Ia tawarkan sarapan kepada semua orang yang mendengar "Ting Ting Ting Ting ".
Koran pak RT
Lagu Jauh
Ya, jauh.
Dan jangan kau murung wahai daun daun yang terlanjur tersapu.
Tenang saja.
Maka ayo...
Kenapa jatuh
Buah
Rapuh
Dipaksa jatuh
Di malam Minggu sengaja aku
Tidak begadang
Bangunkan aku
Kuhisap perlahan-lahan
Menyapu di halaman
Oh burung burung
merobohkan pendirianku
Di persimpangan jalan
Bayangan kejam
Tanda baca
Sementara
Sajak Pengangguran
Banting tulang
Gegara utang
Selalu kalah
Rambut acak-acakan
Oh hidup di kota
Kau kuras
Sudah melimpah
Tanpa ragu
Fuck you.
Nyanyian Trotoar Jalan
Hati hati
Panggung didirikan
lantangkanlah nyanyian
nyenyakkah tidurmu
tidakkah terganggu.
karena percuma
Lihatlah
Rokok di tangan
Ia harapkan kerusuhan
Ia inginkan penjarahan
Ia mendambakan perubahan
Jadi bagaimana
Anak Kemarin Sore
Mereka bergerak
bergerilya
mencuri senjata
terbakar
bulan
langit
kabar menghitam
berjelaga di langit-langit
gemuruh kematian
berkicau kepahlawanan
matanya membelalak
parang di dada
sekumpulan gagak
dengan cakarnya
sayap-sayapnya mengepak
bergentayangan
kabar menghitam
berjelaga di langit-langit
sajakku
Indonesia
Indonesia
Ambyar-ambyar
Indonesiaku
Indonesia
Indonesia
Ambyar-ambyar
Indonesiaku
belingsatan
Hahaha gila.
melawan penjajah:
Gila bukan?
Bayangkan saja:
adalah darah
adalah darah
menyuburkan tanah
menumbuhkan bambu
adalah darah
adalah darah
adalah darah
adalah darah
membeku membatu
adalah darah
adalah darah
di meja tamu
menjadi kerikil
Katakan cinta
Katakan cinta
Katakan cinta
Kokang senjata;
tembaklah luka.
Luncurkan cinta;
meledaklah derita
Siapkan peluru
putar lagu
Kepalkan rasa
cinta semesta.
Kenakan zirah
jangan menyerah
bergegas ke muka
"Anjing!"
Telinganya tuli
Menarilah. ringankan
Menarilah. ringankan
bulu-bulunya rontok
menumpuk di kakinya
ia berseru bertalu-talu
Mendatangkan perlawanan
Menciptakan perjuangan
Menumbuhkan pohonan
Berjalanlah
Berjalan
Demi kehidupan
dibantu lampu-lampu.
Layang-layang tersangkut
tanpa cahaya
apakah ini?
tubuh manusia
main masuk
gilang-gemilang
yang difotocopy
untuk hari.
berminyak
Sadarkah kalian:
remuk redam
remuk rengsa;
musim-musim epidemi
Assalamualaikum jalanan
Kami datang
Telah terkubur
Reruntuhan kami sendiri
Assalamualaikum jalanan
Dan terbukalah!
Bercerobong jelaga
Sesak di udara
Assalamualaikum jalanan
Dan terlihatlah!
Namun
Menghadang
Menerjang
Assalamualaikum jalanan
Ada seorang anak yang rela melihat surga terinjak-injak oleh ibu kandungnya sendiri ketika berjalan
untuknya.
menyentuh perasaanku
Tubuhnya bergetar
hanya angin
hanya ingin
Kehidupan di pinggir kali itu:
menjadi janji
suci
pulih
bersih
menjadi mungkir
puing
sampah busuk
sarang nyamuk
membasahi reruntuhan
membanjiri ingatan
mengalir ke kali
yang membatu
Jakarta, Februari 2020
yang dibunga-mulutkan;
dengan ketidaktahuan,
Terdengar pula dari dalam, raungan raja hutan setelah bulan purnama;
hatinya membuncah
mengeluarkan keberanian
menyerukan pemberontakan
Ia memekik-mekik ketakutan
"Mengingat aku masih punya ijazah SMA, tidak salahnya mencoba" ucapnya.
"Apa yang bisa anda lakukan dengan ijazah SMA?" tanya HRD.
"Saya bisa menjual koran, saya bisa membuat kopi, saya bisa mengepel, bersih-bersih dan apapun
yang ibu pinta akan saya lakukan" jawab si penjaja koran yang tak lagi membawa koran.
"Baiklah, anda bisa mulai bekerja hari ini. Silahkan ambil seragam di belakang dan peralatan
lainnya, lalu mulailah bekerja" perintah HRD.
Si penjaja koran yang tak lagi membawa koran makin baik bekerja
gompalan-gompalan aspal
pengemis
pemulung
tukang asongan
pelacur terminal
pengangguran
berlari tunggang-langgang
Oh hari terang.
dibayang-bayangi pergumulan
Oh rumput-rumput menghitam.
Oh rumput-rumput menghitam.
Membingungkan.
aku dipulangkan.
17 Desember
menuntun kemanusiaan.
dengan ketidaktahuan
Berdansa
berpelukan
berciuman
Oh ibu.
Oh punggungmu.
21 Oktober 2019
Di kampung:
Diikat nafasnya.
Disekap hidungnya.
Di kota:
mengeringkan keadilan.
melubangi harapan.
Tangan-tangan mereka terus menerus merauk udara yang seharusnya dihisap bersama.
Sementara,
Di kota
Atau di istana
mereka yang asik beserta selirnya bersenggama.
18 Oktober 2019
merekam jejak darah kalian yang bercucuran lewat kepala karena diretakkan oleh senjata yang
dimainkan oleh polisi dan tentara ketika menghadapi petani dan mahasiswa.
Berapa banyak darahku takkan sebanding dengan darah kalian yang berani berdiri tegak di hadapan
senjata, lalu mengoyak-oyak darah-darah sepertiku mendobrak pintu nadiku.
22 September
Hidup mahasiswa!
Hidup rakyat!
Kusentuh barisan perjuangan yang berhadapan dengan benteng pertahanan dan dibatasi gerbang
menjulang.
Hidup mahasiswa!
Hidup rakyat!
Lawan!
Tolak!
Tolak!
Lawan!
Lawan!
menunggu jawaban
Malam tiba.
Kebosanan itu pun keluar dari mulut mahasiswa yang bosan dan berteriak:
Lawan!
Panjat!
Panjat!
Panjat gerbangnya!