempuan yang bekerja di sektor informal akan menjadikan suatu potensi
ekonomi yang tinggi bagi kesejahteraan keluarga. Usaha-usaha sektor informal itu tidak bisa lepas dari
peran perempuan dalam sektor domestik. Daya tahan terhadap usaha disebabkan oleh tingkat
kemandirian perempuan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dengan kebijakan yang
berkelanjutan dan memberikan akses lebih besar terhadap sumber permodalan formal (Adi, Pidekso:
2003).

Ketika perempuan masuk dalam wilayah kerja, secara umum biasanya terdorong untuk mencari nafkah
karena tuntutan ekonomi keluarga. Saat penghasilan suami belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga
yang terus meningkat, dan tidak seimbang dengan pendapatan riil yang tidak ikut meningkat. Hal ini
lebih banyak terjadi pada lapisan masyarakat bawah. Bisa dilihat bahwa kontribusi perempuan terhadap
penghasilan keluarga dalam masyarakat lapisan bawah sangat tinggi (Asyiek, et.al, 1994). Hal ini
diperkuat oleh pandangan Ware (1981) dalam Ken Suratiyah, et.al (1996) yang mengatakan bahwa ada
dua alasan pokok yang melatarbelakangi keterlibatan perempuan dalam pasar kerja. Pertama, adalah
keharusan, sebagai refleksi dari kondisi ekonomi rumah tangga yang rendah, sehingga bekerja untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga adalah sesuatu yang penting. Kedua, “memilih” untuk bekerja,
sebagai refleksi dari kondisi sosial ekonomi pada tingkat menengah ke atas. Bekerja bukan semata-mata
diorientasikan untuk mencari tambahan dana untuk ekonomi keluarga tapi merupakan salah satu
bentuk aktualisasi diri, mencari afiliasi diri dan wadah untuk sosialisasi.

Gambaran di atas paling tidak telah menunjukkan bahwa sesungguhnya masuknya perempuan dalam
kegiatan ekonomi merupakan kenyataan bahwa perempuan adalah sumber daya yang produktif pula.

Berkaitan dengan masalah perempuan bekerja produksi yaitu dengan bekerja di luar rumah untuk
mencari nafkah, sesungguhnya sudah lazim ditemui di berbagai kelompok masyarakat. Sejarah
menunjukan bahwa perempuan dan kerja publik sebenarnya bukan hal baru bagi perempuan Indonesia,
terutama mereka yang berada pada strata menengah ke bawah. Di pedesaan, perempuan pada strata ini
mendominasi sektor pertanian, sementara di perkotaan sektor industri tertentu didominasi oleh
perempuan. Di luar konteks desa-kota, sektor perdagangan juga banyak melibatkan perempuan.

Keterlibatan perempuan di sektor mana pun selalu tampak dicirikan oleh “skala bawah” dari pekerjaan
perempuan. Perempuan di sektor pertanian pedesaan, mayoritas berada di tingkat buruh tani.
Perempuan di sektor industri perkotaan terutama terlibat sebagai buruh di industri tekstil, garmen,
sepatu, dan elektronik. Di sektor perdagangan, pada umumnya perempuan terlibat dalam perdagangan
usaha kecil seperti berdagang gorengan di pinggir jalan, usaha warung, adalah jenis-jenis pekerjaan
sektor informal lainnya yang lazim ditekuni perempuan. Bagi perempuan dari golongan ekonomi
menengah ke bawah, dalam situasi krisis ekonomi, banyak perempuan menjadi pencari nafkah utama
keluarga atau bersama-sama suami memberikan kontribusi finansial hingga 50% dari total penghasilan
keluarga, atau bahkan lebih.
1

1
Mansosur Fakih. Analisis Gender dan Transformasi sosial. (Jogyakarta. Pustaka Pelajar. 1996).
A. Nunuk P.Murniati. Getar Gender. (Magelang, Indonesiatera. 2004), hal: 60.
Moleong, 2006. hal 3
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Pangeran Natadirja km 7,5 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan
Gading Cempaka Kota Bengkulu.

B. Waktu Penelitian

Penelitian tentang Perempuan Pekerja di Sektor Informal Dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
dan Pengentasan Kemiskinan. Khususnya yang diteliti adalah Pedagang Gorengan di pinggir jalan yang
diambil dari tanggal 2 april 2020 di sore hari.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu melalui wawancara, observasi, foto, dan lainnya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Sumber data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. data yang diambil
langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli secara
langsung melalui responden dan diperoleh melalui dokumentasi yaitu foto-foto saat penelitian
dilaksanakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang diperlukan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain sebagai berikut:

Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang
memberikan jawaban atas pertanyaa . Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap
muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai
macam pertanyaan- pertanyaan yang sudah ada untuk ditanyakan langsung oleh narasumber.
BAB IV

HASIL WAWANCARA

Banyak faktor yang menyebabkan perempuan bekerja di sektor informal : satu,untuk mencukupi
kebutuhan ekonomi keluarga yang jika mengandalkan dari suami saja tidak cukup. Kedua, faktor
pendidikan. Yang mana responden pendidikan terakhirnya yaitu hanya duduk di bangku sekolah dasar
hal ini menunjukan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan atau pendidikan yang rendah.
Ketiga, jumlah beban tanggungan. Jumlah beban tanggungan merupakan keseluruhan anggota keluarga
yang belum bekerja dan menjadi tanggungan termasuk responden perempuan pekerja di sektor
informal itu sendiri,semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah
tanggungan keluarganya kecuali orang yang sudah berpenghasilan sendiri dan tidak masuk dalam
tanggungan keluarga itu lagi.

Ada pula faktor pendukung dan penghambat perempuan pekerja di sektor informal. Pendukungnya
untuk memajukan ekonomi keluarga yang bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak
kedepannya bagi ia dan keluarga. penghambatnya seperti jika dagangannya sepi itu membuat pedagang
sulit untuk membeli bahan-bahan untuk ia berdagang esok harinya.

Hasil dari perempuan pekerja di sektor informal pun bisa membantu untuk mencukupi kebutuhan
keluarga, yang mana terkadang pendapatan dari istri lebih besar dari pada suaminya perhari yang mana
berarti peranan perempuan tersebut sangat mempengaruhi dalam upaya peningkatan ekonomi
keluarga.

Nurhayati (narasumber) sebagai pedagang makanan gorengan yang sekarang berumur 45 tahun yang
telah menikah memiliki 3 anak dengan pendidikan terakhirnya adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD),
yang telah berjualan gorengan kurang lebih selama 5 tahun yang berlokasi di Jalan Pangeran Natadirja
kecaman Gading Cempaka kota Bengkulu.

Nurhayati yang merupakan perempuan pekerja di sektor Informa Ekonomi yang kurang memadai yang
menjadi faktor penyebab mengharuskan ia untuk bekerja yang mana juka hanya dari suami saja yang
hanya berjualan kacang rwbus pinggiran sangat tidak mencukupi kebutuhan mereka. Hasil dari
dagangan ia hari ini yang menjadi modal untuk ia membeli barang atau bahan untuk keesokan harinya.
Untuk memulai berjualan Nurhayati memrlukan waktu yang dari pagi ia ke pasar dan membuat bahan
hingga pukul 3 sore ia baru keluar untuk berjualan yang mana lokasinya dekat dengan rumahnya
sehingga ia tidak berpindah pindah alias menetap dengan menyediakan gerobak, meja hingga kursi
tersebut dari kayu untuk para pembeli di tempat ia berjualan Nurhayati tidak menyewa, ia hanya
membayar biaya untuk lampu yang sering digunakan untuk malam hari.

Untuk Restribusi pun tidak ada, ia berjualan untuk dia sendiri yang mana modal dan untuk jatuh
kepadanya sendiri. Waktu libur yang di dapatkan Nurhayati pun hanya hari minggu yang mana katanya
hari minggu sepi pelanggan, pendapatan yang didapat oleh Nurhayati itu dihitung untuk perhari ia
mendapatkan kurang lebih 350 perhari yang hasilnya bisa digunakan untuk membeli bahan jualan untuk
keesokan harinya. Dan Nurhayati pun mengatakan bahwa hasil dari penjualan pun ia sisihkan untuk
menabung atau mengikuti arisan.

Nurhayati mengatakan dari uang penghasilannya pun ia hanya membeli pakaian baru untuk anak
anaknya pada saat lebaran saja. Dikeluarganya, ia bersama suaminya adalah pencari nafkah utama,
karena suaminya hanya berjualan kacang rebus, bisa hanya mengandalkan penghasilan dari suaminya,
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dalam sehari hari, maka dari itu ia pun
memutuskan untuk berdagang juga.

Yang membantu mengurus pekerjaan dirumah adalah anaknya, Nurhayati hanya memasak dan
menyiapkan bahan bahan untuk dagangannya. Dalam sehari keluarga Nurhayati hanya mengkonsumsi ½
cupak beras untuk 4 orang saja. Lauk pauk yang di makan lebih sering mengkonsumsi sayur atau telur,
bila menggunakan ayam atau ikan hanya 3 kali seminggu. Nurhayati membeli sabun atau odol ketika
sudah habis itupun 3 minggu dalam sebulan hanya sekali dan tidak ditentukan jadwal kapan harus dibeli
karena ketika habis keluarganya membeli yang baru. Nurhayati lebih mendahulukan atau
memprioritaskan mana yang harus didahulukan seperti membeli makanan dan menunda kebutuhan
yang lain seperti perabotan rumah tangga atau membeli baju dan lain lain.

Nurhayati telah mempunyai 3 orang anak tetapi tinggal satu yang masih duduk di bangku sekolah
menengah pertama kelas tiga dan menurutnya itu merupakan kebutuhan pokok karna menurutnya
pendidikan adalah hal utama dan penting untuk masa depan anaknya untuk ekonomi keluarga yang
lebih baik. Dengan cara berdaganglah ia dan suami bisa memenuhi kebutuhan sekolah anaknya. baginya
anak tidak diharuskan untuk wajibkan untuk bekerja, tetapi anaknya hanya sekedar membantu saja
seperti membantu melayani pelanggan yang membeli karena menurutnya bekerja bukan hal wajib
untuk anaknya yang menjadi hal wajib untuk anaknya adalah sekolah dengan baik.

Ketika kami menanyakan apakah responden pernah mendapat kekerasan dari suaminya responden
menhindar atau tidak mau menjawab karena itu merupakan privasi keluarganya. Selama berjualan,
Nurhayati belum mendapatkan responden dari orang sekitar, seperti mendapatkan bantuan berupa
bahan makanan pokok dan lain lain. Menurutnya yang bisa mengubah ekonomi keluarganya adalah
keluarganya sendiri Nurhayati pun tidak mengetahui program pemerintah pengetas kemiskinan
sehingga ia tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Dalam program pemerintah, anaknya yang masih
susuk di bangku sekolah hanya mendapat beasiswa sekolah. Upaya yang dilakukan responden untuk
terlepas dari jerat kemiskinan adalah membantu suaminya dengan cara ikut berdagang.

Berdagang bukan merupakan sebuah beban, kesenangan atau kepuasan melainkan itu merupakan
sebuah keharusan atau kewajiban untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.menurutnya
perempuan itu juga harus membantu memenuhi kebutuhan keluarga karena perempuan jangan hanya
bergantung kepada pengasilan suami tetapi juga harus mempunyai penghasilan sendiri. Bagi responden
suami dan istri juga harus bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena mereka adalah
satu kesatuan dalam keluarga.
Harapan Nurhayati dan keluarga untuk kedepannya adalah mendapatkan kehidupan yang lebih layak
dan baik. Definisi bahagia menurut responden adalah memiliki keluarga yang harmonis, saling
membantu dan bekerja sama dan dengan hidup yang berkecukupan. Saran responden untuk
pemerintah dalam pengentasan kemiskinan adalah memberi bantuan berupa simpan pinjam atau yang
lainnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Selama ini dalam masyarakat telah dikontruksikan bahwa secara fisik dan psikologis perempuan
dianggap lemah, emosional, pasif, dan tidak mandiri. Mereka dikategorikan sebagai makhluk yang hanya
pantas diserahi tugas mengurus rumah tangga. Dewasa ini peran serta perempuan dalam menopang
perekonomian keluarga semakin dirasakan dan eksitensinya sulit untuk ditolak. Hal ini terlihat pada
kehidupan perempuan penjual sayur. Pernyataan lemah dan tidak mandiri dapat digantikan dengan
pernyataan tegar dan mandiri yang terlihat dalam aktivitas mereka saat melakukan fungsi reproduksi di
dalam rumah , serta berjualan makanan pinggiran seperti gorengan yang dialami seperti nurhayati
(narasumber). Dalam menjalankan usaha, mereka memiliki keterbatasan mobilitas fisik karena tugas
ganda yang harus dilakukannya. Di salah satu sisi mereka harus berjualan demi menambah penghasilan
keluarga, sedangkan di sisi lain mereka juga harus memikirkan tugas domestik yang ditinggalkan, seperti
mengurus rumah tangga serta mengurus anak-anak.

Akibatnya terajdi pergeseran dalam pembagian kerja dalam rumah tangga mereka. Bahkan pendapatan
isteri sebagai penghasilan utama dan penghasilan suami sebagai tambahan. Begitu juga dalam
pengambilan keputusan, perempuan lebih mendominasi untuk segala urusan rumah tangga, urusan
pendidikan anak, pembelian barang perabot rumah tangga, dan lain-lain. Akan tetapi perempuan
Penjual Gorengan ini juga mengalami proses marginalisasi oleh pemerintah, pembangunan maupun
suaminya. Di mana suami tidak menganggap bahwa penghasilan istrinya merupakan penghasilan utama
dalam rumah tangga mereka. Sang suami beranggapan bahwa mereka tulang punggung keluarga. Jadi
peranan sang istri dalam mencari nafkah untuk keluarga terpinggirkan. Dalam pembangunan kontibusi
perempuan tidak dianggab, perempuan yang berkerja disektor informal sering didata sebagai Ibu rumah
tangga saja. Begitu juga dengan kerja domestic yang dilakukannya dianggab sebagai kodrat yang harus
dijalankan perempuan. Rendahnya ekonomi keluarga yang menjadi penyebab perempuan harus turut
ikut serta bekerja salah satunya di sektor informal agar dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
yang mana jika hanya mengandalkan dari suami saja tidak bisa mencukupi.

Saran

Hasil penelitian juga mengindikasikan kemandirian dari sifat usaha ini, sehingga dianggap perlu untuk
mengemukakan saran berikut:

1) Perlunya penanganan yang lebih baik terhadap perempuan yang bekerja di sektor informal,
sehingga akan menjadikan suatu potensi ekonomi yang tinggi bagi kesejahteraan keluarga.

2) Diperlukan penanganan dengan kebijakan yang berkelanjutan dan memberikan akses lebih
besar terhadap sumber permodalan .
DOKUMENTASI FOTO SAAT WAWANCARA

Anda mungkin juga menyukai