Penyakit Kelenjar Ludah
Penyakit Kelenjar Ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 1/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
Table of contents
1. Sialolitiasis
1.1. Pendahuluan
1.2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Liur
1.3. Fisiologi
1.4. Etiologi dan Faktor Resiko
1.5. Diagnosis
1.6. Penatalaksanaan
1.7. Teknik Operasi
1.8. Komplikasi
1.9. Follow Up
2. Sialodenitis akut
2.1. Anatomi kelenjar saliva mayor
2.2. Fisiologi
2.3. Frekuensi
2.4. Ruang Lingkup
2.5. Faktor Resiko
2.6. Etiologi
2.7. Pemeriksaan Penunjang
2.8. Terapi
2.9. Tindak Lanjut
3. SIALOADENITIS REKUREN KRONIK
3.1. Ruang Lingkup
3.2. Faktor Resiko
3.3. Pemeriksaan Penunjang
3.4. Terapi
3.5. Tindak Lanjut
4. Prosedur Operasi Major (hanya untuk GLD submandibularis)
5. Parotitis
5.1. Anatomi kelenjar saliva mayor
5.2. Fisiologi
5.3. Etiologi
5.4. Diagnosis
5.5. Komplikasi
5.6. Tata Laksana
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 2/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1. Sialolitiasis
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 3/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.1. Pendahuluan
Sialolitiasis adalah kejadian adanya batu yang letaknya bias di duktus, hilum atau jaringan parenchyma galadula (gld). Frekuensi terjadinya 80% di
gld. Submandibularis;20% di parotis sedang 1% di sublingualis.Untuk gld salivarius minor sangat jarang; kalaupun ada hanya di bibir atas dan
pipi.75% di gld salivarius major singgel;3% multiple.Laki-2 lebih dari wanita dan sebagian besar middle age. Frekuensi untuk seluruh gld. Multipel
25% sedang single 75%. Biokimiawi batu kelenjar liur mengandung substansi organik dan inorganik. Substansi umumnya kalsium karbonat dan
kalsium fosfat. pada sialolitiasis berupa kalsium posfat dengan sedikit komponen magnesium, ammoniumdan karbonat (hydroxyapatite) ditambah
dengan karbohidrat dan asam amino sebagai imatrik organic. Pada gout batu terutama terdiri atas asam urat.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 4/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 5/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.3. Fisiologi
Fungsi utama dari kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang berguna pada proses digestif, lubrikasi dan pertahanan tunbuh. Saliva secara
aktif di produksi dalam jumah yang besar sesuai dengan ukuran kelenjar saliva, secara ekstrinsik dikontrol oleh syaraf simpatik dan para simpatik.
Kelenjar saliva di lidah memproduksi lipase yang berfungsi menghancurkan trigliserida. Enzim ini berfungsi di dalam lambung dan juga proksimal
dari duodenum karena enzim ini aktif secara optimal pada Ph rendah. Saliva terdiri dari inorganik dan organik. Kandungan organik terdiri dari:
amilase, lingualifase, lisozim, glikoprotein, laktoferin dan imunoglobulin A, saliva juga mengandung antibakterial yang dapat berfungsi protektif (
glikoprotein dan imunoglobulin A ) yang secara aktif dapat melawan virus dan bakteri. Enzim lisosim menyebabkan bakteri mengalami aglutinasi
dan menyebabkan autolisis pada dinding sel bakteri. enzim laktoferin menghambat pertumbuhan dari bakeri.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 6/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 7/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien umumnya mengeluh ada
benjolan yang kumatan pada bawah rahang bawah (kelenjar submandibularis) sedang parotis pada pipi, benjolan yang difus, kenyal dan agak sakit
tekan. Benjolan ini akan tambah besar dan lebih sakit pada saat makan Bila abses akan keluar pus pada muara duktus dan disertai rasa sakit baik
spontan maupun tekanpada gld. Dan terkadang panas badan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain sialografi, USG, CT-scan/CT-sialografi. Perlu diketahui bahwa 65-90% batu di gld
submandibularis adalah radiopaque sedangkan 65-90% batu di gld.parotis radiolucent dengan standar foto polos.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 8/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.6. Penatalaksanaan
1. Antimikkroba per-oral: Untuk stafilokokus; ingat beta laktam bakteri; bakteri anaerob dengan chloramfenikol bila ada infeksi akut
2. Sebaiknya antibiotika parenteral di poli kemudian dilanjutkan per oral, Buku panduan→ memakai amoksilin dengan asam klavulanat atau
ampisilin dengan surbactam
3. Terapi simtomatis: anti inflamasi dan analgesi/analgesic antipiretik, mokolitik
4. Terapi operasi major dan minor.
Bila batu ada di duktus Wharton dapat di ambil secara operasi major dengan neurolep atau GA dan hal ini tergantung ada tidaknya striktura distal
dari letak batu atau letak batu, apakah di duktus, di hilum atau di parenchyme gld atau dapat secara operasi minor denga cara sialolithectomy
mengunakan CO2 laser atau secara sialolithotrpsy mengunakan pulse dye laseratau dengan extracorporeal electromagnitic shock-wave
lipthotripsy.
Bila batu di Hilum atau parenchyme paroitis sebaiknya secara minor dengan alat canggih atau operasi major pengambilan batu dibawah
mikroskop.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 9/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 10/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.8. Komplikasi
Obstruksi persisten dari sialolitiasis menyebabkan stasis kelenjar saliva. Merupakan predisposisi infeksi rekuren akut kelenjar dan pembentukan
abses. Rekurensi batu kelenjar liur hampir 20%. Jika factor resiko dikoreksi, dapat menurunkan rekurensi.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 11/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
1.9. Follow Up
1. Oleh karena factor resiko kejadian banyak yang masih mesteri maka perlu diberitahukan pada pasien paska operasi selalu secara rutin di
masase pada daerah kelanjar dan periksa bila gejala berulang seperti sebelum operasi secara dini
2. Bila penyebab penyakit GOUT maka perlu mengontrol asam urat dengan obat-obatan
3. USG & CT dan foto polos dapat menginformasikan tentang ada atau tidaknya batu
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 12/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
2. Sialodenitis akut
adalah peradangan akut pada kelenjar ludah. Kemungkinan penyakit ini disebabkan oleh adanya stasis saliva, akibat adanya obstruksi atau
berkurangnya produksi saliva.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 13/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 14/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
2.2. Fisiologi
Fungsi utama dari kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang berguna pada proses digestif, lubrikasi dan pertahanan tunbuh. Saliva secara
aktif di produksi dalam jumah yang besar sesuai dengan ukuran kelenjar saliva, secara ekstrinsik dikontrol oleh syaraf simpatik dan para simpatik.
Kelenjar saliva di lidah memproduksi lipase yang berfungsi menghancurkan trigliserida. Enzim ini berfungsi di dalam lambung dan juga proksimal
dari duodenum karena enzim ini aktif secara optimal pada Ph rendah. Saliva terdiri dari inorganik dan organik. Kandungan organik terdiri dari:
amilase, lingualifase, lisozim, glikoprotein, laktoferin dan imunoglobulin A, saliva juga mengandung antibakterial yang dapat berfungsi protektif (
glikoprotein dan imunoglobulin A ) yang secara aktif dapat melawan virus dan bakteri. Enzim lisosim menyebabkan bakteri mengalami aglutinasi
dan menyebabkan autolisis pada dinding sel bakteri. enzim laktoferin menghambat pertumbuhan dari bakeri.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 15/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
2.3. Frekuensi
sering pada gld. Parotis bisa mengenai yang lain
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 16/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 17/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 18/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
2.6. Etiologi
stafilokokus koagulasi positif dan bisa diikuti oleh streptokokus pneumoni, E. coli, hemofilius influenza sedang bakteria anaerob yang sering
adalah bakterosides m dan streptokokus micros
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 19/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 20/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
2.8. Terapi
1. Masase lemah-lembut berulang, rehidrasi, kompres hangat, oral irigasi dengan anti septik
2. Antimikroba per-oral: tu. Untuk stafilokokus; ingat beta laktam bakteri; bakteri anaerob dengan khoramfenikol
3. Sebaiknya antibiotika parenteral di poli kemudian dilanjutkan per oral, Buku panduan → memakai amoksilin dengan asam klavulanat atau
ampisilin dengan sulbaktam
4. Terapi simtomatis: anti inflamasi dan analgesik/analgesik antipiretik, mokolitik.
5. Terapi operasi minor dan major: major tak dikerjakan sedang insisi(minor) dilakukan.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 21/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 22/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 23/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 24/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 25/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 26/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
3.4. Terapi
1. Faktor resiko: faktor resiko harus hilang 2. Terapi konservatif tahap 1: a) sialogogues, masase berulang, b) antibiotika peroral dengan obat
seperti di atas, c) antiinflamasi, analgetik, antipiretika bila eksaserbasi akut. 3. Terapi konservatif tahap 2: a)dilatasi duktus periodik, 2) kastrasi
glandula dengan cara diikat duktusnya atau radiasi glandula total 4. Terapi Operasi Nonglandula: Tympanic Necrotomy. 5. Terapi Pamungkas:
Sialoadenektomi atau eksisi glandula
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 27/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 28/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 30/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
5. Parotitis
Pendahuluan
Parotitis adalah penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus. Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering.
Kejadian parotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi. Sebelum diperkenalkan vaksinasi mumps pada tahun 1967, insiden mumps di
Amerika Serikat meningkat hingga 300.000 kasus tiap tahunnya. Insiden ini menurun secara dramatis hingga 266 kasus yang dilaporkan pada
tahun 2001. Secara demografis, terjadi peralihan penyakit dari masa kanak-kanak hingga paling sering dijumpai pada remaja muda. Insidensi
parotitis tertinggi pada anak-anak berusia antara 4-6 tahun.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 31/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 32/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
5.2. Fisiologi
Fungsi utama dari kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang berguna pada proses digestif, lubrikasi dan pertahanan tunbuh. Saliva secara
aktif di produksi dalam jumah yang besar sesuai dengan ukuran kelenjar saliva, secara ekstrinsik dikontrol oleh syaraf simpatik dan para simpatik.
Kelenjar saliva di lidah memproduksi lipase yang berfungsi menghancurkan trigliserida. Enzim ini berfungsi di dalam lambung dan juga proksimal
dari duodenum karena enzim ini aktif secara optimal pada Ph rendah. Saliva terdiri dari inorganik dan organik. Kandungan organik terdiri dari:
amilase, lingualifase, lisozim, glikoprotein, laktoferin dan imunoglobulin A, saliva juga mengandung antibakterial yang dapat berfungsi protektif
(glikoprotein dan imunoglobulin A) yang secara aktif dapat melawan virus dan bakteri. Enzim lisosim menyebabkan bakteri mengalami aglutinasi
dan menyebabkan autolisis pada dinding sel bakteri. enzim laktoferin menghambat pertumbuhan dari bakeri.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 33/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
5.3. Etiologi
Virus yang terlibat dalam terjadinya parotitis viral akut antara lain paramiksovirus, sitomegalovirus, Coxsackie A dan B, ecovirus, influenza A, dan
virus koriomeningitis limfositik.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 34/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
5.4. Diagnosis
Onset penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis (gambar 1). Onset parotitis biasanya terjadi
dalam 24 jam dan berlangsung hingga satu minggu kemudian. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala prodromal meliputi
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, dan anoreksia. Pada umumnya parotitis terjadi bilateral, tetapi dapat juga unilateral. Kelenjar salivarius
lainnya seperti kelenjar submandibula dan sublingual lebih jarang terlibat dan hampir tidak pernah sendirian terlibat.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan konfirmasi antibodi mumps S dan antigen V. Diagnosis juga dapat dibuat dengan cara mengisolasi virus dari
cairan serebrospinal pada saat 3 hari pertama muncul gejala meningitis aseptik. Virus juga ditemukan pada saliva sekitar 1 minggu mulai dari 2-3
hari sebelum onset parotitis. Kultur virus dari urin juga mungkin dilakukan dalam 2 minggu pertama. PCR atau kultur virus dapat digunakan untuk
mendeteksi keberadaan virus.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 35/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
5.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain orkitis, meningitis aseptik, pankreatitis, dan miokarditis. Komplikasi yang jarang terjadi adalah tuli
sensorineural. Sialodenitis obstruktif kronis dapat berkembang beberapa tahun setelah episode parotitis akut.
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 36/37
18/03/2021 5. Penyakit kelenjar ludah
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=83 37/37