1
M.Quraish shihab, wawasan Al-Qur’an, (bandung:Mizan,1996),cet.III,hlm.261.
2
Ibid, hlm.205
3
Ibid, hlm.261
Q.S Al-Mu’minun [23] : 12-13). Dengan demikian, sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterimakasih kepada yang menciptakannya.
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indra,
berupa pendengaran , penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. (lihat Q.S Al-nahl [16] : 78 ).
Ketiga, karena Allah- lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia,seperti bahann makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,udara,binatang ternak dan sebagainya ( Lihat Q.S
Al-Jatsiyah [45]:12-13).
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan menguasai daratan dan lautan(Lihat Q.S Al-Isra`[17]:70).
Namun demikian, sungguhpun Allah telah memberikan kenikmatan kepada
manusia sebagaimana disebutkan diatas bukanlah menjadi alasan Allah perlu
dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak,tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya.
Akan tetapi,sebagaimana manusia sudah sewajarnya menunjukkan sikap akhlak yang
pas kepada Allah
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Diantaranya
dengan tidak menyekutukan-Nya. (Lihat Q.S Al- Nisa [ 4 ]: 116), takwa kepada-Nya (
Q.S Al- Nur [24 ]:35), mencintai-Nya ( Q.S Al- Nahl [16 ]: 72 ), ridha dan ikhlas
terhadap segala keputusan- Nya dan bertaubat (Q.S Al – Baqarah [2]:222), menyukuri
nikmat-Nya (Q.S Al – Baqarah[2]: 152), selalu berdoa kepada-Nya ( Q.S Al-Ghafir
[40 ]: 60), beribadah ( Q.S Al- Azariyat [51 ]:56),meniru – niru sifat-Nya,dan selalu
berusaha dan mencari keridlaan-Nya ( Q.S Al – Fath [ 48 ]: 29).
Sementara itu, Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa Tiada Tuhan Melainkan Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji: demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun
tidak akan mampu menjangkaunya.4 Berkenaan dengan akhlak keoada Allah
dilakukan dengan cara banyak memujinya (QS Al-Naml [27] : 93, Ash-Shaffat [37]:
159-160 ). Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal
kepada-Nya (QS Al-Anfal [6] : 6 ), yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
yang menguasai diri manusia.