Kabar Malam
2012
Tema Jason Bourne
Mungkin lenyap
Pemburuan sengit
Di batas cuaca
Terminal sentra
2013
Malam dalam Sebuah Sajak
2013
Di Ruang Itu
Di ruang itu
Kami bertiga saja
Bapa, dia dan saya
Adapun Bapa
Diam dan rahasia
Sebagai biasa
Adapaun dia
(Dan saya)
Saling mereka
Lelakon apa
Tema apa kiranya
Dalam jeda ini
Layak bagi kita
Yang tak muda lagi
Dua pemburu
Gelisah di sampin tabu
2012
Dunia Tak Begitu Buruk
2012
Aku Hanya Perlu
Menajamkan huruf-hurufnya
2012
Gawang
Bergantian menyambangi
2012
Laut
ketiadaan.
Di Rumah Duka
bukit-bukit baru tumbuh dari balik kabut seperti payudara anak gadis tiga belas tahun
ladam kuda memercikkan api di jalan raya, dulu para rodi bergelimpang mati di situ
sabun wangi yang tercium dari leher gadis-gadis baru pulang dari pemandian air panas
bertanya-tanya dalam hati di mana putar roda hidup ini akan berhenti
tapi kini Alimaca kau dengar suara mereka bukan gemerincing suara sabda
menyumbul pusarmu yang besar, menyumbul hari depan yang cepat-cepat buyar
pada lantai berderak bunyi jatuhnya bagai derak gigi kereta api di jalan menanjak
angin dataran tinggi membawa kabut bikin arah tak tampak, Alimaca
ladam kuda berdentang-dentang di jalan raya, hari lalu bergetar di atas tempat tidur
Kalau kau tak mau, Uda, terpaksa pada buhul ini aku minta
tapi tak bisa kembalikan hati yang terseret riak kecil asmara
Jembatan ambruk
di bawahnya sungai
kuning tembikar
ke sudut matamu
menjela sampai
Rombongan sepeda
di atasnya jungkir-balik
antara tertawa dan menangis
kau kata, “habislah dia
habis!”
Sungai berbusa
pahit paya
kaki bakau
ke tepi pipimu
menjulur sampai
Puncak hidup
antara berhiba
dan gembira
kau kata, “derita,
hempas-
hempaslah kami!”
Jembatan ambruk
sisa perang panjang
ke dalam dirimu
runtuhnya sampai
Tini Menemui Ajal
Tini pulang
jam tiga petang
ketika pasar
sedang ramai
seperti bunyi
troli pada kapal
atau ban pecah
di pinggang pendakian
Tini pulang
kami menangis
entah girang: hore hore!
selamat berkabung
seluruh kampung
Akan kupasang jerat antara tidur dan jagamu, pada siang dan malammu
Aku seru pada yang hilang akan kembalilah dia padaku selalu
Tapi tiap kau melenggang ketiakmu lepas ke tahan seperti kain basah
Gelengmu lepas dari kepala yang tidak berani tengadah atau bilang ya
Kau pelihara rasa gamang itu bagai lupa dalam buku sejarah
Kapal karam
menjelang di Pulau Pandan
padahal angin hanya diam
dan langit tampak
tak kusam
Laut tenang
kalut dukamu
membawa asin garam
dalam pasang
ke pantai-pantai
panas berdengkang
Laut tenang
dalam deritamu
kapal karam
jadi
silam
Samsinar Pulang dari Pasar
Samsinar pulang
dari pasar
pukul empat petang
membawa santan
berkebat serai
dan rukuruku
Untuk menggulai
ikan macoaji
tangkapan bagan
nelayan Purus
mengelinjang
dalam kuali
Aku suaminya
tidur bergelung
di tengah rumah
hilang marwah
Celaka dia!
Amin semesta
Pacu Sapi di Simabur
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
Mimbar Indonesia
Th. XIV, No. 25
18 Juni 1960
GERILYA
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya
HAI, KAMU !
Nopember 1959
LAGU SEORANG GERILYA
(Untuk puteraku Isaias Sadewa)
Oleh :
W.S. Rendra
Sebunga Doa
Dan sentuhan
Mengeja alis mata
Menafsirkan saraf matamu
Yang tajam
Di Gaza
Purwokerto, 2015
Jarak