Anda di halaman 1dari 12

Menyusun Tugas

KASUS KORUPSI DANA KAPITASI PUSKESMAS DI KABUPATEN MALANG, ABDURRACHMAN JADI


TERSANGKA

Oleh
Kelompok 1

MARINI
YULIA QADARSIH
RESTY NADIAH
SITI ZAHARA
IKA SANTRIANA
HAYATUN NUFUS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUD D-IV KEBIANAN
MEULABOH
Kasus Korupsi Dana Kapitasi Puskesmas di Kabupaten Malang, Abdurrahman jadi

Tersangka

Kasus korupsi dana Kapititasi di Puskesmas wilayah kabupaten Malang tahun 2017 terus

berlanjut. Kejaksaan Negeri (Kejari) Kepanjen usai menetapkan Yohan Charles L Kepala Bagian

Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang sebagai tersangka. Kini, Direktur RSUD

Kanjuruhan Abdurrachman terseret dalam kasus tersebut. Yang pada tahun tersebut

Abdurrachman menjabat sebagai kepala dinas kesehatan.

Setelah memanggil sejumlah saksi dan alat bukti yang cukup, penetapan status tersangka

itu baru dilakukan ditetapkan dua orang tersangka dalam kasus tindak pidana korupsi

penggunaan alokasi dana kapitasi Puskesmas, yang seharusnya untuk operasional dan pelayanan,

sebagian digunakan untuk kepentingan pribadi.

Tersangka Abdurrachman sejak 3 tahun lalu pada setiap bulannya, memerintahkan

kepada Yohan untuk memotong dana kapitasi di setiap Puskesmas sebesar 7 persen, hingga

mencapai total angka Rp 8,5 miliar lebih. Seluruh uangnya itu diterima Yohan Charles dari 39

Bendahara Puskesmas, dan ini perintah langsung dari Abdurrachman..

Penyidikan kasus ini dimulai sejak 13 Januari 2019 lalu, waktunya cukup lama karena

dihitung semua jumlah kerugian negara, dan berdasarkan saksi yang diperiksa, diantaranya 39

Kepala Puskesmas, 39 Bendahara Puskesmas, pejabat struktural Dinas Kesehatan, Kasubbag

Keuangan Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan baik yang saat ini menjabat atau yang

saat itu, BPJS cabang Malang.


Meskipun keduanya sudah ditetapkan sebagai tersangka, namun pihak Kejaksaan belum

menahan keduanya. Karena mereka dianggap kooperatif dalam setiap pemanggilan dan

pemeriksaan.

Berdasarkan Pasal 21 itu sebenarnya memang bisa dilakukan penahanan karena,

dikhawatirkan melarikan diri atau mengulangi perbuatannya atau menghilangkan barang bukti.

Namun, sampai hari ini penyidik masih berkesimpulan untuk tidak dilakukan penahanan karena

mereka kooperatif.

Akibatnya, kedua tersangka koruptor tersebut dijerat pasal 2 Jo pasal 3 Jo pasal 12 huruf

e, Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 31 tahun

1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Dengan ancaman hukuman 4 tahun dan

maksimal 20 tahun penjara. 

1. Kasus Tersebut Bisa Terjadi Karena :

Dalam teori yang dikemukan olej Jack Boulogne atau sering disebut GONE Theory bahwa

factor-faktor yang menyebabkan terjadinya Korupsi adala

a. Greeds Keserakahan

b. Opportunities (kesempatan)

c. Nedss (Kebutuhan)

d. Exposure ( pengungkapan)
2. Pada beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya praktik korupsi.

Teori-teori tersebut akan di bahas di bawah ini. 

a. Teori Vroom.

Teori Vroom menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kinerja seseorang

dengan kemampuan dan motivasi yang dimiliki sebagaimana tertulis dalam fungsi

berikut:

P = f (A , M) P = Performance A = Ability M = Motivation

Berdasarkan Teori Vroom tersebut, kinerja(performance) seseorang merupakan

fungsi dari kemampuannya (ability) dan motivasi (motivation). Kemampuan

seseorang ditunjukkan dengan tingkat keahlian (skill) dan tingkat

pendidikan (knowledge)yang dimilikinya. Jadi, dengan tingkat motivasi yang sama

seseorang dengan skill dan knowledge yang lebih tinggi akan menghasilkan

kinerja yang lebih baik. Hal tersebut terjadi dengan asumsi variabel M (Motivasi)

adalah tetap. Tetapi Vroom juga membuat fungsi tentang motivasi sebagai berikut:

M = f (E , V) M = Motivation E = Expectation V = Valance/Value

Motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh harapan (expectation) orang yang

bersangkutan dan nilai (value) yang terkandung dalam setiap pribadi seseorang.

Jika harapan seseorang adalah ingin kaya, maka ada dua kemungkinan yang akan dia

lakukan. Jika nilai yang dimiliki positif maka, dia akan melakukan hal-hal yang tidak

melanggar hukum agar bisa menjadi kaya. Namun jika dia seorang yang memiliki
nilai negatif, maka dia akan berusaha mencari segala cara untuk menjadi kaya salah

satunya dengan melakukan korupsi. 

b. Teori Kebutuhan Maslow. 

Maslow menggambarkan hierarki kebutuhan manusia sebagai bentuk piramida.

Pada tingkat dasar adalah kebutuhan yang paling mendasar. Semakin tinggi hierarki,

kebutuhan tersebut semakin kecil keharusan untuk dipenuhi. Hierarki tersebut terlihat

dalam piramida berikut ini:

Teori Kebutuhan Maslow tersebut menggambarkan hierarki kebutuhan dari paling

mendasar (bawah) yaitu hingga naik paling tinggi adalah aktualisasi diri. Kebutuhan

paling mendasar dari seorang manusia adalah sandang dan pangan (physical needs).

Selanjutnya kebutuhan keamanan adalah perumahan atau tempat tinggal, kebutuhan


sosial adalah berkelompok, bermasyarakat, berbangsa. Ketiga kebutuhan paling

bawah adalah kebutuhan utama (prime needs) setiap orang. Setelah kebutuhan

utama terpenuhi, kebutuhan seseorang akan meningkat kepada kebutuhan

penghargaan diri yaitu keinginan agar kita dihargai, berperilaku terpuji, demokratis

dan lainya. Kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan pengakuan atas kemampuan

kita, misalnya kebutuhan untuk diakui sebagai kepala, direktur maupun walikota yang

dipatuhi bawahannya. Jika seseorang menganggap bahwa kebutuhan tingkat

tertingginya pun adalah kebutuhan mendasarnya, maka apa pun akan dia lakukan

untuk mencapainya, termasuk dengan melakukan tindak pidana korupsi

c. Teori Klitgaard. 

Klitgaard memformulasikan terjadinya korupsi dengan persamaan sebagai berikut:

C = M + D – A C = Corruption M= Monopoly of Power D= Discretion of

official A= Accountability

Menurut Robert Klitgaard, monopoli kekuatan oleh pimpinan (monopoly of

power) ditambah dengan tingginya kekuasaan yang dimiliki seseorang (discretion

of official) tanpa adanya pengawasan yang memadai dari aparat pengawas (minus

accountability), menyebabkan dorongan melakukan tindak pidana korupsi. 

d. Teori Ramirez Torres. 

Menurut Torres suatu tindak korupsi akan terjadi jika memenuhi persamaan berikut:

Rc > Pty x Prob Rc = Reward Pty = Penalty Prob = Probability


Dari syarat tersebut terlihat bahwa korupsi adalah kejahatan kalkulasi atau

perhitungan(crime of calculation) bukan hanya sekedar keinginan (passion).

Seseorang akan melakukan korupsi jika hasil (Rc=Reward) yang didapat dari

korupsi lebih tinggi dari hukuman (Pty=Penalty) yang didapat dengan

kemungkinan (Prob=Probability)tertangkapnya yang kecil.

e. Teori Jack Bologne (GONE) 

Menurut Jack Bologne akar penyebab korupsi ada empat, yaitu:

G = Greedy O = Opportunity N = Needs E = Expose

Greedy, terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah

orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Opportuniy, sistem yang memberi

peluang untuk melakukan korupsi. Needs, sikap mental yang tidak pernah merasa

cukup, selalu sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai. Exposes, hukuman

yang dijatuhkan kepada para pelaku korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku

maupun orang lain. Sumber : Materi Seminar Pemberantasan Korupsi

Adanya godaan dan niat yang berasal dari factor internal dan eksternal

Faktor Internal:

1) Aspek perilaku individu

a) Tamak/Rakus
Hal itu terjadi ketika seseorang tergoda akan dunia materi atau kekayaan yang

tidak mampu ditahannya, ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu

ditahan , dementara akses kearah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi,

maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi

b) Moral yang kurang Kuat

Seseorang yang moralnya kurang kuat cenderung mudah tergoda untuk

melakukan korupsimoral yang kurang kuat salah satu penyebabnya adalah

lemahnya pembelajaran agama dan etika..

c) Penghasilan yang kurang mencukupi

Apabila penghasilan seseorang tidak mencukupi , maka seseorang akan

memenuhinya dengan segala cara. Akan tetapi, palbila segala upaya yang

dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaaan semacam ini akan mendorong

tindak korupsi.

d) Gaya hidup yang konsumtif

Perilaku konsumtif apabila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai

akan mendorong seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi

keinginanya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

e) Kebutuhan hidup yang mendesak

Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi

terdesak dalam hal ekonomi, hal itu membuka ruang bagis eseorang untuk

mengambil jalan pintas, diantaranya dengan melakukan korupsi.


f) Malas atau tidak mau bekerja

g) Ajaran agama yang kurang diamalkan

2) Aspek Sosial

Faktor Eksternal

a) Aspek Politik

Seseorang melakukan korupsi karena tekanan orang terdekatnya seperti

suami/isteri, anak-anak yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup..

b) Sikap Masyarakat terhadap Korupsi

Masyarakat enggan menelusuri asala usul pemberian, menganggap wajar

kekayaan seseorang, tidak menyadari bahwa yang dilakukannya juga termasuk

korupsi karena kerugian yang ditimbulkan tidak secara langsung.

c) Aspek Organisasi

Manajemen yang kurang baik sehingga memberiakn peluang untuk melakukan

korupsi, kultur organisasi yang kurang baik, lemahnya pengawasan.

d) Aspek Ekonomi

Gaya hidup yang konsumtif dapat mendorong seseorang menilai segala

sesuatudenagn uang ssehingga penghasilannya pun sering dianggap sering tidak

cukup untuk memenuhi ongkos gaya hidupnya.

e) Aspek Hukum
Jika dalam suatu Negara masih ditemukan aturan-aturan hukum yang

diskriminatif, berpihak, dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas, sehingga

menjadi multitafsir, kontradisi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang

sederajat maupun yang lebih tinggi), dapat dipastikan keercayaan masyarakat

akan luntur.

3. Tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari kasus serupa dikemudian hari,

diantaranya:

Dengan menggunakan fraud triangle sebagai dasar pencegahan korupsi, maka yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. apabila yang menjadi faktor pendorong adalah tekanan (pressure), maka yang harus dilakukan

adalah dengan menghilangkan tekanan. Tekanan yang terjadi biasanya karena tekanan keuangan

(financial) maupun non keuangan (non-financial). Maka upaya pencegahan yang dilakukan

adalah dengan penegakan hukum (sanksi). Hukuman (sanksi) yang diberikan bisa berupa surat

peringatan untuk pengembalian aset yang telah di korupsi, penundaan kenaikan

pangkat/golongan, dan sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang

berlaku;

b. apabila yang menjadi faktor pendorongnya adalah kesempatan (opportunity), maka upaya

pencegahan yang dilakukan adalah perbaikan sistem pengendalian intern (SPI). Cara ini

merupakan tindakan yang paling baik dan benar. Dimana sistem pengendalian intern dengan

proses dan prosedur yang bertujuan untuk mencegah korupsi, maka dirancang dan dilaksanakan

untuk tujuan pencegahan dan menghalangi terjadinya korupsi (membuat efek jera). Dari ketiga

elemen fraud triangle, kesempatan merupakan elemen yang paling mudah diminimalisir melalui
proses, prosedur, dan kontrol, serta upaya deteksi secara dini terhadap korupsi. Kesempatan juga

merupakan aspek yang tidak bisa lenyap dari penyebab terjadinya korupsi;

c. apabila yang menjadi faktor pendorong adalah rasionalisasi (rationalization), maka

pencegahan yang harus dilakukan adalah peningkatan moral dan etika dari setiap pegawai

sehingga lebih berintegritas. Dengan perubahan moral dan etika yang semakin baik, maka

diharapkan pegawai dapat berpikir lebih baik dan jernih, serta tidak mencari pembenaran

terhadap tindakan korupsi yang akan dilakukan. Upaya untuk meningkatkan moral dan etika

pegawai dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: menandatangani pakta integritas dan

membudayakan tidak ada toleransi terhadap korupsi (zero tolerance to corruption) dengan cara

membuat spanduk (banner) atau stiker atau pin dengan tulisan, seperti: zona anti korupsi, anti

suap, no tips, dan lain sebagainya yang diberlakukan pada beberapa instansi pemerintah.

Berbagai Upaya Pencegahan tindak korupsi diantaranya:

a) Pembentukan Lembaga Anti Korupsi

b) Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

c) Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

d) Pembuatan Instrumen Hukum

e) Monitoring dan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai