Anda di halaman 1dari 9

Pengertian 4 pilar kebangsaan

Dalam Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (2015) dijelaskan tentang pengertian empat pilar
dan isinya. Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat
Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan
dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang
rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Baca juga: Menerjang Berbagai Tantangan Bangsa Melalui
Empat Pilar MPR RI Empat pilar disebut juga fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan.
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami
seluruh masyarakat. Dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa
dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat. Konsep Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara terdiri dari: Pancasila UUD 1945 NKRI Bhinneka Tunggal Ika Baca juga: Wakil Ketua MPR:
Empat Pilar Buah Perjuangan Reformasi Mahasiswa Empat pilar tersebut tidak dimaksudkan memiliki
kedudukan sederajat. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya,
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Empat
pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia untuk berdiri kukuh dan meraih
kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara Indonesia
harus memiliki keyakinan bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral keIndonesiaan yang memandu
tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Baca juga: Dalam
Pagelaran Wayang Sunda, Cepot Ikut Mensosialisasikan Empat Pilar Berikut penjelasan 4 Pilar
Kebangsaan: Pancasila Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila
memiliki fungsi sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat
Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada
Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila
merupakan falsafah negara dan pandangan atau cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi karakter
masyarakat Indonesia sehingga menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan
rujukan, acuan sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa

pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi
sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat Pancasila yuridis
formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah
negara dan pandangan atau cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi karakter masyarakat Indonesia
sehingga menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rujukan, acuan sekaligus
tujuan dalam pembangunan karakter bangsa.

Proses perumusan dasar negara, Presiden Soekarno menuangkan konsep dasar negara ke dalam
pengertian dasar falsafah (philosofische grondslag) dan pandangan komprehensif dunia (weltanschauung)
secara sistematik dan koheren. Pada 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang
Pancasila, yaitu nama dari lima dasar negara Indonesia, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Dalam Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 adalah:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa.

2.Kemanusaiaan yang adil dan beradab.

3.Persatuan Indonesia.

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan.

5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UUD 1945

Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945. Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam pembangunan karakter
bangsa. Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia untuk
mempertahankan pembukaan dan bahkan tidak mengubahnya. Terdapat empat kandungan dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan komitmen untuk tidak mengubahnya, yaitu:

1.Terdapat norma dasar universal bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

2.Terdapat empat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.

3.Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan
sistem pemerintahan

4.Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia sebab dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
rumusan dasar negara yaitu Pancasila.

NKRI
Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan komitmen terhadap NKRI.
Karakter yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia dalah karakter yang memperkuat dan
memperkukuh komitmen terhadap NKRI. Bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali,
apalagi menggoyahkan NKRI. Maka rasa cinta terhadap tanah air perlu dikembangkan dalam
pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa melalui pengembangan sikap demokratis
dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, bukan memecah belah NKRI.

Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka


Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap bersatu dalam ikatan
sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri dari beragamnya suku, agama, ras dan
antargolongan (SARA). Keberagaman ini harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural,
bersifat kodrati dan alamiah. Keberagaman bukan untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu dengan
yang lain sehingga berakibat pada terpecah belah. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika harus dapat
menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

TUJUAN 4 PILAR KEBANGSAAN


Tujuan Empat Pilar Kebangsaan Pemilihan nilai-nilai empat pilar adalah untuk mengingatkan
kembali kepada seluruh komponen bangsa agar pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara terus dijalankan. Dengan tetap mengacu kepada tujuan negara yang dicita-citakan, serta
bersatu padu mengisi pembangunan agar bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera.

Sosialisasi 4 pilar kebangsaan


Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan Seluruh anggota MPR melakukan sosialisasi empat pilar
kebangsaan menyasar pada penyelenggara negara dan kelompok masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia. Sosialisasi dilaksanakan dengan berbagai metode dan melalui praktik di lingkungan instansi-
instansi di setiap tingkatan pemerintahan, perusahaan negara dan swasta, organisasi kemasyarakatan,
partai politik dan kelompok masyarakat lainnya.

Dasar pelaksanaan sosialisasi empat pilar kebangsaan adalah Undang-undang Nomor 27 Tahun
2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat 1. Dalam UU tersebut disebutkan, salah satu
tugas MPR adalah mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan UUD 1745. Kegiatan
sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dinilai penting karena MPR menilai masih banyak penyelenggara
negara dan kelompok masyarakat yang belum memahami dan mengerti tentang nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Tanpa gerakan nasional pemasyarakatan dan pembudayaan Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, esksistensi dan peranannya dari waktu ke waktu akan memudar.
Kemudian pada gilirannya akan memengaruhi penyelenggaraan negara.

Sejarah 4 Pilar Kebangsaan


Kelahiran 4 pilar kebangsaan ini pertama kali diprakarsai oleh Taufiq Kiemas, yaitu ketua MPR,
yang dilantik melalui aklamasi, sekitar tahun 2009.Setelah beliau terpilih, secara maraton Taufiq
menyelenggarakan berbagai bentuk pertemuan dengan pemimpin dari Lembaga MPR untuk membuat
program guna menyebarluaskan UUD 1945 dan juga Pancasila.Nah, disinilah ide keempat pilar
kebangsaan itu dimulai. Gagasan ini dibuat dengan tujuan dalam rangka menunjukkan betapa pentingnya
menjaga persatuan dan kesatuan serta mempraktekkan Pancasila dalam kehidupan.

Di awal kemunculannya, gagasan empat pilar kebangsaan dihadapkan dengan banyak kritikan dan
perdebatan. Keempat pilar kewarganegaraan yang berasal dari UUD 1945, Pancasila, NKR, dan juga
Bhineka Tunggal Ika yang ini dinilai tidak pantas untuk disejajarkan.Terutama pada Pancasila, karena
pancasila sebagai pondasi negara ini, memiliki nilai yang lebih tinggi daripada tiga pilar lainnya. Selain
itu, perdebatan ini juga muncul dari penentuan tanggal lahir Pancasila pada 1 Juni 1945.Sebab, terdapat
beberapa pihak lainnya yang memiliki pendapat bahwa Pancasila terbentuk pada tanggal 18 Agustus 1945
setelah adanya diratifikasi oleh PPKI sebagai dasar negara Indonesia.
MENJAGA 4 PILAR KEBANGSAAN
Menurut beberapa ahli, untuk menjaga 4 pilar kebangsaan tersebut dibutuhkan pendekatan
khusus. Beberapa pendekatan tersebut diantaranya adalah pendekatan Kultural, Pendekatan Edukatif,
Hukum, dan Struktural.

1. Pendekatan Kultural

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal lebih mendalam
kepada generasi muda. Ini bertujuan untuk membentuk generasi muda yang mengedepankan norma dan
budaya bangsa.

Pembangunan dan teknologi dapat berjalan dengan memperhatikan potensi dan kekayaan budaya negara
Indonesia tanpa mengeliminasi adat istiadat yang ada.

2. Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif sangat diperlukan untuk memberikan pendidikan yang layak kepada generasi
penerus. Ini diharapkan dapat mengurangi tindak kriminal yang dilakukan generasi muda, misalnya
tawuran, pencurian, hingga pembunuhan.

Itu sebabnya lembaga pendidikan baik sekolah maupun keluarga menjadi faktor penentu bagi generasi
muda. Sekolah dan orang tua harus dapat memberikan wadah yang baik bagi anak muda untuk
menyalurkan ide dan kreatifitas mereka untuk hal-hal yang positif.

3. Pendekatan Hukum

Ini merupakan tindakan tegas terhadap segala tindak kekerasan, misalnya tawuran, bully, dan lain-lain.
Norma hukum hanya dapat berfungsi bila ditegakkan dengan tegas sehingga memberikan efek jera bagi
para pelaku tindak kekerasan dan kriminal.

4. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dapat dimulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, kepala desa, camat, lurah
sampai bupati/wali kota hingga gubernur. Kegiatan-kegiatan yang dapat mempersatu masyarakat harus
selalu diupayakan oleh lembaga sosial dan aparatur negara tersebut.

Definisi Wawasan Kebangsaan


Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan”
berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang.
Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia
dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti
kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta
berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan
bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga
dari suatu negara. Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang
yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Prof. Muladi, Gubernur (Lemhannas RI 2005-2011), meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau
integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan
ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan.

Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-
budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin
kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata
berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional.
Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan
peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan
masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang mengandung
kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa
dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal
dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia
di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan
keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana
kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa
memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:

1.    Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa;

2.    Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan besatu;

3.    Cinta akan tanah air dan bangsa;

4.    Demokrasi atau kedaulatan rakyat;

5.    Kesetiakawanan sosial;

6.    Masyarakat adil-makmur.

 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan


1.      Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya.
Bangsa Indonesia mempunyai organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan
kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada berbagai
kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

2.      Isi (Content)

Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta
tujuan nasional.
 

3.      Tata laku (Conduct)

Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku, yang terdiri dari :

·         Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku dari bangsa Indonesia.

·         Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa berdasarkan kekeluargaan
dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga
menyebabkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional

  Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk bangsa Indonesia (golongan/suku)
terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas Wawasan Kebangsaan terdiri dari:

1.       Kepentingan/Tujuan yang sama

2.       Solidaritas

3.       Keadilan

4.       Kerjasama

5.       Kejujuran

6.       Kesetiaan terhadap kesepakatan

 Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam pengertian cara
pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Berarti
setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh lembaga
negara.
Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada pencapaian tujuan
nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan kebangsaan
untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain adalah
pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan ketahanan nasional
adalah kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan
dengan sukses. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara secara
budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,
geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan
politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan
Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.

Kesimpulan
Pertumbuhan wawasan kebangsaan adalah bahwa wawasan kebangsaan sebagai sudut pandang
suatu bangsa dalam memahami keberadaan jati diri dan lingkungannya pada dasarnya merupakan
penjabaran falsafah bangsa itu sesuai dengan keadaan wilayah suatu negara dan sejarah yang dialami.
Wawasan ini menentukan cara suatu bangsa memanfaatkan kondisi geografis,sejarah,social budaya dalam
mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional serta bagaimana bangs itu memandang diri dan
lingkungannya baik dari dalam maupun luar.

Anda mungkin juga menyukai