Anda di halaman 1dari 7

Implementasi Nilai Kesamaan Derajat dan Ketaatan Hukum dalam

Meningkatkan Produktifitas Kegiatan Industri dan Kesejahteraan Bangsa

(Sebuah Penelaahan Kasus Pengembangan Ujicoba Pasar


Sepeda Motor merek H luar negeri dan G produk dalam negeri)

B12. Junadi Marki


Kementerian Perindustrian

Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan


LEMHANNAS RI BAGI IA ITB
2021
Pendahuluan
Salah satu kebutuhan mandasar bagi manusia adalah mobilitas dan
transprotasi. Kebutuhan alat transportasi keluarga Indonesia yang cukup dominan
dan menjadi pilihan keluarga Indonesia adalah sepeda motor. Sepeda motor
sebagai produk kebutuhan, masih menghadapi kendala terkait dengan
penyediaannya yang masih bergantung kepada negara lain. Hal ini disebabkan
oleh belum tersedianya produk dalam negeri yang dapat diandalkan.
Permasalahan yang sering kali menjadi sebab adalah diantaranya;
kurangnya penguasaan dan pembinaan teknologi, penetrasi aspek pasar produk
dalam negeri, jaminan kualitas produk dan kepercayaan masyarakat pada suatu
merek asing tertentu.
Bagaimana perlu dibentuknya ekosistem kesamaan derajat dalam hal
pengembangan berusaha dan ketaatan hukum atas kecenderungan fasilitasi pada
penciptaan produk dalam negeri.

Pembahasan
Alat transportasi adalah kebutuhan masyarakat Indonesia, terlebih disaat
transportasi publik belum tersedia dengan baik, maka sepeda motor menjadi
andalan solusi bagi sebagian besar masyarakat dan keluarga Indonesia.
Penyediaan produk alat transportasi sepeda motor masih dikuasai oleh
pabrikan merek asing yang seolah menggurita dan sulit dilepaskan dalam struktur
industri dan industri komponen dalam negeri. Fenomena kenaikan harga jual
sepeda motor diikuti dengan ironi tekanan dan penurunan harga jual pemasok
komponen dalam negeri. Disaat harga sepeda motor tidak pernah turun tiap
tahunnya, kondisi sebaliknya justru terjadi tekanan kepada industri komponen
sepeda motor dalam negeri yang harus selalu menurunkan harga atas dasar
persaingan dan kualitas yang harus selalu ditingkatkan sebagai syarat kerjasama
antara pemasok komponen dan industri pemegang merek

BAB XIV
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
Pasal 33 UUD NRI 1945
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. (Perubahan keempat)

Transaksi rantai pasok yang tidak seimbang antara industri dalam negeri
pemasok komponen dan pemegang merek yang sebagai penentu harga dan
asimetrik dengan kesepakatan kontrak jual beli dapat ditengarai sebagai pemicu
permasalahan ini. Apabila industri dalam negeri pemasok bertahan dengan harga
yang diharapkan akan mudah terkalahkan dan kehilangan pesanan dari
pemegang merek. Sedangkan persyaratan manajemen dan kualitas produk, yang
menjadi syarat ikatan kerjasama komponen dan pemegang merek, seringkali
membuat industri komponen dalam negeri tidak mempunyai waktu untuk
mengembangkan akses pasar dan membangun sinergitas antar sesama pemasok
dalam negeri.
Trend teknologi ke mesin penggerak rendah polusi dan emisi melalu motor
listrik atau electric vehicle membuka peluang untuk memperbaiki kondisi akut dan
kronis ini. Diperlukan ekosistem dan keberpihakan dari fasilitator dan juga
masyarakat sebagai konsumen untuk mengambil peluang ini.
Gambar 1. Data Penjualan Sepeda Motor 4 tahun sebelum Covid-19
Sumber:
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/25/072200015/resesi-ekonomi-penjualan-motor-nasional-2020-
hanya-3-6-3-7-juta-unit

Gambar 2. Data Penjualan Ketika Pandemi Covid 19


Sumber:
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/20/080200915/realisasi-penjualan-sepeda-motor-2020-terburuk-
sejak-2017

Dengan angka sederhana saja, apabila pertahun diperoleh data penjualan


sepeda motor seperti pada Gambar 1, maka jumlah tersebut akan mencapai lebih
dari enam juta unit. Dan apabila dikalikan dengan harga satuan termurah dari
harga sepeda motor, maka nilai penjualan bisnis sepeda motor di Indonesia akan
berkisar di atas sembilan puluh bahkan seratus triliun rupiah. Nilai volume bisnis
yang relatif besar, menguasai hajat hidup masyarakat banyak, namun belum
dengan serius kita selesaikan inti masalahnya. Mungkin termasuk volume
penjualan sepeda motor terbesar didunia. Karena sedikit sekali bangsa yang
mengandalkan sepeda motor sebagai kebutuhan pokok seperti Indonesia. Ya,
seperti sudah dijelaskan di awal, karena transportasi publik di Indonesia, masih
jauh dari solusi bagi mobilitas masyarakat.
Jika ditanya sebarapa tinggi teknologi yang diperlukan untuk menciptakan
sepeda motor yang berkualitas atau menjadi andalan bagi masyarakat Indonesia.
Kita akan sepakat dengan pengalaman nostalgia, bahwa jangankan hanya sepeda
motor, karya anak bangsa pernah mencengangkan dunia, di era 1990an bahwa
Indonesia mampu menerbangkan pesawatnya sendiri. Biarlah ini sebagai ukuran
atas penguasaan teknologi anak bangsa dan tetap menjadi penyemangat bagi
seluruh generasi.
Sesuai dengan yang akan digaris bawahi dalam bahasan ini adalah
pertama, tidak ada kesamaan derajat antara rekanan kerja, industri komponen
dalam negeri dengan pemegang merek, yang menyebabkan industri komponen
dalam negeri tidak punya ketahanan, apalagi peluang untuk kesejahteraan dari
para pelaku usahanya. Seolah berupa pekerjaan rutin dalam tekanan yang seolah
bila kehilangan kontrak tamat pula riwayat bisnis yang sudah lama dibangun.
Kedua, ketaatan hukum, bahwa secara umum fasilitasi dan keberpihakan
negara pada penumbuhan industri dalam negeri idealnya seiring sejalan dengan
desain hukum dan ketaatan hukum atas para pelaku usaha dan juga konsumen
sebagai pengguna. Fenomena Samurai melawan Keris seolah tidak terhindarkan
dan dianggap suatu hal yang wajar, padahal pertempuran terjadi di tanah dan
daratan penguasa keris. Peraturan dan hukum sedianya diciptakan untuk
membuat pertempuran dan persaingan lebih seimbang dengan kondisi transaksi
yang diciptakan pun seimbang.
Skema rantai pasok yang lebih menguntungkan kepada produsen
komponen dalam negeri dalam bentuk kontrak kerja yang berkeadilan seharusnya
bisa dimonitor dan diawasi. Skema aturan perundangan dan hukum agar lebih
mengutamakan penciptaan nilai tambah di dalam negeri bisa dititipkan dalam
instrumen hukum ini. Setelah instrumen hukum dan keberpihakan sudah
didudukan dalam porsi yang jelas dan berkeadilan, tegakan ketaatan hukum agar
proses ini tetap dalam relnya.

Penutup
Kebersamaan dan keberpihakan sebagai anak bangsa perlu terus
digaungkan. Indonesia dan motornya biarlah menjadi ciri bangsa ini, tapi marilah
kita mencoba untuk bergeser ke penciptaan nilai tambah dan kesejahteraan lebih
banyak dan dominan di negeri sendiri.
Motor listrik dan Covid 19 adalah kondisi-kondisi yang dapat dijadikan
momentum untuk menggugah kesadaran tersebut. Seluruh negara sedang
mengalami kelesuan dan proses booting restart dalm sendi-sendi ekonomi dan
produksinya, semuanya sendan mendesain ulang kembali sistem dan kegiatan
ekonomi masing-masing. Dan bahkan dengan lebih egois, masing-masing
berpihak kepada kepentingan masyarakat dan anak bangsanya sendiri-sendiri.
Kita percaya anak bangsa ini bisa memulai perubahan, beralih pada
teknologi yang lebih ramah lingkungan, dengan motor listriknya, yang sekaligus
memiliki penciptaan nilai tambah di dalam negeri sendiri. Diiringi dengan
pengendalian atas merek dan eksplorasi desain sesuai kearifan kita sendiri.
Sepeda motor listrik karya anak bangsa, hanya sebagai contoh kisah dari
segelintir dari pola pembelanjaan keuangan kita. Yang kita rela habiskan porsinya
dari penghasilan bulanan kita, untuk keperluan kita sendiri, mengapa aliran
uangnya masih kita biarkan mengalir keluar, memberikan kemakmuran kepada
negeri lain. Sedangkan profil industri kita tetap terengah-engah karena agenda-
agenda negara asing yang sebetulnya tidak kita perlukan.

Anda mungkin juga menyukai