TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.Hiperglikemia
ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon
insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer
SA, Magge S. 2005).
Diabetes mellitus tipe 1 (Juvenile) dahulu disebut insulin-dependent diabetes
(IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta
penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada
tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat,
terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan
dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku, dan
sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.
Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari
seharusnya akibat kekurangan insulin. Diabetes juvenile, atau disebut juga diabetes melitus
tipe I, merupakan diabetes melitus yang terjadi pada anak-anak akibat pankreas (organ
dalam tubuh yang menghasilkan insulin) tidak menghasilkan insulin sebagaimana
mestinya
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang 12,5 cm dan
tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut
dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini
dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas terdiri dari :
1) Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
2) Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh
limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke
dalam duodenum :
1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus choledukus, kemudian masuk ke
dalam duodenum melalui sphincter oddi
2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di
sebelah atas sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum
2) Pulau Langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini
parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Pathway
Faktor Genetik Imunologi Gaya hidup
makanan,dll
Antigen HLA
(DR3/DR4) Infeksi Virus Obesitas
Hiperglikemia DM
Polineuropati
M.Kep perubahan nutrisi M,Kep nyeri akut , kronik
diabetik
Kurang dari kebutuhan tubuh
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus tipe 1 berupa pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium utama berupa pemeriksaan kadar gula darah dan
HbA1c untuk diagnosis dan kontrol diabetes mellitus.
1. Pemeriksaan Gula Darah
Diabetes mellitus didiagnosa berdasarkan kadar gula darah sewaktu > 200
mg/dL atau kadar gula darah puasa di atas 126 mg/dL. Jika kadar gula darah di bawah
angka tersebut tapi pasien memiliki gejala klasik diabetes (polidipsi, poliuria,
polifagia), lakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil tetap di bawah batas di atas, lakukan
pemeriksaan toleransi glukosa.
Pada pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes, jika kadar gula darah
puasa di antara 100-125 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu antara 140-199 mg/dL,
lakukan pemeriksaan toleransi glukosa. Pasien tanpa gejala klasik dengan kadar gula
darah puasa <100 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu <140 mg/dL dapat langsung
didiagnosis sebagai tidak terkena diabetes mellitus.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan mengukur kadar gula darah
puasa. Pasien kemudian diberikan larutan glukosa oral 75 gram dan kembali diukur
kadar gula darahnya 2 jam setelah meminum larutan glukosa tersebut. Pada diabetes
gestasional, pengukuran juga dilakukan pada 1 jam pasca meminum larutan glukosa.
Hasil tes toleransi glukosa oral sebesar >200 mg/dL dikategorikan sebagai
diabetes mellitus, 140-199 mg/dL toleransi glukosa terganggu, dan di bawah angka
tersebut dikategorikan sebagai normal.
3. A1c (HbA1c)
HbA1C merupakan pengukuran gold standard terhadap kontrol diabetes
dalam keberhasilan tata laksana diabetes. Walau demikian, pemeriksaan ini juga sudah
dianjurkan oleh sebagian literatur sebagai alat diagnostik diabetes mellitus.
Kadar HbA1C menggambarkan perkiraan kadar glukosa selama tiga bulan
yang lalu sehingga tepat digunakan untuk monitor keberhasilan terapi, dan memprediksi
progres komplikasi diabetes mikrovaskular. Hal inilah yang menjadikannya jauh lebih
14
unggul untuk kontrol diabetes dibandingkan dengan pemeriksaan kadar gula darah yang
hanya dapat melihat kadar gula darah pada satu waktu dan tidak dapat memprediksi
komplikasi. Nilai rujukan untuk pasien diabetik adalah HbA1c ≥ 6.5%
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan:
a. Sel darah merah abnormal seperti pada anemia hemolitik, atau anemia
defisiensi besi
b. Anak-anak dengan perkembangan penyakit DM 1 yang cepat
c. Diabetes neonatal
Untuk membedakan diabetes mellitus tipe 1 dan 2, pemeriksaan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Kadar insulin
2) Kadar C-peptide: dibentuk selama konversi proinsulin ke insulin
3) Kadar insulin atau C-peptide < 0,6 ng/mL mengarah kepada diabetes mellitus tipe 1
4) Kadar C-peptide puasa > 1 ng/dL pada penderita diabetes sekitar lebih dari 1-2
tahun mengarah kepada diabetes mellitus tipe 2
5) Marker auto antibodi untuk penentuan tipe diabetes mellitus, contohnya glutamic
acid decarboxylase (GAD)
Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan berupa hitung jenis leukosit,
kultur darah, dan urin bila ada kecurigaaan infeksi atau sepsis. Kadar plasma aseton, yaitu
β-hidroksibutirat bermanfaat untuk menilai ada tidaknya ketoasidosis diabetik, nilai
normalnya < 0,4-0,5 mmol. Pemeriksaan terhadap ketoasidosis diabetik juga dapat
dilakukan berdasarkan kadar keton darah. Pada ketoasidosis diabetik, perlu juga dilakukan
pemeriksaan elektrolit karena sering kali ditemukan gangguan kalium.
Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kadar
kolesterol darah serta pemeriksaan fungsi ginjal jika dicurigai adanya komplikasi nefropati.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan
gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Secara garis besar
pengobatannya dilakukan dengan :
15
1. Diet
Disesuaikan dengan keadaan penderita
Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energy
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
e. Menurunkan makan pada penderita DM
Pencernaan makan pada penderita DM
1) Kebutuhan kalori
Tujuan yang paling penting adalah pengendalian asupan kalori total untuk
mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian
kadar glukosa darah.
Rencana makan bagi penyandang diabetes juga memfokuskan presentase
kalori yang berasal dari karbohidrat, protein dan lemak.
Ada 2 tipe karbohidrat yang utama, yaitu :
a) Karbohidrat kompleks (seperti : roti, sereal, nasi dan pasta)
b) Karbohidrat sederhana (seperti : buah yang manis dan gula)
Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut :
a) BB ideal = (TB cm – 100) kg – 10 % . pada waktu istirahat, diperlukan
25 kkal/kg BB ideal
b) Kemudian diperhitungkan pula
Aktivitas, kerja ringan : ditambah 10 – 20 %, kerja sedang ditambah
30 %, kerja berat ditambah 50 % dan kerja berat sekali ditambah 20 –
30 %). Stress : ditambah 20 – 30 %, hamil trimester 2 – 3 ditambah
400 kal dan laktasi ditambah 600 kal.
2) Karbohidrat
16
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks
(khususnya yang berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk,
sereal dan pasta / mie yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul. Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dikonsumsi secara terpisah.
3) Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg/hr
untuk membantu mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar
kolesterol serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
koroner yang menyebabkan kematian pada penderita diabetes.
4) Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji – bijian yang
utuh) dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
(Brunner & Suddarth, 2002)
2. Olah raga / latihan
Sangat penting dalam penatalaksanaan DM karena afeknya dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin, sirkulasi darah dan tonus
otot.
Latihan ini sangat bermanfaat pada pendrita diabetes karena dapat
menurunkan BB, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL)-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.
Meskipun demikian penderita diabetes dengan kadar glukosa >250 mg/dl (14
mmol/dL) dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan
latihan sebelum pemeriksaan keton urine memperlihatkan hasil negatif dan kadar
glukosa darah telah mendekati normal.
Latihan dengan kadar glukosa darah yang tinggi akan meningkatkan sekresi
glukogen, Growth Hormone (GH) dan katekolamin. Peningkatan hormon ini
17
membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar
glukosa darah.
3. Obat – obatan
a. Obat antidiabetik oral
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Golongan sulfonylurea
a) Cara kerja :
i. Merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin, jadi hanya
bekerja bila sel-sel beta utuh
ii. Menghalangi pengikatan insulin
iii. Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
iv. Menekan pengeluaran glukogen
b) Indikasi :
i. Bila BB ideal ± 10% dan BB ideal
ii. Bila kebutuhan insulin < 40 u/hr
iii. Bila tidak ada stress akut, misal: infeksi berat / operasi
iv. Dipakai pada diabetes dewasa, baru dan tidak pernah ketoasidosis
sebelumnya
c) Efek samping
i. Mual, muntah, sakit kepala, vertigo dan demam
ii. Dermatitis, pruritus
iii. Lekopeni, trombositopeni, anemia
d) Kontra indikasi
Penyakit hati, ginjal dan thyroid
2) Golongan biguanid
Tidak sama dengan sulfonilurea, karena tidak merangsang sekresi insulin.
a) Menurunkan kadar GD menjadi normal dan istimewanya tidak menyebabkan
hipoglikemia
b) Cara kerja belum diketahui secara pasti, tetapi jelas terdapat:
i. Gangguan absorbsi glukosa dalam usus
ii. Peningkatan kecepatan ambalan glukosa dalam otot
18
iii. Penurunan glukoneogenesis dalam hepar
c) Efek samping
i. Nausea
ii. Muntah
iii. Diare
b. Insulin
1) Indikasi
i. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM / NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis
ii. Diabetes yang masuk dalam klasifikasi IDDM yaitu juvenile diabetes
iii. Penderita yang kurus
iv. Bila dengan obat oral tidak berhasil
v. Kehamilan
vi. Bila ada komplikasi mikroangiopati, misal: retinopati / nefropati
2) Jenis insulin
i. Yang kerjanya cepat: reguler insulin (RI) masa kerja 2-4 jam
ii. Yang kerjanya sedang : NPH dengan masa kerja 6-12 jam
iii. Yang kerjanya lambat : protamine zinc insulin (PZI) monotard ultralente
(MC) masa kerja 18-24 jam
3) Efek samping
i. Lipodistrofi : atrofi jaringan subkutan pada tempat penyuntikan
ii. Hipoglikemia : dosis insulin berlebih atau kebutuhan insulin yang berkurang
iii. Reaksi alergi
iv. Resistensi terhadap insulin
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku / Bangsa :
Alamat :
Diagnosa Medis :
b. Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku / Bangsa :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
2. Keluhan Utama
Keluhan yang mendorong pasien dan keluarga masuk rumah sakit
Data Subyektif yg mungkin timbul :
- Klien mengeluh sering kesemutan
- Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
- Klien mengeluh sering merasa haus
- Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
- Klien mengeluh merasa lemah
20
- Klien mengeluh pandangannya kabur
Data Obyektif :
- Klien tampak lemas
- Terjadi penurunan berat badan
- Tonus otot menurun
- Terjadi atropi otot
- Kulit dan membrane mukosa tampak kering
- Tampak adanya luka ganggren
- Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
b. Tingkat pertumbuhan
Berikut tabel rata-rata berat badan normal sesuai usia menurut Wong, Donna L, 2004 : 134
Bagi anak penderita DM tipe 1 ini, biasanya akan terjadi penurunan berat badan yang
drastis.
c. Tingkat Perkembangan
Motorik Kasar
Pada anak normal
- Mengangkat kepala saat tengkurap
- Dapat duduk sebentar dengan ditopa
- Dapat duduk dengan kepala tegak
- Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
22
- Control kepala sempurna
- Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang
- Berguling dari terlentang ke miring
- Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
- Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539
Pada anak dengan penyakit Diabetes Tipe 1 pada umumnya dapat melakukan
aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang
terlalu berat (membutuhkan banyak energi).
d. Motorik Halus
Pada keadaan normal
1) Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
2) Mengikuti objek dari sisi ke sisi
3) Mencoba memegang benda tapi terlepas
4) Memasukkan benda ke dalam mulut
5) Memperhatikan tangan dan kaki
6) Memegang benda dengan kedua tangan
7) Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan Diabetes tipe 1 masih dapat melakukan aktivitas ringan
seperti halnya anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi
yang banyak dan anak tidak mudah lelah.
e. Toleransi / kemampuan memahami tindakan
f. Koping
Pada anak penderita DM tipe 1 biasanya akan mudah marah, karena anak merasa cepat
lelah dan anak terlihat cemas dan stress akan penyakit yang dideritanya.
7. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
8. Status Gizi
23
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % – <80 %
Gizi baik 80 % – 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
9. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor : Perpisahan
- Protes : pergi, menendang, menangis
- Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
- Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
- Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah
dan takut.
- Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit
- Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
10. Psikososial
Dapat menyelesaikan tugas – tugasnya sampai menghasilkan sesuatu
Belajar bersaing dan koperatif dengan orang lain
11. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.b
b. Lemah, letih, susah, bergerak/susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi,
tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
c. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan
tachicardia. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada. Disritmia, krekel : DVJ ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,takikardi,
perubahan tekanan darah
d. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
e. Neurosensori
24
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma
(tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam
(RTD) menurun (koma), aktifitas kejang.
f. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati – hati.
Menggunakan metode FLACC behavioral pain (usia <3th) ,baker-Wong- FCES Scale
(3-7 th ), VAS/NRS (usia >7th)
g. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
h. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare, urine encer, pucat, kuning,
poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia berat).
Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare)
i. Integritas Ego
Stress, ansietas
j. Makanan / Cairan
Anoreksia,mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,penggunaan
diuretik.
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
e. Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun.
25
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi
;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI (2016), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1. Ketdakstabilan kadar glukosa darah b.d. hipergikemi d.d. retensi insulin
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologis, fisik, psikologis).
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi, nyeri, disfungsi
neuromuskular.
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif,
kegagalan mekanisme regulasi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
26
untuk mengabsorpsi nutrien.
6. Kerusakan integitas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik, perubahan
sirkulasi, dan perubahan sensasi.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan atau prosedur pembedahan, prosedur infasif.
27
C. Perencanaan Keperawatan
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindak 1. Kaji nyeri menggunakan
pencedera fisik asuhan keperawatan metode FLACC behavioral
DO: selama pain (usia <3th) ,baker-
1. Tampak meringis 3 x 24 jam masalah nyeri Wong- FCES Scale (3-7 th
2. Bersikap protektif berkurang atau hilang ), VAS/NRS (usia >7th).
3. Gelisah dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi respon nyeri
4. Frekuensi nadi 1. Skala nyeri non verbal
meningkat berkurang (0-10) 3. Kontrol lingkungan yang
menjadi 4. memperberat rasa nyeri
DS: 2. Pasien terlihat rileks (suhu ruangan,
1. Orang tua klien atau nyaman. pencahayaan, kebisingan)
mengatakan anaknya 4. Fasilitasi istirahat dan
tampak tidur
nyeri/kesakitan 5. Berikan penjelasan
28
kepada orang tua
mengenai penyebab,
periode, dan pemicu
terhadap nyeri
6. Berikan penjelasan
kepada orang tua tentang
strategi meredakan nyeri
7. Ajarkan orang tua untuk
memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi musik, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
8. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1.Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan teknik chin lift atau jaw
hiperventilasi, nafas efektif, dengan thrust bila perlu.
hipoventilasi, nyeri, indikator : 2.Posisikan pasien untuk
disfungsi •Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi.
neuromuskular. sesuai yang diharapkan 3.Pasang mayo jika perlu.
DO: •Bernafas mudah 4.Lakukan fisioterapi dada
1. Pola napas abnormal •Tidak didapat nafas jika perlu.
(kusmaul,takipnea,br pendek 5.Auskultasi suara nafas,
adipneua) •Tidak didapat fremitus catat adanya suara
2. Pernapasan cuping taktil tambahan.
hidung 6.Berikan bronkodilator bila
perlu.
DS: 7.Monitor respirasi dan status
Dispnea O2.
29
4. Defisit volume caian Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan intake dan output yang
kehilangan volume keseimbangan cairan akurat.
cairan secara aktif, pasien teratasi 2. Monitor status hidrasi
kegagalan mekanisme Nadi perifer teraba jelas (kelembaban membrane
regulasi. Tidak ada acites mukosa, nadi, tekanan
DO: Pusing tidak ada darah
Kulit dan membran Keseimbangan cairan ortosstati,akral,turgor
mukosa tapak kering pasien teratasi kulit, ).
DS: Kulit dan membran 3. Monitor vital sign
1. Klien mengeluh mukosa lembab (Tekanan darah, nadi,
sering merasa haus respirasi, suhu).
2. Klien mengeluh 4. Monitor berat badan
sering buang air kecil harian
saat malam 5. Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian
diuetik jika perlu
30
6. Kerusakan integitas Setelah dilakukan tindakan 1 Anjurkan pasien
kulit berhubungan keperawatan diharapkan memakai pakaian yang
dengan perubahan integritas kulit pasien utuh longgar.
status metabolik, 1. Integritas kulit yang 2.Ajarkan orang tua klien
perubahan sirkulasi, baik dapat melakukan perubahan
dan perubahan sensasi. dipertahankan. posisi setiap 2jam /sesuai
DO: 2. Luka sembuh sesuai kondisi anak
Kerusakan jaringan atau kriteria. 3 pertahankan teknik steril
lapisan kulit, nyeri, 3. Tidak ada luka atau saat melakukan perawatan
kemerahan lesi. luka
4. Perfusi jaringan baik. 4 Ajarkan orang tua
5. Menunjukkan proses mengenai prosedur
penyembuhan luka perawatan luka secara
mandiri
5 Monitor perkembangan
kulit pada luka post
debridement setiap hari.
6 Mengobservasi luka :
perkembangan, tandatanda
infeksi,
kemerahan, perdarahan,
jaringan nekrotik,
jaringan granulasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
E. Evaluasi keperawatan
31
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistemastis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
32