Sudikah dikau berkerudung hijau memandang ku sejenak wahai jelita nan anggun?
Ya, lihat daku yang penuh raut kekaguman
Mengapa dikau segan melihat daku?
Apa karena gitar usang, baju lusuh dan serpihan luka di hatiku?
Jikalau daku dilahirkan seperti ini, inilah, namun dimanakah layaknya daku untuk dicinta?
Sejak kecil daku jauh akan orangtua
Pahitnya perpisahan merenggutku dalam mimpi yang tak pernah terbangunkan
Tak ada iba dalam hati, terpelihara daku diantara gemerlap lampu penerang jalan
Daku tahu gerangan jelita berkerudung hijau di kala tergelincirnya senja ada di kolong layang
semanggi
Bersama ayah bundamu menjajakan sajian sederhana khas Jakarta
Sekali saja dikau membalas senyumanku, disitulah yang kutunggu
Paras sederhana mu, dibalut kerudung cantik barangkali tak sejajar dengan wajah letih pakaian
lusuh serta gitar usang teman menjemput rezeki ku
Membayangkan dikau jelita dirumah yang penuh kebahagiaan
Wajar bilamana daku iri, tak pernah terbayang tiada harga diri untuk bertahan hidup
Gelapnya hidup berharap dikau jelita jadi cahaya
Hanya bisa memandangmu dari sini, dibawah beton layang semanggi
Ada arti ku telusuri hidup ini, disisi kejamnya hidup masih kutemukan sesuatu yang indah, yaitu
dikau wahai jelita
Daku tak pernah berharap dikau jelita tahu akan keberadaanku yang menyedihkan ini
Setidaknya selalu ada hari dimana dikau jelita merangkul daku bangkit untuk berjuang dalam
hidup
JAKARTA