Diikat dengan nilai kehidupan masyarakat yaitu dengan Pancasila 3. Kebangsaan Pancasila membentuk hukum dasar/ UUD 45 4. Mewujudkan NKRI
PERSATUAN INDONESIA
Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Cinta Tanah Air dan Bangsa. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika.
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Utamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Musyawarah untuk mufakat dalam semangat kekeluargaan. Iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. Musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai kebenaran dan keadilan.
UUD 1945
Landasan Konstitusional atas landasan ideal yaitu Pancasila Alat pengendalian sosial (a tool of social control) Alat untuk mengubah masyarakat ( a tool of social engineering) Alat ketertiban dan pengaturan masyarakat.
Sarana mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin. Sarana penggerak pembangunan. Fungsi kritis dalam hukum. Fungsi pengayoman Alat Politik
Menurut moderator, sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara ini sangat penting karena saat ini masih banyak komponen masyarakat yang belum memahami dan mengerti tentang nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena itu, sosialisasi ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan jiwa nasionalisme masyarakat sehingga memberikan landasan yang kuat bagi bangsa untuk terbentuknya good governance. Kegiatan diikuti sedikitnya oleh 90 lebih mahasiswa Fisipol Unrika. Dalam sesi diskusi, berbagai pertanyaan mengalir yang menghidupkan suasana. Wakil Rektor III Unrika Dahrul Aman Harahap sangat berharap agar sosilisasi tersebut tidak berhenti pada acara di Unrika saja, mengingat pentingnya pemahaman empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Sosialisasi 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara Diharap Menjadi Motivasi Pendidikan Tgl: 26/05/2013 21:49 Reporter: Khaeruddin Borahim KBRN, Makassar: Empat Pilar Kehidupan berbangsa dan bernegara terus disosialisasikan di tengah masyarakat, dengan tujuan generasi anak bangsa tidak luput dari nilainilai budaya berkebangsaan dan bernegara. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyar Republik Indonesia (MPR-RI), Akmad Farhan Hamid, usai menutup Sosialisasi Empat Pilar Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan RI dan Bhineka Tunggal Ika di Hotel Aston Makassar, Minggu malam (26/5/2013), berharap, melalui sosialisasi ini tentunya memberi makna terhadap anak generasi muda untuk memberikan tiang prospek terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, supaya terhindar dari berbagai tindakan-tindakan melanggar aturan undangundang.
Dikatakan, peserta yang hadir dalam sosialisasi empat pilar harus memiliki pengalaman dalam mendidik generasi muda anak bangsa. Sementara Asisten 4 Provinsi Sulawesi Selatan H.Ahmad Mappagio dalam juga menuturkan dengan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara ini langkah penting untuk tetap bisa hidup lebih maju dan moderen, sehebat apapun suatu negara jika ideoliginya melayang maka tunggu saja negara ini akan hancur. Karena itu, pihaknya sangat mendukung sosialisasi 4 pilar kehiduapan berbangsa dan bernegara, yang diikuti ratusan peserta dari 24 Kabupaten kota se Sulawesi Selatan. (Khaeruddin/AKS)
1. Pancasila Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. 1. Makna Nilai dalam Pancasila a. Nilai Ketuhanan Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama. b. Nilai Kemanusiaan Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. c. Nilai Persatuan Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia d. Nilai Kerakyatan Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. e. Nilai Keadilan Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah. Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia. 2. UUD 45 Dalam UUD 45 disana tertuang Tujuan Negara yang tertuang dalamPembukaanUUD 1945 adalah Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpahdarah Indonesiahal inimerupakan tujuan Negara Rumusan Memajukankesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini merupakan tujuan Negara hokum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Adapun tujuan umum atau internasion aladalah ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapa tujuan tersebut diperlukan aturan-aturan yang kemudian diataur dalam pasal-pasal, maka dalam kehidupan berbangsa dan bernegera semestinya mentaati aturan yang sudah diundang-undangkan. 3. NKRI Kita tentunya sudah tahu bahwa syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). NKRI lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Sebab itu, NKRI adalah prinsip pokok, hukum, dan harga mati. NKRI hanya dapat dipertahankan apabila pemerintahan adil, tegas, dan berwibawa. Dengan pemerintahan yang adil, tegas, dan berwibawalah masalah dan konflik di Indonesia dapat diselesaikan. Demi NKRI, apa pun akan kita lakukan. NKRI adalah hal
pokok yang harus kita pertahankan. 4. Bhineka Tunggal Ika Suatu hari Megawati Soekarnoputri pernah mengemukakan, Pancasila bukan hanya falsafah bangsa, tetapi juga bintang yang mengayomi kehidupan seluruh rakyat. Dan Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat dan semua kepulauan yang ada di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap satu. Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14 yang mengajakan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha. Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini kemudian diTerjemahkan sbb: Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. Artinya, walapun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama, dan bangsa tetapi adalah bangsa Indonesia. Pengukuhan ini telah dideklarasikan semenjak tahun 1928 yang terkenal dengan nama "sumpah pemuda". Namun, sekarang Bhineka Tunggal Ika pun ikut luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia Merdeka memudar, seperti pelita kehabisan minyak. Kehawatirannya adalah Akibat lupa, semuanya akan menjadi petaka, nanti akan muncul kembali kata-kata "saya orang ambon", "saya orang Jawa" karena saya yang menonjol maka saya harus menjadi pemimpin. Juga akibat otonomi daerah orang yang berasal dari PNS Pemda Jawa Barat misalnya susah untuk pindah menjadi PNS di Pemda Sumatera Utara, akibatnya terjadilah pengkotakan PNS. Pengkotakan PNS akan menimbulkan "otonomi daerah" yang salah kaprah, atau merupakan raja-raja kecil di daerah. Demikian empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang semestinya harus kita jaga, pahami, hayati dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana pancasila yang menjadi sumber nilai menjadi idealogi, UUD 45 sebagai aturan yang
semestinya ditaati, dan NKRI adalah harga mati, serta Bhinike tunggal ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai 4 pilar tersebut yakinlah tujuan yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud. Tulisan ini dipresentasikan dalam acara Reses DPR RI
Dalam kegiatan sosialisasi yang dikuti oleh ratusan guru, Ormas serta pemuda itu, Wakil Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah dalam sambutannya mengatakan, guru merupakan figur yang dipanuti oleh muridnya dibanding figur di pemerintahan. Bahkan, dalam terkadang dalam kelurga si anak lebih membela pendapat gurunya daripada orang tuanya sendiri. "Melihat kondisi ini, memang tepat jika sosialisasi empat pilar berbangsa dan bernegara ini disampaikan oleh para guru sebagai upaya berkelanjutan memberikan pemahaman kepada generasi penerus," kata Mahyeldi. Mahyeldi juga mengulas, terjadinya ketidakdisiplinan siswa, tawuran dan penimpangan - penyimpangan lainnya sebagai akibat dari tidak pahamnya mereka pada nilai berbangsa dan bernegara. "Dasar pemahaman inilah yang membuat generasi penerus termotivasi untuk berprilaku lebih mengedepankan sikap nasionalisme sehingga bersemangat dalam menuntut ilmu," pungkasnya. (der)
Lain halnya dengan Anggota Komisi V DPR RI yang juga kader MKGR, Hetifah, menilai penyebab ketertinggalan bangsa Indonesia dari bangsa lain adalah buruknya kinerja aparatur negara, termasuk anggota DPR RI yang masih jauh dari kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Wakil Ketua MPR RI, Priyo Budi Santoso, yang juga tokoh MKGR mengatakan,sistem ketatanegaraan kita sekarang merupakan hasil reformasi dan amandemen UUD 1945, dan butuh waktu untuk menyempurkan fungsinya. Ia mengimbau masyarakat kembali memperdalam empat pilar kebangsaan tersebut, mari kita tanamkan kembali gotong royong, musyawarah mufakat, toleransi, persatuan dan kesatuan, tambahnya.
Rabu (8/5) Berangkat dari MoU yang telah ditandatangani oleh MPR bersama PGRI, akhirnya kegiatan sosialisasi empat pilar berbangsa dan bernegara dapat dilaksanakan di aula lantai 1 Balaikota Depok. Hadir dalam acara ini Wakil Walikota Depok KH. Idris Abdul Somad, MA, Eman Hidayat, MM, Kadisdik Kota Depok Herry Pansila, Delegasi MPR RI, TB Sumanjaya, Perwakilan dari DPR RI: Harry Witcaksono, Erik Satria Wardana, Pengurus PGRI Kota, Cabang dan ranting se-Kota Depok. Eman Hidayat, MM Ketua PGRI Kota Depok selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan penyegaran kembali akan 4 pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Diharapkan melalui acara ini, akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, masyarakat, anak-anak didik agar lebih memahami dan menghayati landasan negara kita. Hadir 300 peserta yang terdiri dari: guru; sd, smp, sma, dan sma, pengawas, kepala UPT, PGRI, BPMPS, dan dewan pendidikan. Adapun pembiayaan dan akomodasi sepenuhnya dikeluarkan oleh MPR RI. Eman berharap agar para peserta harus bersungguh-sungguh mengikuti, dan menghayati, serta mensosialisasikan kepada anak didik dan masyarakat, tentang 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, Yaitu: Pancasila, UUD, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal ika. Sementara itu Wakil Walikota mengatakan para peserta harus semangat untuk mengikuti acara ini. 4 Pilar tersebut harus dipahami, dihayati, dijaga dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari. PGRI lagi-lagi dihimbau agar bersungguh-sungguh mengikuti acara, agar dapat mensosialisasikan kembali dan mengajarkan kepada anak-anak didik di Kota Depok. Agar Anak-anak didik tersebut dapat memahami 4 pilar tersebut, sehingga tawuran pelajar dan segala bentuk perilaku yang bersifat konflik serta separatis akan terminimalisasi. 4 pilar tersebut adalah: Pancasila, UUD, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tunggal ika.
Wakil Walikota atas nama Pemerintah Kota Depok mengucapkan rasa terimakasih atas perhatian MPR RI terhadap dunia pendidikan dan upaya penanaman landasan negara kepada PGRI dan dunia pendidikan di Kota Depok. Berbuatlah yang terbaik untuk negara, Jangan kau tanya apa yang telah diberikan negara untukmu, tetapi renungkanlah apa yang telah kau berikan untuk negara!, tuturnya. Ketua Delegasi dari MPR RI, TB Sumanjaya menyampaikan rasa syukurnya, dapat melaksanakan MoU yang telah ditandatangani oleh MPR RI dan PGRI Kota Depok. Acara ini bertujuan mensosialisasikan dan mengingatkan kembali akan pentingnya 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Pilar- pilar bangsa tidak semata-mata hanya disimbolkan melalui 4 hal tersebut, bahkan lagu kebangsaan, bahasa, bendera dapat dimaknai sebagai pilar bangsa, jika kita sadar akan kecintaan terhadap bangsa, dan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan, serta etika dan moral yang patut dijungjung tinggi, tuturnya. Penanaman da upaya mengingatkan kembali akan 4 pilar bangsa tersebut semata-mata adalah untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, juga demi kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia. ( Endang)