Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Sejarah Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh
Intan Prawisti
1207.20.0034
Nirm : 1207.20.0034
Email : prawistiintan@gmail.com
Riwayat Pendidikan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Bahasa Indonesia tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis ucapkan sholawat
beriring salam pada junjungan Nabi besar Muhammad Shallallahu `Alaihi Wassalam, beserta
keluarganya, para sahabatnya dan semua umatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam . Dalam menyelesaikan tugas makalah ini banyak hambatan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikannya berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammadd Juni Beddu Lc.,MA sebagai Ketua STAI IBNU SINA BATAM
2. Dr. H. Hamzah, S.Ag.,M. Ag selaku Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan
dukungan.
Makalah ini tentu saja masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis butuhkan agar bisa lebih baik kedepannya.
Batam, 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
BIODATA DIRI.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1..................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................................iii
Latar Belakang................................................................................................iii
Rumusan Masalah...........................................................................................iii
Tujuan Penulisan.............................................................................................iii
Manfaat Penulisan...........................................................................................iv
BAB 11................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.................................................................................................................1
BAB 111..............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
Kesimpulan.......................................................................................................16
Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang
sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam
pula, umat islam bisa meneladani model-model pendidikan islam dimasa lalu, sejak periode
Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Para ahli sejarah menyebut
bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam
formal, diantaranya adalah masjid, Masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid
yang didirikan oleh penguasa umumnya di lengkapi dengan berbagai macam fasilitas
pendidikan seperti tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam
iii
2.4 Manfaat Penulisan
Bagi penulis dan subjek menjadi sebuah tambahan pengetahuan tentang bagaimana
iv
BAB 11
PEMBAHASAN
pertama yang dinamakan dengan sebutan Khulafaur Rasyidin (Khalifah Rosidah). Setelah
diserahkan tampuk kepemimpinan dari Hasan bin Ali bin Abdul Muthalib kepada
Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaanya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan,
disebabkan karena ia tidak menginginkan danya perpecahan dalam islam serta adanya
Nama Dinasti Umayyah berasal dari nama Umayyah bin ‘Abdul Syams bin Abdul
Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah. Bani
Umayyah baru masuk agama islam pada Fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 Hijriah
660 Masehi, Pertikaian politik terjadi dikalangan umat islam, puncaknya adalah ketika
Setelah khalifah terbunuh, umat islam di wilayah Iraq mengangkat al Hasan putra
tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara itu Mu’awiyah bin Abu Sufyan sebagai
Namun karena hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah
kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada Mu’awiyyah bin Abi
v
Sufyan. Mu’awiyyah merupakan pendiri dinasti Bani Umayyah. Kerier politik
Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu’awiyyah
diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena sukses memimpinnya, menjadi
gubernur Syria oleh Khalifah Umar. Mu’awiyyah selama menjabat sebagai gubernur
Syria, giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan islam sampai perbatasan wilayah
kekuasaan Bizatium.
Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu’awiyyah terlibat konflik
dengan khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak
saat itu Mu’awiyyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti
Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu’awiyyah menjadi penguasa seluruh
imperium islam, dan menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan
manusia yang tidak saja beriman kepada Allah, tetapi juga agar manusia
mengenai sejarah pendidikan islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban
islam.
1
https://dadanby.blogspot.com/2019/05/sejarah-berdirinya-dinasti-umayyah.html
vi
babakan utama, yaitu; periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.2
Apabila dirinci: pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632), masa Khulafa al-
dinasti Abbasiyah di Baghdad dan masa dari jatuhnya kekuatan islam di Baghdad
(750-1250 M ).
Pendidikan islam pada masa Umayyah yang masuk dalam periode klasik
Pendidikan masa ini masuk dalam fase pertumbuhan penduduk islam. Walaupun
demikian, pendidikan yang ada pada masa Umayyah teteap mempunya perbedaan
bertambah luas dengan pesatnya. Negara islam telah meliputi seluruh Syria
Ekspansi yang dilakukan untuk memperluas negara islam tidaklah dengan cara
merobih dan menghancurkan, perluasan ini bahkan diikuti oleh para ulama dan
islam pun tidak hanya ada di Madinah Saja, melainkan menyebar diberbagai kota
2
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011), hlm. 65
3
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah Rasyidin, Bani
Umayyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan Usmaniyah (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990),
hlm.33
4
Ibid,.
5
Ibid,.
vii
3. Di Kota Damsyik dan Palestina (Syam)
1. Kuttab, Kuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti
menulis atau tempat menulis, jadi Kuttab adalah tempat belajar menulis.
mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian
agama.7 Pesera didik dalam Kuttab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik
6
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakatra: PT Hida Karya Agung.,1981),hlm.,39.
7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm., 47.
viii
pakaian dan makanan secara Cuma-Cuma. Anak-anak perempuanpun
lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk
perbintangan.9
periode ini juga didirikan masjid keseluruh pelosok daerah Islam. Masjid
sampai sekarang.10
oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang indah, hanya diperuntukkan bagi
8
Athiyyah Al-Abrasy, Tarbiyah Al-Islamiyah, (terj) Bustami A. Ghani (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm., 55.
9
Ibid., hlm., 56.
10
Hasan Langgulung, pendidikan islam menghadapi abad-21 (Jakarta: Pustaka Al Husna., 1980), hlm., 19.
ix
sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut Al Athiyyah Al Absary “Balai-
necis, bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa
kecuali bila ditanya. Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata
diperdebatkan”.11
adalah dari kalangan bani Abbsiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak
keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang di praktikkan
oleh khulafaurrasyidin.12 Nama Dinasti Abbasiyah di ambil dari nama salah seorang
Paman Nabi yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini
didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-
Abbas.13 Orang Abbasiyah merasa lebih berhak daripada bani Umayyah atas
11
Athiyyah Al-Absary., Tarbiyah Al Islamiyah, hlm., 6.
12
Dudung Abdurrahman dkk. Sejarah peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta:LESFI,2003), hlm. 118
13
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), hlm. 49
x
kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang secara nasab
keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang umayyah secara paksa
Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan
yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah. 14 Diantara yang
umat yang tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayyah yang
kelompok syiah dan khawarij (Badri Yatim. 2008:49-50 )serta kaum Mawali (orang-
orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari Persi). Di saat terjadi perpindahan
Sejak lahirnya gama islam, lahirnya pendidikan dan pengajaran agama islam.
Pendidikan dan pengajaran islam terus tumbuh dan berkembang pada masa
islam, sehingga lahir sekolah sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar
14
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009). Hlm. 143
15
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,cet, 4, (Jakarta: Kencana,2011), hlm 67.
xi
Pada masa Abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-macam karena
pengaruh masyarakat pada masa itu, tujuan itu dapat di simpulkan sebagai
berikut :
kewajiban dalam agama, supaya mereka mengikut ajaran agama dan berakhlak
menurut agama. Begitu juga mereka diajar ilmu tafsir, hadits dan sebagainya
dan bahasa Arab, bahkan juga di ajarkan ilmu-ilmu duniawi yang berfaedah
3. Selain itu adalagi tujuan pendidikan, ialah cinta akan ilmu pengetahuan serta
senang dan lezat mencapai ilmu itu. Mereka belajar tak mengharapkan
tidak lain untuk memuaskan juwanya yang haus akan ilmu pengetahuan.
4. Di samping itu ada pula tujuan pendidikan sebagian kaum muslimin, yaitu
xii
layak, dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau mungkin mendapat kemegahan
dan kekuasaan di dunia ini, seperti tujuan setengah orang pada masa kita
sekarang.16
zaman dinasti Abbasiyah ini telah berkembang pula lembaga pendidikan, berupa
toko buku, rumah para ulama, majjelis al-ilmu, sanggar kesusastraan, observatorium
dan madrasah. Penjelasan lebih lanjut tentang berbagai lembaga pendidikan islam
yang tumbuh pada zaman Abbasiyah ini dapat di kemukakan sebagai berikut.
merupakan pucak kejayaan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
perbukuan, dan industri perbukuan mendorong lahirnya toko-toko buku yang dalam
bahasa Arab disebut al-Hawanit al_warriqienn. Dibeberapa kota atau negara yang
Ada sejumlah tempat yang cocok untuk mempelajari ilmu yang jumlahnya
sulit dihitung, karena tenpat belajar dan para mahasiswa secara bersama-sama tidak
xiii
halaqah pengajaran, aktifitas dan kegiatan yang terjadi di dalamnya, hal ini sejalan
artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah nabi
kecuali kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu waktu masak
(makanannya) tetapi jika kamu diundang maka masuklah, dan bila kamu selesai
[33]: 53).”17
kegiatan belajar adalah masjid, karena duduk dimasjid untuk keperluan pendidikan
menghilangkan kebiasaan yang buruk, atau mempelajari hukum Allah, dan masjid
dapat mendukung pelaksanaan kewajiban belajar mengajar ini secara lebih leluasa,
karena masjid adalah tempat untuk berkumpulnya manusia baik yang tinggi
maupun yang rendah kedudukannya, baik yang pandai maupun yang jahil. Hal ini
berbeda dengan rumah yang melarang orang memasukinya kecuali tatas seizinnya,
bahwa rumah dapat menjadi tempat belajar hanya dalam keadaan darurat saja.18
Abbasiyah, dan merupakan perkembangan lebih lanjut dari perkumpulan yang ada
17
Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A. Sejarah Pendidiksn Islam , cet.2,.(Jakarta:Kencana Prenada
Group,2014), hlm.154
18
Ibid.,hlm 152-155
xiv
pada zaman Khulafa’ al-Rasyidin. Haln ini sejalan dengan kebiasaan khalifah pada
zaman islam yang biasanya merencanakan program dalam jurusan yang bersifat
duniawi, namun meminta fatwa dari segi agama. Dan atas dasar ini, maka di antara
syarat terpenting dari seotrang khalifah adalah memiliki ilmu ilmu yang dibutuhkan
untukberijtihad.
Sejalan denganitu para Khulafaur al-Rasyidin, adalah orang orang yang dipilih
didalam masjid atau diluarnya untuk memberikan fatwa kepada mereka tentang
berbagai masalah yang pelik, dan jika seseorang khalifah tidak mampu
para sahabat untuk membicarakan masalah tersebut, dan meminta saran dan
dengan sanggar sastra, karena kedua institusi ini berkaitan dengan upaya
tampak pula pemisah yang tegas antara majelis khalifah tersebut dan sanggar sastra.
Didalam majelis setiap orang memiliki kebebasan yang penuh untuk bergabung
dengan majelis, atau tidak bergabung sesuai pilihannya. Sementara itu seorang
khalifah di panggil dengan namanya yang murni atau dengan ungkapan “yaa
khalifah Rasulullah” yang kemudian di ganti dengan panggilan “yaa amir al-
mu’minin”. Dan ia duduk di atas sajadah yang di hamparkan, atau diatas tikar, dan
4. Madrasah
19
Ibid,. hlm 158-159
xv
Secara harfiah madrasah berarti tempat belajar,. Afdapun dalam pengertian
yang lazim digunakan, madrasah adalah lembaga pendidikan tingkat dasar dan
menengah yang mengajarkan ilmu agama dan ilmu lainnya dengan menggunakan
sistem klasikal. Dalam sejarah, madrasah ini mulai muncul di zaman khalifah bani
yang lebih banyak, peralatan belajar mengajar yang lebih lengkap, serta pengaturan
administrasi yang lebih tertib. Untuk menangani semua keperluan ini di butuhkan
yang terjadi pada madrasah Nidzmiah. Pada madrasah ini, Nidzam al-Mulk sebagai
perdana mentri , mendirikan madrasah dengan tujuan selain untuk beramal ibadah,
juga untuk menanamkan paham teologi dankeagamaan (islam) yang di anut kaum
penelitian dan kajian ilmiah lainnya. Tempat tempat ini juga di gunakan sebagai
tempat belajar mengajar dalam arti yang luas, yaitu belajar buakn dalam arti
kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas siswa (student centris), seperti belajar
belajar yang demikian itu dilakukan bukan hanya dikelas, melainkan dilembaga
20
Ibid.,
xvi
lembaga pusat kajian ilmiah. Tempat-tempat belajar yang demikian itu telah
6. Al- Ribath
Secara harfiah al-ribath berarti ikatan yang mudah di buka. Sedangkan dalam
arti yang umum, al-ribath tempat untuk melakukan latihan, bimbingan, dan
pengajaran bagi calon sufi. Di dalam al-ribath tersebut terdapat bebagai ketentuan
atau komponen yang terkait dengan pendidikan tasawuf, misalnya komponen guru
yang terdiri dari syekh (guru besar), mursyid (guru utama), mu’id (asisten guru),
dan mufid (fasilitator). Murid pada al-ribath dibagi sesuai dengan tingkatannya,
mulai dari ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Adapun yang luus diberi pengakuan
berupa ijazah.
7. Az- Zawiah
Az-zawiah secara harfiah berarti sayap atau samping. Sedangkan dalam arti
yang umum, az-zawiah adalah tempat yang berada di bagian pinggir masjid yang
arsitekturnya. Seni bangunan (arsitektur) pada masa Dinasti Umayyah bertumpu pada
bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan masjid-masjid. Beberapa kota baru atau
perbaikan kota lama telah di bangun pada masa Dinasti Umayyah yang di iringi
pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang di
21
Ibdi.,
xvii
jiwai dengan semangat Islam.22 Di pinggiran gurun Suriah tersebar reruntuhan istana yang
mulanya merupakan benteng Romawi, yang kemudian diperbaiki dan di bangun ulang oleh
arsitek Umayyah, atau yang mereka dirikan mengikuti pola arsitektur Bizantium dan
Persia.23
Damaskus yang pada masa sebelum islam merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan
Romawi Timur di Syam adalah kota lama yang di bangun kembali pada masa Dinasti
Umayyah, dan dijadikan sebagai ibu kota oleh dinasti Umayyah, di kota Damaskus ini
didirikan gedung-gedung indah yang bernilai seni, dilengkapi jalan-jalan, dan taman-taman
rekreasi yang menakjubkan. Pada masa mu’awiyyah dibangun “istana hijau” di Miyata dan
Pada masa Abdul Malik ibn Marwan penguasa kelima (697-705 M), salah seorang
pemimpin terkuat dari dinasti Umayyah, yang mempunyai perhatian besar pada
Islam yang telah ada. Pertama-tama ia membangun masjid yang di peruntukkan bagi
masalah keagamaan.25 Ia membangun Kubah Batu Karang atau Dome of The Rock atau
Qubat as-Shakrah di Yerussalem, hingga saat ini menjadi salah satu monumen Islam
terbesar. Kubah batu di bangun pada tahun 687 hingga 692 M.26
Bentuk dari masjid Kubah Batu ini mengikuti pola dari Bizantium yang berbentuk
oktagonal. Abdul Malik mendirikan bangunan ini di atas sebuah batu, yang mana menjadi
saksi sebuah peristiwa penting dalam sejarah islam. Dibatu tersebut Nabi Muhammad SAW,
22
Maryam, dkk (ed.), Sejarah, hlm.70
23
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, cet. 1, 2013), hlm. 335
24
Maryam, dkk (ed.), Sejarah, hlm. 75
25
Abdul Rochym, Sejarah Arsitektur Islam Sebuah Tinjauan (Bandung: Angkasa, 1983), hlm. 69
26
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim (Yogyakarta: UGM Press, 2006). Hlm.
47
xviii
dibawa oleh malaikat jibril ke langit untuk hadir di sisi Allah SWT. Pada peristiwa ini
Kemudian pada masa Walid ibn Abdul Malik khalifah ke-6 Dinasti Umayyah , ia
membangun Masjid Agung yang terkenal dengan nama “Masjid Damaskus”. Pada masa
khalifah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap masjid-masjid tua yang telah ada
sejak zaman Rasulullah SAW.28 Al-Walid I terkenal sebagai tokoh pembangunan masjid,
yang lazim disebut minaret. Khalifah al-Walid I membangun masjid Damaskus yang
27
Ibid., hlm. 48
28
Ibid., hlm. 75-76.
29
Rochym, Sejarah, hlm.57.
xix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
masa yang akan datang. Pemerintah Dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang
menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini di lakukan agar para ilmuan, para seniman,
dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang di kuasainya serta
islam dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai sektor telah membawa
B. Saran
Penyusun menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini. Sehingga
penyusun menyarankan apabila terdapat kekurangan dalam isi makalah ini, maka saran-
saran dan kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis serta
menjadikan semua itu menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan
makalah ini.
xx
DAFTAR PUSTAKA
https://dadanby.blogspot.com/2019/05/sejarah-berdirinya-dinasti-umayyah.html
Yunus, Mahmud. Sejarah pendidikan islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umayyah dan Abbasiyah sampai Zaman Mamluks dan Utsmaniyah.
Jakarta : PT Hida Karya Agung, 1990
Abdurrahman dkk, Dudung. Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI, 2003
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada, 2002
Karim, M Abdul. Sejarah Pemikiran Dan peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2009
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, cet, 7. Jakarta: PT Hida Karya Agung, 1963
Nata, M.A, Prof. Dr. H. Abudin. Sejarah Pendidikan Islam, cet 2, jakarta : Kencana Prenada
Group, 2014.
xxi
K. Hitti, Philip. History of The Arabs, terj. R. cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,
cet. 1, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013
Sumalyo, Yulianto. Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta: UGM
Press, 2006
xxii