Anda di halaman 1dari 3

sebagai salah satu upaya penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara di tengah

masyarakat, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat Dapil
Jabar XIII Yosa Octora Santono  gelar kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) di Rumah Aspirasi/Kantor Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) Partai Demokrat Kabupaten Pangandaran, Sabtu (22/1/2022). 
Digelar dengan jumlah terbatas guna mematuhi protokol kesehatan, kegiatan Sosialisasi 4
Pilar juga dilakukan, dalam  rangka program Citra Bhakti/Parlemen dalam Sketsa
Kebangsaan. 
Dalam pelaksanaannya peserta sosialisasi 4 Pilar tersebut berasal dari Dewan Pimpinan
Anak Cabang (DPAC), kader, simpatisan dan kader muda Partai Demokrat Pangandaran. 
Yosa mengungkapkan, kegiatan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan oleh DPRD Provinsi Jawa
Barat mendapatkan respon positif dari masyarakat. 
Yosa yang juga merupakab Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Jabar menyatakan,
bahwa kegiatan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan  merupakan kegiatan yang sangat penting
bagi penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara khususnya terhadap masyarakat
terkhusus para kader partai. 
Yosa menyampaikan, bahwa Pilar adalah Tiang Penguat (Bangunan), Pilar juga sebagai
dasar (yang pokok) atau induk serta tiang penyangga. 
"Pentingnya pilar-pilar kebangsaan yaitu Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara
serta Ketetapan MPR, NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebagai Bentuk Negara,
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara"katanya. 
Sedangkan lanjut Yosa, dasar hukum sosialisasi 4 Pilar MPR RI adalah UU Nomor 17 Tahun
2014 jo UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 5 huruf a dan
b, Pasal 11 C. Selain itu juga Peraturan MPR RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang tata Tertib
MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf C. 
Serta yang terakhir Inpres No.6 Tahun 2005 tentang dukungan kelancaran pelaksanaan
sosialisasi UUD NRI Tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR. 
Yosa dalam pemaparannya menerangkan pengertian pilar, menurutnya ada tiga poin yakni
satu tiang penguat (bangunan), dasar (yang pokok)induk dan tiga adalah tiang Penyangga
(Geladak Kapal). 
"Sedangkan yang ketiga dalam 4 pilar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sesungguhnya masih banyak pilar-pilar kehidupan lainnya seperti bendera, bahasa, lambang
negara dan lain lain"ujarnya. 
Ia juga menerangkan, Tantangan Kebangsaan Menurut TAP MPR No.VI Tahun 2001
Tentang Etika Kehidupan Berbangsa dibagi dua. Ada internal dan eksternal. 
Selain itu juga kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan
tokoh bangsa dan terakhir tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. Sementara
untuk yang eksternal ada dua yakni globalisasi. 
Menurutnya pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar
bangsa yang semakin tajam. 
“Poin kedua kapitalisme, dimana makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam
perumusan kebijakan nasional,” ujar Yosa. 
Yosa berharap apa yang disampaikan kepada para kader partai demokrat dapat bermanfaat
dan dapat disampaikan minimal di lingkungan masyarakat sekitarnya dalam upaya membuat
masyarakat paham terkait pengertian  4 Pilar Kebangsaan serta implementasinya.
Pengertian Empat Pilar Kebangsaan
Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat
Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai
macam gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa
berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh.
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang
harus dipahami seluruh masyarakat. Dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan
untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.
Konsep Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara terdiri dari:

 Pancasila
 UUD 1945
 NKRI
 Bhinneka Tunggal Ika
Empat pilar tersebut tidak dimaksudkan memiliki kedudukan sederajat. Setiap pilar memiliki
tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Empat pilar tersebut
merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia untuk berdiri kukuh dan meraih
kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Setiap warga negara
Indonesia harus memiliki keyakinan bahwa empat pilar tersebut adalah prinsip moral
keIndonesiaan yang memandu tecapainya kehidupan bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi
sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat
Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan
berlandaskan pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku
kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan atau cara hidup
bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga
menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rujukan, acuan
sekaligus tujuan dalam pembangunan karakter bangsa.
Dalam proses perumusan dasar negara, Presiden Soekarno menuangkan konsep dasar
negara ke dalam pengertian dasar falsafah (philosofische grondslag) dan pandangan
komprehensif dunia (weltanschauung) secara sistematik dan koheren.
Pada 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pemikirannya tentang Pancasila, yaitu nama
dari lima dasar negara Indonesia, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Kemanusaiaan yang adil dan beradab.
 Persatuan Indonesia.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia dan dasar
negara Republik Indonesia.
Dasar negara ini kukuh karena digali dan dirumuskan dari nilai kehidupan rakyat Indonesia
yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa. Karena itu Pancasila disepakati
secara nasional, merupakan perjanjian luhur yang harus dijadikan pedoman bagi bangsa,
pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.
UUD 1945
Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam Pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945.
Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan dalam pembangunan karakter bangsa.
Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia
untuk mempertahankan pembukaan dan bahkan tidak mengubahnya.
Terdapat empat kandungan dalam Pembukaan UUD 1945 yang menjadi alasan komitmen
untuk tidak mengubahnya, yaitu:

 Terdapat norma dasar universal bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka dan
berdaulat.
 Terdapat empat tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
 Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang
bentuk negara dan sistem pemerintahan
 Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia sebab dalam Pembukaan
UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
 
NKRI Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan
komitmen terhadap NKRI. Karakter yang dibangun pada manusia dan bangsa Indonesia
dalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap NKRI. Bukan
karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan NKRI. Maka rasa
cinta terhadap tanah air perlu dikembangkan dalam pembangunan karakter bangsa.
Pembangunan karakter bangsa melalui pengembangan sikap demokratis dan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia. Pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, bukan memecah belah NKRI.
Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap
bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri dari
beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman ini harus
dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural, bersifat kodrati dan alamiah.
Keberagaman bukan untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu dengan yang lain
sehingga berakibat pada terpecah belah. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika harus dapat
menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Tujuan Empat Pilar Kebangsaan
Pemilihan nilai-nilai empat pilar adalah untuk mengingatkan kembali kepada seluruh
komponen bangsa agar pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara terus dijalankan. Dengan tetap mengacu kepada tujuan negara yang dicita-
citakan, serta bersatu padu mengisi pembangunan agar bangsa Indonesia lebih maju dan
sejahtera.
Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan
Seluruh anggota MPR melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan menyasar pada
penyelenggara negara dan kelompok masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Sosialisasi
dilaksanakan dengan berbagai metode dan melalui praktik di lingkungan instansi-instansi di
setiap tingkatan pemerintahan, perusahaan negara dan swasta, organisasi kemasyarakatan,
partai politik dan kelompok masyarakat lainnya.
Dasar pelaksanaan sosialisasi empat pilar kebangsaan adalah Undang-undang Nomor 27
Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Pasal 15 ayat 1. Dalam UU tersebut
disebutkan, salah satu tugas MPR adalah mengkoordinasikan anggota MPR untuk
memasyarakatkan UUD 1745.
Kegiatan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dinilai penting karena MPR menilai masih
banyak penyelenggara negara dan kelompok masyarakat yang belum memahami dan
mengerti tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa gerakan nasional
pemasyarakatan dan pembudayaan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
esksistensi dan peranannya dari waktu ke waktu akan memudar. Kemudian pada gilirannya
akan memengaruhi penyelenggaraan negara.

Anda mungkin juga menyukai