Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

POLA PENDIDIKAN ISLAM PERIODE DINASTI UMAYYAH DAN


ABBASIYAH SERTA PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Sejarah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Hamzah, S. Ag.,M. Ag

Disusun Oleh

Intan Prawisti

1207.20.0034

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


IBNU SINA BATAM
TAHUN 2021
BIODATA PENULIS

Nama : Intan Prawisti

Nirm : 1207.20.0034

Program Studi : Pendidikan Agana Islam

Tempat Tanggal Lahir: Air Hitam Laut, 08 November 1994

Alamat : Bengkong Indah 1 Blok D No. 22

Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Operator PT. Bintan Bersatu Apparel

Nomor Telepom : 0822-8446-0729

Email : prawistiintan@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Ambo Upe (Alm)

Ibu : Hj. Kamelia

Riwayat Pendidikan

1. SD N 72/X Air Hitam Laut : Tahun 2001-2007

2. SMP N 10 Tanjung Jabung Timur : Tahun 2007-2010

3. SMK N 2 Tanjung Jabung Timur : Tahun 2010-2013

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis ucapkan sholawat
beriring salam pada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu `Alaihi Wassalam, beserta
keluarganya, para sahabatnya dan semua umatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam . Dalam menyelesaikan tugas makalah ini banyak hambatan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikannya berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammadd Juni Beddu Lc.,MA sebagai Ketua STAI IBNU SINA BATAM
2. Dr. H. Hamzah, S.Ag.,M. Ag selaku Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan
dukungan.

Makalah ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis butuhkan agar bisa lebih baik kedepannya.

Batam, 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

BIODATA DIRI.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................................iii
Latar Belakang................................................................................................iii
Rumusan Masalah...........................................................................................iii
Tujuan Penulisan.............................................................................................iii
Manfaat Penulisan...........................................................................................iv

BAB 11................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.................................................................................................................1

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah............................................................1

A. Pendidikan Islam Masa Umayyah.......................................................2

Pola Pendidikan Periode Dinasti Umayyah......................................4

2.2 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah...........................................................6

A. Perkembangan Pendidikan Bani Abbasiyah Dan Tujuannya..........7

B. Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah.............9

2.3 Perkembangan Arsitektur..............................................................................13

BAB 111..............................................................................................................................16

PENUTUP..........................................................................................................................16

Kesimpulan.......................................................................................................16
Saran.................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah pendidikan islam erat kaitannya deangan sejarah Islam, karena proses

pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang

sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam

pula, umat islam bisa meneladani model-model pendidikan islam dimasa lalu, sejak periode

Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah menyebut

bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam

dunia islam sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam non

formal, diantaranya adalah masjid, Masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid

yang didirikan oleh penguasa umumnya di lengkapi dengan berbagai macam fasilitas

pendidikan seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam

disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu.

2.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana lembaga atau pola pendidikan dinasti umayyah ?

2. bagaimana lembaga atau pola pendidikan dinasti abbasiyah ?

3. bagaimana perkembangan arsiterturnya ?

2.3 Tujuan Penulisan

1. untuk mengetahui lembaga atau pola pendidikan dinasti umayyah

2. untuk mengetahui lembaga atau pola pendidikan dinasti abbasiyah

3. untuk mengetahui perkembangan arsitekturnya

iii
2.4 Manfaat Penulisan

Bagi penulis dan subjek menjadi sebuah tambahan pengetahuan tentang bagaimana

pola pendidikan dinasti Umayyah dan Abbasiyah dan perkembangan arsitekturnya,

iv
BAB 11

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah

Pemerintahan Dinasti Umayyah merupakan kekhalifahan kedua dalam pemerintahan

kepemimpinan atas umat islam setelah berakhirnya masa kepemimpinan kekhalifahan

pertama yang dinamakan dengan sebutan Khulafaur Rasyidin (Khalifah Rosidah). Setelah

diserahkan tampuk kepemimpinan dari Hasan bin Ali bin Abdul Muthalib kepada

Muawiyah bin Abu Sufyan.

Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaanya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan,

disebabkan karena ia tidak menginginkan danya perpecahan dalam islam serta adanya

dualisme kepemimpinan dalam pemerintahan islam.

Nama Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin ‘Abdul Syams bin Abdul

Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah. Bani

Umayyah baru masuk agama islam pada Fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 Hijriah

660 Masehi, Pertikaian politik terjadi dikalangan umat islam, puncaknya adalah ketika

terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Setelah khalifah terbunuh, umat islam di wilayah Iraq mengangkat al Hasan putra

tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai

gubernur propinsi suriah (Damaskus) juga menobatkan dirinya sebagai khalifah.

Namun karena hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah

kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada Mu’awiyyah bin Abi

v
Sufyan. Mu’awiyyah merupakan pendiri dinasti Bani Umayyah. Kerier politik

Mu’awiyyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar bin Khattab.

Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu’awiyyah

diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena sukses memimpinnya, menjadi

gubernur Syria oleh Khalifah Umar. Mu’awiyyah selama menjabat sebagai gubernur

Syria, giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan islam sampai perbatasan wilayah

kekuasaan Bizatium.

Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu’awiyyah terlibat konflik

dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak

saat itu Mu’awiyyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti

Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu’awiyyah menjadi penguasa seluruh

imperium islam, dan menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan

bersejarah selama masa kekuasaanya.1

A. Pendidikan Islam Masa Umayyah

Pendidikan islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits untuk membentuk

manusia yang tidak saja beriman kepada Allah, tetapi juga agar manusia

senantiasa memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam menjalin hubungan dengan

sesama manusia dan masyarakat, pendidikan islam mengalami pertumbuhan dan

perkembangan sejalan dengan perkembangan islam itu sendiri. Berbicara

mengenai sejarah pendidikan islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban

islam.

Jadi, dapat dikatakan bahwa periodesasi pendidikan islam sama dengan

periodesasi sejarah peradaban islam. Periodesasi tersebut terbagi dalam tiga

1
https://dadanby.blogspot.com/2019/05/sejarah-berdirinya-dinasti-umayyah.html

vi
babakan utama, yaitu; periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.2

Apabila dirinci: pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632), masa Khulafa al-

Rasyidin (632-6610, masa dinasti Umayyah di damaskus (661-750), dan masa

dinasti Abbasiyah di Baghdad dan masa dari jatuhnya kekuatan islam di Baghdad

(750-1250 M ).

Pendidikan islam pada masa Umayyah yang masuk dalam periode klasik

memiliki beberapa kesamaan dengan pendidikan pada masa Khulaf al-Rasyidin.

Pendidikan masa ini masuk dalam fase pertumbuhan penduduk islam. Walaupun

demikian, pendidikan yang ada pada masa Umayyah teteap mempunya perbedaan

dan juga perkembangannya sendiri.

Pendidikan islam yang dimulai pada masa Nabi Muhammad berpusat

dimadinah. Ketika masa Umayyah pendidikan islam mengalami perkembangan.

Mengingat umayyah banyak melakukan ekspansi sehingga negara islam

bertambah luas dengan pesatnya. Negara islam telah meliputi seluruh Syria

(Syam), Irak, Persia, Samarkand, Mesir, Maghrib (Maroko), dan Spanyol.3

Ekspansi yang dilakukan untuk memperluas negara islam tidaklah dengan cara

merobih dan menghancurkan, perluasan ini bahkan diikuti oleh para ulama dan

guru-guru Agama yang ikut bersama-sama dengan tentara islam, 4 pendidikan

islam pun tidak hanya ada di Madinah Saja, melainkan menyebar diberbagai kota

besar, antara lain:5

1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz)

2. Di Kota Basrah dan Kufah (Irak)

2
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011), hlm. 65
3
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah Rasyidin, Bani
Umayyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan Usmaniyah (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990),
hlm.33
4
Ibid,.
5
Ibid,.

vii
3. Di Kota Damsyik dan Palestina (Syam)

4. Di Kota Fistat (Mesir)

B. Pola Pendidikan Periode Dinasti Umayyah

pendidikan islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang, bila di

bandingkan Pada masa Khulafa ar-Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya

kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Kuttab serta Majelis Sastra.

Jadi, tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah :

1. Kuttab, Kuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti

menulis atau tempat menulis, jadi Kuttab adalah tempat belajar menulis.

Kuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,

menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok ajaran islam. 6 Adapun

cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al-Qur’an

mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian

mereka bukan tertumpu mengajarkan Al-Qur’an semata dengan

mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada

pelajaran sangat pesat, Al-Qur’an dipakai sebagai bahasa bacaan untuk

belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk

dipelajari. Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid juga

mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita nabi, hadits, dan pokok

agama.7 Pesera didik dalam Kuttab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik

miskin ataupun kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka,

bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Kuttab memperoleh

6
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakatra: PT Hida Karya Agung.,1981),hlm.,39.
7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm., 47.

viii
pakaian dan makanan secara Cuma-Cuma. Anak-anak perempuanpun

memperoleh hak yang sama dengan anak laki-laki dalam belajar.8

2. Masjid, Setelah pelajaran anak-anak di Kuttab selesai mereka

melanjutkan pendidikan ketingkat menengah yang dilakukan di masjid.

Peranan masjid sebagai pusat pendidkan dan pengajaran senantiasa terbuka

lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk

memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus

akan ilmu pengetahuan. Pada Dinasti Umayyah, masjid merupakan tempat

pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah Kuttab. Pelajaran

yang di ajarkan meliputi al-Qur.an, Tafsir, Hadits dan Fiqih. Juga di

ajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung, dan ilmju

perbintangan.9

Jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu

pengetahuan adalah menjadikan masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah

termasuk sya’ir,. Diskusi sejarah bangsa terdahulu dan akidah. Pada

periode ini juga didirikan masjid keseluruh pelosok daerah Islam. Masjid

Nabawi di Masjid Zaitunnah di Tunisia yang di anggap Universitas tertua

sampai sekarang.10

3. Majelis Sastra, Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan

oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi

8
Athiyyah Al-Abrasy, Tarbiyah Al-Islamiyah, (terj) Bustami A. Ghani (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm., 55.
9
Ibid., hlm., 56.

10
Hasan Langgulung, pendidikan islam menghadapi abad-21 (Jakarta: Pustaka Al Husna., 1980), hlm., 19.

ix
sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut Al Athiyyah Al Absary “Balai-

balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti di

indahkan seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian

necis, bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa

terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab

kecuali bila ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata

dengan sopan dan memberi kesempatan pada pembicara menjelaskan

pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa

terbahak-bahak. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini di sediakan

pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskussikan, dan

diperdebatkan”.11

2.2 Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas,berawal sd\ejak merapuhnya sistem internal

dan performance penguasa Bani Umayyahyang berujung pada keruntuhan dinasti

Umayyah di Damaskus, maka upaya menngantikannya dalam memimpin umat isman

adalah dari kalangan bani Abbsiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak

mendapat simpati masyarakat terutama dari kalangan Syi’ah, karena bernuansa

keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang di praktikkan

oleh khulafaurrasyidin.12 Nama Dinasti Abbasiyah di ambil dari nama salah seorang

Paman Nabi yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini

didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-

Abbas.13 Orang Abbasiyah merasa lebih berhak daripada bani Umayyah atas

11
Athiyyah Al-Absary., Tarbiyah Al Islamiyah, hlm., 6.
12
Dudung Abdurrahman dkk. Sejarah peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta:LESFI,2003), hlm. 118
13
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), hlm. 49

x
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang secara nasab

keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang umayyah secara paksa

menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin.

Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan

yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah. 14 Diantara yang

mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah adanya beberapa kelompok

umat yang tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayyah yang

notabenenya korupsi, sekuler dan memihak sebagian kelompok di antaranya adalah

kelompok syiah dan khawarij (Badri Yatim. 2008:49-50 )serta kaum Mawali (orang-

orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari Persi). Di saat terjadi perpindahan

kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia islam membentang

dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan dan Syam.

A. Perkembangan Pendidikan Bani Abbasiyah Dan Tujuannya

Sejak lahirnya gama islam, lahirnya pendidikan dan pengajaran agama islam.

Pendidikan dan pengajaran islam terus tumbuh dan berkembang pada masa

khalifah-khalifa Rasyidin dan masa Umayyah. Pada permulaan masa Abbasiyah

pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di seluruh negara

islam, sehingga lahir sekolah sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar

dari ke kota0kota sampai kedesa-desa. Anak-anak dan pemuda pemuda berlomba-

lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat-pusat pendidikan,

meninggalkan kampung halamannya karena cinta akan ilmu pengetahuan.15

14
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009). Hlm. 143
15
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,cet, 4, (Jakarta: Kencana,2011), hlm 67.

xi
Pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena

pengaruh masyarakat pada masa itu, tujuan itu dapat di simpulkan sebagai

berikut :

1. Tujuan keagamaan dan akhlak, seperti pada masa sebelumnya. Anak-anak

didik diajar membaca/menghafal Al-Qur’an, ialah karena hal itu suatu

kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak

menurut agama. Begitu juga mereka diajar ilmu tafsir, hadits dan sebagainya

adalah karena tuntutan agama, lain tidak.

2. Tujuan kemasyarakatan, selain tujuan keagamaan dan akhlak adapula tujuan

kemasyarakatan, yaitu pemuda-pemuda belajar dan menuntut ilmu, supaya

mereka dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, dari masyarakat yang

penuh kejahilian menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan, dari

masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang maju dan makmur.

Ilmu-ilmu yang di ajarkan di madrasah-madrasah, bukan saja ilmu-ilmu agama

dan bahasa Arab, bahkan juga di ajarkan ilmu-ilmu duniawi yang berfaedah

untuk kemajuan masyarakat.

3. Selain itu adalagi tujuan pendidikan, ialah cinta akan ilmu pengetahuan serta

senang dan lezat mencapai ilmu itu. Mereka belajar tak mengharapkan

keuntungan apa-apa, selain daripada berdalam-dalam dalam ilmu

pengetahuan. Mereka melawat keaeluruh negara islam untuk menuntut ilmu

tanpa memperdulikan susah payah dalam perjalanan, yang umumnya

dilakukan dengan berjalan kaki atau mengendarai keledai. Tujuan mereka

tidak lain untuk memuaskan juwanya yang haus akan ilmu pengetahuan.

4. Di samping itu ada pula tujuan pendidikan sebagian kaum muslimin, yaitu

tujuan kebendaan. Mereka menuntut ilmu supaya mendapat penghidupan yang

xii
layak, dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau mungkin mendapat kemegahan

dan kekuasaan di dunia ini, seperti tujuan setengah orang pada masa kita

sekarang.16

B. Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Selain masjid, kuttab, al-badiah, istana, perpustakaan dan al-bimaristan, pada

zaman dinasti Abbasiyah ini telah berkembang pula lembaga pendidikan, berupa

toko buku, rumah para ulama, majjelis al-ilmu, sanggar kesusastraan, observatorium

dan madrasah. Penjelasan lebih lanjut tentang berbagai lembaga pendidikan islam

yang tumbuh pada zaman Abbasiyah ini dapat di kemukakan sebagai berikut.

1. Al-huwanit al-warraqien (Toko Buku)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pada zaman Abbasiyah

merupakan pucak kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan

peradaban. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut mendorong lahirnya

para pengarang, dan lahirnya para pengarang mendorong lahirnya industri

perbukuan, dan industri perbukuan mendorong lahirnya toko-toko buku yang dalam

bahasa Arab disebut al-Hawanit al_warriqienn. Dibeberapa kota atau negara yang

didalamnya terdapat toko-toko buku, menggambarkan bahwa kota atau negara

tersebut telah mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.

2. Manazil al-Ulama (Rumah-Rumah Para Ulama)

Ada sejumlah tempat yang cocok untuk mempelajari ilmu yang jumlahnya

sulit dihitung, karena tenpat belajar dan para mahasiswa secara bersama-sama tidak

pernah beristirahat didalam memanfaatkan tempat dan memuliakannya, dan antara


16
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,cet,7, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1963), hlm. 46.

xiii
halaqah pengajaran, aktifitas dan kegiatan yang terjadi di dalamnya, hal ini sejalan

dengan isyarat Al-Qur’an , sebagaimana dijumpai di dalam ayat al-karimah yang

artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah nabi

kecuali kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu waktu masak

(makanannya) tetapi jika kamu diundang maka masuklah, dan bila kamu selesai

makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan (QS, al-Ahzab

[33]: 53).”17

Berkenaan dengan itu al-Abdary didalam kitabnya al-Madkhal telah

menjelaskan ketentuan ini dengan mengatakan, bahwa sebaik-baiknya tenpat

kegiatan belajar adalah masjid, karena duduk dimasjid untuk keperluan pendidikan

dan pengajaran memiliki faedah untuk menumbuhkan tradisi yang baik,

menghilangkan kebiasaan yang buruk, atau mempelajari hukum Allah, dan masjid

dapat mendukung pelaksanaan kewajiban belajar mengajar ini secara lebih leluasa,

karena masjid adalah tempat untuk berkumpulnya manusia baik yang tinggi

maupun yang rendah kedudukannya, baik yang pandai maupun yang jahil. Hal ini

berbeda dengan rumah yang melarang orang memasukinya kecuali tatas seizinnya,

rumah-rumah iru dimuliakan dan dijaga privasinya, kecuali dibolehkan untuk

berkumpul. Selanjutnya al-Abdary pada bagian lain dari kitabnya berpendapat,

bahwa rumah dapat menjadi tempat belajar hanya dalam keadaan darurat saja.18

3. Al-Sholun Al-Adabiyah ( Sanggar Sastra )

Al-Sholun al-Adabiyah ( Sanggar Sastra ) ini mulai tumbuh sederhana pada

masa pemerintah bani Umayyah, kemudian berkembang pesat pada zaman

Abbasiyah, dan merupakan perkembangan lebih lanjut dari perkumpulan yang ada

17
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A. Sejarah Pendidiksn Islam , cet.2,.(Jakarta:Kencana Prenada
Group,2014), hlm.154
18
Ibid.,hlm 152-155

xiv
pada zaman Khulafa’ al-Rasyidin. Haln ini sejalan dengan kebiasaan khalifah pada

zaman islam yang biasanya merencanakan program dalam jurusan yang bersifat

duniawi, namun meminta fatwa dari segi agama. Dan atas dasar ini, maka di antara

syarat terpenting dari seotrang khalifah adalah memiliki ilmu ilmu yang dibutuhkan

untukberijtihad.

Sejalan denganitu para Khulafaur al-Rasyidin, adalah orang orang yang dipilih

berdasarkan pertimbangan syara’, merek mengundang manusia unrtuk berkumpul

didalam masjid atau diluarnya untuk memberikan fatwa kepada mereka tentang

berbagai masalah yang pelik, dan jika seseorang khalifah tidak mampu

memecahkan masalah tersebut dengan kemampuannya sendiri, maka ia meminta

para sahabat untuk membicarakan masalah tersebut, dan meminta saran dan

masukan pemikiran mereka untuk menghasilkan sebuah jawaban yang benar.

Keadaan tersebut menyebabkan majelis al-Khulafa’ al- Rasyidin di hubungkan

dengan sanggar sastra, karena kedua institusi ini berkaitan dengan upaya

pengembangan peradaban dan usaha menyebarkan ilmu pengetahuan. Selain itu,

tampak pula pemisah yang tegas antara majelis khalifah tersebut dan sanggar sastra.

Didalam majelis setiap orang memiliki kebebasan yang penuh untuk bergabung

dengan majelis, atau tidak bergabung sesuai pilihannya. Sementara itu seorang

khalifah di panggil dengan namanya yang murni atau dengan ungkapan “yaa

khalifah Rasulullah” yang kemudian di ganti dengan panggilan “yaa amir al-

mu’minin”. Dan ia duduk di atas sajadah yang di hamparkan, atau diatas tikar, dan

terkadang di atas tanah. 19

4. Madrasah

19
Ibid,. hlm 158-159

xv
Secara harfiah madrasah berarti tempat belajar,. Afdapun dalam pengertian

yang lazim digunakan, madrasah adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan

menengah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu lainnya dengan menggunakan

sistem klasikal. Dalam sejarah, madrasah ini mulai muncul di zaman khalifah bani

Abbas, sebagai kelanjutan pendidikan yang dilaksanakan di masjid dan tempat

lainnya. Berdirinya madrasah ini karena ilmu pengetahuan dan berbagai

keterampilan semakin berkembang, dan untuk mengajarkannya diperlukan guru

yang lebih banyak, peralatan belajar mengajar yang lebih lengkap, serta pengaturan

administrasi yang lebih tertib. Untuk menangani semua keperluan ini di butuhkan

madrasah. Selain itu madrasah juga didirikan dengan tujuan untuk

memasyarakatkan ajaran atau paham keagamaan dan ideologi tertentu, sebagaimana

yang terjadi pada madrasah Nidzmiah. Pada madrasah ini, Nidzam al-Mulk sebagai

perdana mentri , mendirikan madrasah dengan tujuan selain untuk beramal ibadah,

juga untuk menanamkan paham teologi dankeagamaan (islam) yang di anut kaum

Sunni, serta mencegah masuknya paham Syi’ah dan lainnya.20

5. Perpustakaan dan observatorium

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang terjadi di zaman

Abbasiyah, maka didirikan pula perpustakaan, observatorium, serta tempat

penelitian dan kajian ilmiah lainnya. Tempat tempat ini juga di gunakan sebagai

tempat belajar mengajar dalam arti yang luas, yaitu belajar buakn dalam arti

menerima ilmu dari guru sebagaimana yang umumnya dipahami, melainkan

kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas siswa (student centris), seperti belajar

dengan cara memecahkan masalah, eksperimen, dan inquiry (penemuan). Kegiatan

belajar yang demikian itu dilakukan bukan hanya dikelas, melainkan dilembaga

20
Ibid.,

xvi
lembaga pusat kajian ilmiah. Tempat-tempat belajar yang demikian itu telah

tumbuh di zaman khalifah Abbasiyah.

6. Al- Ribath

Secara harfiah al-ribath berarti ikatan yang mudah di buka. Sedangkan dalam

arti yang umum, al-ribath tempat untuk melakukan latihan, bimbingan, dan

pengajaran bagi calon sufi. Di dalam al-ribath tersebut terdapat bebagai ketentuan

atau komponen yang terkait dengan pendidikan tasawuf, misalnya komponen guru

yang terdiri dari syekh (guru besar), mursyid (guru utama), mu’id (asisten guru),

dan mufid (fasilitator). Murid pada al-ribath dibagi sesuai dengan tingkatannya,

mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Adapun yang luus diberi pengakuan

berupa ijazah.

7. Az- Zawiah

Az-zawiah secara harfiah berarti sayap atau samping. Sedangkan dalam arti

yang umum, az-zawiah adalah tempat yang berada di bagian pinggir masjid yang

digunakan untuk melakuan bombongan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan

kepuasan spiritual. Dengan demikian, az-zawiah dan al-ribath fungsinya sama,

namum dari organisasinya al-ribath lebih khusus daripada az-zawiah.21

2.3 Perkembangan Arsitektur

Perkembangan peradaban pada masa dinasti Umayyah diantaranya adalah

arsitekturnya. Seni bangunan (arsitektur) pada masa Dinasti Umayyah bertumpu pada

bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan masjid-masjid. Beberapa kota baru atau

perbaikan kota lama telah di bangun pada masa Dinasti Umayyah yang di iringi

pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang di

21
Ibdi.,

xvii
jiwai dengan semangat Islam.22 Di pinggiran gurun Suriah tersebar reruntuhan istana yang

mulanya merupakan benteng Romawi, yang kemudian diperbaiki dan di bangun ulang oleh

arsitek Umayyah, atau yang mereka dirikan mengikuti pola arsitektur Bizantium dan

Persia.23

Damaskus yang pada masa sebelum islam merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan

Romawi Timur di Syam adalah kota lama yang di bangun kembali pada masa Dinasti

Umayyah, dan dijadikan sebagai ibu kota oleh dinasti Umayyah, di kota Damaskus ini

didirikan gedung-gedung indah yang bernilai seni, dilengkapi jalan-jalan, dan taman-taman

rekreasi yang menakjubkan. Pada masa mu’awiyyah dibangun “istana hijau” di Miyata dan

istana itu di perbaharui oleh Walid ibn Abdul Malik.24

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan penguasa kelima (697-705 M), salah seorang

pemimpin terkuat dari dinasti Umayyah, yang mempunyai perhatian besar pada

Yerussalem. Abdul Malik hendak menciptakan Yerussalem sebagai pusat pengembangan

Islam yang telah ada. Pertama-tama ia membangun masjid yang di peruntukkan bagi

penampungan disaat dilaksanakannya upacara-upacara yang ada hubungannya dengan

masalah keagamaan.25 Ia membangun Kubah Batu Karang atau Dome of The Rock atau

Qubat as-Shakrah di Yerussalem, hingga saat ini menjadi salah satu monumen Islam

terbesar. Kubah batu di bangun pada tahun 687 hingga 692 M.26

Bentuk dari masjid Kubah Batu ini mengikuti pola dari Bizantium yang berbentuk

oktagonal. Abdul Malik mendirikan bangunan ini di atas sebuah batu, yang mana menjadi

saksi sebuah peristiwa penting dalam sejarah islam. Dibatu tersebut Nabi Muhammad SAW,

22
Maryam, dkk (ed.), Sejarah, hlm.70
23
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, cet. 1, 2013), hlm. 335
24
Maryam, dkk (ed.), Sejarah, hlm. 75
25
Abdul Rochym, Sejarah Arsitektur Islam Sebuah Tinjauan (Bandung: Angkasa, 1983), hlm. 69
26
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: UGM Press, 2006). Hlm.
47

xviii
dibawa oleh malaikat jibril ke langit untuk hadir di sisi Allah SWT. Pada peristiwa ini

dikenal Isra’ Mi’raj. 27

Kemudian pada masa Walid ibn Abdul Malik khalifah ke-6 Dinasti Umayyah , ia

membangun Masjid Agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus”. Pada masa

khalifah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap masjid-masjid tua yang telah ada

sejak zaman Rasulullah SAW.28 Al-Walid I terkenal sebagai tokoh pembangunan masjid,

yang lazim disebut minaret. Khalifah al-Walid I membangun masjid Damaskus yang

mempunyai Shaan dan Riwaq/Liwan.29

27
Ibid., hlm. 48
28
Ibid., hlm. 75-76.
29
Rochym, Sejarah, hlm.57.

xix
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan

masa yang akan datang. Pemerintah Dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang

pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan

menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini di lakukan agar para ilmuan, para seniman,

dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang di kuasainya serta

mampu melakukan kaderisasi ilmu.

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang menelurkan konsep-konsep keemasan

islam dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai sektor telah membawa

kemakmuran tersendiri pada masyarakat saat itu.

Kemajuan disegala bidang yang diperoleh Bani Abbasiyah menempatkan bahwa

Bani Abbasiyah lebih baik dari Bani Umayyah.

B. Saran

Penyusun menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini. Sehingga

penyusun menyarankan apabila terdapat kekurangan dalam isi makalah ini, maka saran-

saran dan kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis serta

menjadikan semua itu menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan

makalah ini.

xx
DAFTAR PUSTAKA

https://dadanby.blogspot.com/2019/05/sejarah-berdirinya-dinasti-umayyah.html

Abdurrahman, Dudung. Metodologi penelitian sejarah islam. Yogyakarta : Penerbit Ombak,


2011

Yunus, Mahmud. Sejarah pendidikan islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umayyah dan Abbasiyah sampai Zaman Mamluks dan Utsmaniyah.
Jakarta : PT Hida Karya Agung, 1990

Yunus, Mahmud. Sejarah pendidikan islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Al-Absary, Athiyyah. Tarbiyah al-Islamiyah, (terj) Bustami A. Ghani. Jakarta: Bulan


Bintang, 1993

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad-21. Jakarta: Pustaka Al-Husna,


1980

Abdurrahman dkk, Dudung. Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI, 2003

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2002

Karim, M Abdul. Sejarah Pemikiran Dan peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009

Nizar, Syamsul. Sejarah Pendidikan Islam, cet, 4. Jakarta: kencana, 2011

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, cet, 7. Jakarta: PT Hida Karya Agung, 1963

Nata, M.A, Prof. Dr. H. Abudin. Sejarah Pendidikan Islam, cet 2, jakarta : Kencana Prenada
Group, 2014.

Maryam dkk. (ed). Sejarah

xxi
K. Hitti, Philip. History of The Arabs, terj. R. cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
cet. 1, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013

Rochym, Abdul. Arsitektur Islam Sebuah Tinjauan ,Bandung: Angkasa, 1983

Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta: UGM
Press, 2006

xxii

Anda mungkin juga menyukai