Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Sosiologi Agama
Disusun Oleh :
Azwan Halim Febriansyah (11190321000027)
Fajri Fairil Haq (11190321000033)
Sarifurrohman Al- Faiz (11190321000039)
Laura Septifanny Putrianasari (11190321000048)
Fitria Riyanjani (11190321000042)
Dalam pembahasan antropologi agama ini dijelaskan bahwa antropologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang manusia serta budayanya yang bertujuan untuk memperoleh suatu
pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk. Baik di masa lampau maupun dimasa
sekarang ini, baik organisme biologis maupun sebagai makhluk berbudaya. Oleh karena itu
antropologi juga membahas tentang sifat-sifat khas fisik manusia dan budaya yang
dimilikinya. Sedangkan agama adalah merupakan salah satu aspek yang paling penting
daripada aspek-aspek budaya yang dipelajari, dan juga merupakan ide-ide keagamaan serta
aspek-aspek keagamaan.
Jadi pengertian antropologi agama adalah ilmu yang mempelajari tentang fisik manusia dan
yang beragam hanyalah manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama
Dalam bahasa sangsekerta, agama adalah yang menunjukkan adanya kepercayaan
manusia berdasarkan wahyu dari Tuhan. Didalam kitab Sunarigama, agama adalah ajaran
yang menguraikan tentang tata cara yang misteri, karena Tuhan itu rahasia. Sedangkan
didalam kitab Samdarigama, ada istilah Ugama dan Igama, Ugama adalah ajaran tentang
upacara atau tata cara yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan peralatan atau
sarana. Sedangkan Igama adalah ajaran kebatinan atau tentang kebenaran filsafat ketuhanan,
sehingga dengan igama manusia memahami tentang hakikat hidup.
Dalam istilah, agama ini juga menunjukkan pengertian bahwa manusia menganut
kepercayaan yang ghaib. Kepercayaan kepada yang ghaib merupakan sebagian dari adatnya
yang tradisional, jadi bisa dinamakan agama suku atau adat suku yang menyangkut
keagamaan.
Dari argumen Weber seolah-olah menunjukkan bahwa betapa etika Calvinis dan
semangat asketis, yakni yang telah mendorong munculnya perlawanan bangsa Belanda
terhadap raja Spanyol didalamk bagian kedua dan abad ke-16, telah mulai mengalami
kemerosotan-kemerosotan dinegeri Belanda sejak abad ke-17. Dalam pandangannya,
perkembangan yang cepat dari kekuatan ekonomi Belanda masih berhubungan dengan etika
protestan, akan tetapi kekuatan pengaruhnya telah sedikit mengalami hambatan dengan
adanya peningkatan kekuasaan para pangeran-pangeran penguasa, yang disebut Weber
sebagai “kelas sentenier”. Kelemahan teori Weber dalam menerangkan kasus Belanda
tersebut telah dikemukakan oelh pengkritik-pengkritiknya berulang kali.
Tawney, mendebatkanya dengan menunjukkan betapa tumbuhnya sikap positif
terhadap perkembangan ekonomi merupakan sesuatu yang baru berkembang kemudian dalam
Calvinisme.Pada akhir abad ke-16 sejumlah persentase terbatas penduduk negeri Belanda
dapat disebut Calvinis, dan pengikut aliran ini tidak dapat diperhitungkan sebagai mereka
yang berada digaris depan perkembangan ekonomi. Dan “bapak” Cats telah memainkan
peranan yang mempopulerkan Calvinisme diantara masysrakat awam Belanda.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Beins, pada waktu itu juga doktrin-doktri
ekonomi Calvinisme Belanda sangat sulit sekali untuk dinilai sebagai sesuatu yang
mendorong perkembangan jiwa kapitalisme. Karen itu tidak dapat dibantah bahwa
perkembangan ekonomi dari Republik Belanda selama zaman emas merupaka sesuatu yang
disebabkan oleh kekuatan-kekuatan lain diluar etika protestan seperti yang dirumuskan oleh
Weber.
Dalam analisa yang mendalam tentang perkembangan ekonomi Belanda mungkin
memberikan sumbangan terhadap pengertian yang lebih baik tentang hubungan antara agam
dan perkembangan ekonomi ditimur jauh. Tetapi tampaknya masyarakat timur tidak mampu
menumbuhkan perkambangan dari dalam dirinya sendiri.
Dari pandangan barat yang beranggapan bahwa hanya ada satu jalan kearah kemajuan
ekonomi, yaitu jalan kapitalisme swasta. Dalam pertumbuhan kapitalisme swasta ini
merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dalam menilai pertumbuhan kapitalisme swasta ini
merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dalam menilai kebenaran dari interpretasi sejarah
ekonomi Jepang menurut pandangan Weber. Lain lagi seperti yang dilakukan Jacobs, bahwa
“ketidakhadiran” faktor-faktor ideologi yang menghambat sudahlah cukup membuka
kesempatan bagi tumbuhnya kapitalisme secara “spontan” dai suatu masyarakat yang
memiliki struktur“feodal”.
BAB III
PENUTUP
Agama adalah sebagai sesuatu yang menurunkan adanya kepercayaan manusia berdasarkan
wahyu dari Tuhan, ungkapan ini berdasarkan dalam bahasa Sansekerta. Dalam agama,
beberapa ciri-ciri yang disebutkan sebagai berikut ;
DAFTAR PUSTAKA