Anda di halaman 1dari 15

18/03/2021 10.

Neoplasma jinak laring

10. Neoplasma jinak laring


Site: E-Learning Kolegium THT-KL Printed by: UNHAS dr. Fauzan Rochman
Course: Program Pendidikan Dokter Spesialis THT-KL Date: Thursday, 18 March 2021, 4 00 PM
Book: 10. Neoplasma jinak laring

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 1/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

Table of contents
1. NEOPLASMA JINAK LARING
1.1. Papilomatosis laring (recurrent papilomatosis)
1.2. Kondroma
1.3. Hemangioma
1.4. Tumor sel granular
1.5. Tumor glandular
1.6. Rhabdomyoma
1.7. Hamartoma
1.8. Fibroma
1.9. Schwannoma
2. Pemeriksaan
3. Penatalaksanaan
4. Komplikasi

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 2/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1. NEOPLASMA JINAK LARING


a.      Jenis Neoplasma Jinak Laring
Yang termasuk tumor jinak laring neoplastik antara lain adalah; papilomatosis laring (tipe juvenile dan onset dewasa), kondroma, hemangioma,
tumor sel granular, tumor glandular, rhabdomyoma, lipoma dan fibroma.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 3/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.1. Papilomatosis laring (recurrent papilomatosis)


·         Tumor jinak yang disebabkan infeksi virus, dengan tingkat kekambuhan yang tinggi.
·         Tempat utama terbentuknya papilomatosis di pita suara, namun bisa terdapat dihidung sampai ke bronchiolus.
·         Walaupun jinak namun dapat menyebabkan kematian dan berpotensi menjadi ganas..
·         Penyebabnya diketahui human papilloma virus subtype 6 dan 11.
·         Gejala awal serak, gejala lanjut dapat berupa stridor dan dyspnea.
·         Diagnosa dengan endoskopi. Diagnosa definitif  dengan laryngoskopi dan biopsi.
·         Penatalaksanaan dapat pengangkatan lesi secara konservatif merupakan terapi utama, mikrolaringoskopi suspensi dan eksisi, pada lesi yang
kecil dan kurang agresif dengan menggunakan endoskopi dengan anestesi local, cryotherapi, photodynamic therapy, antiviral (Cidofovir).
·         Riwayat terapi radiasi, merokok dan immunosupresi sistemik diketahui berperan dalam perubahan kearah malignansi.
·         Sebanyak 80% kasus neoplasma di laring merupakan papiloma laring, dapat dibedakan menjadi tipe juvenile dan onset dewasa.
·         Papiloma juvenile
Disebabkan oleh virus dan multipel, sering melibatkan bayi baru lahir dan anak-anak.
·         Keluhan suara serak/parau dan stridor.
·         Umumnya terlihat pada pita suara palsu dan sejati dan pada epiglottis, namun dapat melibatkan lokasi lain di laring dan trakea.
·         Secara klinis, muncul dengan warna keputihan berkilau yang irregular, pedunculated atau sessile, rapuh dan mudah berdarah.
·         Dikenal sering terjadi rekurensi setelah pengangkatan sehingga mungkin diperlukan laringoskopi multipel.
·         Papiloma ini dapat menghilang secara spontan setelah pubertas.
·         Terapi dapat dilaksanakan secara endoskopik dengan forsep cup, krioterapi dan mikroelektrokauter.
·         Akhir-akhir ini laser CO2 lebih dipilih karena pengangkatan yang presisi dan sedikit berdarah. Terapi interferon telah dicoba dan dinyatakan
sukses mencegah kekambuhan.
·         Papiloma onset dewasa
Biasanya single, ukuran lebih kecil, tidak terlalu agresif, dan tidak muncul kembali setelah pengangkatan.
·         Banyak terjadi pada laki-laki (2 1) pada umur 30-50 tahun dan biasanya muncul di bagian setengah anterior dari pita suara atau komisura
anterior.
·         Dapat berubah menjadi prekanker 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 4/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.2. Kondroma
·         Umumnya muncul dari kartilago krikoid dan bisa muncul pada area subglotik
·         Menyebabkan dyspnoe atau dapat muncul benjolan dari lempeng posterior dari krikoid dan menyebabkan sensasi ganjalan di tenggorokan
dan disfagia.
·         Umumnya mengenai laki-laki usia 40-60 tahun.
·         Tumor yang terdiri dari sebagian besar kartilago hialin dengan tampilan licin dan merupakan lesi submukosa.
·         Lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.
·         Pertumbuhan tumor lambat dan tidak bermetastase.
·         Gejala yang timbul serak, dyspnea, dysphagia dan globus sensation.
·         Relatif asimtomatik, namun lesi dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas ataupun massa leher eksternal.
·         Diagnosis dilakukan dengan endoskopi dan CT scan.
·         Penatalaksanaan dilakukan bedah eksisi, thyrotomy.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 5/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.3. Hemangioma
·         Hemangioma infantile melibatkan area subglotik dan muncul keluhan stridor pada 6 bulan pertama kehidupan.
·         Sekitar 50% anak memiliki hemangioma di bagian tubuh yang lain khususnya area kepala dan leher.
·         Hemangioma cenderung involusi secara spontan namun trakeostomi mungkin dibutuhkan untuk mengurangi obstruksi jalan nafas bila
terjadi.
·         Sebagian besar merupakan tipe kapiler dan dapat dibersihkan dengan laser CO2.
·         Hemangioma pada dewasa meliputi pita suara atau supraglotik laring. Ada tipe kavernosus dan tidak dapat diterapi dengan laser. Dapat
dibiarkan bila asimptomatik. Untuk yang berukuran lebih besar yang menimbulkan gejala, terapi steroid dan radiasi mungkin dapat dilakukan.
·         Hemangioma laring paling sering dijumpai pada populasi anak-anak.
·         Selalu muncul pada daerah subglotis, sedangkan pada dewasa muda pada derah supraglotis. Hemangiona biasanya asimptomatis tapi dapat
menimbulkan gejala sumbatan jalan.
·         Kortikosteroid, terapi radiasi merupakan pendekatan konservatif yang mendukung.
·         Meskipun pada anak-anak berhasil dengan baik, ablasi laser dihindari pada pasien dewasa  karena struktur pembuluh darah dapat
melampaui kapasitas koagulasi CO2.
·         Propanolol juga berhasil dalam terapi pada anak-anak, tapi tidak ada laporan untuk pasien dewasa.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 6/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.4. Tumor sel granular


·         Muncul dari sel Schwann dan seringkali submukosa.
·         Epitel yang mendasarinya menunjukkan hyperplasia pseudoepitelioma, yang secara histology mirip dengan karsinoma well differentiated.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 7/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.5. Tumor glandular


·         Dapat muncul di seluruh area tubuh tapi paling banyak pada kepala dan leher.
·         Pada laring ini sangat jarang.
·         Asal usul berasal dari neuron dan dalam laring, meluas secara perlahan dan mengisolasi pita suara.
·         Gejala klinis suara serak, , stridor, disfagi dan batuk.
·         Biopsi dibutuhkan untuk melihat sifat tumor.
·         Pewarnaan serologi pada specimen biopsy menunjukkan positif dari S-100, enolase neuron spesifik, vimentin, CD 68.
·         Reseksi komplit dengan instrument microlaryngeal phonosurgical.
·         Prinsipnya adalah menghasilkan suara kembali yang normal. 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 8/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.6. Rhabdomyoma
·         Merupakan tumor jinak yang terdiri dari striated muscle.
·         Lokasi tersering  pada laring, namun pernah ditemukan pada otot laring intrinsik dan ekstrinsik.
·         Diagnosis dilakukan dengan biopsy atau MRI.
·         Penatalaksanaan terapi dilakukan reseksi secara menyeluruh 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 9/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.7. Hamartoma
·         Hamartoma jarang dijumpai, lesi jinak dapat berupa malformasi kongenital ataupun lesi lain.
·         Terdeteksi secara insidental atau karena adanya gejala saluran nafas yang signifikan, terutama pada anak anak.
·         Presentasi dan gejala berhubungan dengan lokasi neoplasma,
·         Hamartoma paling sering terdapat pada supraglottis dan subglottis.
·         Penatalaksanaan dilakukan biopsi eksisi dan reseksi. 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 10/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.8. Fibroma
·         Fibroma laring merupakan kasus yang sangat jarang
·         Pemeriksaan histology memperlihatkan matriks ektraseluler yang banyak dengan area pausiseluler yang berselang seling, dan matrik
ekstraseluler cenderung bersusun dengan sebutan •cytologically bland spindle cells."
·         Gejala klinis : batuk dan disfoni. Ct scan dan MRI dapat menggambarkan perluasan lesi untuk perencanaan reseksi.
·         Eksisi sampai  batas tepi lesi meminimalkan kekambuhan.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 11/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

1.9. Schwannoma
·         Berasal dari lapisan fiber nervus, ditemukan 1% dari seluruh tumor laring.
·         Gambaran endoskopi : massa submukosa yang licin pada sinus piriformis atau area eryoepiglotis.
·         Gejala klinis sensasi rasa seperti ada benda bulat ditenggorokan, disfagi, disfoni, dan apabila membesar dapat menimbulkan sumbatan jalan
nafas.
·         Histopatologi terlihat area Antoni A dan Antoni B dengan schwannoma yang lain.
·         Komplikasi postoperatif yang mungkin terjadi disfoni, parese pita suara dan keterlibatan laring.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 12/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

2. Pemeriksaan
1.      Pemeriksaan fisik: telinga, hidung dan tenggorok, daerah leher dan dada
2.      Laringoskopia indirekta
3.      Laringoskopia direkta
4.      Fiber – Optic Laringoscopy (FOL)
5.      Foto polos leher AP dan lateral
6.      CT scan leher

c.       Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan  Stroboscope, Ro Thorak, pemeriksaan laboratorium.
 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 13/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

3. Penatalaksanaan
Bedah Mikrolaring
Teknik operasi
1.      Pasien tidur diatas meja operasi  posisi supine
2.      Dokter anestesi mengintubasi laring (jika ada penggunaan laser diantisipasi) diarahkan ke sisi kiri mulut
3.      Bantalan ditempatkan dibawah bahu supaya bisa ekstensi kepala dan leher secara sempurna.
4.      Meja ditempatkan di posisi tredelenburg terbalik agar didapatkan posisi yang nyaman untuk melihat laring melalui mikroskop.
5.      Laringoskop dimasukkan seperti yang sebelumnya disebutkan.
6.      Saat laring sudah tervisualisasi dengan adekuat, ujung dari laringoskop operator didekatkan ke midline sehingga jaringan yang patologi
terlihat.
7.      Laringoskop dimasukkan, epiglotis diungkit, lalu laringoskop dimasukkan untuk mengevaluasi seluruh struktur anterior laring
8.      Alat suspension apparatus disambungkan ke laringoskop lalu disambungkan ke Mayo stand atau direkatkan ke meja operasi. Laringoskop
yang tergantung dari meja yang menempel dari tempat tidur membuat pergerakan dari meja tanpa mengganggu posisi laringoskop.
9.      Mikroskop didekatkan ke lapangan operasi dan laring divisualisasi dengan lensa pembesaran 400 mm. Instrumen laring dapat digunakan
dengan alat mikro sesuai indikasi (forsep yang sesuai dengan peruntukannya).
10.  Bila menggunakan laser CO2 maka wajah harus ditutup dengan handuk yang lembab dan mata ditutup dengan penutup mata yang lembab.
Tidak satupun bagian dari wajah yang boleh terekspos. Petugas kamar operasi harus menggunakan pelindung mata.
11.  Bila diperlukan pemeriksaan pada komisura posterior dan area ini tertutup oleh ETT, maka ETT dipindahkan dan ventilasi dilanjutkan dengan
menggunakan alat Venturi Jet. Venturi diletakkan pada saluran cahaya laringoskop dan diposisikan diatas inlet laryngeal. Saat posisi sudah
adekuat, pergerakan dinding dada dapat dilihat dengan baik tanpa obstruksi pada laring.
12.  Instrumen kanul penghisap diletakkan di saluran cahaya dapat membantu menghisap asap yang dihasilkan dari prosedur laser. Hal ini
memungkinkan karena pencahayaan untuk prosedur ini dihasilkan dari mikroskop.
13.  Di akhir dari prosedur, pasien dapat di intubasi ulang untuk pemulihan anestesi, hal ini dapat dilakukan dengan dua metode:
a.       Laringoskop diangkat dan pasien diintubasi seperti biasa
b.      Pasien di intubasi ulang dengan laringoskop masih pada posisi

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 14/15
18/03/2021 10. Neoplasma jinak laring

4. Komplikasi
1. Laringospasme
2. Edema glotik
3. Trauma gigi

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=88 15/15

Anda mungkin juga menyukai