Anda di halaman 1dari 31

SENJA

yang kuminta dalam hidup

telah kuberikan pada hidup.

jakarta

singapura

dan praha

telah cukup.

tinggal genta

kerbau berkubang,

hijau alam

damai kampung halaman

yang memelukku dari belakang.


MALU

Terlucut tabir yang menghijab nafasku

Sewaktu kulidahkan gelembung jiwaku

Celakanya, keinginan tak lebih sekadar harap

yang mengangkasa, hanya membilang bahwa

Angan-angan masih bekerja dengan baik

Mencirikan manusia

Jatuhnya menoreh luka

Seiring hanya pada kehampaan menghamba

Tergelitik telingamu oleh kegagalanku dan

Seperti badik yang deras menghunjam

Di belakangku kau ayunkan tawa

ke ulu jiwaku yang tak lagi berbusana

Terpelanting aku ke tubir cibir

Ah luka! Di mana mengalir darahnya


GAGAL

waktu begitu leluasa meminta cemasmu


dalam tunggu gugur namamu
dari mimpi yang kau buru
kau picing mata. dunia
menyempit seketika seolah hanya seluas stadion rose bowl di california.
nyaring harapanmu jatuh berkeping
meruncing menusuk kuping. menyudutmu seolah kau roberto bagio yang
membuang mimpi italia menjuarai piala dunia dengan melambungkan bola ke udara
lantaran gelar pemain terbaik dunia memberat di pundaknya.
tapi kau bukan dia dan kegagalan adalah anak tangga yang selalu minta sedekah langkah
bijak untuk undak-undak menuju puncak. seperti jeda kompetisi pada bursa transfer januari,
di mana setiap tim berkesempatan memperbaiki posisi.
maka jadilah seperti maradona, seorang diri mampu mengubah hasil kompetisi dan susunlah
puing-puing asa sebagaimana aston villa mengenang kejayaannya sebagai modal memulai
musim baru premier league dari jurang degradasi.
bukankah kau tahu, waktu berputar seperti bola, setia menyuguhkan drama juga
peristiwa tak terduga. lihat saja bagaimana otto rehhagel membawa kuda hitam yunani
menghancurkan prediksi; lihat juga bagaimana manchester united menghapus nama bayern
munich di menit-menit akhir
SUDUT PANDANG

sepasang matamu; mata

pengetahuan dan mata dadu.

alangkah mengkhawatirkan

sudut pandangmu,

mendudukkan kebenaran senasib

ayam; disayur atau disabung asal berbuah untung.


PERSADA

kepada laut, sawah,

ladang yang jauh,

kota-kota menyusu dan

tumbuh.

o persada,

kian tinggi

kian pandai

engkau mengeluh.
BALIHO

di sanding iklan sedot wc

yang menodai batang tubuhnya

adakah kau baca pesan

peringatan dari pepohonan sepanjang jalan?

baliho

lambang dan foto

unjuk jurus dan rumus-rumus

kesejahteraan.

"awas jatuh korban! ini perang lebih sopan"


MURAL

bukan penjajah,

mural hanyalah mural.

kecut-sial si miskin dan anak-anak telantar

yang tercurah di dinding tebal.

kau pengecut, lekas

menghapusnya karena takut.


MEMBACA SAJAK WIJI THUKUL

membaca wiji

huruf-huruf jujur berkata

"wiji masih menanti

di gang sehitam laras senapan

ia mencari nyawa keadilan yang dicuri."

waktu yang menelannya tak ada

hanya batuk dan

kegelisahannya bergema,

diorasikan hati dalam kata-

kata yang belum binasa.


BERKACA SEPAK BOLA

Di dalam sepak bola


Perpolitikan kita berkaca
Di atas lapangan adu taktik untuk menang
Penuh drama, rekayasa, protes, dan juga denda
Wasit cenderung memihak tim raksasa
Pergantian pemain tak melulu menunggu ada yang cidera
Tambahan waktu dan perpanjangan waktu hal biasa
Fanatisme pendukungnya oh sungguh luar biasa mempengaruhi hasil
pertandingannya, bahkan setelahnya bentrokan terjadi di luar stadion sampai ke media-media.
MAJELIS WARUNG KOPI

di warung kopi ini, cukup tiga ribu rupiah

kita memesan pahit atau manis pagi dalam secangkir kopi

kemudian menyambung perdebatan politisi yang selesai di puncak

rating tayangan tivi.

dalam majelis ini, kita

beradu argumentasi tentang isu-

isu dalam negeri, berlagak paling bisa mengatasi

hanya, di sini, tak perlu biaya

sewa kursi. semua bebas memilih tempat dan berpendapat

searah bendera partai yang berkibar di dalam hati


beginilah demokrasi, katanya

meskipun tahu tak menghasilkan apa-apa

kecuali hanya buang-buang waktu

dan menyalurkan syahwat fanatismenya.

ASBAK

Sedari aku tahu kau sudah di meja ruang tamu

Entah berapa waktu telah mengalir ke tubuhmu

Bahagia atau sedih perasaanmu

Atas apa yang ditulis tangan penciptamu

Duhai, wadah puntung dan lelatu

Kau bukan guru tetapi ajarkan tabah

Tuan rumah sudah menebusmu, maka

Biarkan bara rokok tamunya padam di dadamu

Menghunjam menitik tilas luka lamamu

Bukankah itu urung sebanding terik api membakarmu dalam semadi

Atau cairan kimia yang mengisi pori-pori sempurnakan warnamu

Sebelum penghargaan atas lempung yang kau kandung


Kecewakah kau pada tangan penciptamu yang luput sempurnakan mulut, hanya
bibir semata nirdaya menjerit sakit?

Kecewakah kau pada tangan penciptamu yang menautkan takdirmu pada nasib
bangsaku?

ISU

kepadanya, kita seperti nila rawa yang mudah dipancing dengan umpan apa saja
kita tergesa mengira pelampung pancing adalah wujud ikan gupi yang dikutuk
kemudian menyambarnya beramai-ramai, seperti lele kolam berebut pakan
yang dilempar. semua lapar. semua tampak mangsa
amis darah kawanan begitu menggiurkan, lalu tanpa mengunyah kita menelan begitu saja
tak ubahnya piranha yang dilepas
lantas menahbiskan diri ikan hias.
REZIM BERGANTI HANYA BERGANTI

mari, tolan, mari

belajar mendengar hati rumput

yang menjerit di bawah telapak kaki

dan memintalnya menjadi payung nasib.

hidup di sini, musim apa pun

kita selalu dihujani kata-kata yang rumit.


TOGEL

Kau ketagihan memasang taruhan

Dengan keyakinan keberuntunganmu akan lekas

sampai kemalangan bandar.

Hari-hari adalah mimpi-mimpi yang gagal

kau nyatakan;

ramalan peristiwa-peristiwa yang kau niscayakan

ke dalam angka

Selebihnya penasaran; selebihnya dendam


Kalah kau kalah, menang pun kau kalah

Kemenangan sesungguhnya adalah kekalahan-kekalahan

yang menuntunmu keluar

dari dalam angan-angan

menjadi jutawan melalui perjudian.

• KkokukujmmkKkokukujmmkKkokukujmmkkmjhghjkikkkkkKkokukujmmkKkokuku

BATU

aku batu asah, di hutan dikeraskan waktu


seteguh pendirianmu memungutku
menaut nasib logam, mengasuh dan mengasah
tubuh pada tajam

aku batu akik, bebas dari kutukan ibu


mengkristal di gunung, sungai yang tak disambangi hantu
kepingkan, berilah tuah sepenuh keinginan jemari
menyandang kilau pesonaku

aku batu dalam peribahasa itu


sembunyikan tanganmu sejauh lemparan kau mampu
aku merasuk ke dalam darahmu melalui tilas di genggamanmu

aku batu yang sama sekali tidak tahu asal-usulku


pungut aku dari ramai jalan itu, selamatkan aku dari malang seseorang
barangkali nanti aku bisa menolongmu sebagai ucapan terima kasihnya

SYUKUR

Bangun tidur kebahagiaan menyelimuti


Seolah diri pengendara yang lolos celaka di jalan raya
Sebelum kaki terpelanting dari alas mimpi
Ia mengambil nikmatNya dari udara seraya
Bibir mengail syukur dari palung hatinya
Ia menekuk tubuh dan memasukkannya
ke dalam subuh. Keluar lagi
untuk mengetuk pintu rezeki
Pegal dan linu sendi hal biasa
Upah kerja yang dibayar dimuka
Lunas selepas tanggal muda
BATIK GEDOG TUBAN

Pagi menuju petang


Siang mengulang siang
Hari menjelang riang
Bapak memetik bunga kapas yang ditanam.

Piranti tenun dibalur embun doa malam sepertiga


Semoga tak mengaduh menempuh waktu yang jauh.
Ibu mengayuh jontro. Selaras jemari
memintal-mengurai helai-helai benang lawe.
Bunga kapas mulai bernas
"Dog... dog...dog” kemplongan ulurkan gema.
Sampai hari berpalang lima, mentas bunga kapas bersulih rupa.

Lembar-lembar mori tanpa warna.


direndam air keramat dari liang keringat.
Dijemur di bawah terik; atas bara hidupnya.

Bunga kapas lanjut bertapa


Meladangi lilin dan canting tabur bunga waluh;
tebar bunga laut —
Lalu bunga tidur pun ditandur

Sampai matahari ke delapan belas barulah


Ibu-Bapak mengunduh eluh dan peluh:
Bunga kapas sempurna wujudnya. Siapa pula tak suka?
Ragam corak lekat perlambang pahit-manis hidup penyandang.

Setelah Ibu bapak tiada, kutanam selalu biji kapas


Menjaga asanya senantiasa bernafas
Kusemai tumbuh mekar dalam dada: Ilham memetik harum cintanya.

Kupelihara nyala riwayatnya


Kuikuti langkah kembaranya, menapaki benua
Melapik asa leluhur: Batik gedog tuban panjang umur.
MEMBELI BAJU

Sehati-hati memilih pasangan,


ia begitu selektif pada pakaian

Tak mau baju mahal melampaui


harga diri.

Sehati-hati memilih pemimpin


ia begitu selektif jenis kain
Ia menolak kaos ketat yang murah
menjual lekuk tubuhnya

Tabu katanya. Berbusana tetapi


seperti terpenjara

Ia wanita dewasa
pakaian pun mesti dewasa

Tidak asal sederhana tetapi sungguh mencerminkan diri


Bukan kesederhanaan yang hanya topeng semata

Ia mau pakaian yang ajaib, bisa berubah menjadi tongkat penuntunnya


baju yang memberinya kehangatan surga hidup dan matinya.

INGATANKU

Kuingat ia, bermain


dengan teman SD-nya.
Kuingat ia, ke surau
maghrib, mengaji.
Kuingat ia, jatuh cinta
bercerita pada karibnya.
Kuingat ia, melamar gadis
dan menikahinya.
Kuingat sewaktu ia azan
di kuping bayinya. dan
sekarang ia sedang mengingatku rupanya.

ALPA

gelondong kayu
berkulit lembu
menyeru

aku memasuki waktu


: melihatmu dan mereka dalam
ragam peristiwa

aku hadapkan ketiadaanku,


Engkau hadir dan aku
di luar dzikir

melihat diriku sendiri


palingkan hati ke kanan dan kiri
sampai rakaat selesai

MENGAJI

mendekatlah!
selipkan ke telingaku sebatang lidi
yang menyimpan kalam
biar menjadi tongkat hati
dan menuntunku keluar
dari penderitaan layang-layang putus
yang terbenam dalam semak belukar.

PILIHAN

hanya besi kau mau


sedang emas sedia bagimu
hanya sepatah kata kau ingin
sedang puisi tercukupkan untukmu
tidakkah kau tahu
berkali-kali hendak kau palingkan kehendak-Ku
dengan inginmu.

TALKIN

kau yang nyaris celaka


mengapa tertawa
tidakkah kau dengar talkin
: jerit daun yang tak tanggal
dipermainkan angin

bila pada waktu yang mungkin


burung tergelincir ranting
datang kepadanya
sebagai maut yang
berwajah lain

MABUK

Semula ia lelap seperti bayi


dalam ayunan solawat
Kemudian ia tergelak dan
hanyut dalam sorak usai
disengat terik arak.
Di bar itu, ia melayang
ditakik nada-nada melankoli.
Jatuh berdiri, jatuh berdiri.
Ah lucu sekali!
Kesedihannya teguh
mendirikan panggung komedi.

TIKAI

dalam aku ada


riah pasar
tumpukan ranting
sampah kering
dan pengemis yang tengadah
meminta sedekah sabar

SESAL
semerdu rindu burung
pada hutan
seseorang menangis dalam
kehendak batang ditebang.

di luar itu, adakah


kau tahu sesakit apa kapak yang
diberati karat mengingat hidup pohon
hanya tunas kematian.

waktumu nyaris padam


kau hanya punya sesal
tak sempat memilih kayu dan api terbaik
untuk membakar sebuah jam.

TAKZIM
semula tiada daya apa pun
padanya. benda-benda dan tempat itu
berhantu sejak keramat nasihat ibu
menyentuh daun telingaku
menafsirkan yang terlarang bagiku.
IALAH BATU

ialah batu
punya tunggu
pecah dibasuh air matamu

ialah batu
punya tunggu
menjadi tugu penunjuk arahmu

ialah batu
punya tunggu
mengilap berarti di jemarimu

ialah batu
punya tunggu
menyerah diri pasrah Bismillah

ialah batu
yang punya tunggu
kehilangan aku.
TERSUDUT

setelah kesuciannya terbuka,


ia memasuki kematian pertamanya.
maut datang merayu, menyaru ular
membisikkan surga

"tak ada dosa pada cinta"

ia tertipu
lalu dusta jatuh di
ganjil genap kancing baju

"hidup"
"mati"
"hidup"
"mati"

mulailah ia mengundi.

Anda mungkin juga menyukai