Karya Kuntowijoyo
Bukalah tutupnya
senapan akan kembali berbunyi
meneriakkan
semboyan
Merdeka atau Mati.
Ingatlah, sesudah
sebuah perang
selalu pertempuran
yang baru
melawan dirimu.
TERATAI
(Kepada Kihajar Dewantara)
Karya Sanusi Pane
1929
INDONESIA TERSENYUMLAH
Karya Rizky Aulia
Oh. Tuhan…
Hanya satu pintaku
Jangan lagi ada bencana
Biarkan kami semua
Hidup seperti sedia kala
Aku suka, melihat gedung yang tinggi mencakar langit, bermimpi dapat tinggal di
dalamnya. Aku suka, melihat para pengemis tidur di emperan toko, dan berfikir apa
yang mereka impikan dalam tidurnya.
Aku suka, melewati gedung wakil rakyat dan berharap dapat bekerja di dalamnya.
Aku suka, berpapasan dengan sarjana-sarjana pengangguran keluar masuk
perkantoran sambil menawarkan ijazahnya.
Aku suka, selfie-selfie di samping mobil pak polisi, hanya sekadar ingin merasakan
bagaimana gagahnya kalau aku jadi polisi. Aku suka, bergabung dengan pedagang
kaki seribu yang lari pontang panting karena dikejar Satpol PP.
Aku suka, duduk mematung di depan gedung pengadilan tinggi sambil menatap
patung Dewi Thermis yang tertutup matanya, tangan kanannya memegang
timbangan setara, tangan kirinya menghunus pedang entah tumpul entah tajam. Aku
suka, menonton acara televisi yang acaranya sidang sengketa Pilpres 2019 dan
mengamati apakah Pak Hakim tertutup matanya seperti Dewi Thermis.
Aku suka, menemani ibuku yang mencari kardus dan botol plastik bekas kemudian
dijual untuk mendapatkan uang. Aku suka, tidur dengan ibuku, di dalam pelukannya
yang hangat.
Aku suka, mendengar ibuku berdoa di tengah malam dan mendoakan supaya kelak
aku menjadi orang besar, aku sendiri tidak tahu yang dimaksud ibuku orang besar itu
seperti apa.
Aku suka, memandang diriku di cermin, dan aku suka. Karena aku terlahir sempurna.
Kita diam
Bagai patung berdiri tegak
Dan bagai tanah liat telah mengeras
Kasarnya permukaan
Lambangkan hidup yang berliku
Kayu-kayu tersusun
Besi menegak dalam bingung
Kini gelap datang dalam kesunyian
Diam bisu tanpa sepatah kata
10-05-2019
AKU MEMATRI SUKMA
Karya Wanti
aku saman,
kugenggam taji dari mantra
menyusuri surga-surga bịlahi
2019
JANGAN MENANGIS INDONESIA
Karya Akhudiat
Bung!
Aku ingin menziarahmu
Tapi di mana letak pusaramu
Karena jasadmu menutup wajah kota
Dan kotapun
Tlah mencecap ruh sucimu
Mengalir di setiap nadi kehidupan
Api Soekarno menyala
Berkobar-kobar
Membakar birahi kota tua
Gedung-gedung, jalan-jalan
Bersolek seperti sepasang pengantin
Dan para pemimpinnya
Berebut memancang mercusuar
Ingin berkata pada dunia
“Datanglah ke kota ini
Aku ingin ajak tuan-tuan
Menziarahi Proklamator Negeri ini ‘
Bung!
Sungguh aku ingin menziarahmu
Bukan sekadar bernostalgia
Atau memuja nama besarmu
Tapi ingin mengeja
Baris demi baris ajaranmu
Tapak demi tapak tauladanmu
Membuka lembaran sejarah
Memungut yang tercecer di jalanan
Alpa tak tertuliskan
Ingak,ingak,ingak!
Kota ini tlah menjadi saksimu!
Blitar, 2007
SURABAYA MALAM HARI
Karya Herry Lamongan
1989
AKU ADALAH KOTA
Karya Leres Budi Santoso
Surabaya, 1990
SAJAK BISU BUAT IBU
Karya R. Giryadi
Ibu
hari ini kota terbakar lampu neon
kulihat ada gerimis di wajahmu
terlukis pada dinding etalase.
Ibu
ijinkan aku menjadi batu
di tengah badai mesin pabrik
bukan untuk menjadi boneka mainan
seperti kau timang-timang dulu.
Ketintang, 1997
KUSUSURI KALIMAS KUDENGAR DERAI TAWAMU
Karya Sirikit Syah
Seperti sungaimu,
sungaiku juga menghidupi ribuan, bahkan jutaan penduduk
sekalipun sedikit ngeri aku memandang ke bawah jembatan Gubeng
di mana Kalimas dipenuhi buih
pertanda tingginya tingkat polusi
Mei, 1991
DI KOTA TETANGGA ADALAH
Karya Tengsoe Tjahjono
Tuhan,
aku bersaksi
ibuku telah melaksanakan amanatMu
menyampaikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku
1414 H
SELAMAT PAGI INDONESIA
Karya Sapardi Djoko Damono
Solo, 1983
KRAWANG-BEKASI
Karya Chairil Anwar
(1948)
DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA
Karya Hartoyo Andangjaya
1955
SURAT DARI IBU
Karya Asrul Sani