Anda di halaman 1dari 3

Madura, Akulah Darahmu

Di atasmu, bongkahan batu yang bisu


tidur merangkum nyala dan tumbuh berbunga doa
biar berguling di atas duri hati tak kan luka
meski mengeram di dalam nyeri cinta tak akan layu
dan aku
anak sulung yang sekaligus anak bungsumu
kini kembali ke dalam rahimmu, dan tahulah
bahwa aku sapi karapan
yang lahir dari senyum dan air matamu.

Seusap debu hinggaplah, setetes embun hinggaplah,


sebasah madu hinggaplah
menanggung biru langit moyangku, menanggung karat
emas semesta, menanggung parau sekarat tujuh benua.

Di sini
perkenankan aku berseru:
- Madura, engkaulah tangisku.
Bila musim labuh hujan tak turun
kubasahi kau dengan denyutku
bila dadamu kerontang
kubajak kau dengan tanduk logamku
di atas bukit garam
kunyalakan otakku
lantaran aku adalah sapi kerapan
yang menetas dari senyum dan air matamu.

Aku lari mengejar ombak aku terbang memeluk bulan


dan memetik bintang gemintang
di ranting-ranting roh nenek-moyangku.

Di ubun langit 'ku ucapkan sumpah:


- Madura, akulah darahmu.

KARYA : ZAMAWI IMRON


"Senja Di Pelabuhan Kecil"
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
KARYA : (Chairil Anwar,1946)

KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI


Karya : Taufiq Ismail

Tidak ada pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku ?"

Tidak ada lagi pilihan lain


Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
Kau ini bagaimana atau aku harus
bagaimana….
 
Kau ini bagaimana…
Kau bilang aku merdeka
Tapi kau memilihkan untukku segalanya Kau ini bagaimana..
Kau ini bagaimana… Kau bilang bicaralah
Kau suruh aku berfkir Aku bicara kau bilang aku ceriwis
Aku berfikir kau tuduh aku kafir Kau bilang kritiklah
Aku harus bagaimana… Aku kritik kau marah
Kau suruh aku bergerak Kau bilang carikan alternatifnya
Aku bergerak kau waspadai Aku kasih alternative kau bilang jangan
mendikte saja
Kau bilang jangan banyak tingkah Kau ini bagaimana
Aku diam saja kau tuduh aku apatis Aku bilang terserah kau
Kau ini bagaimana… Kau tak mau
Kau suruh aku memegang prinsip Aku bilang terserah kita
Aku memegang prinsip Kau tak suka
Kau tuduh aku kaku Aku bilang terserah aku
Kau ini bagaimana… Kau memakiku
Kau suruh aku toleran Kau ini bagaimana
Aku toleran kau tuduh aku plin-plan Atau aku harus bagaimana
Aku harus bagaimana…
Kau suruh aku bekerja KARYA : GUSMUS
Aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa
Tapi khotbah keagamaanmu membuatku sakit
jiwa
Kau suruh aku mengikutimu
Langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum
Kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin
Kau mencontohkan yang lain
Kau bilang Tuhan sangat dekat
Kau sendiri memanggil-manggilnya dengan
pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai
Kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun
Aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung
Aku menabung kau menghabiskannya
Kau suruh aku menggarap sawah
Sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah
Aku punya rumah kau meratakannya dengan
tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi
permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggungjawab
kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bis
Showab
Kau ini bagaimana..
Aku kau suruh jujur
Aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar
Aku sabar kau injak tengkukku
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku
Sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku
Aku sapa saja kau merasa terganggu

Anda mungkin juga menyukai